• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hilangnya Peran Negara dalam Hal Jaminan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hilangnya Peran Negara dalam Hal Jaminan"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HILANGNYA PERAN NEGARA DALAM HAL JAMINAN KEAMANAN PERSONAL (STUDI KASUS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 MALANG DAN SMAK ST.

ALBERTUS MALANG)

Oleh:

KARINA NURTRISIA

0710043032

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

1

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

LEMBAR JUDUL

HILANGNYA PERAN NEGARA DALAM HAL JAMINAN KEAMANAN PERSONAL (STUDI KASUS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 MALANG DAN SMAK ST.

ALBERTUS MALANG)

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Karina Nurtrisia 0710043032

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

(3)

HILANGNYA PERAN NEGARA DALAM HAL JAMINAN KEAMANAN PERSONAL (STUDI KASUS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 MALANG DAN SMAK ST.

ALBERTUS MALANG)

SKRIPSI

Disusun Oleh: Karina Nurtrisia

0710043032

Telah disetujui oleh dosen pembimbing pada: 18 Juni 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Ni Komang Desy S. S.IP, M.Si M. Riza Hanafi S.IP, M.IA NIP. 84123011120412 NIP. 80020711110413

LEMBAR PENGESAHAN

HILANGNYA PERAN NEGARA DALAM HAL JAMINAN KEAMANAN PERSONAL (STUDI KASUS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 MALANG DAN SMAK ST.

(4)

SKRIPSI

Nama: Karina Nurtrisia NIM: 0710043032

Telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam ujian Sarjana pada tanggal: 21 Februari 2013

Tim penguji:

Ketua Majelis Penguji Sekretaris Majelis Penguji

Yusli Effendi S.IP, MA Erza Killian S.IP, M.IEF NIP. 197804232009121001 NIP. 83090911120078

Anggota Majelis Penguji I Anggota Majelis Penguji II

Ni Komang Desy S. S.IP, M.Si M. Riza Hanafi S.IP, M.IA NIP. 84123011120412 NIP. 80020711110413

Malang, Juni 2013

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Ir. Darsono Wisadirana, MS. NIP. 195612271983121001 LEMBAR PERNYATAAN

(5)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “ Hilangnya Peran Negara dalam Hal Jaminan Keamanan Personal (Studi Kasus Siswa Kelas Xi Sma Negeri 7 Malang Dan Smak St. Albertus Malang) “ adalah benar-benar karya sendiri . Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka, dan apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut

Malang, Juni 2013

(6)

I’m done

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan pada Allah SWT atas setiap penyertaan dan berkatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Hilangnya Peran Negara dalam Hal Jaminan Keamanan Personal (Studi Kasus Siswa Kelas Xi Sma Negeri 7 Malang Dan Smak St. Albertus Malang) “ dalam prosesnya penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan arahan dari orang-orang disekitar maka penulisan ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Teruntuk:

(7)

2. Dosen pembimbing skripsi:

Ibu. Ni Komang Desy Arya Pinatih S.IP, M.Si Bapak Riza Hanafi S.IP, M.IA

3. Dosen penguji skripsi:

Bapak. Yusli Effendi S.IP, MA Ibu Erza Killian S.IP M.IEF

(8)

ABSTRAK ……… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ………. 7 3.1 Tipe Penelitian dan Tipe Data ... 30

3.2 Lokasi dan Jangkauan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Subyek Penelitian dan Penarikan Sampel ... 31

3.4 Sumber Data... 33

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 34

3.6 Teknik Analisis Data ... 34

3.7 Indikator, Kuisioner, dan Wawancara ... 35

3.7.1 Indikator ... 35

4.1.2 SMAK St. Albertus Malang ... 43

(9)

4.2.1 Fear of violence (physical torture, war, ethnic

tension, suicide) ... 45

4.2.2 Prevention of accidents... 55

4.2.3 Level of crime... 62

4.2.4 Security from illegal drugs and social network... 68

4.2.5 Prevention of harassement, gender violence, and ethnic discrimination ... 78

4.2.6 Prevention of domestic violence, child abuse, and child exploitation ... 83

4.2.7 Efficiency of institution ... 86

4.2.8 Acces to public information... 89

4.2.9 Personal Financial ... 93

4.2.10 Education ... 95

BAB V ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Disparitas Kondisi Personal Security SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang ... 99

5.1.1 SMA Negeri 7 Malang... 100

5.1.2 SMAK St. Albertus Malang ... 110

5.2 Hasil Penelitian... 121

5.3 Sumber-Sumber Ketidakamanan Personal ... 126

BAB VI PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN ... 128

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan Konsep Keamanan Tradisional dan Human Security... 18

Tabel 2 Jenis Keamanan dan Ancaman dalam Human Security ... 21

Tabel 3 Perbandingan Human Security menurut UNDP dan Kanada... 23

Tabel 4 Responden Penelitian ... 32

Tabel 5 Kondisi Personal Security Siswa SMAN 7 & SMAK St. Albertus ... 98

(11)
(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Pergeseran Konsep Keamanan ... 13 Bagan 2 Alur Pemikiran Konsep Personal Security ………... 28

(13)

HILANGNYA PERAN NEGARA DALAM HAL JAMINAN KEAMANAN PERSONAL (STUDI KASUS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 MALANG DAN SMAK ST.

ALBERTUS MALANG) Penulis : Karina Nurtrisia

NIM : 0710043032

Pembimbing : Ni Komang Desy A.S.IP, M.Si dan M. Riza H. S.IP, M.IA Jumlah Halaman : xiii + 135 halaman

Tahun : 2013

Semenjak berakhirnya perang dingin, konsep mengenai keamanan terus mengalami perubahan. Tidak dapat dipungkiri bahwa keamanan yang dulunya hanya berorientasi pada tataran negara, saat ini mengalami pergeseran kearah yang lebih spesifik yaitu keamanan individu. Konsep mengenai keamanan individu atau human security pertama kali diperkenalkan oleh United Nations Development Program (UNDP) pada tahun 1994 dengan definisi “ freedom from fear and freedom from want ”

Hak untuk mendapatkan rasa aman tidak hanya diperuntukkan bagi golongan tertentu melainkan merata bagi setiap individu tidak terkecuali bagi para pelajar yang utamanya berada di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di mana pada masa tersebut merupakan suatu masa rawan akan ancaman-ancaman terhadap masa depannya. Dalam hal ini peran negara tidak dapat dilepaskan begitu saja, jaminan keamanan bagi setiap individu harus diberikan negara sebagai pemenuhan hak bagi setiap warga negara sebagai refleksi tingkat keamanan dan kesejahteraan negara tersebut di mata negara lain. Sebagai salah satu bagian kecil dari kelompok-kelompok masyarakat, siswa SMA dalam studi kasus ini merepresentasikan bagaimana kondisi personal security siswa dan bagaimana peran negara di dalamnya dalam menjamin keamanan individu.

Kata Kunci :

Human security, personal security, peran negara

ABSTRACT

THE ABSENCE OF STATE IN CASE OF PERSONAL SECURITY WARRANTY (CASE STUDY CLASS XI SMA NEGERI 7 MALANG AND SMAK ST. ALBERTUS

(14)

ID. Number : 0710043032

Lecturer : Ni Komang Desy A.S.IP, M.Si dan M. Riza H. S.IP, M.IA Page Number : xiii + 135 pages

Tahun : 2013

Since the end of the Cold War, the concept of security continues to change. It is inevitable that the security that was once only oriented at the level of the state, is currently experiencing a shift towards more specific the individual security. The concept of an personal security or human security was first introduced by the United Nations Development Program (UNDP) in 1994 with the definition of "freedom from fear and freedom from want"

The right to obtain a sense of security not only for certain groups but equally for every individual no exception to the students are mainly located in the Senior High School which is at that time was a period prone to threats to its future. In this case the role of the state can not be removed simply, guarantee the safety of each individual must be given to the state as the fulfillment of the right of every citizen as a reflection of the level of security and prosperity of the country in the eyes of other countries. As one small part of the community groups, senior high school students in this case study represents how the conditions of personal security of students and how the role of the state in which the individual security guarantees. Key words:

Human security, personal security, role of state

(15)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Adanya pergeseran subyek keamanan setelah berakhirnya Perang Dingin tahun 1990an dari yang semula fokus terhadap keamanan negara kemudian saat ini menjadi keamanan individu atau perorangan, menjadikan permasalahan keamanan bukan hanya fokus pada hal kemiliteran saja melainkan pada hal-hal yang menyangkut hak keselamatan individu seperti kekerasan antar suku, kekerasan dalam rumah tangga, kelaparan, atau ancaman kejahatan peredaran obat-obatan terlarang dan perdagangan manusia. Pergeseran konsep keamanan tersebut melahirkan sebuah konsep keamanan baru yang menyeluruh dan berorientasi pada keamanan individu yaitu konsep human security, dalam laporan Human Security Index, konsep human security diartikan sebagai “it is the basic quality of life of an individual or household at home, in one’s community, and in the world – if that person wealthy, ‘middle clas’,

‘working class, or poor”1 kosep human security berdasarkan definisi tersebut merupakan hak dasar bagi setiap individu baik di dalam lingkungan terdekatnya atau pada suatu komunitas di mana dia berada. Konsep human security ini pertama kali diperkenalkan oleh United Nations Development Program (UNDP) pertama kali pada tahun 1994 yang terdiri dari tujuh bagian yaitu economic security, food security, health security, environmental security, personal security, community security, dan

political security2. Ketujuh bagian tersebut merupakan bagian-bagian yang saling

berhubungan dan erat kaitannya dengan hak dasar keamanan bagi setiap individu yang harus dipenuhi oleh pihak yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah negara

1 Hasting, David A. 2011. The Human Security Index: An Update and a New Release (Laporan) dalam http://www.humansecurityindex.org/wordpress/wp-content/uploads/2011/03/hsiv2-documentation1.pdf diakses tanggal 28 Agustus 2012

2 United Nations Development Programme. 1994. Human Development Report 1994 (Laporan) dalam

(16)

yang kemudian nantinya dapat dirumuskan dalam bentuk kebijakan dan Undang-Undang. Di Indonesia sendiri jaminan keselamatan terhadap individu masih belum dapat terjamin dengan baik, hal tersebut terlihat dari masih banyaknya angka kekerasan yang mengancam masyarakat khususnya pada remaja.

Kasus kekerasan pada anak atau remaja yang belakangan marak terjadi menjadikan permasalahan tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata dan harus mendapatkan penanganan yang segera dan tepat. Kekerasan pada remaja baik yang diakibatkan oleh lingkungan terdekat seperti orang tua atau keluarga lainnya, juga dapat diakibatkan oleh lingkungan diluar seperti halnya teman sebaya, lingkungan sekolah, atau pergaulan lainnya. Lemahnya pengawasan orang tua dan kurangnya kesadaran diri terhadap hal tersebut menjadikan angka kekerasan terhadap remaja dan anak terus meningkat dari tahun ke tahun, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat sebanyak 2.008 kasus kriminalitas yang dilakukan anak usia sekolah terjadi di sepanjang kuartal pertama 2012. Jumlah itu meliputi berbagai jenis kejahatan seperti pencurian, tawuran, dan pelecehan seksual yang dilakukan siswa SD hingga SMA. Dari data yang diperoleh Komnas PA, pada 2010 terjadi 2.413 kasus kriminal anak usia sekolah. Jumlah itu kemudian meningkat di 2011, yakni sebanyak 2.508 kasus3. Dari jumlah tersebut tentu saja kekerasan pada anak dan remaja harus segera ditindaklanjuti agar tidak semakin meluas, untuk dapat menindaklanjuti penyelesaian kasus tersebut maka terlebih dahulu perlu diketahui faktor apakah yang menjadi ancaman atau penyebab utama terjadinya kekerasan tersebut sehingga nantinya dapat dibentuk suatu rumusan kebijakan yang dapat memberikan perlindungan kepada anak khususnya remaja.

3 Puskominfo Bidang Humas Polda Metro Jaya, 2012. 2.008 Kasus Kriminal Dilakukan Anak-Anak

(17)

Terkait dengan konsep human security yang memiliki dua hal pokok yaitu

freedom from fear and freedom from want dalam penelitian ini akan dibahas mengenai salah satu bagian dalam konsep tersebut yaitu kondisi personal security siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Malang yang berada di Jalan Cengger Ayam I/14 Malang dan Sekolah Menengah Atas Katholik (SMAK) St. Albertus atau yang banyak dikenal dengan sebutan SMA Dempo yang berada di wilayah Jalan Talang No. 1 Malang. Kota Malang yang dikenal dengan slogan sebagai Kota Pendidikan tentunya menjadi kota tujuan pendidikan bagi banyak masyarakat di luar wilayah Kota Malang, pada akhirnya masyarakat dari berbagai macam latar belakang ekonomi, agama, etnis dapat dengan mudah ditemukan di Kota Malang sebagai miniatur Indonesia. Tentunya hal tersebut bukan tidak mungkin menimbulkan potensi konflik di tingkat pelajar di Kota Malang, maraknya peredaran narkoba, seks bebas, kasus bullying, tawuran pelajar, penyalahgunaan penggunaan jejaring sosial menjadi contoh ancaman yang kemudian banyak terjadi saat ini. Dalam penelitian ini responden dipilih dari siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang dengan pertimbangan antara lain:

- Responden di pilih dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sesuai dengan karakterististik konsep human security yaitu bersifat universal yaitu berlaku bagi siapa saja untuk dapat dijadikan subyek penelitian

- Pelajar dalam hal ini menghabiskan sebagian waktunya sehari-hari di sekolah dengan sejumlah peraturan sekolah yang mengikat siswa, sehingga dalam hal ini hasil penelitian nantinya diharapkan dapat menjawab indikator kondisi

(18)

- Sesuai dengan pengamatan di lapangan, banyak siswa SMA yang pergi ke sekolah dengan mengendarai kendaraan pribadi sedangkan di tingkat SMA usia rata-rata siswa antara 15 hingga 17 tahun yang artinya siswa belum dapat memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM), dalam hal ini penelitian ditujukan untuk mengetahui bagaimana kondisi personal security siswa dalam hal berkendara dan pencegahan kecelakaan lalu lintas serta bagaimana peran negara dalam mendisiplinkan penggunaan jalan raya

- Tingkat kelas XI merupakan tingkat kelas yang berada di tengah-tengah di antara kelas X dan kelas XII, hal tersebut berarti pada tingkat kelas XI responden memiliki kakak dan adik tingkat sehingga pada tahapan ini kelas XI dianggap ideal untuk menjawab indikator mengenai kondisi personal security

responden terhadap rekan sekolah

- Tingkat kelas XI merupakan tingkat di mana hampir seluruh kegiatan siswa di sekolah dikelola oleh siswa kelas XI seperti OSIS ataupun kegiatan ekstrakurikuler sekolah, hal tersebut berarti pada tingkat kelas XI responden memiliki otoritas lebih dalam menjalankan kegiatan di sekolah yang mana hal tersebut terkadang meimbulkan konflik dikarenakan munculnya rasa kecemburuan antar teman

(19)

- Beragamnya latar belakang siswa di SMA Negeri 7 Malang dalam hal suku, agama, serta tingkat ekonomi keluarga menjadikan SMA Negeri 7 Malang menjadi salah satu sekolah negeri yang memiliki siswa dengan beragam responden, perekonomian dalam hal ini dipergunakan sebagi indikator untuk melihat bagaimana peran negara dalam mensejahterakan masyarakatnya

- Pada tahun 2006 SMA Negeri 7 Malang pernah menyelenggarakan pentas kesenian Cipta Gelar Pesona Sabhatansa (CGPS) yang kemudian mengalami kerusuhan sehingga mengakibatkan pihak sekolah berurusan dengan pihak kepolisian dan kegiatan CGPS sesuai dengan peraturan sekolah hingga tahun 2013 ini ditiadakan. Hal tersebut dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana kemudian peran sekolah dalam memberikan kebebasan pada siswa untuk dapat mengekspresikan dirinya melalui kegiatan seni

- Pada tahun 2006 beberapa siswa SMA Negeri 7 Malang pernah terlibat tawuran antar pelajar yang mengakibatkan beberapa siswa yang bersangkutan tersebut terkena hukuman dan skors dari pihak sekolah, sehingga hal tersebut dipergunakan untuk mengetahui seberapa tingkat keamanan siswa terhadap masalah tawuran antar pelajar

(20)

- SMAK St. Albertus Malang merupakan sekolah dengan latar belakang pendidikan agama sehingga siswanya dibekali dengan pendidikan agama dengan porsi lebih dibandingkan sekolah negeri yang tergolong sekolah umum

- Lebih dari 70% siswa SMAK St. Albertus Malang berlatar belakang keturunan etnis Cina, dan beragama Nasrani sehingga hal tersebut dipergunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi personal security siswa terhadap permasalahan diskriminasi etnis di masyarakat

- Di tingkat ekonomi, siswa SMAK St. Albertus Malang tergolong berada pada tingkat menengah ke atas sehingga hal tersebut dipergunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi personal security siswa dalam hal keuangan individu untuk dapat memenuhi keinginan mereka

- Di bidang akademik, SMAK St. Albertus Malang memiliki sederet prestasi sehingga menjadikan sekolah tersebut sebagai sekolah swasta tujuan masyarakat, maka dalam penelitian ini hal tersebut dipergunakan untuk menegtahui bagaimana kondisi personal security siswa terhadap indikator pendidikan

- Dari pengakuan sejumlah siswa sebelum dilaksanakannya penelitian, di SMAK St. Albertus Malang terdapat beberapa hal yang menyangkut permasalahan senioritas yang dianggap mengganggu dan mengancam responden

(21)

dalam penelitian ini kemudian akan dibahas lebih mendalam mengenai ancaman terhadap kondisi personal security siswa terhadap peraturan sekolah

Dari kedua sekolah dengan latar belakang yang berbeda tersebut dan pemilihan tingkat kelas pada responden, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ancaman-ancaman apa saja yang dianggap paling mengancam bagi responden dari kedua sekolah tersebut, kemungkinan perbedaan hal yang dianggap paling mengancaman bagi responden di kedua sekolah tersebut, bagaimana kondisi disparitas

personal security siswa kelas XI di kedua sekolah tersebut dan bagaimana peran negara dalam memberikan jaminan keamanan bagi masyarakatnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi personal security siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang?

2. Bagaimana kondisi disparitas personal security siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang?

3. Apa sumber-sumber ancaman dalam personal security siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang?

4. Bagaimana peran negara dalam menjamin kemanan pada subyek penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Penulisan penelitian ini secara umum bertujuan untuk:

(22)

b. Dapat memberikan gambaran mengenai hal apa yang menjadi ancaman paling tinggi dan paling rendah bagi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang

c. Dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan kondisi personal security siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang

d. Dapat memberikan gambaran mengenai peran negara dalam menjamin keamanan bagi setiap individu terutama subyek penelitian

e. Dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana pengolahan data hasil survey sebagai hasil dari penelitian mengenai kondisi personal security

siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang

1.4 Manfaat Penelitian

(23)

analisis dan pengolahan data sehingga menjadi satu bentuk kesatuan penelitian yang utuh.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini secara umum akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka pada penelitian ini seperti studi terdahulu, konsep human security yang akan dijadikan sebagai konsep dasar dalam penelitian ini, serta argument utama penelitian yang akan dipergunakan untuk menarik kesimpulan di akhir penelitian.

2.1 Studi Terdahulu

(24)

pada individu atau perorangan yang lebih komples. Munculnya konsep human security pada tahun 1994 yang dikemukakan oleh UNDP menjadi titik awal mulai berkembangnya konsep tersebut, sayangnya dalam perkembangannya konsep human security mengalami banyak perdebatan. Tidak banyaknya pengembangan penelitian konsep human security kemudian menarik perhatian para peneliti untuk meneliti lebih dalam mengenai konsep tersebut, salah satu penelitian yang merupakan pilot project

dalam fokus konsep human security dilaksanakan oleh tim dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang yaitu Effendi, Killian, dan Setiawati yang berjudul Baseline Study Mengenai Kondisi Kemananan Insani (Human Security)4 di Kota Malang pada bulan September 2012, dalam penelitian

tersebut tim peneliti memfokuskan penelitian di Kota Malang yang terbagi atas beberapa wilayah admisitrasi terdiri dari 5 kecamatan antara lain Klojen, Lowokwaru, Blimbing, Sukun dan Kedungkandang. Sesuai dengan pembabakan yang telah ditentukan oleh UNDP sebagai dasar pengembangan konsep human security dibagi dalam tujuh bagian antara lain economic security, food security, health security, environmental security, personal security, community security, dan political security

penelitian mengenai kondisi keamanan insani di Kota Malang tersebut kemudian menjabarkan secara terperinci ancaman-ancaman apa saja yang kemudian banyak terjadi di kota Malang. Penelitian yang dikembangkan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif atau dikenal dengan sebutan mixing method tersebut kemudian memberikan gambaran secara umum mengenai ancaman tertinggi hingga terendah di Kota Malang. Dari 120 total responden yang dipilih secara merata di lima kecamatan di Kota Malang kemudian disimpulkan bahwa ancaman tertinggi berada pada bagian

environmental security, personal security, dan community security, sedangkan

4 Effendi, Y., Killian P.M,. Setiawati, Ni Komang,. (2012) Baseline Study Mengenai Kondisi Keamanan

(25)

ancaman yang sianggap sedang ditemukan pada bagian economic security, food security, health security, dan political security.

Dari kesimpulan pada penelitian terdahulu diketahui bahwa salah satu bagian yang memiliki tingkat ancaman paling tinggi adalah bagian personal security

diketahui bahwa beberapa sumber-sumber ancaman berupa banyaknya tindakan pencurian khususnya pencurian kendaraan bermotor, dan fasilitas publik yang membahayakan keselamatan warga, maka penelitian ini secara spesifik akan membahas lebih dalam mengenai kondisi personal security. Jika pada studi terdahulu subyek penelitian atau responden merupakan warga Kota Malang di lima kecamatan, maka dalam penelitian ini responden difokuskan pada pelajar kelas XI di SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang

2. 2 Definisi Konseptual

2. 1. 1 Konsep Human Security

(26)

lingkup keamanan adalah lebih luas daripada semata-mata keamanan militer (military security). Pandangan kedua adalah menentang perluasan ruang lingkup dari keamanan dan lebih cenderung konsisten dengan status quo. Pandangan ketiga tidak saja memperluas cakupan bahwa keamanan lebih luas dari semata-mata ancaman militer dan ancaman negara, namun juga berusaha untuk memperlancar proses pencapaian emansipasi manusia (human emancipation)5 konsep tersebutlah yang kemudian dikenal dengan sebutan comprehensive security. Keamanan manusia atau human security merupakan idea atau konsep yang berkembang atas dasar pemikiran pergeseran subyek keamanan, jika dulunya keamanan hanya berorientasi pada negara atau

state oriented, maka setelah berakhirnya Perang Dingin konsep keamanan bergeser ke pemikiran mengenai keamanan manusia yang berorientasi pada manusia atau people oriented.

Bagan 1

Pergeseran Konsep Keamanan

5 Susetyo, Heru. Menuju Paradigma Keamanan Komprehensif Berprespektif Keamanan Manusia

dalam Kebijakan Keamanan Nasional Indonesia. 2008. Lex Jurnalica Vol. 6 No. 1. Dalam

(27)

Perdebatan mengenai konsep keamanan ini seperti yang disebutkan oleh Edy Prasetyono ketua Depatemen Hubungan Internasional Centre for Stategic and International Studies (CSIS) dalam jurnalnya yang bejudul Human Security6 ada tiga hal yang menjadi perdebatan pada

kemunculan konsep human security ini yaitu: pertama, human security

merupakan gagasan dan upaya negara-negara Barat dalam bungkus baru untuk menyebarkan nilai-nilai-nilai mereka terutama tentang hak azasi manusia. Kedua, human security, sebagai suatu konsep, bukanlah hal baru. Human security yang secara luas mencakup isu-isu non-militer juga sudah dikembangkan di dalam konsep keamanan konprehensif. Ketiga, barangkali perdebatan yang paling tajam, adalah perbedaan dalam definisi dan upaya untuk mencapai human security

oleh masing-masing pemerintah nasional berdasarkan sudut pandang, pengalaman, dan prioritas yang berbeda.7 Terlepas dari perdebatan mengenai kemunculan konsep human security tersebut, human security

muncul untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan nilai kemanusiaan yang marak terjadi belakangan ini baik yang disebabkan oleh individu lain atau kelompok-kelompok tertentu yang mengancam jiwa seseorang. Human security mempunyai dua komponen utama yaitu:

6 Prasetyono, Edy. Human Security (Artikel) 11 September 2003 dalam

http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/human_security_ep.pdf diakses tanggal 27 April 2012

7 Ibid.

(28)

freedom from fear and freedom from want - The battle of peace has to be fought on two fronts. The first is the security front where victory spells freedom from fear. The second is the economic and social front where victory means freedom from want. Only victory on both fronts can assure the world of an enduring peace. No provisions that can be written into the Charter will enable the Secun'ty Council to make the world secure from war if men and women have no security in their homes and their jobs8

Kedua komponen tesebut menjelaskan bahwa konsep human security

pada intinya merupakan konsep yang menjungjung kebasan dari rasa takut dan kebebasan berkeinginan, untuk mencapai perdamaian yang pertama harus dicapai adalah kebebasan dari rasa takut kemudian kedua dibidang ekonomi dan sosial yang menjadi komponen bebas berkeinginan. Konsep human security kemudian berusaha merubah sudut pandang mengenai kamanan tradisional ke arah yang lebih global dengan memperhatikan kedua komponen tersebut. Jika dahulu konsep keamanan fokus terhadap permasalahan konflik antar negara maka saat ini keamanan tidak hanya terfokus pada satu titik saja.

Rasa aman dan nyaman merupakan hak bagi setiap individu, oleh sebab itu munculnya konsep human security pertama kali didefinisikan oleh UNDP dalam Human Development Report (HDR) 19949 sebagai:

“Human security can be said to have two main aspects. It means, first, safety from such chronic threats as hunger, disease and repression. And second, it means protection from sudden and hurtful disruptions in the patterns of daily life-whether in homes, in jobs or in communities. Such threats can exist at all levels of national income and development.”

8 United Nations Development Programme (UNDP). Human Development Report (HDR) 1994 . dalam

http://hdr.undp.org/en/media/hdr_1994_en_chap2.pdf diakses tanggal 27 April 2012

9 United Nations Development Programme (UNDP). Human Development Report (HDR) 1994 . hal. 23

(29)

Definisi yang diutarakan oleh UNDP tersebut menjelaskan bahwa keamanan manusia terdiri dari hal-hal yang mendasar seperti bebas dari ancaman yang bersifat kronis seperti kelaparan, dan penyakit menular yang berbahaya. Selain itu UNDP juga menjelaskan mengenai proteksi terhadap kehidupan sehari-hari baik di dalam ataupun di luar rumah karena ancaman-ancaman kejahatan yang merugikan dan cenderung melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) tersebut dapat terjadi di mana saja. Selain itu dalam laporan yang diterbitkan oleh Commision on Human Security (CHS)10, human security didefinisikan pula sebagai:

“…to protect the vital core of all human lives in ways that enhance human freedoms and human fulfillment. Human security means protecting fundamental freedoms – freedoms that are the essence of life. It means protecting people from critical (severe) and pervasive (widespread) threats and situations. It means using processes that build on people’s strengths and aspirations. It means creating political, social, environmental, economic, military and cultural systems that together give people the building blocks of survival, livelihood and dignity.”11

Senada dengan definisi yang dipublikasikan oleh UNDP, Commission on Human Security berpendapat bahwa human security merupakan proteksi terhadap kebebasan secara dasar atau fundamental terhadap nilai-nilai kehidupan termasuk kebebasan dalam menyampaikan aspirasi untuk menciptakan suatu bentuk ketahanan. Dari kedua definisi

10 Commission on Human Security (CHS) terbentuk pada bulan Januari tahun 2001 sebagai respon

terhadap UN Millennium Summit yang diadakan pada bulan September tahun 2000 untuk pencapaian

“freedom from want” dan “freedom for fear”. Tahun 2003 CHS mempublikasikan laporannya yang berjudul

Human Security Now (Human Security at the United Nations, Newsletter – Issue 1 (Fall 2007) dalam

http://ochaonline.un.org/OchaLinkClick.aspx?link=ocha&docId=1065215 diakses tanggal 27 April 2012

11 Commission on Human Security final report, Human Security Now. dalam Human Security Unit Office

for the Coordination of Humanitarian Affairs United Nations. Human Security in Theory and Practice, Aplication of Human Security Concept and the United Nation Trust Fund for Human Security. 2009. Dalam

(30)

tersebut terdapat satu kesimpulan mengnai definisi konsep human security yaitu memiliki kesamaan dalam mengangkat kebebasan individu dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga individu tersebut dapat terpenuhi seluruh hak hidupnya.

Konsep human security jika dilihat dari definisi tersebut di atas sangat erat kaitannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM) yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan hak hidup bagi manusia, kemunculan konsep ini tidak terlepas dari pandangan masyarakat mengenai pentingnya mengangkat hak hidup bagi setiap individu.

Human security menurut UNDP secara garis besar berisi tentang dua hal pokok yang mendasar yaitu “freedom from fear” dan “freedom from want” bebas dari rasa takut dan berkeinginan adalah dua hal dasar yang menjadikan konsep human security merupakan konsep keamanan yang paling mendasar.

Empat karakteristik yang diangkat oleh konsep human security ini adalah: universal, interdependent, prevention, dan people-centred12

human security bersifat universal yang artinya konsep tersebut relevan dengan semua individu di manapun baik kaya ataupun miskin karena berbagai macam ancaman dapat timbul sewaktu-waktu seperti pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), polusi udara, kriminalitas, dan kejahatan lainnya. Kedua, the components of human security are interdependent atau saling terkait antara satu aspek dengan aspek lainnya seperti adanya perdagangan obat-obatan terlarang, perdagangan

12 United Nations Development Programme (UNDP). Human Development Report (HDR) 1994 . hal.

(31)

manusia, terorisme yang terjadi terkait dengan batas-batas negara. Ketiga, easier to ensure trough early prevention, dengan adanya konsep

human security maka kita dapat melakukan tindakan preventif sehingga dapat menekan kemungkinan buruk yang dapat terjadi seperti penyebaran penyakit. Keempat, people-centred konsep human security

fokus terhadap kebebasan manusia dalam kehidupannya dan dalam komunitasnya serta bagaimana tiap-tiap manusia berkesempatan untuk mendapatkan akses interaksi sosial. keempat karakteristik tersebut kemudian menjadikan human security sebagai konsep keamanan yang jauh dari kekerasan secara militer. Pergeseran tersebut yang kemudian membedakan pengertian antara konsep keamanan tradisional dengan konsep human security saat ini, perbedaan antara konsep keamanan tradisional dengan konsep human security adalah:

Tabel 1

Perbedaan konsep keamanan tradisional dan human security13

Keamanan tradisional Human security

13 Bajpai, Kanti. Human Security: Concept and Measurement. Kroc Institute Occasional Paper (Number

19), University of Notre Dame, Notre Dame, Indiana, 2000 . hal 48. Dalam

(32)

Arti

keamanan Pemaksaan merupakan suatuinstrumen keamanan yang paling utama yang digunakan untuk menjaga keamanan negaranya sendiri kapabilitas militer harus sejajar

Norma-norma dan institusi memiliki nilai yang terbatas, khususnya di bidang keamanan ataupun militer

Ukuran norma dan isntitusi ditentukan oleh demokratisasi dan perwakilan dalam institusi yang dapat menunjukkan keefektifan

Sumber: Human Security Concept and Measurement, 2009.

Human security menurut UNDP digolongkan ke dalam tujuh kategori14 yang secara umum banyak dijadikan acuan yaitu: economic

security, food security, health security, environment security, personal

security, community security, dan political security. Ketujuh kategori tersebut merupakan aspek kehidupan yang erat kaitanya dengan manusia dan menyentuh kehidupan sehari-hari sehingga konsep human

14 United Nations Development Programme (UNDP). Human Development Report (HDR) 1994 . hal.

(33)

security merupakan satu kesatuan yang menaungi beberapa aspek terkait kehidupan masyarakat pada umumnya. Penggolongan kategori dalam tujuh poin tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat karena mewakili ancaman-ancaman yang terjadi karena faktor internal ataupun eksternal. Faktor internal yang menyebabkan seseorang merasa tidak aman seperti adanya rasa tidak nyaman terhadap suatu hal, ataupun ancaman yang terjadi secara langsung pada seseorang. Sedangkan faktor eksternal yang mengancam dapat terjadi karena pihak lain atau suatu kejadian yang dilakukan oleh pihak lain namun berimbas kepada keamanan individu.

(34)

akses pengobatan dan penyuluhan dari pemenrintah setempat sehingga angka kematian akibat penyakit tersebut dapat berkurang.

Kerusakan lingkungan seperti kebakaran hutan, longsor akibat pembabatan hutan secara illegal, kurangnya air bersih, polusi udara, dan pencemaran laut merupakan ancaman bagi manusia sehingga

environment security muncul sebagai salah satu aspek penting dalam konsep human security. Konsep human security tidak terlepas dari peranan individu sebagai subyek, ancaman terhadap manusia secara personal dapat berupa adanya perang antar negara, kriminalitas, perdagangan manusia, pemerkosaan, tenaga kerja dibawah umur, dll. sedangkan ancaman terhadap komunitas yang masih banyak terjadi adalah konflik antar etnis atau suku, perbedaan agama, serta konflik identitas lainnya sehingga memicu ketegangan antar kelompok.

Political security merupakan kategori terakhir dari human security

yang menekankan ancaman terhadap pelanggaran nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM) sehingga mengancam kebebasan individu, serta ancaman yang diakibatkan adanya suatu kejadian politik sehingga berdampak langsung terhadap masyarakat suatu negara secara luas.

Tabel 2

Jenis-jenis keamanan dan ancaman dalam konsep human security

Jenis Keamanan Jenis Ancaman

Economic security Kemiskinan, pengangguran

Food security Kelaparan

(35)

Environment

security Degradasi lingkungan, bencana alam, polusi,berkurangnya sumber daya alam

Personal security Kekerasan fisik, kriminalitas, terorisme, kekerasan domestik, memperkerjakan anak di bawah umur , eksploitasi

Community

security Kerusuhan antar etnis, permasalahan agama,dan ketegangan yang memicu kerusuhan yang disebabkan oleh identitas suatu kelompok Jepang juga turut berpendapat dan mengadopsi konsep human security. Pemerintah Kanada secara eksplisit mengritik bahwa konsep human security UNDP terlalu luas dan hanya mengaitkan dengan dampak negative pembangunan dan keterbelakangan. UNDP mengabaikan

“human insecurity resulting from violent conflict”. Kritik senada juga dikemukakan oleh Norwegia. Menurut Kanada, human security adalah keamanan manusia yang doktrinnya didasarkan pada Piagam PBB, Deklarasi Universal tentang Hak Azasi Manusia, dan Konvensi Jenewa. Langkah-langkah operasional untuk melindungi human security

dirumuskan dalam beberapa agenda tentang: pelarangan penyebaran ranjau, pembentukan International Criminal Court, HAM, hukum humaniter internasional, proliferasi senjata ringan dan kecil, tentara anak-anak, dan tenaga kerja anak-anak16.

15 Human Security Unit Office for the Coordination of Humanitarian Affairs United Nations. Human

Security in Theory and Practice, Aplication of Human Security Concept and the United Nation Trust Fund for Human Security. 2009. Hal. 7. Dalam http://hdr.undp.org/en/media/HS_Handbook_2009.pdf diakses tanggal 27 April 2012

(36)

Konsep human security menurut Kanada pada intinya menyatakan bahwa dalam perspektif Kanada human security adalah security of the people (keamanan warga negara) yang berpedoman kepada Piagam PBB, Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia serta Konvensi Geneva. Dalam hal ini konsep human security berfokus pada human cost yang diakibatkan oleh konflik kekerasan. Pemahaman tersebut mendapat sambutan dari negara-negara middle power seperti Norwegia yang kemudian bersama dengan pemerintah Kanada mendirikan lembaga bernama Human Security Partnership pada tahun 1998. Lembaga ini mengidentifikasi human security dalam 9 (sembilan) hal sebagai berikut: korban ranjau darat, pembentukan International Criminal Court, hak-hak asasi manusia, hukum humaniter, wanita dan anak-anak dalam konflik bersenjata, plorifikasi senjata ringan (small arms), tentara anak-anak, buruh anak-anak dan kerjama negara-negara utara17.

Tabel 3

Perbandingan human security menurut UNDP dan Kanada

UNDP School Canadian School

(37)

Security from

Sumber: Human Security Concept and Measurement18

Sedangkan konsep human security menurut pandangan Jepang sangat mirip dengan UNDP. Human security secara komprehensif mencakup semua hal yang mengancam kehidupan dan kehormatan manusia, misalnya kerusakan lingkungan, pelanggaran HAM, kejahatan terorganisir internasional, masalah pengungsi, peredaran obat-obat terlarang, penyebaran penyekit menular yang berbahaya, dan sebagainya. Jadi, Jepang menekankan bahwa human security dalam konteks “freedom from fear and freedom from want”19 Ketiga pandangan mengenai konsep human security tersebut muncul sebagai bentuk pemahaman yan berbeda-beda mengenai konsep keamanan sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan negara yang berbeda akan nilai keamanan.

Dalam pertemuan United Nations Millennium Declaration yang diadakan pada tanggal 6-8 September tahun 2000, human security 18 Bajpai, Kanti. Human Security: Concept and Measurement. Kroc Institute Occasional Paper (Number

19), University of Notre Dame, Notre Dame, Indiana, 2000 . hal 36. Dalam

http://www.hegoa.ehu.es/dossierra/seguridad/Human_security_concept_and_measurement.pdf diakses tanggal 27 April 2012

19 Prasetyono, Edy. Human Security. 11 September 2003 dalam

(38)

diangkat sebagai isu penting dalam mengatasi permasalahan pembangunan di negara-negara miskin dan berkembang. Dalam deklarasi tersebut disebutkan nilai-nilai fundamental yang menjadi esensi dalam hubungan internasional antara lain: kebebasan, kesetaraan, solidaritas, toleransi, perhatian terhadap alam, serta pembagian tanggung jawab20. Dari hal tersebut kemudian PBB mengadopsi beberapa hal yang kemudian menjadi acuan pembentukan Millenium Development Goals (MDGs) yang kemudian sistem tersebut diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dalam perkembangannya MDGs dibagi menjadi delapan poin utama21 antara lain eradicate extreme hunger and poverty (memberantas kemiskinan dan kelaparan), achieve universal primary education (memenuhi standar pendidikan dasar), promote gender equality and empower women (kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita), reduce child mortality (mengurangi angka kematian anak), improve maternal helath

(meningkatkan kesehatan ibu), combat HIV/AIDS malaria and other diseases (memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya),

ensure environmental sustainability (pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan), develop a global partnership for development

(mengembangkan kerjasama global dalam pembangunan)

2. 3 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang menyatakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan

20 United Nations Millennium Declaration, I. Value and Principles: 6. 2000. Dalam

http://www.un.org/millennium/declaration/ares552e.htm diakses tanggal 27 April 2012

(39)

bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris seperti menghitung, mengukur atau dengan cara lain seperti mengumpulkan informasi melalui penalaran kita22 sehingga untuk dapat menjalankan definisi konseptual pada penelitian ini akan dirumuskan indikator terkait personal security yang dikutip dari

Human Security: Indicators for Measurement23, terdapat 8 indikator personal security

antara lain:

1. Fear of violence (physical torture, war, ethnic tension, suicide), indikator

ini digunakan untuk mengukur tingkat keamanan siswa kelas XI terhadap

dari ancaman-ancam secara fisik, konflik antar pelajar, ataupun kegiatan

lain yang menyebaban adanya kekerasan

2. Prevention of accidents, indikator ini digunakan untuk mengukur sejauh

mana upaya pencegahan terhadap kecelakaan-kecelakaan yang dapat

mengacam kehidupan siswa kelas XI secara personal

3. Level of crime, indikator ini digunakan untuk mengukur sejauh mana

tingkat kriminal di wilayah sekolah dan tempat tinggal siswa kelas XI

4. Security from illegal drugs, indikator ini digunakan utuk mengukur sejauh

mana tingkat keamanan siswa kelas XI terhadap ancaman peredaran

obat-obatan terlarang

5. Prevention of harassment and gender violence, indikator ini digunakan

untuk mengukur tingkat pelecehan dan kekerasan yang sering terjadi pada

siswa kelas XI

22 Silalahi, Ulber. 2009. Metode penelitian Sosial hal. 120 Refika Aditama: Bandung.

23 Human Security: Indicators for Measurement dalam

(40)

6. Prevention of domestic violence and child abuse, indikator ini digunakan

untuk mengukur tingkat pencegahan terhadap kekerasan domestic pada

siswa kelas XI seperti yang terjadi dalam rumah tangga atau pelecehan

terhadap anak-anak ataupun eksploitasi anak

7. Efficiency of institution, indikator ini digunakan untuk mengukur sejauh

mana institusi terkait penganganan perlindungan anak dan remaja dapat

bekerja secara efektif sehingga dapat mengurangi angka kekerasan pada

anak dan remaja khususnya siswa kelas XI

8. Access to public information, indikator ini digunakan sebagai tolak ukur

sejauh mana siswa kelas XI yang rentan menjadi korban kekerasan dapat

mengakses informasi-informasi publik yang disediakan agar dapat

membekali dirinya sendiri baik di lingkungan sekolah ataupun tempat

tinggalnya

9. Personal financial, indikator ini dipergunakan sebagai informasi pendukung mengenai latar belakang keluarga responden dalam hal ekonomi sehingga dapat memberikan gambaran kondisi keluarga siswa

10.Education, indikator ini dipergunakan untuk pengumpulan data terkait kondisi responden di bidang pendidikan guna mengetahui lebih lanjut mengenai ada atau tidaknya ancaman dalam hal pendidikan

Dari kesepuluh indikator tersebut akan diolah menjadi suatu bentuk kuisioner

yang akan dibagikan pada setiap sampel penelitian yaitu siswa kelas XI SMAN 7

Malang dan SMAK St. Albertus Malang. Kemudian dari hasil yang diperoleh

(41)

menjawab rumusan masalah pada penelitian ini terutama dalam hal peran negara

(42)
(43)

2.4 Argumen Utama

Berdasarkan acuan pada penelitian sebelumnya mengenai kondisi keamanan insani (human security) di Kota Malang yang menyatakan bahwa kondisi keamanan insani di Kota Malang pada indikator personal security tergolong tinggi, maka dalam pengembangannya penelitian ini akan fokus terhadap kondisi personal security siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang dengan argumenn utama berdasarkan fakta lapangan adalah terdapatnya gejala-gejala ancaman pada aspek personal security dalam hal ini mengenai ancaman terhadap kekerasan pada anak, perkelahian, diskriminasi etnis, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan jejaring sosial, serta tingginya ancaman kecelakaan saat berkendara di jalan raya di mana ancaman-ancaman tersebut dapat dikatakan sebagai indikator pengukuran tidak terpenuhinya aspek personal security siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang dan hal tersebut mencerminkan kurangnya peran negara dalam hal memberikan rasa aman bagi siswa tersebut.

(44)

METODE PENELITIAN

Dalam sebuah penelitian tentu saja diperlukan sebuah kerangka kerja yang dirangkai dalam bentuk metode penelitian, maka dalam bab ini pembahasan akan difokuskan terhadap kerangka kerja penelitian yaitu mengenai tipe data dan penelitian, lokasi dan jangkauan waktu penelitian, subyek penelitian, teknik analisis data dan hal-hal yang berkaitan dengan kuisioner serta wawancara responden penelitian.

3. 1 Tipe Penelitian dan Tipe Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mencari gambaran atau menggambarkan tentang suatu keadaan fenomena24personal security siswa kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang. Tipe penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian deskriptif juga fokus pada pertanyaan dasar “bagaimana” dengan berusaha mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti, dan lengkap25 sedangkan dalam prosesnya, penelitian ini menggunakan tipe data campuran yaitu kuantitatif dan kualitatif (data bukan angka) menurut Miles dan Huberman dalam buku Metode Penelitian Sosial26 data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandaskan kukuh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Data kualitatif tersebut akan didapat melalui jawaban kuisioner yang diberikan pada para sampel siswa SMAN 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang. Sedangkan data kuantitaif dipergunakan untuk menghitung presentase pada tiap indikator.

3. 2 Lokasi dan Jangkauan Waktu Penelitian

(45)

Pada penelitian ini dengan mempertimbangkan alasan kedekatan wilayah dan penulis merupakan alumnus dari salah satu sekolah yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri 7 Malang yang terletak di Jalan Cengger Ayam I/14 , dan SMAK St. Albertus Malang yang terletak di Jalan Talang 1 Malang. Sedangkan jangkauan waktu untuk membatasi penelitian ini adalah bulan November tahun 2012. Namun tidak menutup kemungkinan data-data yang dipergunakan untuk penyusunan penelitian ini berada di luar jangkauan lokasi dan waktu yang telah ditentukan.

3.3 Subyek Penelitian dan Penarikan Sampel

Secara keseluruhan siswa dan siswi kelas XI SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus yang dipilih sebagai responden dalam penelitian ini berjumlah 10 anak pada masing-masing kelas berdasarkan jenis kelamin dan prestasi siswa di kelas sehingga dengan demikian hasil penelitian akan dapat dilihat berdasarkan kriteria tersebut. Jenis klamin siswa dipilih berdasarkan perbandingan 1:1 di mana jumlah siswa laki-laki dan perempuan jumlahnya seimbang pada setiap kelas. Sedangkan pemilihan siswa berprestasi dilakukan berdasarkan nilai ranking siswa pada masing-masing kelas yaitu lima siswa dengan prestasi teratas dan lima siswa secara acak berdasarkan jenis klaminnya ditiap kelas. Sedangkan untuk penarikan sampel digunakan dengan cara purposive sampling di mana pemilihan subyek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dan dipercaya mewakili satu populasi tertentu27.

Tabel 4 Responden Penelitian

(46)
(47)

3. 4 Sumber Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui dua cara, yaitu data primer dan data skunder, antara lain:

- Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi dari individu, kelompok fokus, dan satu kelompok responden secara khusus yang dijadikan sebagai sumber28 dalam hal ini data primer didapatkan dari metode pengumpulan data melalui pembagian kuisioner dengan pertanyaan dan jawaban tertutup (ya/tidak atau pilihan jawaban lainnya)

- Data skunder, data pendukung pada penelitian ini didapatkan dari sumber selain sampel penelitian yaitu melalui buku, literatur, artikel, ataupun jurnal ilmiah lainnya yang mendukung dan sesuai dengan penelitian ini.

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan melalui bentuk survei di mana survei tersebut dilaksanakan melalui teknik:

- Kuisioner, yaitu pembagian angket dengan pertanyaan dan jawaban tertutup (ya/tidak atau pilihan jawaban lainnya)

- Wawancara, yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden yang dipilih secara khusus berdasarkan hasil

(48)

jawaban kuisioner yang menunjukkan memiliki tingkat ancaman lebih tinggi dibandingkan responden lainnya

3. 6 Teknik Analisis Data

Pada penelitian dengan jenis data kualitatif, maka teknik analisis data dilakukan dengan tiga cara yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan29 :

- Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan, pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan

- Penyajian data, merupakan proses penyusunan data dalam bentuk teks naratif atau bentuk lainnya seperti matriks, grafik, jaringan, dan bagan agar data dapat dibaca dengan jelas

- Penarikan kesimpulan

3.7 Indikator, Kuisioner, dan Wawancara

3.7.1 Indikator

Penentuan indikator pada penelitian ini ditujukan sebagai tolak ukur analisa penelitian, pada pengumpulan data berupa kuesioner setiap siswa diberikan sejumlah pertanyaan yang mewakili indikator yang telah ditentukan dengan tujuan mengetahui hal apa yang menjadi ancaman bagi siswa kelas XI di SMA Negeri 7 Malang dan SMAK St. Albertus Malang serta bagaimana kondisi disparitas personal security di kedua sekolah tersebut sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini. Indikator yang digunakan dalam menyusun

(49)

rumusan pertanyaan pada kuesioner nantinya didapatkan dari Human Security: Indicators for Measurement30 yang berisi 8 jenis indikator antara

lain: fear of violence (physical torture, war, ethnic tension, suicide), prevention of accidents, level of crime, security from illegal drugs, prevention

of harassment and gender violence, prevention of domestic violence and child

abuse, efficiency of institution, dan Acces to public information dari kedelapan

indikator tersebut kemudian ditambahkan beberapa hal yang menyangkut

fenomena yang banyak terjadi di masyarakat khususnya remaja yaitu

mengenai penggunaan jejaring sosial, keuangan individu, dan pendidikan guna

mendapatkan data yang detil dan valid.

3.7.2 Kuisioner

Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner merupakan pertanyaan yang diperlukan untuk menjawab kedelapan indikator yang telah ditentukan sejumlah 59 pertanyaan pada masing-masing kuesioner yang dibagikan kepada dua sekolah yang telah ditentukan sebelumnya. Pada setiap kuesioner terdiri dari 10 pokok tema pertanyaan sebagai hasil dari penurunan indikator sehingga akan didapatkan data yang detail untuk menjawab setiap indikator, pertanyaan dalam kuesioner yang dibagikan kepada masing-masing siswa adalah:

30 Human Security: Indicators for Measurement dalam

(50)

1. Ancaman dari kekerasan dan peraturan yang berlaku, kelompok pertanyaan dalam tema tersebut merupakan bagian dari indikator yang pertama yaitu fear of violence (physical torture, war, ethnic tension,

suicide) pertanyaan yang ditujukan kepada siswa dalam kelompok ini

bertujuan untuk mengetahui hal apa yang menjadi ancaman bagi siswa

serta bagaimana peraturan sekolah dalam hal ini tata tertib siswa

memberikan dampak bagi siswa tersebut

2. Ancaman dari kecelakaan lalu lintas, kelompok pertanyaan dalam tema

tersebut merupakan bagian dari indikator yang kedua yaitu prevention

of accidents pertanyaan yang ditujukan kepada siswa dalam kelompok

ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana lalu lintas berpengaruh

dan mengancam siswa tersebut

3. Ancaman dari tindakan kriminalitas, kelompok pertanyaan dalam tema

tersebut merupakan bagian dari indikator ketiga yaitu prevention of

accidents pertanyaan yang ditujukan kepada siswa dalam kelompok ini

bertujuan untuk melihat tindakan kriminalitas apa yang paling sering

terjadi di lingkungan sekitar siswa dan bagaimana tindak kriminalitas

tersebut memberikan dampak bagi siswa

4. Ancaman dari obat-obatan terlarang dan jejaring sosial, kelompok

pertanyaan dalam tema tersebut merupakan bagian dari indikator

keempat yaitu security from illegal drugs pertanyaan yang ditujukan kepada siswa dalam kelompok ini bertujuan untuk mengetahui

(51)

siswa tersebut, dalam kelompok pertanyaan ini ditambahkan tema

mengenai jejaring sosial di mana saat ini sebagian besar pelajar

merupakan pengguna jejaring sosial sehingga diharapkan pertanyaan

pada tema ini akan dapat dipergunakan untuk mengetahi sejauh mana

jejaring sosial berpengaruh terhadap siswa tersebut

5. Ancaman dari kekerasan dan pelecehan, kelompok pertanyaan dalam

tema tersebut merupakan bagian dari indikator kelima yaitu prevention

of harassment and gender violence pertanyaan yang ditujukan kepada

siswa dalam kelompok ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi

ancaman terhadap siswa dalam hal pelecehan seksual dan deskriminasi

etnis sehingga menjadikan hal tersebut sebagai ancaman

6. Ancaman dari kejahatan domestik dan eksploitasi pada anak,

kelompok pertanyaan dalam tema tersebut merupakan bagian dari

indikator keenam yaitu prevention of domestic violence and child

abuse pertanyaan yang ditujukan kepada siswa dalam kelompok ini

bertujuan untuk mengetahui apakah siswa tersebut pernah

mendapatkan kekerasan di lingkungan sekitar sehingga mengancam

jiwanya serta apakah siswa tersebut mendapatkan paksaan untuk

bekerja dari orang-orang di sekitar siswa tersebut

7. Efisiensi institusi, kelompok pertanyaan dalam tema tersebut

merupakan bagian dari indikator ketujuh yaitu efficiency of institution pertanyaan tersebut ditujukan kepada siswa dengan tujuan apakah di

(52)

melindungi anak-anak dan kasus kekerasan terhadap anak serta

bagaimana peran institusi tersebut dimata siswa tersebut

8. Akses terhadap informasi publik, kelompok pertanyaan dalam tema

tersebut merupakan bagian dari indikator kedelapan yaitu access to

public information pertanyaan tersebut ditujukan kepada siswa dengan

tujuan mengetahu apakah siswa tersebut dapat dengan mudah

megakses informasi mengenai layanan aduan masyarakat ataupun

mengenai bahaya obat-obatan terlarang dan seberapa efektifkah

informasi tersebut bagi para siswa

9. Keuangan individu, pertanyaan dalam kelompok ini merupakan

pertanyaan tambahan untuk melihat latar belakang ekonomi siswa

melalui jumlah uang saku perminggu dengan tujuan untuk melihat

bagaimana pengaruh ekonomi seorang siswa terhadap ancaman lainnya

yang kemungkinan dihadapi siswa tersebut

10. Pendidikan, pertanyaan dalam kelompok ini juga merupakan

pertanyaan tambahan untuk melihat ada atau tidaknya tuntutan bagi

siswa untuk mendapatkan prestasi di sekolah

3.7.3 Wawancara

(53)

pernah dialami secara langsung ataupun oleh pihak lain di sekitar lingkungan di mana responden tersebut berada serta pertanyaan spontan yang dianggap dapat mendukung keterangan dan informasi dari responden.

3.8 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berguna sebagai dasar pemikiran dalam pembahasan masalah yang akan diteliti, literature review, kerangka pemikiran, dan level analisis yang akan membantu dalam mengerti maksud dari penulisan penelitian ini, dan hipotesis dari penelitian.

BAB III METODE PENULISAN

Bab ini terdiri dari variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis.

BAB IV HASIL PENELITIAN

(54)

diteliti saat ini serta pembuktian hipotesis yang telah ditarik pada awal penelitian.

BAB V ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan analisa dari hasil penelitian pada bab sebelumnya yang akan melihat bagaimana kemudian peran negara dalam hal memberikan rasa aman

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab kesimpulan dan saran merupakan bagian terakhir dari penelitian ini yang berisi ringkasan hasil akhir penelitian dan jika diperlukan disertakan pula saran-saran dari penulis mengenai kajian penelitian yang dibahas.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

(55)

4.1 Gambaran Umum Sekolah 4.1.1 SMA Negeri 7 Malang

(56)

dikemukakan sebelumnya nantinya diharapkan dapat menjawab pertanyaan pada rumusan masalah di penelitian ini.

4.1.2 SMAK St. Albertus Malang

(57)

Sepatutnya konsep human security merupakan konsep yang dapat digunakan untuk megukur sejauh mana kemudian seseorang merasa aman dalam kehidupan sehari-harinya terhadap ancaman-ancaman yang mungkin datang dari pihak lain, namun pada kenyataannya gejala ditunjukkan oleh responden di SMAK St. Albertus Malang dalam hal adanya kecenderungan merasa adanya diskriminasi etnis oleh masyarakat di luar lingkungan sekolah yang menjadikan hal tersebut sebagai ketidaknyamanan bagi responden pada khususnya dan keluarga responden pada umumnya. Selain itu adanya tradisi di mana siswa di tingkat lanjut merasa menjadi senior, dirasa menjadi ancaman pula bagi responden di SMAK St. Albertus Malang yang dapat berimbas pada munculnya rasa tidak aman berada di lingkungan sekolah. Dari dua hal tersebut secara umum terdapat kondisi yang tidak normal sehingga terjadi ancaman yang termasuk dalam kategori indikator personal security yang telah ditentukan pada BAB II, sehingga dengan demikian SMAK St. Albertus Malang dianggap layak untuk dijadikan responden dalam penelitian ini.

4.2 Hasil Kuisioner

4.2.1 Fear of violence (physical torture, war, ethnic tension, suicide)

(58)

memberikan keterangan bahwa tidak banyak dari mereka pernah mengalami kekerasan fisik, terlihat dari data yang diperoleh yaitu sebanyak 51 siswa atau 46% dari jumlah responden di SMA Negeri 7 Malang dan 31 siswa atau 31% dari jumlah responden di SMAK St. Albertus Malang pernah mengalami kekerasan baik secara fisik maupun non fisik.

Data 4.2.1.1

Jumlah responden yang mengalami tindak kekerasan

Sebagian besar dari jumlah siswa yang pernah mengalami kekerasan di kedua sekolah tersebut mengaku menerima kekerasan berupa penganiayaan di mana mereka mendapatkan serangan fisik seperti pumukulan ataupun tamparan, mereka mengaku bahwa pelaku penganiayaan ialah orang terdekat mereka seperti orang tua ataupun teman dekat mereka sehingga menimbulkan trauma tersendiri bagi mereka.

Data 4.2.1.2

(59)
(60)

“ Motor saya hilang waktu parkir di rumah, ya memang kesalahan sendiri juga karena kebiasaan lupa menutup pagar” (perempuan, 17 tahun, SMAK St. Albertus Malang)

Sedangkan tawuran antar pelajar terjadi karena kondisi psikologis siswa yang cenderung tempramen, kondisi demikian seharusnya dapat diminimalisir dengan pengertian terhadap siswa melalui pelajaran Bimbingan Konseling (BK) agar pola piker siswa dapat lebih terbuka dan tidak tempramen ketika merasa mendapatkan ancaman agar tercipta kondisi keamanan pribadi atau personal security

yang baik pula. Baik responden yang merupakan korban ataupun responden lainnya mengaku bahwa adanya tindak kekerasan tersebut menimbulkan rasa tidak aman dan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya kekerasan serupa pada diri responden. Rasa tidak aman yang muncul akibat perbuatan yang dilakukan oleh orang lain tersebut dalam konsep human security dianggap tidak memenuhi aspek freedom from fear sehingga berdampak pada munculnya rasa tidak aman di diri responden. Pada tahap ini, seharusnya responden yang masih tergolong warga negara dibawah umur mendapatkan perhatian khusus di mana lingkungan di sekitar mereka harus benar-benar diperhatikan agar siswa tidak memiliki kecenderungan berbuat anarkis yang justru merugikan dirinya sendiri karena berdampak pada penilaian sesama teman atau masyarakat luas terhadap dirinya

Data 4.2.1.3

(61)
(62)

dianggap tidak memenuhi aspek bebas dari rasa takut atau freedom from fear

Data 4.2.1.4

Jumlah responden yang pernah melakukan pelanggaran tata tertib sekolah

(63)

menyebabkan keterlambatan kehadiran ataupun pengaruh dari teman untuk bolos sekolah

Data 4.2.1.5

Jenis pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh responden

Pelanggaran ringan seperti datang terlambat, tidak mengenakan atribut sekolah secara lengkap ataupun tidak membawa buku pelajaran menurut pengakuan responden yang pernah melakukannya akan dikenakan sanksi berupa pemberian poin sesuai jenis pelanggaran pada buku tata tertib yang kemudian akan diakumulasikan, jika pada hasil akumulasi pelanggaran tersebut telah menunjukkan angka yang tinggi maka sanksi yang diberikan dapat berupa pemberitahuan peringatan bagi orang tua dari pihak sekolah hingga skorsing siswa.

“Kayaknya kalo sekolah nggak pernah neglanggar tata tertib itu nggak mungkin, jadi ngelanggar tata tertib itu ya udah biasa di sekolah” (laki-laki, 17 tahun, SMA Negeri 7 Malang)

(64)

Data 4.2.1.6

Jenis hukuman yang diterima responden akibat pelanggaran tata tertib sekolah

Ketatnya peraturan sekolah yang diberlakukan dalam bentuk tata tertib sekolah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dengan harapan akan tercipta suatu suasana yang aman dan tertib di sekolah. Walaupun demikian, lebih dari setengah jumlah para siswa yang ditunjuk sebagai responden di kedua sekolah tersebut menyatakan bahwa pemberlakuan tata tertib sekolah guna menciptakaan keadaan yang aman sudah berjalan efektif. Hal tersebut mereka nyatakan karena sanksi-sanksi yang diberlakukan memberikan efek jera bagi mereka sehingga mereka tidak akan mengulanginya kembali.

Data 4.2.1.7

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran atau masukan yang mungkin dapat berguna bagi lembaga sebagai bahan masukan bagi SMPN 3 Malang dalam

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran baru bagi Universitas Islam Malang khususnya Fakultas Agama Islam Program Studi Hukum

Bagi lembaga keuangan syariah, peneliti ini diharapkan dapat dijadikan suatu acuan atau pedoman di dalam meningkatan produk–produk yang ditawarkan di dalam bank syariah

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Komisi Kepolisian Nasional berwenang untuk (1) mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian saran

Ini yang di maksud adalah, penugasan dari pemerintah kepada daerah dan dari pemerintah provinsi kepada kabupaten atau kota untuk melaksanakan tugas tertentu

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan, referensi ataupun memberikan informasi bagi masyarakat umum maupun mahasiswa yang ingin meneliti lebih lanjut

Implikasi praktis penelitian ini yakni dapat digunakan acuan bagi mahasiswa dan institusi penyelenggara program studi pendidikan ekonomi untuk lebih menyadari pentingnya faktor-faktor

Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan atau pedoman serta sumbangan pemikiran bagi mahasiswa fakultas hukum, dosen, maupun masyarakat umum khususnya