C
C.. PPeerrmmaassaallaahhaann ddaann TTaannttaannggaann PPeennggeemmbbaannggaann PPeerrmmuukkiimmaann PPeerrmmaassaallaahhaann ppeennggeemmbbaannggaann ppeerrmmuukkiimmaann ddiiaannttaarraannyyaa::
Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga a.
dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastrukturyang masih terbatas.
Masih terbatasnya prasarana sar ana dasar pada daerah tertinggal, pulau b.
kecil,daerah terpencil, dan kawasan perbatasan. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial c.
TTaannttaannggaann ppeennggeemmbbaannggaann ppeerrmmuukkiimmaann ddiiaannttaarraannyyaa :: Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
Pencapaian target/sa saran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen a.
Pencapaian target MDG ’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program- b.
Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidan g Cipta Karya c.
khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan d.
infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan Kota Lubuk Linggau.
Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam Penyusunan RPIJM Kab./Kota e.
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di atas adalah yang terangkum secara nasional. Namun sebagaimana isu strategis, di masing-masing
Kota Lubuk Linggau terdapat permasalahan dan tantan gan pengembangan
yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di Kota Lubuk Linggau lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya a dalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan
pengembangan permukiman di Kota Lubuk Linggau yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan
tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kota Lubuk
Linggau bersangkutan. Bagi Kota Lubuk Linggau yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan permasalahan dan tantangan di da lam SPPIP ke dalam isian tabel 4.6
Tabel 6.6
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota Lubuk Linggau No Aspek Pengembangan Permukiman Permasalahan yang dihadapi Tantangan
Pengembangan Alternatif Solusi
1 Aspek Teknis
Persyaratan pembangunan
perumahan dan
permukiman belum optimal
Belum sepenuhnya menerapkan ketentuan lingkungan hunian yang berimbang sesuai dengan Pedoman teknis tersebut harus mampu menampung panduan proses yang partisipatif dan transparan serta mampu Pembangunan rumah wajib menerapkan ketentuan lingkungan hunian yang berimbang sesuai dengan
peraturan pemerintah Arah kebijakan perlu disusun dalam
peraturan pemerintah memberdayakan masyarakat
penanganan permukiman informal
2 Aspek Kelembagaan
Sumber Daya Manusia 11)) masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/ sumber daya manusia (SDM) yang menangani/ mengelola Bidang Cipta Karya diKota Lubuk Linggau peningkatan kualitas SDM Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dll masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat.
3 Aspek Pembiayaan
Minimnya dukungan perbankan dan dana dari pemerintah Belum tersedianya dana jangka panjang bagi pembiayaan perumahan yang menyebabkan terjadingan ketidaksesuaian pendanaan dalam pengadaan perumahan Upaya pembiayaan dalam pemenuhan perumahan dengan mekanisme pasar formal relative kecil dibandingkan pemenuhan sendiri secara swadaya Mobilisasi sumber-sumber pembiayaan perumahan perlu diefektifkan seperti mempermudah akses kredit kepada perbankan terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah, pemberian pinjaman dengan bunga sangat lumak serta pemberian subsidi
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat / Swasta Peran serta masyarakat belum diatur secara konkrit
Belum memberdayakan peran masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan rumahnya sendiri yang sehat, aman, serasi dan
pemenuhan secara swadaya (mandiri) kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang dilengkapi dengan sarana prasarana dasar Perubahan terhadap peraturan terkait agar peran serta masyarakat dalam seluruh proses penyelenggaraan perumahan dan permukiman bisa terakomodir. Misalnya pengaturan dalam pembentukan
produktif tanpa merusak lingkungan
yang memadai kelompok masyarakat
untuk mengatur rencana pemenuhan kebutuhan perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana. Peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam pengembangan perumahan swadaya 5 Aspek Lingkungan Permukiman
Menurunnya daya dukung lingkungan Timbulnya permukiman kumuh Pembangunan kawasan baru yang di tata secara berkelanjutan dan focus pada fungsi tempat tinggal
Penataan bangunan dan lingkungan secara berkelanjutan serta pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba) sesuai dengan RTRW
Sumber : Bappeda Kota Lubuk Linggau, 2013
A
Annaalliissiiss KKeebbuuttuuhhaann PPeennggeemmbbaannggaann PPeerrmmuukkiimmaann 44..11..22
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target
kebutuhan yang harus di capai. Terdapat arahan ke bijakan yang menjadi acuan penetapan target. pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor
pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Kota Lubuk Linggau. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (target ta hun 2020 untuk pengurangan proporsi rumah tangga kumuh), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk pro gram pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat Kota Lubuk Linggau meliputi target RPJMD, RTRW Kota Lubuk Linggau, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan
tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.
Analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah pengembangan permukiman dapat diuraikan pada tabel berikut. Bagi Kota Lubuk Linggau yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah yang telah tertuang di dalam SPPIP untuk lima tahun pertama ke dalam isian tabel 4.7 :
Tabel 6.7 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Kota Lubuk Linggau Untuk 5 Tahun
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V
1 Jumlah Penduduk Jiwa 214.614 217.532 220.491 223.489 226.529 Kepadatan Penduduk Jiwa / Km² 535 542 549 557 564 Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin Jiwa / Km² 160 163 165 167 169 Sasaran Penurunan
Kawasan Kumuh titik 8 7 6 5 4
2 Kebutuhan Rusunawa TB 0 0 0 1 1 3 Kebutuhan RSH UNIT 100 100 100 100 100 4 Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru Kawasan 1 1 1 1 2
No Uraian Unit Ket
Lokasi
Sussumber : Analisa, 2013
PPrrooggrraamm--PPrrooggrraamm SSeekkttoorr PPeennggeemmbbaannggaann PPeerrmmuukkiimmaann 44..11..33
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan ppeerrkkoottaaaann terdiri dari :
pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan 11..
Rusunawa serta
peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH 22..
Sedangkan untuk pengembangan kawasan ppeerrddeessaaaann terdiri dari :
pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan 1.
potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,
pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW 2.
(RISE),
desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM 3.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan S PPIP dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan.
PPeennggeemmbbaannggaann KKaawwaassaann PPeerrmmuukkiimmaann PPeerrkkoottaaaann Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
PPeennggeemmbbaannggaann KKaawwaassaann PPeerrmmuukkiimmaann PPeerrddeessaaaann
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial
(Agropolitan/Minapolitan)
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
Infrastruktur perdesaan PPIP
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Adapun alur fungsi dan program pengembangan per mukiman tergambar dalam gambar 4.1
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
G
Gaammbbaarr 66..11 AAlluurr PPrrooggrraamm PPeennggeemmbbaannggaann PPeerrmmuukkiimmaann KKrriitteerriiaa KKeessiiaappaann ((
RReeaaddiinneessss CCrriitteerriiaa
))Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri
dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut : U
Ummuumm 1.
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP,
Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah
untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi. Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi
KKhhuussuuss 2.
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
Ada calon penghuni
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal
5% dari BLM PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani
program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesia pan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman ku muh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan,
dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4)
pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut :
Vitalitas Non Ekonomi 1.
Kesesuaian pe manfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dala m hal
kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai,mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah
kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan
dengan faktor ekonomi mem berikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
Jarak jangkau kaw asan terhadap tempat mata pencaharian penduduk
kawasan permukiman kumuh. 3. Status Kepemilikan Tanah
Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
Status sertifikat tanah yang ada
Kondisi Jalan Drainase Air bersih Air limbah
Komitmen Pemerintah Kota Lubuk Linggau 5.
Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan
kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya
Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halny a rencana
penanganan (
grand scenario
) kawasan, rencana induk (master plan
) kawasan dan lainnya.U
Ussuullaann PPrrooggrraamm ddaann KKeeggiiaattaann 44..11..44
a
a.. UUssuullaann PPrrooggrraamm ddaann KKeeggiiaattaann PPeennggeemmbbaannggaann PPeerrmmuukkiimmaann
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan
kemampuan pendanaan pemerintah Kota Lubuk Linggau. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.
Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman Kota Lubuk Linggau yang disusun berdasarkan prioritasnya seperti tabel 4.8 berikut.
Tabel 6.8
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Lubuk Linggau
No Kegiatan Volume Satuan
Biaya (dlm Jutaan
Rp)
Lokasi
1 Pembangunan RSH 7 Kegiatan 11.100 Lubuk Linggau Utara I
2 Pembangunan Infrastruktur
Kws Kumuh 7 Kegiatan 12.550
Lubuk Linggau Timur II, Desa Mesat Seni, Mesat Jaya
4 Penyediaan Infrastruktur
Kawasan Tertinggal 4 Kegiatan 5.000
Kel Lubuk Binjai, Kel Jukung, Pal Besi, Kel. Air Temam
U
Ussuullaann PPeemmbbiiaayyaaaann PPeemmbbaanngguunnaann PPeerrmmuukkiimmaann b
b..
Adapun untuk usulan pembiayaan dapat dijabarkan usulan pembiayaan baik dari APBD Kota Lubuk Linggau, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan
swasta, sesuai dengan kemampuan pembiayaan pemerintah Kota Lubuk
Linggau.
Tabel 6.9
Usulan Pembiayaan Proyek
N
o Kegiatan APBN APBD
Prov APBD Kota Mas yara kat Swas ta CSR Total 1 Pembangunan RSH 6.600 2.800 7.000 - - - 10.100 2 Pembangunan Infrastruktur Kws Kumuh 11.000 350 1.200 - - - 12.550 4 Penyediaan Infrastruktur Kawasan Tertinggal 5.000 - - - 5.000
Note : dalam Jutaan Rupiah
77..22.. PPeennaattaaaann BBaanngguunnaann ddaann LLiinnggkkuunnggaann 77..22..11.. KKoonnddiissii EEkkssiissttiinngg
7.2.1. Perda Bangunan Gedung dan NSPK Lainnya
Kota Lubuklinggau telah memiliki Perda Bangunan Gedung dengan Nomor : 3 Tahun 2015 tanggal 18 Juni 2015 tentang Bangunan Gedung sebagai turunan dari Peraturan pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Norma, Standar, Pedoman dan Kebijakan lainnya yang berhubungan dengan penataan bangunan dan lingkungan seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dilaksanakan oleh Badan Pelayanan Perizinan dan Dinas Pekerjaan Umum, ………. 7.2.2. Kota Pusaka, Kota Hijau dan Kawasan Strategis Lainnya
Kota Lubuklinggau bukan merupakan Kota Pusaka , Kota Lubuklinggau ikut Program Kota Hijau pada tahun 2014 dengan membentuk Komunitas Hijau yang terdiri dari masyarakat yang peduli dengan kelestarian lingkungan, p ada tahun 2016 Kota Lubuklinggau mendapatkan bantuan pembangunan Taman Silampari. Kota Lubuklinggau juga memiliki Bukit Sulap sebagai icon Kota dan termasuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaks anaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Ko ta Lubuk Linggau yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kota Lubuk Linggau. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kota Lubuk Linggau, 9 Kota Lubuk Linggau dengan perj anjian bersama, dan 32 Kota Lubuk Linggau dengan kesepakatan bersama.
Setiap Kota Lubuk Linggau diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi eksisting di daerah masing-masing, yang mencakup kondisi terkait peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Untuk data kondisi eksisting terkait dengan Peraturan Daerah yang telah disusun mencakup Raperda dan Perda Ban gunan Gedung, Perda RTBL, Perda RISPK, SK Bupati/Walikota, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, yang terkait sektor PBL. Informasi tersebut dapat dirangkum dalam tabel seperti tabel 4.11
Tabel 6.11
Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Perda / Peraturan Gubernur / Peraturan Walikota/ Peraturan
Lainnya Keterangan
No. Peraturan Perihal Tahun
1
2
PERDA No. 1
PERDA No ..
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lubuk Linggau (RTRW)
Rencana Pembangun an
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuk Linggau Tahun 2013-2017.
2012
2012
Sumber : Bappeda Kota Lubuk Linggau, 2013
Untuk kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman setiap Kab/Kota dapat menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti tabel 4.12
Penataan Lingkungan Permukiman Kot a Kaw Sejarah Dukunga n Infrastrukt ur CK RTH Pemenuhan SPM Penanganan Kebakaran Luas RTH Lokasi RTH % Tersedi aan IMB % Ketersedi aan HSGBN % Instansi Pemada m Kebakar an Prasar ana & saran a kebak aran 1 Museum Subkoss Garuda Jalan, Open space, saluran, ± 1 Ha Museum Subkoss Garuda Ya Ya Ya
Sumber : Bappeda Kota Lubuk Linggau, 2013
Untuk kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Kota Lubuk Linggau dapat digambarkan kondisi eksistingnya seperti tabel 4.13
Tabel 6.13
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No Kawasan Jumlah bangunan Gedung berdasarkan fungsi Status Kepemilik an Kondisi Bangunan Ketersedi aan Utilitas BG 1 Lubuklingg au Barat I Fungsi Hunian : Fungsi Keagamaan : 27 Fungsi Usaha : 46 Fungsi Sosbud : Fungsi Khusus : 1 (Kodim 0406 Musi Rawas) *) *) *) Lubuklingg au Barat II Fungsi Hunian : 5.046 Fungsi Keagamaan : 27 Fungsi Usaha : 90
Fungsi Sosbud : 24 Fungsi Khusus : Lubuklingg au Selatan I Fungsi Hunian : 3.716 Fungsi Keagamaan : 20 Fungsi Usaha : 28 Fungsi Sosbud : 29 Fungsi Khusus : Lubuklingg au Selatan II Fungsi Hunian : 6.606 Fungsi Keagamaan : 44 Fungsi Usaha : 106 Fungsi Sosbud : 27 Fungsi Khusus : Lubuklingg au Timur I Fungsi Hunian : 7.600 Fungsi Keagamaan : 34 Fungsi Usaha : 174 Fungsi Sosbud : 33 Fungsi Khusus : Lubuklingg au Timur II Fungsi Hunian : 7.442 Fungsi Keagamaan : 37 Fungsi Usaha : 108 Fungsi Sosbud : 26 Fungsi Khusus : Lubuklingg au Utara I Fungsi Hunian : 3.950 Fungsi Keagamaan : 31 Fungsi Usaha : 21 Fungsi Sosbud : 32 Fungsi Khusus : Fungsi Hunian : 7.843
Lubuklingg au Utara II Fungsi Keagamaan : 30 Fungsi Usaha : 94 Fungsi Sosbud : 39 Fungsi Khusus : Sumber : Kota Lubuklinggau Dalam Angka 2012
Untuk kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan setiap Kab/Kota dapat menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti table 4.14
TTaabbeell 66..1144 PPeemmbbeerrddaayyaaaann KKoommuunniittaass ddaallaamm PPeennaanngggguullaannggaann KKeemmiisskkiinnaann
No. Kecamatan Kegiatan PNPM
Perkotaan (P2KP)
Kegiatan lainnya
77..22..22.. SSaassaarraann PPrrooggrraamm
77..22..33.. KKeebbiijjaakkaann ddaann LLiinnggkkuupp KKeeggiiaattaann PPBBLL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perk otaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain :
U
UUU NNoo..11 ttaahhuunn 22001111 tteennttaanngg PPeerruummaahhaann ddaann KKaawwaassaann PPeerrmmuukkiimmaann 11..
UU No. 1 ta hun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaa n,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,
penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
U
UUU NNoo.. 2288 ttaahhuunn 22000022 tteennttaanngg BBaanngguunnaann GGeedduunngg 22..
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan ses uai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada
RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas
bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan. keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga
mengamatkan bahwa dalam pe nyelenggaraan bangunan gedung yang
meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
33.. PPPP 3366//22000055 tteennttaanngg PPeerraattuurraann PPeellaakkssaannaaaann UUUU NNoo.. 2288 TTaahhuunn 22000022 tteennttaanngg BBaanngguunnaann GGeedduunngg..
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan
bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan ban gunan
gedung dan lingkungan.
44.. PPeerrmmeenn PPUU NNoo.. 0066//PPRRTT//MM//22000077 tteennttaanngg PPeeddoommaann UUmmuumm RReennccaannaa TTaattaa BBaanngguunnaann ddaann LLiinnggkkuunnggaann
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan
dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tenta ng Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan