BAB I : PENDAHULUAN
D. Surat Berharga Syariah Negara Adalah Surat Utang Negara
Dalam dunia perniagaan, orang menginginkan segala sesuatunya bersifat praktis dan aman, khusunya dalam lalulintas pembayaran. Artinya orang tidak mutlak lagi menggunakan uang, tetapi cukup dengan menerbitkan Surat Berharga baik sebagai
alat pembayaran kontan maupun sebagai alat pembayaran kredit.66
Surat berharga syariah negara (SBSN/SUKUK) adalah merupakan surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, surat berharga syariah negara menggunakan konsep imbalan bukan bunga dan diperlukannya sejumlah tertentu aset yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan
66
transaksi dengan menggunakan akad berdasarkan prinsip syariah. Dalam definisi tersebut dapat dirinci bahwa:
a. Surat berharga, bahwa ini berarti pada SBSN tertulis sejumlah uang yang menjadi
hak pemegang, hak tersebut dibuktikan sebagai bagian penyertaan terhadap Aset SBSN dan hak Wali Amanat yang berwenang bertindak mewakili kepentingan Pemegang SBSN sesuai dengan yang diperjanjikan.
b. Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara yang
memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan maupun selain tanah dan/atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN.
c. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
d. Perusahaan Penerbit SBSN adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang untuk melaksanakan kegiatan penerbitan SBSN.
e. Nilai Nominal adalah nilai SBSN yang tercantum dalam sertifikat SBSN.
f. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik
g. Hak Manfaat adalah hak untuk memiliki dan mendapatkan hak penuh atas
pemanfaatan suatu aset tanpa perlu dilakukan pendaftaran atas kepemilikan dan hak tersebut.
h. Akad adalah perjanjian tertulis yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
i. Prinsip syariah antara lain yaitu transaksi yang dilakukan oleh para pihak bersifat
adil, halal, thayyiban, dan maslahat.
Surat berharga adalah surat yang diadakan oleh seseorang sebagai pelaksana pemenuhan suatu prestasi yang merupakan pembayaran sejumlah harga uang. Namun pembayaran tersebut tidak dilaksanakan dengan menggunakan mata uang melainkan dengan menggunakan alat pembayaran yang lain, yang mana adalah surat yang didalamnya terdapat suatu pesan ataupun perintah kepada pihak ketiga, atau pernyataan
sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat tersebut.67
Suatu surat dapat digolongkan sebagai surat berharga (waarde papier) harus
memenuhi beberapa persyaratan:68
a. Berbentuk suatu akta atau surat
Akta atau surat dalam bentuk hukum perdata mempunyai peranan yang esensial. Akta atau surat merupakan alat bukti. Akta atau surat merupakan alat bukti
67
Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso, “Surat Berharga alat pembayaran dalam masyarakat modern”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm.6
68
Emmy Pangaribu, Hukum Dagang Surat-Surat Berharga, (Yogyakarta: FH.Universitas Gadjah MAda, 1982), hlm.27
utama dalam hukum perdata, yaitu sebagai alat bukti tertulis.69 Dalam kaitannya dengan
suatu perikatan, akta atau surat mempunyai fungsi sebagai alat bukti adanya suatu perikatan terutama adanya suatu hak. Dalam surat berharga, akta atau surat ini tidak hanya semata-mata sebagai suatu alat bukti, tetapi juga mempunyai fungsi mempermudah penagih hutang menuntut haknya terhdap penghutang di luar proses.
Dengan kata lain, surat berharga adalah surat legitimasi yang menunjuk
pemegangnya sebagai orang yang berhak, khususnya di luar suatu proses.70
b. Dapat diperdagangkan
Surat berharga mempunyai sifat khusus yaitu bahwa dibuat untuk dapat diperdagangkan atau diperalihkan. Oleh karena itulah untuk memudahkan perdagangannya, surat berharga dibuat bersifat atas unjuk (aan toonder) atau atas
pengganti (aan order).71 Dengan adanya klausula-klausula tersebut pada surat berharga,
menjadikan bahwa surat berharga yang bersangkutan dapat dengan mudah diperalihkan
kepada orang lain.72
c. Diterbitkan berdasarkan suatu perikatan dasar tertentu
Surat berharga harus diterbitkan atas dasar suatu perikatan yang disebut sebagai perikatan dasar (onderliggende rechtsverhoudingen). Adanya perikatan dasar
69
Pasal 1866 KUHPerdata dimana tertulis ditempatkan pada posisi utama 70
Emmy Pangaribu, Op Cit, hlm.19 71
Selain dibuat atas unjuk (aan toonder) atau atas pengganti (aan order), surat berharga mungkin juga dibuat atas nama (op naam) meskipun hal ini jarang sekali, kecuali biasanya pada saham dan beberapa surat berharga lainnya. Dalam Emmy Pangaribu
72
Mengenai sifat mudah diperalihkannya surat-surat berharga yang bersifat atas unjuk (aan toonder) maupun atas pengganti (aan order) lihat lebih lanjut ketentuan Pasal 613 KUHPerdata.
merupakan unsur yang mutlak harus dipenuhi agar suatu surat dapat disebut surat berharga. Meskipun surat berharga bersifat dapat diperdagangkan, tetapi apabila unsur adanya perikatan dasar tidak terpenuhi, maka surat berharga tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai surat berharga pengertian hukum.73
Perikatan dasar (onderliggende rechtsverhoudingen) merupakan kuasa dari diterbitkannya surat berharga tersebut. Perikatan dasar merupakan perikatan yang melatarbelakangi penerbitan surat berharga. Perikatan ini dapat berupa perikatan apa saja yang penting adalah perikatan tersebut melahirkan suatu kewajiban berprestasi, terutama prestasi pembayaran sejumlah uang. Penerbitan surat berharga yang tidak didasarkan pada suatu kewajiban (prestasi) dari penerbit, tidak dapat dikatakan sebagai ”surat berharga”
d. Mempunyai nilai sebesar nilai perikatannya
Surat berharga selalu mempunyai nilai sebesar nilai perikatan dasarnya.74
Artinya nilai dari surat berharga adalah sama dengan nilai perikatan dasar yang melandasi penerbitan surat berharga tersebut. Didalam SBSN terdapat nilai nominal yaitu nilai SBSN yang tercantum dalam sertifikat SBSN. Dan juga terdapat nilai bersih maksimal SBSN, yaitu tambahan atas jumlah Surat Berharga Negara yang telah beredar dalam satu tahun anggaran, yang merupakan selisih antara jumlah Surat Berharga
73
Zevebergen, dalam Emmy Pangaribu, Hukum Dagang Surat-Surat Berharga, Ibid 74
negara yang akan diterbitkan dengan jumlah Surat Berharga Negara yang jatuh tempo
dan/atau yang dibeli kembali oleh pemerintah.75
SBSN diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat.76 SBSN dengan
warkat adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang kepemilikannya berupa sertifikat baik atas nama maupun atas unjuk. Sertifikat atas nama adalah sertifikat yang nama pemiliknya tercantum, sedangkan sertifikat atas unjuk adalah sertifikat yang tidak mencantumkan nama pemilik sehingga Setiap Orang yang menguasainya adalah pemilik yang sah. SBSN tanpa warkat atau scripless adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang kepemilikannya dicatat secara elektronik (book-entry system). Dalam hal SBSN tanpa warkat, bukti kepemilikan yang otentik dan sah adalah pencatatan kepemilikan secara elektronis. Cara pencatatan secara elektronis dimaksudkan agar pengadministrasian data kepemilikan (registry) dan penyelesaian transaksi perdagangan SBSN di Pasar Sekunder dapat diselenggarakan secara efisien,
cepat, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan.77
75
Pasal 1 ayat (15 dan 18) Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
76
Pasal 2 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara 77
Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
Dalam struktur surat berharga yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum dagang (KUHD), para sarjana78 mengelompokkan surat berharga kedalam tiga
jenis, yaitu:
a. Schuldvorderingspapieren, yaitu surat yang berisi suatu klaim atas sejumlah uang (vorderingsrechten tot voldoening van een geldsom), misalnya cek dan wesel.
b. Zakenrechtelijk papieren, yaitu surat-surat yang mempunyai sifat kebendaan. Ciri dari surat tipe ini adalah bahwa isi perikatan surat itu adalah bertujuan untuk
penyerahan barang.79 Misalnya konosemen dan ceel.
c. Lidmaatschapspapieren atau surat-surat tanda keanggotaan. Kedalam klasifikasi ini misalnya ialah surat saham. Saham membuktikan pemiliknya memiliki hak terdapat perseroan yang mengeluarkannya.
Dewasa ini dikenal dua kategori besar pengelompokan surat-surat berharga
yaitu:80
1. Surat Berharga Pasar Modal (Capital Market Securities), yaitu surat-surat berharga
yang diperdagangkan di pasar modal dan biasanya berjangka panjang. Dalam hal ini termasuk SBSN, saham, obligasi, sekuritas, klaim (right), warrant opsi dan sebagainya.
78
De Groot dan P.A. Stein, dalam Setiadi, Obligasi dalam Perspektif Hukum Indonesia, Op Cit, hlm.17
79
Emmy Pangaribu, Op Cit, hlm.35 80
2. Surat Berharga Pasar Uang (Money Market Securities), yaitu merupakan surat-surat
berharga yang diperdagangkan di pasar uang dan biasanya berjangka pendek. Dalam kelompok ini termasuk wesel, promes, sertifikat deposito dan sebagainya.
SBSN secara formal merupakan suatu grup debt instrument yang merupakan kontrak dengan sejumlah pembayaran yang tetap dari yang mengeluarkan atau yang memegang SBSN tersebut. SBSN pada saat jatuh tempo pembayaran kewajiban Imbalan dan Nilai nominal dapat melebihi perkiraan anggaran disebabkan oleh, antara
lain., perbedaan kurs, dan/atau tingkat imbalan.81
Didalam peraturan perundang-undangan Indonesia istilah surat pengakuan hutang antara lain dapat kita temukan dalam Undang-Undang Pasar Modal, yaitu dalam Pasal 1 angka (5). Namun, undang-undang tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud sitilah ini. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa:
”Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi
kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.”82
Lebih lanjut, bahwa selain istilah surat pengakuan hutang dalam undang-undang
di atas, dalam peraturan lain dapat pula dijumpai istilah akta pengakuan hutang.83
81
Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara 82
Pasal 1 angka (5) Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 83
Dalam pengertian antara akta dan surat adalah sama. Sehingga akta pengakuan hutang dan surat pengakuan hutang adalah sama pula pengertiannya.
Ketentuan yang dimaksud adalah Pasal 224 HIR.84 Sayangnya HIR juga tidak
menjelaskan apakah yang dimaksud dengan surat pengakuan hutang (schuldbrief) ini. Dalam perkembangannya, yurisprudensi menafsirkan surat pengakuan hutang ini sebagai suatu surat yang didalamnya terdapat pengakuan hutang sebagai suatu yang didalamnya terdapat pengakuan dari penerbit bahwa ia mengaku berhutang uang swejumlah tertentu dan ia berjanji akan mengembalikan uang itu dalam waktu tertentu.
Dari penafsiran tersebut, timbul pertanyaan apakah pengekuan dari penerbit surat pengakuan hutang merupakan hal yang sangat esensial yang tanpa adanya pengakuan tersebut dapat mengakibatkan bahwa suatu surat tidak dapat dikualifikasikan sebagai surat pengakuan hutang?HIR, sebenarnya merupakan saduran Reglement op Rechtvordering (RV) yang merupakan hukum acara bagi orang Belanda dan golongan Eropa. Dan Pasal 224 HIR merupakan konkordan dari Pasal 440 Rv.
84
Dalam teks asli Pasal 224 ini sebenarnya digunakan istilah schuldbrieven yang sebenarnya lebih tepat diterjemahkan sebagai surat hutang. Penerjemahan schuldbrieven menjadi surat pengakuan hutang ini lihat misalnya dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku II, Mahkamah Agung, 1994, hlm.140. lebih lanjut, surat pengakuan hutang yang dimaksud dalam pasal ini sebenarnya hanya dimaksudkan surat pengakuan hutang yang notarial (notariele schuldbrieven).