• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Pemantauan Jentik dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 23

mandul, meskipun nyamuk jantan akan berkopulasi dengan nyamuk betina namun tidak akan dihasilkan telur yang fertil (Soegijanto, 2006).

4) Pengendalian Lingkungan

Pengendalian ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah, jendela dan pintu dan pada saat ini kegiatan yang digalakkan oleh pemerintah yaitu gerakan 3M (Soegijanto, 2006).

2.4Pemantauan Jentik dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Kegiatan pemantauan jentik merupakan bagian penting dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dalam hal untuk mengetahui keberadaan jentik (Kemenkes RI, 2014).

Menurut Depkes RI (2008), pemeriksaan jentik oleh Jumantik dilakukan dengan cara :

1. Memeriksa bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya. 


2. Jika tidak tampak jentik saat diperiksa, tunggu kurang lebih 0,5-1 menit, jika terdapat jentik ia akan muncul ke permukaan air untuk bernapas/mengambil oksigen. 


3. Kemudian diperiksa tempat-tempat lain yang dapat menampung air seperti vas bunga, tempat minum burung, kaleng - kaleng, plastik, ban bekas, dan lain lain yang menjadi tempat potensial berkembangbiaknya nyamuk Aedes

melakukan pemantauan jentik yaitu talang atau saluran air yang rusak/tidak lancar, lubanglubang yang terdapat pada potongan bambu, pohon, dan tempat -tempat lain yang memungkinkan air tergenang. Tujuan umum pemeriksaan jentik adalah untuk menurunkan populasi nyamuk penular demam berdarah dengue serta jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD melalui juru pemantau jentik (Depkes RI, 2008).

Pengendalian Vektor DBD yang paling efektif dan efisien adalah dengan memutus rantai penularan penyakit DBD dengan pemberantasan jentik yang pelaksanaannya di masyarakat dilakukan melalui upaya - upaya pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan-kegiatan 3 M plus (Kemenkes RI, 2011). Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) adalah kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya (Depkes RI, 2005).

Tujuan PSN DBD adalah mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat dicegah maupun dikurangi. Sasaran dari kegiatan PSN yaitu semua tempat perkembangbiakan nyamuk, seperti tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, non - TPA atau tempat yang digunakan untuk penampungan air yang bukan untuk keperluan sehari – hari serta tempat penampungan air alamiah (Kemenkes RI, 2011).

25

Menurut Kemenkes RI (2011), pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah Dengue dilakukan dengan cara „3M-Plus‟, 3M dalam hal ini adalah : 1. Menguras, dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak

mandi/wc, drum, dan tempat penampungan air lainnya seminggu sekali (M1). Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk terjadi selama 7 - 10 ( Chahaya, 2003).

2. Menutup rapat - rapat tempat penampungan air, seperti gentong air atau tempayan, dan tempat penampungan air lainnya (M2).

3. Memanfaatkan/mendaur ulang, menyingkirkan/mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk (M3).

Menurut Kemenkes RI (2011), selain kegiatan tersebut diatas juga ditambah (plus) dengan cara atau kegiatan lainnya, yatu :

a. Mengganti atau menukar air yang terdapat pada vas bunga, tempat minum burung atau tempat lain yang sejenis dalam waktu seminggu sekali.

b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar maupun yang rusak c. Menutup lubang - lubang yang terdapat pada potongan bambu/pohon, dan

lainnya dengan menggunakan tanah dan lain sebagainya

d. Membubuhkan bubuk larvasida, seperti pada tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.

e. Memelihara ikan pemakan jentik di dalam kolam atau bak-bak penampungan air. Ikan pemakan jentik seperti ikan gufi, ikan kepala timah dan lain-lain (Soegijanto, 2006).

lubang di atas jendela dan pintu rumah atau ventilasi dapat menghalangi nyamuk dewasa masuk ke dalam rumah (Anggraeni, 2010).

g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian-pakaian dalam kamar. Di dalam ruangan, salah satu permukaan istirahat yang disukai nyamuk Aedes aegypti adalah benda yang tergantung seperti baju/pakaian (WHO, 2004).

h. Mengupayakan agar terdapat pencahayaan dan ventilasi yang memadai di dalam ruangan.

i. Menggunakan kelambu pada saat tidur.

j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, dan cara lain-lain untuk mengurangi kontak nyamuk dengan manusia.

Kegiatan 3 M Plus ini harus dilakukan secara luas dan berkesinambungan untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang sangat beragam sering menghambat suksesnya gerakan ini. Oleh karena itu sosialisasi kepada masyarakat/individu untuk melakukan kegiatan ini secara rutin serta penguatan peran tokoh masyarakat untuk menggerakkan masyarakat harus dilakukan melalui kegiatan promosi kesehatan, penyuluhan di media masa, serta pemberian penghargaan (reward) bagi yang berhasil melaksanakannya (Kemenkes RI, 2011).

27

Gambar 2.8 3M Plus

(Sumber : Kemenkes RI, 2010)

2.5Survei Jentik

Menurut Depkes RI (2008), untuk mengetahui keberadaan jentik Aedes

aegypti di suatu lokasi dapat dilakukan survei jentik sebagai berikut:

a. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembang–biakan nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik.

b. Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti bak mandi, tempayan, drum dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (pengelihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira ½ -1 menit untuk memastikan bahwa benar jentik ada.

c. Untuk memeriksa tempat–tempat perkembangan yang kecil, seperti vas bunga/ pot tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya yang keruh, biasanya digunakan senter.

a. Single larva : Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut. b. Visual : Cara ini dilakukan cukup dengan melihat ada atau tidaknya jentik di

setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Cara Visual biasanya digunakan dalam program DBD.

Menurut Depkes RI (2008), ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti:

a. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah

yang diperiksa.

umlah rumah bangunan yang ditemukan jentik umlah rumah bangunan yang diperiksa 1 b. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan jentik dari

seluruh kontainer yang diperiksa.

umlah kontainer yang ditemukan jentik umlah kontainer yang diperiksa 1

c. Breteau Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan jentik dalam 100

rumah/bangunan.

umlah kontainer yang ditemukan jentik1 rumah yang diperiksa 1 d. Angka Bebas Jentik (ABJ)

A umlah rumah bangunan yang ditemukan jentik umlah rumah bangunan yang diperiksa 1 Angka Bebas Jentik dan House Index lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk pada suatu wilayah (Depkes RI, 2008). Menurut Sari (2012)

Dokumen terkait