• Tidak ada hasil yang ditemukan

nalisis Hukum Terhadap Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk) Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "nalisis Hukum Terhadap Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk) Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM TERHADAP PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SUKUK) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.19

TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

TESIS

Oleh

PRISTIKA HANDAYANI 087005069/HK

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010

(2)

ANALISIS HUKUM TERHADAP PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SUKUK) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.19

TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

PRISTIKA HANDAYANI 087005069/HK

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010

(3)

 

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM TERHADAP PENERBITAN

SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SUKUK) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

Nama Mahasiswa : PRISTIKA HANDAYANI Nomor Pokok : 087005069

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H, M.H) Ketua

(Prof. Dr. Suhaidi, S.H, M.Hum) (Prof. Dr. Sunarmi, S.H, M.Hum) Anggota Anggota

Ketua Program Studi D e k a n

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 30 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H, M.H Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, S.H, M.Hum 2. Prof. Dr. Sunarmi, S.H, M.Hum

3. Dr. Mahmul Siregar, S.H, M.Hum 4. Dr. Dedi Harianto, S.H, M.Hum

(5)

 

ABSTRAK

Pada tanggal 7 Mei 2008 Pemerintah telah mensahkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/SUKUK), ini adalah merupakan surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Undang-Undang ini merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002. Penerbitan SBSN ini ditujukan untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara umum dengan menggunakan akad Ijarah. Penerbitan SBSN ini tidak lain merupakan bentuk lain dari Surat Utang Negara yang penerbitan dan penjualannya dengan cara tanpa lelang melalui bookbuilding. Selain itu juga SBSN akan dapat memenuhi kebutuhan portofolio investasi lembaga keuangan syariah. Dan juga merupakan salah satu potensi pembiayaan untuk mengurangi beban dan resiko keuangan Negara di masa yang akan datang. Dengan tetap memperlihatkan berbagai macam pertimbangan dan aspek-aspek terkait, baik aspek negatif maupun aspek positif. Mengingat sejarah penerbitan obligasi Negara di tahun 1950-an pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno mengalami gagal bayar.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaturan SBSN/SUKUK berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, serta kedudukan dan perlindungan hukum bagi pemegang SBSN. Hal ini tidak lain adalah untuk mengetahui seberapa besar jaminan serta perlindungan hukum atas investasi yang telah ditanamkan dalam bentuk SBSN tersebut.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yaitu dengan melakukan analisis terhadap permasalahan dan penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Untuk mengumpulkan data dalam tesis ini dilakukan dengan penelitian yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian yuridis normatif ini menggunakan data sekunder yang berasal dari penelitian kepustakaan (library research). Adapun data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum yakni primer, sekunder dan tersier.

(6)

 

perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Perlindungan hukum bagi pemegang SBSN adalah berdasarkan UU No.19 Tahun 2008 dan berdasarkan perjanjian pinjam meminjam uang antara pemerintah dengan investor.

(7)

  ABSTRACT

On May 7, 2008 president of the Republic of Indonesia signed the Law No.19 Year 2008 regarding State Islamic Securities (SBSN/SUKUK). This is evidence foe the inclusion of SBSN assets, both in rupiah and foreign currency. Law SBSN based on before of National shariah Board Indonesia Ulema Council No.32/DSN-MUI/IX/2002. Designed to finance the general budget (general purpose finanacing/APBN) by using the type of contract Ijarah (sale and lease back). In this issuance of SBSN is differ form from letter owe the state sold by auction with bookbuilding. Beside that SBSN will can full of needed of portofolio investment shariah finance. And as well as representing one of pay defrayal potency to lessen the burden and risk of state’finance in the future. Fixed pay attention to assorted of relevant aspect. Concidering, history of publication of state obligation (1950) at a period of Governance of President Soekarno experience of to fail default.

In relation to the above condition, hence becoming problem is how arrangement of publication of State Islamic Securities based on Law No.19 Year 2008 about state Islamic securities and also domicile and legal protection for handle of SBSN. This matter none other than to know how big guarantee

This normative legal study analyzes the research problem throught a legal principle approach and refers to the legal norms found in the legislation. To collect the data in this thesis conducted with the research having the character of descriptive analyze. The secondary data used in this study were obtained through library research. As for secondary data obtained library research from consisted of by 3 (three) substance punish namely primary, secondary and tertiary.

The result of this study reveals that the arrangement of publication SBSN law guarantee the SBSN existen and published by government the Republic of Indonesia with publication SBSN/SUKUK. The meaning is the the government guarantee and obliged to pay recompense and nominal value which fall due. The quarantee of government for handle of SBSN obliged to pay recompense by government to investor. The legal protection for handle of SBSN is regarding UU No.19 year 2008 and pursuant to agreement of money loan between of government with investor.

(8)

 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas

rahmad, ridho dan karuniaNYA, dan juga shalawat beriring salam dihaturkan untuk

Nabi Muhammad SAW sehingga tesis dengan judul “Analisis Hukum Terhadap

Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SUKUK) Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara” dapat diselesaikan dengan baik.

Tesis ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi

pada Fakultas Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Berkaitan dengan penelitian

dan penulisan tesis ini, banyak pihak yang berperan dan berpartisipasi sehingga tesis ini

dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Karena itu dengan santun dan tulus hati saya

ucapkan terima kasih kepada yang terhormat: Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.,MH, Prof.

Dr. Suhaidi, SH., M.Hum, Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum, yang selalu meluangkan

waktu untukn memberikan arahan, bimbingan, perhatian dan juga memberikan

semangat pada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Dan juga kepada Dr. Mahmul

Siregar, SH.,M.Hum, dan juga Dr.Dedi Harianto, SH.,M.Hum, selaku dosen penguji

(9)

 

Disampaikan juga rasa terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr.Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

Msc (CTM), SpA (K) , atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program magister.

2. Dekan Fakuktas Hukum Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum atas kesempatan menjadi

mahasiswi Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara.

3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,

Prof.,Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., dan juga selaku Komisi Pembimbing I atas

arahan dan bimbingan yang diberikan selama penyelesaian tesis dan juga selama

menuntut ilmu pengetahuan di Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar dan seluruh pegawai di Program Magister Ilmu Hukum

Fakultas Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, Penulis haturkan terima kasih kepada

yang tercinta, teristimewa dan tersayang kepada kedua orang tua, Ibunda Hj.Mahdiana

Tanjung dan juga Ayahanda Drs. H.M. Yunus, R, yang telah melahirkan dan

membesarkan dengan penuh kasih sayang dan segala dukungan, didikan dan

(10)

 

terbalaskan sampai kapanpun. Dan menjadi inspirasi buat Penulis dalam menjalani

kehidupan.

Penulis juga persembahkan buat saudara-saudara terkasih: Abangda Lukmanul

Hakim, SE.M.Si beserta Istri, Kakakanda Yunita Alfiana, S.Psi beserta suami,

Adikanda Putri Rizki Lydia, dan juga Keponakan-keponakan kecil Penulis Neysa Malva

Evelyn dan juga Ahmad Kilby.

Penulis juga berterima kasih kepada teman-teman sejawat di Program Studi Ilmu

Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak menolong dan memotivasi agar

Tesis Penulis dapat selesai. Dian Puspita Sari Siregar, Ya’thi Syahri, Rijaluddin, Dani

Sintara, Abel Zekonia Perangin-angin, Franky Fernandus Purba, Suriani Siagian, dan

seluruh teman-teman yang tidak Penulis sebutkan namanya satu persatu.

Ahir kata, atas segala sesuatu yang telah diberikan pada Penulis semoga

memperoleh balasan yang berlipat ganda dari ALLAH SWT dan semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi semuanya. Amin

Medan, Agustus, 2010 Penulis

(11)

 

RIWAYAT HIDUP

Nama : Pristika Handayani

Tempat, Tanggal Lahir : Delitua, 07 Januari 1985

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD Negeri 060927 Medan (1997)

MTS.EX PGA UNIVA Medan (2000)

SMU WALISONGO Semarang (2003)

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (2008)

(12)

 

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

ABSTRACT………..…….. iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI………... vii

BAB I : PENDAHULUAN……….. 1

A.Latar Belakang………... 1

B. Perumusan Masalah……… 13

C. Tujuan Penelitian……… 13

D.Manfaat Penelitian………. 14

E. Keaslian Penelitian………. 14

F. Kerangka Teori dan Konsepsi……… 15

G.Metode Penelitian………. 27

1. Sifat Penelitian……… 28

2. Sumber Data……… 29

3. Teknik Pengumpulan Data………. 30

4. Alat Pengumpulan Data………. 30

(13)

 

BAB II : Pengaturan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/SUKUK) Berdasarkan Undang-Undang NO.19 Tahun 2008 Mengenai

Surat Berharga Syariah Negara... 32

A.Pengaturan Surat Berharga Syariah Negara... 32

B.Ketentuan dan Syarat Surat Berharga Syariah Negara... 42

C.Bentuk dan Jenis Surat Berharga Syariah Negara... 45

D.Surat Berharga Syariah Negara Adalah Surat Utang Negara... 47

BAB III : Jaminan Pemerintah Bagi Pemegang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/SUKUK)………...………. 66

A.Mekanisme Transaksi Surat Berharga Syariah Negara………. 66

B.Pihak Pelaksana Dalam Penerbitan SBSN……… 69

C.Jaminan Pemerintah Bagi Pemegang SBSN………. 72

BAB IV : Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Surat Berharga Syariah Negara... 77

A.Peranan Wali Amanat Sebagai Pemegang SBSN... 77

B.Perlindungan Hukum Bagi Pemegang SBSN... 86

BAB V : Kesimpulan dan Saran……….………... 97

A.Kesimpulan……… 97

B.Saran……….. 99

(14)

 

ABSTRAK

Pada tanggal 7 Mei 2008 Pemerintah telah mensahkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/SUKUK), ini adalah merupakan surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Undang-Undang ini merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002. Penerbitan SBSN ini ditujukan untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara umum dengan menggunakan akad Ijarah. Penerbitan SBSN ini tidak lain merupakan bentuk lain dari Surat Utang Negara yang penerbitan dan penjualannya dengan cara tanpa lelang melalui bookbuilding. Selain itu juga SBSN akan dapat memenuhi kebutuhan portofolio investasi lembaga keuangan syariah. Dan juga merupakan salah satu potensi pembiayaan untuk mengurangi beban dan resiko keuangan Negara di masa yang akan datang. Dengan tetap memperlihatkan berbagai macam pertimbangan dan aspek-aspek terkait, baik aspek negatif maupun aspek positif. Mengingat sejarah penerbitan obligasi Negara di tahun 1950-an pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno mengalami gagal bayar.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaturan SBSN/SUKUK berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, serta kedudukan dan perlindungan hukum bagi pemegang SBSN. Hal ini tidak lain adalah untuk mengetahui seberapa besar jaminan serta perlindungan hukum atas investasi yang telah ditanamkan dalam bentuk SBSN tersebut.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yaitu dengan melakukan analisis terhadap permasalahan dan penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Untuk mengumpulkan data dalam tesis ini dilakukan dengan penelitian yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian yuridis normatif ini menggunakan data sekunder yang berasal dari penelitian kepustakaan (library research). Adapun data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum yakni primer, sekunder dan tersier.

(15)

 

perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Perlindungan hukum bagi pemegang SBSN adalah berdasarkan UU No.19 Tahun 2008 dan berdasarkan perjanjian pinjam meminjam uang antara pemerintah dengan investor.

(16)

  ABSTRACT

On May 7, 2008 president of the Republic of Indonesia signed the Law No.19 Year 2008 regarding State Islamic Securities (SBSN/SUKUK). This is evidence foe the inclusion of SBSN assets, both in rupiah and foreign currency. Law SBSN based on before of National shariah Board Indonesia Ulema Council No.32/DSN-MUI/IX/2002. Designed to finance the general budget (general purpose finanacing/APBN) by using the type of contract Ijarah (sale and lease back). In this issuance of SBSN is differ form from letter owe the state sold by auction with bookbuilding. Beside that SBSN will can full of needed of portofolio investment shariah finance. And as well as representing one of pay defrayal potency to lessen the burden and risk of state’finance in the future. Fixed pay attention to assorted of relevant aspect. Concidering, history of publication of state obligation (1950) at a period of Governance of President Soekarno experience of to fail default.

In relation to the above condition, hence becoming problem is how arrangement of publication of State Islamic Securities based on Law No.19 Year 2008 about state Islamic securities and also domicile and legal protection for handle of SBSN. This matter none other than to know how big guarantee

This normative legal study analyzes the research problem throught a legal principle approach and refers to the legal norms found in the legislation. To collect the data in this thesis conducted with the research having the character of descriptive analyze. The secondary data used in this study were obtained through library research. As for secondary data obtained library research from consisted of by 3 (three) substance punish namely primary, secondary and tertiary.

The result of this study reveals that the arrangement of publication SBSN law guarantee the SBSN existen and published by government the Republic of Indonesia with publication SBSN/SUKUK. The meaning is the the government guarantee and obliged to pay recompense and nominal value which fall due. The quarantee of government for handle of SBSN obliged to pay recompense by government to investor. The legal protection for handle of SBSN is regarding UU No.19 year 2008 and pursuant to agreement of money loan between of government with investor.

(17)

         

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi Indonesia yang diamanatkan oleh konstitusi harus

dilaksanakan dengan segenap potensi yang ada di masyarakat. Pada Pasal 33 ayat (4)

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang telah diamandemen menyebutkan bahwa

“perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan

prinsip kebersamaan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa “pembangunan harus

diselenggarakan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip kemandirian.

Pembangunan ekonomi nasional harus diupayakan atas dasar kekuatan sendiri sehingga

pembangunan tersebut dapat terlaksana secara berkelanjutan”.1

Dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan

cita-cita dan tujuan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Indonesia Tahun 1945, maka perlu ditingkatkan kemampuan serta kemandirian untuk  

1

(18)

         

melaksanakan pembangunan ekonomi nasional secara berkesinambungan dengan

bertumpu pada kekuatan masyarakat. Selain itu jika diperhatikan tingkat pertumbuhan

serta mobilisasi dana melalui pasar keuangan pada saat ini, sesungguhnya telah

merefleksikan upaya partisipasi masyarakat secara optimal dalam program pembiayaan

pembangunan nasional melalui mekanisme pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN).

Keberhasilan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 ditentukan oleh adanya, (1) kemandirian bangsa untuk melaksanakan pembangunan ekonomi nasional secara berkesinambungan dengan bertumpu pada kekuatan masyarakat, (2) partisipasi masyarakat secara optimal dalam program pembiayaan pembangunan nasional melalui mekanisme pengelolaan Anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) yang dapat diprtanggungjawabkan, (3) kepastian hukum kepada pemodal dan komitmen pemerintah untuk mengelola sektor

keuangan yang transparan, professional, dan bertanggungjawab.2

Sejarah perkembangan industri keuangan syariah yang meliputi perbankan,

asuransi, dan pasar modal pada dasarnya merupakan suatu proses sejarah yang sangat

panjang. Lahirnya Agama Islam sekitar 15 (lima belas) abad yang lalu meletakkan dasar

penerapan prinsip syariah dalam industri keuangan karena di dalam Islam dikenal

kaidah muamalah, yang merupakan kaidah hukum atas hubungan antara manusia, yang

di dalamnya termasuk hubungan perdagangan dalam arti luas. Namun demikian,

perkembangan penerapan prinsip syariah mengalami masa surut selama kurun waktu

yang relatif lama, yaitu pada masa imperium negara-negara Eropa. Pada masa tersebut,  

2

(19)

         

negara-negara di Timur Tengah serta negara-negara Islam lain hampir semuanya

menjadi wilayah jajahan negara-negara Eropa.3

Pada awalnya, prinsip syariah Islam diterapkan pada industri perbankan di

Kairo adalah merupakan Negara yang pertama kali mendirikan Bank Islam, sekitar

tahun 1971, dengan nama Nasser Social Bank, yang operasionalnya berdasarkan sistem

bagi hasil (tanpa riba). Berdirinya Nasser Social Bank tersebut kemudian diikuti dengan

berdirinya beberapa bank Islam lainnya, seperti Islamic Development Bank (IDB) dan

The Dubai Islamic pada tahun 1975, Faisal Islamic Bank of Egypt, Faisal Islamic Bank of Sudan, dan Kuwait Finance House tahun 1977.4

Di Indonesia ekonomi syariah mulai dikenal sejak berdirinya Bank Muamalat

Indonesia pada tahun 1991. Selanjutnya ekonomi berbasis syariah di Indonesia

menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Pada dasarnya, sebagai

Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah menjadi kewajiban bagi

Indonesia untuk menerapkan ekonomi syariah sebagai bukti ketaatan dan ketundukan

masyarakatnya pada Allah SWT dan Rasul-Nya.5

Perkembangan berikutnya adalah dengan dibentuknya Majelis Ulama

Indonesia (MUI) oleh perkumpulan organisasi Islam di Indonesia pada tahun 1975, baik

ulama dari kalangan tradisional maupun kalangan modern mempunyai wakil-wakilnya

 

3

Adrian sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm.57 4

Ibid 5

(20)

         

dalam MUI, dan melalui perhimpunan itu memberikan fatwa-fatwa bersama. Sejak

didirikan pada tahun 1975 hingga sekarang, MUI telah melahirkan fatwa-fatwa yang

telah cukup banyak, meliputi soal upacara keagamaan, pernikahan, kebudayaan, politik,

ilmu pengetahuan, kedokteran dan ekonomi, yang sebagian besar dikumpulkan dalam

Kumpulan fatwa Majelis Ulama Indonesia dan Himpunan fatwa Majelis Ulama

Indonesia.6

Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi

Syariah, yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka

panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi

syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang

obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi

pada saat jatuh tempo.

Penerbitan pertama obligasi Islam dengan mata uang dolar senilai 600 juta $

(enam ratus juta dolar) telah ditawarkan oleh Malaysia pada tahun 2002. Diikuti dengan

peluncuran 400 juta $ (empat ratus juta dolar) ‘trust sukuk’ dari Islamic Development

Bank pada bulan September 2003. Setelah itu penerbitan sekitar tiga puluh sukuk Negara dan perusahaan telah ditawarkan di Bahrain, Malaysia, Arab Saudi, Qatar, UAE,

UK, Jerman, Pakistan. Di Indonesia pada bulan Maret 2004 Dewan Syariah Nasional

majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan Fatwa baru tentang obligasi

 

6

(21)

         

syariah. Lembaga tersebut membolehkan Pemerintah RI maupun

perusahaan-perusahaan bila ingin menerbitkan obligasi syariah dengan skim ijarah.7

Ijarah berarti sewa, jasa atau imbalan8, yaitu akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa yang merupakan fisik dari komoditas yang

disewakan tetap dalam kepemilikan yang menyewakan dan hanya manfaatnya yang

dialihkan kepada penyewa. Sesuatu yang tidak dapat digunakan tanpa

mengkonsumsinya tidak dapat disewakan, seperti uang, makanan, bahan bakar dan

sebagainya. Hanya aset-aset yang dimiliki oleh yang menyewakan dapat disewakan,

kecuali diperbolehkan sub-lease (menyewakan kembali aset objek sewa yang disewa)

dalam perjanjian yang dizinkan oleh yang menyewakan. 9

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Merupakan

bagian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas menumbuhkembangkan

penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan sektor

keuangan pada khususnya. DSN merupakan satu-satunya badan yang mempunyai

kewenangan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan

syariah serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga keuangan syariah di

Indonesia. Dalam hal penerbitan Sukuk Negara, DSN-MUI mempunyai kewenanangan

 

7

Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Op Cit, hlm.121 8

Habib Nazir & Muh. Hasan, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan S yari’ah, (Bandung: Kaki Langit, 2004), hal. 246

9

(22)

         

dalam memberikan opini kesesuaian syariah atas rencana penerbitan struktur Sukuk

Negara tertentu yang akan dilakukan oleh pemerintah.

Penerbitan obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya

institusi-institusi keuangan syariah, seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, dan

reksa dana syariah yang membutuhkan alternatif penempatan investasi. Menariknya,

investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi-institusi syariah saja, tetapi

juga investor konvensional. Produk syariah dapat dinikmati dan digunakan siapapun,

Sesuai falsafah syariah yang sudah seharusnya memberi manfaat (maslahat) kepada

seluruh semesta alam. Investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi dalam

obligasi syariah, jika dipertimbangkan bisa memberi keuntungan kompetitif, sesuai

profil risikonya, dan juga likuid. Sementara obligasi konvensional, investor base-nya

justru terbatas karena investor syariah tidak bisa ikut ambil bagian di situ. Bagi emiten,

menerbitkan obligasi syariah berarti juga memanfaatkan peluang-peluang tertentu.

Emiten dapat memperoleh sumber pendanaan yang lebih luas, baik investor

konvensional maupun syariah. Selain itu, struktur obligasi syariah yang inovatif juga

memberi peluang untuk memperoleh biaya modal yang kompetitif dan

menguntungkan.10

Dalam rangka memberikan dasar hukum penerbitan instrumen keuangan

berdasarkan prinsip syariah untuk mendukung perkembangan pasar keuangan syariah  

10

(23)

         

khususnya di dalam negeri, perlu dilakukan penyusunan Undang-Undang tentang Surat

Berharga Syariah Negara, yang mengatur secara khusus mengenai penerbitan dan

pengelolaan SBSN. SBSN ini merupakan surat berharga dalam mata uang rupiah

maupun valuta asing berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh Negara Republik

Indonesia baik dilaksanakan secara langsung oleh Pemerintah atau melalui Perusahaan

Penerbit SBSN, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN serta wajib

dibayar atau dijamin pembayaran Imbalan dan Nilai Nominalnya oleh Negara Republlik

Indonesia, sesuai dengan ketentuan perjanjian yang mengatur penerbitan SBSN

tersebut.11

Para pelaku pasar Terlepas dari beberapa kepentingan pemerintah untuk

menutupi defisit Anggaran dan Belanja Negara setiap tahunnya melalui penerbitan Surat

Utang Negara (SUN) yang berupa Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang

sekarang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat

Berharga Syariah Negara, yang dianggap perlu dan sangat penting bagi masyarakat saat

ini adalah pengetahuan mengenai pengaturan penerbitan SBSN atau dikenal juga

dengan obligasi syariah atau sukuk dalam ketentuan hukum surat berharga syariah

negara di Indonesia serta tentang kedudukan dan perlindungan hukum bagi para

pemegang SBSN atau sukuk atau juga obligasi syariah. Hal ini tidak lain adalah untuk

 

11

(24)

         

mengetahui seberapa besar jaminan keamanan serta perlindungan hukum atas investasi

yang telah ditanamkan dalam bentuk obligasi tersebut.

Kepastian hukum bagi dunia usaha merupakan hal yang sangat penting pada

saat ini karena setiap investor pada dasarnya menginginkan keamanan dari investasi

yang telah dilakukannya. Kepastian hukum investasi yang dilakukan para investor atas

komitmen pemerintah untuk memenuhi kewajiban keuangan serta penyelenggaraan

manajemen Surat Utang Negara (SUN) secara lebih transparan, professional dan lebih

bertanggungjawab.

“Bagi dunia usaha yang sering menghadapi banyak tantangan dan resiko, adanya jaminan kepastian hukum amatlah penting. Adanya perangkat perundang-undangan yang jelas, transparan,…. Akan memberikan peluang

bagi siapa saja anggota masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha…..”12

Secara umum surat utang negara digolongkan sebagai investasi bebas resiko

(risk free investment). Secara khusus digolongkannya surat utang Negara sebagai

investasi bebas resiko dikaitkan dengan keberadaan penjaminan dari pihak pemerintah

untuk pembayaran kembali pokok beserta bunga dalam hal ini SBSN mengenal adanya

bagi hasil bukan bunga yang termasuk unsur halal dalam syariah Islam pada saat jatuh

tempo. Meskipun merupakan jaminan dari pihak pemerintah, hal itu tidak dapat

disamakan dengan penanggung menurut KUHPerdata tetapi hanya merupakan

 

12

(25)

         

janji/komitmen dari pemerintah untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya yang

berkenaan dengan surat utang Negara.

Ketika munculnya praktik ekonomi syariah di Indonesia pada tahun 1990-an

yang dimulai secara yuridis normatif dengan lahirnya Undang-Undang No.7 Tahun

1992 tentang Perbankan yang mengandung ketentuan bolehnya bank konvensional

beroperasi dengan sistem bagi hasil. Kemudian pada saat bergulirnya era reformasi

timbul amandemen yang melahirkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang

perbankan yang memuat lebih rinci tentang perbankan syariah di Indonesia, yang

ditandai dengan tumbuh pesatnya bank-bank syariah baru atau cabang-cabang syariah

pada bank konvensional sehingga praktik pelaksanaan keuangan syariah di Indonesia

memerlukan panduan hukum Islam guna mengawal pelaku ekonomi yang sesuai dengan

tuntunan syariat Islam.13

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip

bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi

masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi

yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam

berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan

menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan

skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem

 

(26)

         

perbankan yang memiliki kredibilitas yang tinggi dan dapat diminati oleh seluruh

golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.14

Pemerintah Indonesia telah beberapa kali menerbitkan obligasi pemerintah

yang sampai saat ini masih mendapatkan perhatian yang cukup besar dari para investor.

Hal ini terbukti dengan selalu terjadinya oversubscribed15 setiap kali obligasi

pemerintah dijual di pasar perdana. Dilihat dari sisi kepemilikannya, sebagian obligasi

pemerintah saat ini ternyata banyak dimiliki oleh lembaga-lembaga finansial dan hanya

saja yang memiliki oleh investor-investor individual.16

Oleh karena perusahaan Indonesia belum banyak dikenal di pasar global

sehingga pemahaman investor akan resiko masing-masing individu sangat minim.

Pemerintah dalam pasar obligasi akan mendorong investor mengetahui lebih jauh bukan

saja tentang resiko investasi di Indonesia, namun juga resiko beberapa perusahaan di

Indonesia. Dan juga penerbitan obligasi syariah oleh pemerintah meningkatkan comfort

level investor global karena merefleksikan adanya perangkat ketentuan hukum yang pasti. Sebagian investor sampai saat ini masih menunggu adanya dasar hukum yang

kuat untuk obligasi syariah. Terbitnya Surat Utang Negara (SUN) syariah dapat  

14

Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syariah ‘perbandingan dengan sistem konvensional’, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2009), hlm.62

15

Indonesia Legal Center Publishing, Kamus Hukum, Cetakan Kedua, (Jakarta: Karya Gemilang, 2008). Oversubcribed (emisi laris) adalah istilah pertanggungan yang menjelaskan emisi saham/obligasi baru dengan lebih banyak pembeli daro pada saham/obligasi yang tersedia. Suatu emisi yang laris atau overbooked, seringkali melonjak harganya begitu saham/obligasinya dipasarkan.

16

(27)

         

dijadikan rujukan perlakuan hukum oleh principle of legal security. Dan juga alasan

yang terahir adalah agar dapat terlihat di pasar global, jumlah obligasi yang diterbitkan

harus cukup signifikan, Misalnya 1 juta dolar AS. Diakui pada level global jumlah

tersebut belum dapat dikatakan besar.17

Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak adanya

konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-instrumen yang punya

komponen bunga (interest-bearing instruments) ini keluar dari daftar halal. Karena itu,

dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah.18

Terlepas dari beberapa kepentingan Pemerintah untuk menutupi defisit

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara setiap tahunnya melalui penerbitan SBSN

tersebut, yang dianggap perlu dan sangat penting bagi masyarakat saat ini adalah

pengetahuan mengenai pengaturan penerbitan SBSN dalam ketentuan hukum yang

tertuang dalam UU No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dan juga

adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 118/PMK.08/2008

tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara dengan Cara

Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri serta kedudukan dan perlindungan hukum bagi para pemegang SBSN. Hal ini tidak lain adalah untuk mengetahui seberapa besar

jaminan keamanan serta perlindungan hukum atas investasi yang telah ditanamkan

 

17

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan sukuk, (Jakarta:Sinar Grafika,2009), hlm.97 18

(28)

 

dalam bentuk Surat berharga yang berbasiskan syariah tersebut, karena tidak menutup

kemungkinan kejadian gagal bayar obligasi Negara pada masa pemerintahan Presiden

Soekarno kembali terulang.

Keberadaan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tesis dengan mengangkat judul “Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Surat Berharga

Syariah Negara (SUKUK) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008

Tentang Surat Berharga Syariah Negara.”

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan penerbitan surat berharga syariah Negara dalam ketentuan

hukum di Indonesia berdasarkan undang-undang No.19 tahun 2008 tentang surat

berharga syariah Negara?

2. Bagaimanakah jaminan pemerintah bagi pemegang surat berharga syariah Negara?

(29)

 

C. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk mencari pemahaman yang

benar tentang masalah yang dirumuskan. Maka lebih rinci tujuan penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan guna memperoleh informasi secara lebih terperinci mengenai

pengaturan surat berharga syariah negara dalam ketentuan hukum surat utang Negara

di Indonesia.

2. Selain mengenai dasar hukumnya, penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh

gambaran secara mendasar dan juga komprehensif tentunya juga mengenai jaminan

bagi para pemegang surat berharga syariah Negara.

3. Untuk mempelajari, meneliti dan juga untuk menganalisa perlindungan hukum bagi

pemegang Surat Berharga Syariah Negara.

D. Manfaat Penelitian

Ditetapkannya permasalahan-permasalahan yang ada, maka diharapkan akan

membawa sejumlah manfaat yang berguna secara teoritis dan praktis, sehubungan

dengan dengan ini, penelitian ini setidaknya bermanfaat untuk:

1. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini akan dapat membuka wawasan dan

paradigma berpikir dalam memahami, mengerti dan mendalami permasalahan hukum

(30)

 

syariah Negara. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

perbandingan bagi penelitian lanjutan dan dapat memperkaya khazanah kepustakaan,

khususnya dalam studi hukum bisnis.

2. Secara praktis, dengan ini diharapkan hasil penelitian ini bisa digunakan oleh

masyarakat agar mulai berpikir mengenai aspek legalitas dan keamanan dari

investasi yang ditanamkan selama ini, khususnya pada obligasi-obligasi milik

pemerintah seperti halnya Surat Berharga Syariah Negara.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi

yang ada penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian

dengan judul Analisis Hukum Terhadap Surat Berharga Syariah Negara (SUKUK)

belum pernah dilakukan sebelumnya. Kalaupun ada beberapa kesamaan dalam

membahas topik tentang obligasi misalnya Penerapan Ketentuan Transparansi Penjualan

Obligasi PTPN III, Prinsip Mudharabah terhadap Obligasi Dalam Pasar Modal Syariah

dan juga analisis hukum terhadap penerbitan Obligasi Negara ritel (ORI). Penelitian

yang telah dilakuakan sebelumnya ini, tentu sangat berbeda dengan penelitian yang

peneliti tulis. Dalam penelitian ini baik pendekatan rumusan masalah maupun

pendekatan topik penelitian, sehingga penulisan penelitian ini dapat dikatakan asli dan

(31)

         

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi, dan satu teori harus diuji dengan mengedepankan pada

fakta-fakta yang dapat menunjukan ketidakbenarannya.19

Kelangsungan perkembangan ilmu hukum senantiasa bergantung pada

unsur-unsur antara lain: metodologi, aktivitas penelitian imajinasi sosial dan juga sangat

ditentukan oleh teori.20

Teori perjanjian (overeenkomst theorie) oleh Thol adalah dasar hukum yang

mengikat antara pemerintah dengan investor (dalam hal ini adalah pemegang SBSN).

Teori ini menyatakan bahwa yang menjadi dasar hukum mengikatnya suatu surat

berharga antara penerbit dan investor adalah suatu perjanjian yang merupakan perbuatan

hukum dua pihak, yaitu penerbit yang menadatangani dan pemegang pertama yang

menerima surat berharga itu. Mengenai hal bahwa jika pemegang pertama mengalihkan

surat itu kepada pemegang berikutnya maka penerbit tetap terikat di dalam perjanjian.21

 

19

J.J.J.M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Azas-Azas (Jakarta: FE UI, 1996), hlm 203, Bandingkan M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: CV Mandar Maju, 1994), hlm 27, yg mnyebutkan bahwa “Teori yang dimaksud disini adalah pejelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetap merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu hukum merupakan suatu penjelasan rasional yang bersesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.”

20

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1982), hlm.6 21

(32)

         

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Maqasid Al-Syariah

yaitu teori yang dikemukakan oleh Abu Ishaq al-Syathibi, yaitu tujuan akhir hukum

adalah maslahah atau kebaikan dan kesejahteraan manusia. Tidak satu pun hukum Allah

yang tidak mempunyai tujuan. Hukum yang tidak mempunyai tujuan sama dengan

membebankan sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan. Hukum-hukum Allah dalam

Alquran mengandung kemaslahatan.22

Teori Maqasid Al-Syariah hanya dapat dilaksanakan oleh pihak pemerintah

dan masyarakat yang mengetahui dan memahami bahwa yang menciptakan manusia

adalah Allah SWT. Demikian juga yang menciptakan hukum-hukum yang termuat

didalam Alquran adalah Allah SWT. Berdasarkan pemahaman tersebut maka akan

muncul kesadaran bahwa Allah SWT yang paling mengetahui berkenaan hukum yang

dibutuhkan oleh manusia, baik yang berhubungan dengan kehidupannya di dunia dan

akhirat. Kesadaran hukum pihak pemerintah dan masyarakat tersebut, akan melahirkan

keyakinan untuk menerapkan hukum Allah, bila menginginkan terwujudnya

kemaslahatan bagi kehidupan manusia.23

 

22

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.86 23

(33)

         

Penelitian ini juga menggunakan teori investasi dalam ekonomi Islam yang

dipopulerkan oleh Metwally, bahwa investasi di Negara penganut ekonomi Islam

dipengaruhi oleh tiga faktor sebagai berikut:24

1. Ada sanksi untuk pemegang aset kurang/tidak produktif (hoarding idle assets)

2. Dilarang melakukan berbagai macam bentuk spekulasi dan segala macam judi

3. Tingkat bunga untuk berbagai macam pinjaman adalah nol dan sebagai gantinya

dipakai sistem bagi hasil.

Dari ketiga kriteria tersebut diatas menunjukkan bahwa dalam ekonomi Islam,

tingkat bunga tidak masuk dalam perhitungan investasi. Karena ongkos oportunitas

(opportunity coast) dana untuk tujuan investasi adalah tingkat zakat yang dibayarkan

atas dana tersebut. Dengan kata lain, tabungan yang tidak disalurkan ke investasi nyata,

maka seseorang akan terbebani zakat (seperti yang telah ditentukan oleh syariat

Islam).25

Perkataan obligasi itu sendiri adalah berasal dari bahasa belanda yaitu obligatie

yang secara harfiah yaitu berarti hutang atau kewajiban. Selain itu juga obligasi masih

dalam bahasa belanda dapat pula diartikan suatu hutang (schuldrief). Dalam pengertian

surat hutang ini, obligasi dalam terminologi hukum belanda sering disebut juga dengan

istilah obligasi atau obligatie lening, yaitu yang berarti secarik bukti pinjaman uang

 

24

Eko Suprayitno, Ekonomi Islam dalam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hlm.128

(34)

 

yang dikeluarkan oleh suatu perseroan atau badan hukum lain yang dapat

diperdagangkan dengan cara menyerahkan surat tersebut.

Obligasi merupakan salah satu jenis efek. Di Indonesia yaitu terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, efek didefinisikan sebagai

berikut:

“efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari efek.”

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak memberikan

definisi mengenai obligasi, tetapi pengertian obligasi dapat dikemukakan pada peraturan

perundang-undangan lain yang menyatakan sebagai berikut:

“obligasi ialah bukti hutang emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lain serta pelunasan pokok pinjamannya dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya 3 tahun sejak tanggal emisi”.

Kata sukuk, sakk dan sakaik berasal dari bahasa Arab yang jika ditelusuri,

Islam sering digunakan untuk perdagangan internasional di wilayah muslim pada abad

pertengahan, bersamaan dengan kata hawalah (menggambarkan transfer/pengiriman

uang) dan mudharabah (kegiatan bisnis persekutuan). Akan tetapi sejumlah penulis

(35)

         

bahwa kata sakk merupakan kata dari suara latin “cheque” atau “check” yang biasanya

digunakan pada perbankan kontemporer.26

Obligasi syariah atau sukuk menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional

No:32/DSN-MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan

prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang

mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah

berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh

tempo.27

Tetapi tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk

menerbitkan obligasi syariah, beberapa persyaratan berikut harus dipenuhi:28

1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi

Fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah Islam diantaranya adalah: (1) usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang, (2) usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional, (3) usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman haram, (4) usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

2. Peringkat investment grade: (1) memiliki fundamental usaha yang kuat, (2) memiliki

fundamental keuangan yang kuat, (3) memiliki citra yang baik bagi publik.

3. Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen Jakarta Islamic Index (JII).

 

26

Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.136

27

Lihat Dalam Ketentuan Umum Fatwa Dewan Syari’ah Nasional nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah

28

(36)

         

Pada prinsipnya SBSN merupakan bukti atas suatu prestasi dari penerbit

kepada pemegangnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara penerbit dan

pemegang SBSN terdapat suatu perikatan.

Suatu hutang (schuld) atau suatu prestasi dapat ditimbulkan dari perikatan apa

saja. Penjual mempunyai kewajiban berprestasi untuk menyerahkan barang yang

dijualnya kepada pembeli. Demikian pula si peminjam uang mempunyai kewajiban

berprestasi untuk mengembalikan jumlah yang dipinjamnya kepada kreditur.

Hubungan antara penerbit dan pemegang SBSN adalah pinjam meminjam

uang. Penerbit meminjam uang kepada pemegang SBSN sehingga timbul kewajiban

dari penerbit untuk mengembalikan uang yang dipinjamkannya kepada pemegang

SBSN. Atas kewajiban atau prestasinya tersebut, penerbit menerbitkan surat yang

disebut surat berharga syariah Negara (SBSN/SUKUK) sebagai bukti atas prestasi yang

wajib dilakukannya.

Perikatan adalah istilah yang digunakan dalam KUHPerdata tetapi didalam

Islam lebih dikenal dengan aqad (akad dalam bahasa Indonesia). Akad adalah pertalian

antara ijab dan kabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum

terdapat objeknya.29

 

29

(37)

         

Ikrar merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan akad. Ikrar ini

berupa ijab dan kabul. Ijab adalah suatu pernyataan dari seseorang (pihak pertama)

untuk menawarkan sesuatu. Dan Kabul adalah suatu pernyataan dari seseorang (pihak

kedua) untuk menerima atau mengabulkan tawaran dari pihak pertama. Apabila antara

ijab dan Kabul yang dilakukan oleh kedua pihak saling berhubungan bersesuaian, maka

terjadilah akad antara mereka.30

Dari definisi tersebut dapat diperoleh tiga unsur yang terkandung dalam akad

yaitu sebagai berikut:

Terdapat beberapa akad yang digunakan dalam penerbitan obligasi syariah

yaitu:31

1) Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih yaitu satu pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia

tenaga dan keahlian, keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan

nisbah yang telah disetujui sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan

ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan

oleh kelalaian penyedia tenaga dan keahlian. Adanya obligasi mudharabah antara

lain karena:

 

30

Wirdyaningsih, Karnaen Perwataatmadja, Gemala Dewi,Yeni Salma Barlinti, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007),hlm.93

31

(38)

 

a. Bentuk pendanaan yang paling sesuai untuk investasi dalam jumlah besar dan

jangka yang relatif panjang, memungkinkan investor untuk berpartisipasi tanpa

harus terlibat dalam manajemen atau operasional perusahaan.

b. Dapat digunakan untuk pendanaan umum (general financing) seperti pendanaan

modal kerja.

c. Mudharabah memungkinkan percampuran kerja sama antara modal dan jasa (kegiatan usaha) sehingga dimungkinkan tidak memerlukan jaminan (collateral)

atas asset yang spesifik.

d. Telah memiliki pedoman khusus melalui pengesahan fatwa

No.33/DSN-MUI/IX/2002

2) Ijarah adalah akad yang satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak atas suatu asset kepada pihak lain berdasarkan harga sewa dan

periode sewa yang disepakatin. Berdasarkan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis

Ulama Indonesia Nomor 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah,

telah ditegaskan beberapa hal mengenai obligasi syariah ijarah, sebagai berikut:

a. Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip

syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang

mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi

syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada

(39)

 

b. Obligasi syariah ijarah adalah obligasi syariah berdasarkan akad ijarah dengan

memperhatikan substansi Fatwa dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

c. Pemegang Obligasi syariah Ijarah (OSI) dapat bertindak sebagai musta’jir

(penyewa) dan dapat pula bertindak sebagai Mu’jir (pemberi sewa)

d. Emiten dalam kedudukannya sebagai wakil Pemegang OSI dapat menyewa

ataupun menyewa kepada pihak lain dan dapat pula bertindak sebagai penyewa.

3) Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk menggabungkan modal, baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya dengan

tujuan memperoleh keutungan, yang akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang telah

disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian yang timbul akan ditanggung bersama

sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.

4) Istishna’ adalah akad jual beli asset berupa obyek pembiayaan antara para pihak dimana spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga asset tersebut

ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.

5) Salam

6) Jenis usaha yang dilakukan emiten (mudharib) tidak boleh bertentangan dengan

syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor

(40)

         

7) Pendapatan atau hasil investasi yang dibagikan emiten (mudharib) kepada pemegang

obligasi syariah mudharabah (shahibul mal) harus bersih dari unsur non halal

8) Pendapatan atau hasil yang diperoleh pemegang obligasi syariah sesuai akad yang

digunakan

9) Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti akad-akad yang digunakan.

2. Landasan konsepsi

Berikut adalah definisi operasional dan istilah-istilah yang dipakai dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Surat Berharga Syariah Negara selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut

Sukuk Negara atau obligasi syariah adalah surat berharga negara yang diterbitkan

berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset

SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.32

b. Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa pengakuan utang dalam mata

uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya

oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.33

c. Pasar Perdana adalah kegiatan penawaran dan penjualan SBSN baik didalam maupun

di luar negeri untuk pertama kali.34

 

32

Pasal 1 angka1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

33

(41)

 

       

d. Pasar sekunder adalah kegiatan perdagangan SBSN yang telah dijual dipasar perdana

baik di dalam maupun di luar negeri.35

e. Nilai nominal adalah nilai SBSN yang tercantum dalam sertifikat SBSN.36

f. Akad adalah perjanjian tertulis yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.37

g. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum

h. Investor adalah pihak pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, marjin, nilai

nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

i. Bagi hasil (nisbah) adalah pemabgian pendapatan atau keuntungan kepada pemegang

SBSN, pembagiannya hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan dan bersifat halal.

j. Resiko adalah kerugian yang timbul apabila target keuntungan investasi tidak sesuai

dengan apa yang direncanakan atau diinginkan.

 

34

Pasal 1 angka 13 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

35

Pasal 1 angka 14 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

36

Pasal 1 angka 15 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

37

(42)

         

G. Metode Penelitian

Metode penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah

untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi

normatifnya.38

Soerjono Soekanto mengatakan menurut kebiasaaan metode dirumuskan

dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian

2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan

3. Cara tertentu untuk melaksanakan prosedur39

Istilah metode ini berasal dari bahasa Yunani dari kata Methodos yang berarti

cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode manyangkut cara kerja,

yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan.40

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif,

yaitu dengan melakukan analisis terhadap permasalahan dalam penelitian melalui

pendekatan terhadap asas-asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia.

 

38

Jhony Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Banyumedia Publishing, 2005), hlm. 4

39

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), hlm.5 40

(43)

         

Metode penelitian hukum yang dilakukan dalam penelitian ini dengan

pendekatan kualitatif serta tetap memperhatikan kualitas kedalaman data yang

diperoleh. Dengan demikian data yang akan diperoleh dalam penyusunan tulisan ini

digunakan sebagai pendukung bagi kelengkapan maksud dan tujuan penelitian.

1. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, dimana jenis penelitian yang bertujuan

melukiskan permasalahan hukum41 yaitu penelitian ini hanya menggambarkan yang

telah dikemukakan, dengan tujuan untuk membatasi kerangka studi kepada suatu

pemberian, suatu analisis atau suatu klasifikasi tanpa secara langsung bertujuan untuk

menguji hipotesa-hipotesa atau teori-teori.42

2. Sumber Data

Didalam suatu penelitian hukum normatif, data yang diperlukan adalah data

sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas sehingga

meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, sampai pada dokumen-dokumen resmi

yang dikeluarkan oleh pemerintah.43 Dari sudut informasi, maka bahan pustaka dapat

dibagi dalam tiga kelompok yaitu sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, bahan-bahan hukum yang mengikat dari sudut norma dasar,

peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan. Dan merupakan landasan  

41

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Gramedia, 1997), hlm 16 42

Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003), hlm 17

43

(44)

 

utama untuk dipakai dalam rangka penelitian ini, yaitu: Undang-undang Nomor 19

Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara dan peraturan-peraturan lain

yang berkaitan dengan objek penelitian.

b. Bahan hukum sekunder, bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya,

bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang

relevan dengan objek telaah penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang

berupa kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan jurnal-jurnal ilmiah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau

doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan

dengan objek telaahan penelitian ini, yang dapat berupa peraturan perundang-undangan,

buku-buku, dan karya ilmiah lainnya.

4. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan dengan studi

dokumen. Pada tahap awal pengumpulan data dilakukan inventaris seluruh data dan atau

(45)

 

pengkategorian data-data tersebut berdasarkan rumusan permasalahan yang telah

ditetapkan.

5. Analisis Data

Analisis merupakan hal terpenting dalam suatu penelitian dalam rangka

memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Setelah diperoleh data

sekunder yakni berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier, maka dilakukan pengklarifikasian data, kemudian data disusun secara sistematis

untuk mempermudah proses analisa. Analisa data dilakukan dengan pendekatan

kualitatif. Selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang bersifat deduktif sebagai jawaban

atas permasalahan.

Analisa data kualitatif ini adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensistematiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

(46)

 

BAB II

PENGATURAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN/SUKUK) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT

BERHARGA SYARIAH NEGARA

A.Pengaturan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara

Untuk menjamin keberadaan SBSN maka pada tanggal 7 Mei 2008 Pemerintah

telah mensahkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 yaitu mengenai Surat Berharga

Syariah Negara (SBSB/SUKUK). Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/SUKUK) ini

adalah berupa surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,

sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah

maupun valuta asing. Dengan merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional

No.32/DSN-MUI/IX/2002, yang menyatakan bahwa ”Obligasi Syariah adalah suatu

surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh

Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar

pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta

membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.”

Dasar pertimbangan Pemerintah pada saat menyusun dan mensahkan UU

tersebut diatas adalah dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan nasional

guna mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila

(47)

         

Dalam konteks kemandirian bangsa, potensi yang tersedia di dalam negeri

harus dioptimalkan untuk melaksanakan kegiatan ekonomi dan membiayai kegiatan

pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemerintah perlu memberi

peluang untuk meningkatkan akses yang dapat menggali potensi sumber pembiayaan

pembangunan dan memperkuat bisnis pemodal domestik. Pembiayaan tersebut akan

terjamin keamanannya apabila mobilisasi dana masyarakat disertai dengan bekerjanya

sistem keuangan, meliputi sistem perbankan, pasar uang dan pasar modal yang efisien.

Tercapainya keragaman dalam mobilisasi dana dapat menghasilkan sistem keuangan

yang kuat dan memberi alternatif bagi para pemodal (investor).

Perusahaan penerbit SBSN adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan

ketentuan Undang-Undang ini untuk melaksanakan kegiatan penerbitan SBSN. Aset

SBSN ini sendiri adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara yang

memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/ atau bangunan maupun selain tanah dan/

atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan

SBSN. Barang Milik Negara ini berupa semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya

yang sah.44

Pemegang SBSN akan merasa aman keberadaannya karena pemerintah telah

menjamin hak-hak mereka sebagai investor. Dengan adanya UU yang mengatur  

44

(48)

         

penjaminan pembayaran apabila jatuh tempo akan memberikan rasa aman bagi investor

itu sendiri untuk berinvestasi melalui SBSN.

Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

secara garis besar mengatur mengenai:45

a. Transparansi pengelolaan SBSN dalam kerangka kebijakan fiskal dan kebijakan

pengembangan pasar SBSN dengan mengatur lebih lanjut tujuan penerbitannya dan jenis akad yang digunakan

b. Kewenangan pemerintah untuk menerbitkan SBSN, baik dilakukan secara langsung

oleh pemerintah yang didelegasikan kepada Menteri, ataupun dilaksanakan melalui Perusahaan Penerbit SBSN.

c. Kewenangan Pemerintah untuk menggunakan Barang Milik Negara sebagai dasar

penerbitan SBSN (underlying asset).

d. Kewenangan pemerintah untuk mendirikan dan menetapkan tugas badan hukum

yang akan melaksanakan fungsi sebagai perusahaan penerbitan SBSN

e. Kewenangan wali amanat untuk bertindak mewakili kepentingan pemegang SBSN.

f. Kewenangan Pemerintah untuk membayar semua kewajiban yang timbul dari

penerbitan SBSN, baik yang diterbitkan secara langsung oleh pemerintah maupun melalui perusahaan penerbit SBSN, secara penuh dan tepat waktu sampai berakhirnya kewajiban tersebut.

g. Landasan hukum bagi pengaturan lebih lanjut atas tata cara dan mekanisme

penerbitan SBSN di Pasar perdana maupun perdagangan SBSN di Pasar Sekunder agar pemodal memperoleh kepastian untuk memiliki dan memperdagangkan SBSN secara mudah dan aman.

Selain Undang-Undang No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara yang dijadikan payung hukum oleh investor, khusus mengenai SBSN, Peraturan

Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2008 tentang

Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara

 

45

(49)

         

Terkait dengan perusahaan Penerbit SBSN, dalam Pasal 1 angka 2

Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara ditegaskan bahwa

Perusahaan penerbit SBSN adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan ketentuan

undang-undang ini untuk melaksanakan kegiatan penerbit SBSN. Hal ini juga tertuang

dalam Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat

Berharga Syariah Negara.

SBSN atau Sukuk adalah merupakan suatu instrumen utang piutang tanpa riba

sebagaimana dalam obligasi, dimana sukuk ini diterbitkan berdasarkan suatu aset acuan

yang sesuai dengan prinsip syariah.46

Sukuk adalah istilah dalam bahasa Arab yang digunakan untuk obligasi yang

berdasarkan prinsip syariah. Sukuk dapat pula diartikan dengan Efek Syariah berupa

sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan

yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas:47

1. Kepemilikan aset berwujud tertentu

2. Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu

3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

Adanya Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) adalah suatu

keniscayaan, baik sosiologis maupun yuridis. Ekonomi syariah mengajarkan tegaknya

 

46

Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syariah, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2009), hlm.119

(50)

         

nilai-nilai keadilan, kejujuran, transparansi, antikorupsi, dan eksploitasi. Artinya, misi

utama ekonomi syariah adalah tegaknya nilai-nilai akhlak moral dalam aktivitas bisnis,

baik individu, perusahaan, ataupun negara serta terwujudnya kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat Indonesia secara adil.48

Beberapa hal yang mendasari lahirnya Undang-Undang No.19 Tahun 2008

tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/SUKUK), sebagai berikut:49

1. Secara yuridis bahwa kehadiran Undang-Undang Sukuk adalah didasarkan pada

Pancasila dan UUD 1945, jadi penerapan hukum ekonomi syariah di Indonesia

memiliki dasar yang sangat kuat. Ketentuan Pasal 29 ayat (1) dengan tegas

menyatakan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya

mengandung tiga makna yaitu:

a. Negara tidak boleh membuat peraturan perundang-undangan atau melakukan

kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan dasar keimanan kepada Tuhan

Yang Maha Esa

b. Negara berkewajiban membuat peraturan perundang-undangan atau melakukan

kebijakan-kebijakan bagi pelaksanaan wujud rasa keimanan kepada Tuhan Yang

Maha Esa dari segolongan pemeluk agama yang memerlukannya

c. Negara berkewajiban membuat perauran perundang-undangan yang melarang

siapapun melakukan pelecehan terhadap ajaran agama (paham ateisme)  

48

Ibid

49

(51)

 

Dalam Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Kata ”menjamin”

sebagaimana termaktub dalam ayat (2) Pasal 29 UUD 1945 tersebut bersifat

”imperatif”, artinya Negara berkewajiban secara aktif melakukan upaya-upaya

agar tiap-tiap penduduk dapat memeluk agama dan beribadah menurut agama dan

kepercayaannya itu.

2. Secara faktual sistem ekonomi syariah melalui perbankan telah terbukti

menunjukkan keunggulannya di masa-masa kritis, khususnya krisis yang diawali

tahun 1997. Ketika semua bank mengalami guncangan hebat dan sebagian besar

dilikuidasi, tetapi bank-bank syariah aman dan selamat dari badai hebat tersebut,

karena sistemnya bagi hasil. Ajaibnya bank syariah dapat berkembang tanpa dibantu

sepeserpun oleh pemerintah. Sementara bank-bank konvensional hanya dapat

bertahan karena memeras dana APBN dalam jumlah ratusan triliun melalui Bantuan

Likuiditas Bank Indonesia dan bunga obligasi. Hal ini berlangsung sampai detik ini.

Dana APBN itu adalah hak seluruh rakyat Indonesia, tetapi rakyat terpaksa

dikorbankan demi membela bank-bank sistem konvensioanal agar bisa bertahan.

Perbankan syariah tampil sebagai penyelamat ekonomi negara dan bangsa. Maka

sangat tidak logis dan irasional, jika ada pihak yang menolak kehadiran regulasi

Referensi

Dokumen terkait

digunakan untuk menjaga kualitas dan kandungan gizi khususnya pada produk biji-bijian. Tipe fasilitas penyimpanan di daerah tropis umumnya hanya untuk penyimpanan jangka pendek.

Langkah III : Merincikan kegiatan dari pengembangan teknologi untuk setiap devisi yang berhubungan pentinh, membuat analisa input dan output yang

Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, peneliti mengamati keadaan lingkungan disekitar kampus STKIP Pasundan, peneliti mengamati keadaan infrastruktur

Enumerasi merupakan salah satu inferensi yang ada pada bayesian networks dimana pengambilan keputusannya dilakukan dengan cara menjumlahkan semua parameter yang ada

SBSN diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (selanjutnya disebut „Undang-Undang SBSN‟)

Hasil penelitian menunjukkan (1) kapasitas kelembagaan kelompok tani dipengaruhi secara langsung oleh tingkat kedinamisan dan partisipasi anggota serta secara tidak langsung oleh

Kesimpulan: penelitian menunjukkan bahwa kulit buah naga merah dosis 1.44 gram dapat digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida pada tikus jantan dyslipidemia.Saran:Penelitian

Resursele atrase pot fi grupate, în funcţie de caracteristica funcţională, în două categorii: a) depozitele bancare sunt resurse atrase şi existente funcţional în portofoliul