• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber-Sumber Ketidakamanan Personal

Dalam dokumen Hilangnya Peran Negara dalam Hal Jaminan (Halaman 136-142)

BAB V ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Sumber-Sumber Ketidakamanan Personal

Dari kesepuluh indikator personal security yang ditentukan di awal penelitian terhadap siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang empat diantara indikator tersebut memiliki tingkat ketidakamanan yang tinggi yaitu

fear of violence (physical torture, war, ethnic tention, suicide; prevention of accidents;

prevention of accidents; level of crime; dan prevention of harassement and gender violence. Sementara itu selebihnya memiliki tingkat ketidakamanan ditingkat sedang dan rendah yaitu efficiency of institution, personal financial, education, security from illegal drugs and social network, prevention of domestic violence child abuse, and child exploitation, acces to public information selanjutnya dalam sub bab ini akan dibahas mengenai sumber-sumber ketidakamanan siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang

1 Perkelahian antar siswa dan senioritas di lingkungan sekolah

Rentan umur responden di SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang yang berkisar diantara 16 hingga 17 tahun menjadikan kondisi psikologis responden masih mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka berada. Jika kondisi lingkungan seperti sekolah dan tempat tinggal terbilang keras maka hal tersebut mendukung responden untuk terpengaruh menjadi pribadi yang keras pula. Terjadinya perkelahian antar siswa di SMA Negeri 7 Malang merupakan bentuk dari pengaruh lingkungan

yang mempengaruhi pola pikir siswa sehingga siswa tersebut mudah tersulut emosinya dan melakukan tindakan kekerasan. Tidak hanya lingkungan, namun tekanan dari pihak lain juga mengakibatkan seseorang memiliki reflek untuk melindungi diri sendiri dari ancaman lain.

2 Penggunaan jejaring sosial

Penggunaan jejaring sosial dalam hal ini tidak begitu rawan, namun dari hasil wawancara diketahui bahwa terdapat potensi konflik dan ancaman dari penggunaan jejaring sosial oleh responden. Diakui oleh sebagian responden bahwa jejaring sosial memiliki pengaruh dalam kehidupan mereka sehingga terkadang eksistensi diri mereka ditunjukkan melalui jejaring sosial tersebut, di sisi lain terkadang penggunaan jejaring sosial untuk mengekspresikan diri tersebut justru malah menimbulkan rasa saling tidak suka antar teman, dan pada akhirnya terjadi penyalahgunaan jejaring sosial.

3 Diskriminasi etnis dalam masyarakat

Sekolah merupakan miniature budaya bangsa di mana siswa dari berbagai macam suku dan daerah dapat ditemukan di tingkat ini, sebagai negara yang belandaskan Bhineka Tunggal Ika seharusnya masyarakat pada umumnya dan siswa sekolah pada khususnya mengetahui persis perbedaan yang beragam di Indonesia. Dalam hal ini, kasus mengenai diskriminasi suatu etnis tergolong tinggi, bahaya yang ditimbulkan dari adanya diskriminasi etnis ini sangat mengacam responden khususnya pada sekolah SMAK St. Albertus Malang di mana sebagian besar responden merupakan keturunan etnis Cina

5.4 Hilangnya Peran Negara

Dalam ruang lingkup hubungan internasinal, tidak dapat dipungkiri bahwa negara memegang peran penting dalam menjalankan suatu sistem antar negara, sehingga dalam bagian ini akan dibahas mengenai peran negara dalam konsep keamanan individu atau human security. Jaminan keselamatan tiap warga negara merupakan tugas bagi aparatur negara yang mana hal tersebut mencerminkan tingkat kesejahteraan suatu negara di mata negara lain. Dalam studi kasus mengenai kondisi

personal security siswa kelas XI SMA Negeri 7 dan SMAK St. Albertus Malang ini didapatkan beberapa temuan lapangan yang mengindikasikan kurangnya jaminan keamanan dari negara bagi warganya. Hilang atau berkurangnya peran negara dalam menjamin keselamatan warga negaranya merupakan suatu indikasi nyata di mana negara tersebut belum dapat dikatakan aman dan sejahtera. Peraturan dalam negara telah dituangkan dalam bentuk Undang-Undang Dasar negara yang menjadi panduan dan pedoman warga negara untuk berinteraksi. Dalam hal ini konsep human security

merupakan konsep yang menyeluruh mengenai keamanan insani dengan negara sebagai penyelenggara sistem keamanan tersebut sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa negara dan human security merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

Kesimpulan sementara yang dapat ditarik dari pembahasan mengenai hilangnya peran negara dalam menjamin keamanan tiap warganya dapat diatasi dengan penataan kembali hal-hal yang menyangkut keamanan individu seperti halnya pengentasan kemiskinan, mengentaskan kemiskinan sama halnya memberikan jaminan kesejahteraan bagi warga negara, sehingga ketika di sektor ekonimi telah terpenuhi dengan baik maka kecenderungan warga negara untuk melakukan kekerasan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan dapat berkurang. Begitu pula dalam studi kasus kondisi personal security siswa kelas XI ketika pemerintah dapat meberikan jaminan mengenai pembiayaan biaya pendidikan maka pendidikan akan mudah dicapai oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memberatkan masyarakat tersebut. Selain itu jaminan adanya hukuman bagi pelaku tindak kekerasan pada anak seharusnya mampu ditingkatkan dan disiplinkan sehingga baik di lingkungan tempat tinggal ataupun sekolah siswa dapat merasa aman. Dari indikator yang telah ditentukan, salah satu ancaman terbesar berasal dari penggunaan jejaring sosial, sebagai negara di mana jumlah anak di bawah umur dan remaja tergolong banyak maka seharusnya Indonesia menetapkan regulasi yang baku mengenai penggunaan jejaring sosial yang berpotensi merugikan generasi penerus bangsa. Peran negara dalam hal tersebut dapat dilihat masih kurang sehingga sebagai penyelenggara keamanan negara sebaiknya negara menjamin adanya penggunaan jejaring sosial yang sehat bagi warganya terutama anak di bawah umur dan remaja yang rentan. Sama halnya dengan diskriminasi etnis yang masih banyak ditemui di lingkungan sekolah dalam penelitian ini merupakan tanggung jawab negara untuk memberikan jaminan kebebasan bagi setiap warga baik pribumi ataupun warga keturunan, hal tersebut dikarenakan suatu keutuhan masyarakat akan mengantarkan negara tersebut untuk mencapai kesejahteraan.

5.4.1 Peran negara dalam menjamin keamanan terhadap tindak kekerasan

Tindak kekerasan yang kerap dialami oleh anak-anak atau remaja merupakan tindakan pelanggaran hukum negara di mana pelakunya dapat menerima sanksi pidana atas tindakannya tersebut. Tidak dapat dihindari bahwa kekerasan yang terjadi di lingkungan tempat tinggal responden terjadi

salah satunya ketika adanya himpitan ekonomi yang menyebabkan fungsi keluarga yang seharusnya dapat melindungi responden malah beralih pada hal sebaliknya. Ketika lingkungan terdekat responden tidak dapat lagi memberikan rasa aman maka di sanalah seharusnya peran negara masuk dan memberikan jaminan keamanan bagi responden melalui sejumlah kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan dalam hal perlindungan anak.

5.4.2 Peran negara dalam menjamin keamanan berlalu lintas

Pada tingkat XI, rata-rata siswa berumur 16-17 tahun yang mana hal tersebut dalam peraturan negara tertera jelas belum diperbolehkan memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM), namun pada kenyataan dari data yang didapat di lapangan siswa mengaku pergi ke sekolah mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM dan sebagian mengendarai kendaraan bermotor menggunakan SIM dengan kondisi umur yang dilebihkan (melalui calo) di tingkat ini seharusnya negara melalui pihak kepolisian yang secara langsung berhubungan dengan pemberian ijin mengemudi lebih selektif dalam menerbitkan SIM. Tidak hanya penerbitan dan kepemilikan SIM.

5.4.3 Peran negara dalam menjamin keamanan dari ancaman kriminalitas

Sekali lagi tidak dapat terpenuhinya kebutuhan hidup menyebabkan banyak masyarakat memilih jalan singkat untuk dapat memenuhinya salah satu caranya dengan melakukan tindakan kriminalitas seperti pencurian. Dari data yang didapatkan, masih banyak responden yang mengalami tindak kriminalitas tersebut, ada dua hal yang kemudian perlu menjadi perhatian bagi negara di mana pertama adanya jaminan ekonomi dapat mengurangi tingginya angka kriminalitas dan penertiban kembali sistem keamanan dari tingkat terendah

seperti siskamling di lingkungan tempat tinggal. Tindak kriminalitas lainnya berupa maraknya peredaran narkoba di mana remaja merupakan sasaran yang diincar, ketika adanya kelonggaran hukum oleh negara bagi para pengedar narkoba atau obat-obatan terlaran maka terdapat celah luas untuk mempengaruhi para remaja untuk kemudian menggunakan narkoba tersebut. Seharusnya pemerintah pusat hingga daerah memiliki perhatian khusus terhadap bahaya ini karena jelas dampak penggunaan narkoba sangat merugikan generasi penerus bangsa ini.

5.4.4 Peran negara dalam melindungi keberagaman etnik

Hal lain yang tidak nampak begitu jelas namun sangat berbahaya adalah adanya konflik etnis di masyarakat Indonesia khususnya di lingkungan responden dalam penelitian ini. Masih tingginya angka diskriminasi etnis yang di alami oleh responden dari SMAK St. Albertus dan sebagian siswa yang bukan merupakan keturunan etnis Jawa di SMA Negeri 7 Malang mencerminkan lemahnya peran negara dalam memberikan pengertian serta perlindungan bagi warganya dalam hal keberagaman etnis di Indonesia yang merupakan negara kesatuan ini. Pemerintah seharusnya dapay memberikan jaminan bahwa tidak ada perlakuan khusus atau mengedepankan salah satu etnis atau agama dalam hal apapun sehingga masyarakat terbiasa dalam menjalani kehidupan yang beragam sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika. Hilangnya peran negara dalam hal ini sangat berpotensi menimbulkan konflik berkepanjangan diantara suku bangsa di Indonesia.

Dalam dokumen Hilangnya Peran Negara dalam Hal Jaminan (Halaman 136-142)

Dokumen terkait