• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model

Salah satu metode pengukuran kinerja supply chain yang digunakan dalam skripsi ini adalah SCOR. Model ini telah dikembangkan oleh Supply Chain Council dan dirilis pada tahun 1997. Model ini dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan seluruh fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer. SCOR mendefinisikan supply chain sebagai integrasi dari proses plan, source, make, deliver, dan return, mulai dari perputaran supplier menuju customer, sejajar dengan strategi operasional, material, aliran pekerjaan dan informasi.

Gambar 2.3 Ruang Lingkup Proses Manajemen Utama Supply Chain Dalam Model SCOR (Sumber : Supply Chain Council, 2006)

Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam SCOR adalah sebagai berikut :

SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti yaitu:

a. Plan, merupakan proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan melakukan penyesuaian supply chain plan dengan financial plan

b. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang tercakup meliputi penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih suplier, mengevaluasi kinerja supplier,dll. Jadi proses bisa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stoked, make-to-order, atau engineer-to-order products.

c. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan Make atau produksi dapat dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make-to-stock), atas dasar pesanan ( make-t-order ), atau engineer-to-order. Proses yang terlibat disini adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi, memelihara fasilitas produksi.

d. Deliver, yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi, dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan.

e. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi engembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. Post-delivery-customer support juga merupakan bagian dari proses return.

SCOR memiliki tiga hirarki proses. Tiga hirarki tersebut menunjukkan bahwa SCOR melakukan komposisis proses dari yang umum ke yang detail. Tiga level tersebut adalah :

a. Level 1 adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima proses di atas (Plan, Source, Make, Deliver dan Return)

b. Level 2 dikatakan sebagai configuration level dimana supply chain perusahaan bisa dikonfirmasi berdasarkan sekitar 30 proses inti. Perusahaan bisa membentuk konfigurasi saat ini (as is) maupun yang diinginkan (to be)

c. Level 3 dinamakan process element level, mengendung definisi elemen proses, input, output, metrik masing-masing elemen proses Serta referensi (benchmark dan best pratice).

Tabel 2.2. Metrik Model SCOR Performance

Attribute

Reliability Responsiveness Flexibility Cost Assets

Chapter 1Delivery performance Fill rate Perfect order fulfillment Order fulfillment leadtime Supply-chain response time Production flexibility Supply-chain management cost

Cost of goods sold

Value-added productivity Warranty cost or returns processing cost Cash-to-cash cycle time Inventory days of supply Assets turns  Sumber : Pujawan, 2005

Menurut (Pujawan, 2005) tabel 2.2 di atas matriks model SCOR dengan tabel 2.2 meliputi :

a. Delivery performance :

Presentase order terkirim sesuai jadwal b. Fill rate by line item :

Persentase jumlah permintaan terpenuhi tanpa menunggu, diukur tiap jenis produk (line item).

c. Perfect order fulfilment :

Presentase order yang terkirim komplit dan tepat waktu d. Order fulfilments lead time:

Waktu antara pelanggan memesan sampai pesanan tersebut mereka diterima e. Warranty cost as % of revenue:

Persentase pengeluaran untuk warranty terhadap nilai penjualan. f. Inventory days of supply :

Lamanya persediaan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalau tidak ada pasokan lebih lanjut

g. Cash-to-cash cycle time :

Waktu antara perusahaan membayar material ke supplier dan menerima pembayaran dari pelanggan untuk produk yang dibuat dari material tersebut.

h. Asset turns :

Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) diorganisasikan dalam 5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level-level untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness, flexibility, costs, dan assets. Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks pengukuran yang akan diukur sehingga dapat dilakukan penilaian. Level dua dari SCOR, digambarkan mengenai mapping supply chain perusahaan yang akan diukur performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur. Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR (Supply Chain Council,2004), adalah sebagai berikut :

A. Aspek reliability

1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik persediaan yang ada di gudang dengan catatan / dokumentasi yag ada.

2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke supplier.

3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan.

1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi.

2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis material tertentu dari permintaan awal suatu order.

C. Aspek Flexibility

1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi supplier dalam setiap kali order.

2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.

D. Aspek Cost

1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk cacat. 2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan

mesin produksi. E. Aspek Assets

1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan waktu pembayaran ke supplier.

2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari konsumen.

Pengukuran performansi supply chain, dapat digambarkan dengan suatu model hierarkhi yang hampir menyerupai piramid. Hierarkhi tersebut mempunyai tujuan

utama yaitu memperoleh nilai performansi dimana semakin levelnya ke bawah maka semakin detail yang diamati.

Hierarkhi awal pengukuran performansi supply chain yang menfokuskan pada pengembangan indikator performansi didasarkan atas 5 ruang lingkup proses utama supply chain yang ada pada model Supply Chain Operation Reference (SCOR), yaitu Plan, Source, Make, Deliver, dan Return. Proses-proses tersebut merupakan proses yang terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Masing-masing proses utama juga akan memiliki tiga aspek, antara lain : kehandalan (reliability), kecepatan merespon (responsiveness) dan fleksibilitas (flexibility). Dari perspektif Plan, Source, Make, Deliver, dan Return akan dikembangkan indikator-indikator performansi Supply Chain dan masing-masing akan diklasifikasikan ke dalam obyektivitas performansi reliability, responsiveness dan flexibility. Rancangan hierarkhi awal dapat digambarkan seperti gambar 2.4

Performansi Supply Chain

Make Deliver Return

Source Plan

Gambar 2.4 Rancangan hierarkhi awal Supply Chain

Dokumen terkait