BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Cina merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan ilmu filsafatnya. Cina dikenal sebagai bangsa dengan peradaban yang begitu tinggi. Cina juga dikenal melalui pemikiran-pemikiran atau filsafatnya. Kedudukan filsafat dalam peradaban Cina bisa disamakan dengan kedudukan agama pada peradaban-peradaban lain (Yulan, 2007:1). Di Cina, filsafat selalu menjadi perhatian bagi setiap orang. Hal ini terlihat dari apa yang ditulis Fuyulan dalam
Sejarah Filsafat Cina (2007:1) yang menyatakan pada masa lalu, jika seseorang
merupakan orang yang berpendidikan, maka pendidikan pertama yang ia terima adalah dalam bidang filsafat.
Filsafat itu sendiri adalah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka (Poedjawijatna, dalam Surajiyo 2005:2).
Sejarah Cina kuno penuh dengan kisah legenda, keajaiban dan bahkan berbagai misteri yang telah memberikan pengaruh kuat bagi peradaban manusia sampai di masa sekarang ini. Salah satunya adalah sebuah simbol luar biasa yang telah menjadi simbol utama dan telah dikenal di seluruh dunia ini, simbol para
penganut ajaran Taoisme, dikenal dengan nama Yin (阴) dan Yang (阳) atau biasa
disebut dengan konsep keseimbangan.
Tidak salah jika simbol ini dikenal secara luas diluar daratan Cina sebagai simbol filosofi, simbol sejarah, dan juga dianggap mengandung banyak makna yang mendalam dalam sisi spiritual. Sebuah kalimat sederhana untuk menggambarkan makna yang terkandung dari simbol ini adalah “bagaimana
segala sesuatu bisa eksis”. Dari sisi permukaan mungkin akan mempunyai arti
sederhana, tetapi jika disimak lebih jauh dan jika ternyata ada yang bisa mengerti arti sesungguhnya dari simbol ini, maka orang itu akan menemukan sebuah pemahaman yang sangat luas darinya.
Ada banyak catatan tertulis tentang Yin Yang. Yin Yang dikenal pada Dinasti
Yin (sekitar 1400-1100 SM) dan dinasti Zhou Barat (1100-771 SM). Orang yang
mempelopori konsep ini adalah Lao Tsu dan dia jugalah yang mengajarkan ajaran Tao. Sampai sekarang, konsep Yin Yang sangat melekat pada ajaran Tao. Yin
Yang adalah dasar dari Zhou Yi (kitab perubahan). Pada zaman dahulu, Yin-Yang chia atau mazhab Yin-Yang, merupakan mazhab para penganut kosmologisme.
Mazhab ini mengambil namanya dari prinsip-prinsip Yin dan Yang, yang dalam alam pikiran Cina dipandang sebagai dua prinsip utama kosmologi Cina, karena
Yin merupakan prinsip betina, dan Yang merupakan prinsip jantan, maka
kombinasi dan interaksi dari dua prinsip ini dipercaya oleh bangsa Cina menghasilkan seluruh fenomena yang ada di alam semesta.
Gambar 1.1 Yin dan Yang (Sumber: www.google.com)
Yin mencirikan sifat feminin atau negatif. Yang untuk sisi maskulin atau
positif. Yin dan Yang bermakna berpasang-pasangan, seperti bulan dan matahari, wanita dan pria, gelap dan terang, dingin dan panas, pasif dan aktif, dan lain- lain. Tapi Yin dan Yang tidak statis atau hanya dua hal terpisah. Sifat Yin dan
Yang terletak pada pertukaran dua komponen. Contohnya seperti bergantinya
siang dan malam.
Kaisar Kuning (salah satu kaisar dalam sejarah Tiongkok kuno) mengatakan, prinsip Yin Yang merupakan awal dari alam semesta, ia merupakan awal dari segala ciptaan, ia merupakan asal muasal nenek moyang kita; ia juga merupakan akar atau sumber utama dari kehidupan dan kematian, ia ditemukan di kuil-kuil yang menyembah para dewa, untuk mencegah timbulnya ataupun menyembuhkan penyakit kalian harus mencari tahu asal prinsip Yin Yang.
Dalam budaya Cina kuno, prinsip polaritas Yin dan Yang merupakan prinsip dasar kehidupan mereka dan kekuatan untuk dapat mempertahankan hidup dan kemudian mengembangkannya lewat pengolahan pengalaman dengan prinsip tersebut. Masa-masa penuh penderitaan yang terjadi tidak membuat mereka kecewa dan frustasi, melainkan dapat membuat mereka berpegang teguh pada harapan yang lebih pasti, bahwa pada suatu saat nanti akan ada kebahagiaan. Tujuan mereka mengembangkan prinsip ini adalah semata untuk mencari nafkah yaitu perhitungan dalam bertani dan bernelayan. Perhitungan ini dalam perkembangan selanjutnya berkembang menjadi pengetahuan menghitung hari, horoskop, dan lain sebagainya.
Prinsip yang sudah sangat mendasar dalam kebudayaan cina ini banyak dikembangkan oleh berbagai ajaran, terutama Taoisme. Lao Tzu tanpa memahami prinsip Yin Yang tidak akan mungkin mengajak manusia untuk kembali bersatu dengan alam. Yin Yang dan Taoisme, secara filosofis dan praktis, bersifat saling melengkapi (Bagus Takwin 2001:52).
Dalam seni dan budaya Cina, Yin dan Yang dijadikan sebagai salah satu fondasi yang penting. Urutan waktu dan musim, kombinasi makanan, penggunaan bercocok tanam dan membangun rumah, musik, kesehatan tubuh, seni beladiri/seni perang ( Martial Arts ) terbentuk dari keseimbangan Yin dan Yang dan perubahan bentuknya. Di dalam Yijing (易经) terdapat berbagai konsep yang
menjadi dasar pembelajaran bagi para filsuf-filsuf cina. Salah satu diantara para filsuf tersebut adalah Lao Zi yang mengemukakan konsep Dao (道).
Yin dan Yang, mencakup hampir seluruh aspek dalam kehidupan manusia
dibumi ini, baik disadari/ diakui keberadaannya maupun tidak. Bagaikan saling mengejar untuk memenuhi dan melengkapi satu sama lain. Adanya pergantian siang dan malam hari, bertemunya pria dan wanita, hadirnya kelahiran yang menggantikan kematian, keburukan melengkapi keelokan, kejahatan memberi rupa pada kebaikan, satu periode kemalangan akan selalu berganti dengan periode yang menguntungkan, penyakit penderitaan digantikan oleh kesembuhan dan kegembiraan , dan sebaliknya.
Seringkali bahkan hampir setiap kali saat kita merasakan kesuksesan, kita teriak kegirangan namun lupa bersyukur. Namun di kala kita mengalami kesulitan atau kegagalan, kita menangis sejadi- jadinya dan bahkan dari kegagalan itu kita sering berbuat curang. Padahal disaat kita berada di keberhasilan dan kegagalan, semua ada maksud dan tujuannya. Semuanya untuk keseimbangan. Karena disaat hanya mengalami keberhasilan, tanpa pernah mengalami kegagalan, kita tidak akan pernah tahu indahnya saat kita bangkit dari keterpurukan. Begitu juga sebaliknya kalau hanya mengalami kegagalan tanpa pernah mengalami keberhasilan, kita tidak akan tahu sampai mana batas kemampuan kita. Disinilah
Yin dan Yang itu berlaku.
Dengan mencoba memahami apa saja yang tercakup dan terklasifikasikan dalam kategori Yin ataupun Yang, bukan tidak mungkin manusia bisa mendapatkan wawasan baru dan mengambil manfaat positif dari pengetahuan tersebut, untuk selalu mendapatkan keseimbangan dan tidak sampai kekurangan
salah satu diantaranya. Hingga saat ini konsep Yin Yang masih digunakan didalam kehidupan khususnya bagi mereka yang beretnis Tionghoa.
Pada masyarakat tionghoa di kota Medan, konsep Yin dan Yang digunakan dalam kesehatan, baik dari makanan yang dimakan, diet sehat, pengobatan dan lain sebagainya. Dalam makanan atau pengobatan, Yin Yang bekerja sebagai pengelompok apakah sesuatu itu termasuk Yin atau Yang. Bagi masyarakat tionghoa di kota Medan, Yin Yang merupakan sebuah landasan bagi kehidupan mereka dalam menentukan kehidupan mereka baik atau buruk . Konsep Yin Yang ini juga mereka pakai dalam menyeimbangkan kehidupan (way of live). Bagi masyarakat tionghoa yang ada di kota Medan berangapan bahwa, siapa saja yang dapat mendalami konsep Yin dan Yang ini, maka mereka dapat menemukan kehidupan yang lebih baik sehingga bermanfaat juga dalam pembentukan diri kearah yang lebih baik pula.
Penelitian awal dengan ahli pengobatan cina mengemukakan bahwa semua bagian tubuh manusia dibawah pengaruh aspek Yin Yang. Tubuh bagian luar
(lateral) adalah aspek Yang, sedangkan bagian dalam (medial) adalah aspek Yin.
Manusia dikatakan sehat apabila aspek Yin Yang dalam sistem tubuh dalam keadaan seimbang demikian sebaliknya. Ketidakseimbangan ditunjukkan dengan terjadinya aspek kelebihan disebut penyakit ekses atau penyakit yang bersifat
Yang. Sebaliknya jika terjadi aspek kekurangan disebut sebagai penyakit defisien
atau penyakit Yin.
Tionghoa di Kota Medan karena Yin Yang tersebut masih diaplikasikan sampai saat ini.
1.2 Batasan Masalah
Karena luasnya ruang lingkup Yin Yang, untuk menghindari penulisan yang rancu dan tetap terfokus dan terarah, maka penulis membatasi masalah pada fungsi Yin Yang dalam kesehatan dan keseimbangan tubuh, dan makna Yin Yang sebagai makna spiritualitas terhadap masyarakat Tionghoa di kota Medan.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa fungsi Yin Yang bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan? 2. Apa makna Yin Yang bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menjelaskan fungsi Yin Yang bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan.
2. Untuk menjelaskan makna Yin Yang bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari hasil penilitian ini adalah memberikan kontribusi positif dalam menambah pengetahuan dan mengembangkan keilmuan tentang Yin Yang khususnya bagi masyarakat luas yang ingin mengetahui fungsi dan maknanya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan, referensi ataupun memberikan informasi bagi masyarakat umum maupun mahasiswa yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai fungsi dan makna Yin Yang pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan, serta menjadi sumber pengetahuan bagi penulis di dalam bidang kebudayaan.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktisnya adalah memberikan pemahaman yang dianggap tepat baik kepada mahasiswa, dosen atau kalangan umum agar memahami konsep Yin dan Yang serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan.