• Tidak ada hasil yang ditemukan

NO. SEAL NO. SERIAL SPB

AFDELING NO. KENDARAAN

NO. TRIP

TANGGAL Jam Keluar Lapangan

PENGANTARAN Jam Tiba di Pabrik

KATEGORI JJG TGL PANEN PUSINGAN POT.BUAH TAHUN

TANAM SEKSI BLOK JANJANG

BRONDOL EST (kg) BJR (kg) ESTIMASI TONNASE G M Rp. TBS RESTAN JUMLAH

PENGESAHAN KRANI BUAH/ Ast. Afd.

MIDIAN ROMEO SIREGAR. Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Mentored by ADE WACHJAR).

Internship activities aim to acquire knowledge, practice skill and gain work experience both technical and managerial aspects in the field at various level jobs. In addition internship activities aim to studying and analyzing the problems in the management of harvesting in order to provide effective and efficient input in harvesting activities. Internship activities carried out in Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Tanah Bumbu, South Kalimantan from February 2011 until June 2011.

The method used in this internship is direct and indirect methods. Direct method to obtain primary data done by working in the field according to the existing hierarchy in the estate and interviews with employees and staff of the estate. While the indirect method were conducted to obtain primary data supporting secondary data in the form of estate management reports (daily, monthly, and yearly), study of literature, and other sources. In studying specific aspects of harvesting, the authors made the observation of criteria ripe harvest, the calculation yields a number density (AKP) and the production assessed, observation of fresh fruit bunches (FFB) is not harvested and quality of loose fruit quotation, and observations the cutting losses of loose fruit from long stalk.

Average of productivity FFB in Gunung Sari Estate is 20.84 tonnes/ha, including good category. Productivity of FFB is good, because it is supported by a good estate conditions with optimum plant population and crop management techniques ranging from maintenance activities to the transport of FFB to palm oil mills (PKS) has done well.

on the plant, cutting up the long stalk, lags loose fruit, and transportation of FFB to PKS. In general, harvesting management in Gunung Sari Estate is fairly well seen from the cutting of long stalk, harvesting organizations, and transportation management. But the quality of the harvesting in Division 2 Gunung Sari Estate is not thoroughly meet the standards set by the company.

Observation of the quality from fruit harvested in Division 2 indicates there are unripe fruit 0.7 % (standard 0%), ripe fruit (ripe) 88.11 % (standard> 95%), and empty fruit bunch 8.9 % (standard 0%). Observation of FFB show that there are 2.46% FFB lags on the plant per small group of harvesters (KKP) and lags loose fruit 2.55% per FFB. Observation of quality loose fruit quotation shows the percentage lag loose fruit in the cyrcle of plant is highest 52.95 % and 42.67 percent in plant. Value illustrates that the harvesting quality in Gunung Sari Estate Division 2 is still needs to be improved.

The strategy should be drawn to improve the performance of harvesters in Gunung Sari Estate Division 2, is the normalization of crop rotation to maintain the quality of the harvesting, harvester performance oversight and regulatory penalties should be increased. Cleaning the cyrcle of plant needs to be done to facilitate quoting loose fruit harvesters. In addition, the training necessary to practice the skill of harvester in cutting up the long stalk to minimize losses. Transportation management needs to be improved again so that the percentage of leftover fruit may be reduced.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan di Indonesia saat ini. Menurut Pardamean (2008) komoditas kelapa sawit cocok dikembangkan di Indonesia, baik berbentuk pola usaha perkebunan besar maupun skala kecil untuk petani pekebun. Tanaman kelapa sawit lebih tahan menghadapi berbagai kendala dan masalah dibandingkan tanaman lain. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa komoditas kelapa sawit memiliki peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan lapangan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat dan sebagai sumber devisa negara.

Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting. Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang dikenal sebagai Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil dapat diolah menjadi bermacam-macam produk lanjutan dengan bermacam-macam kegunaan seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetika, dan obat. Selain itu, minyak kelapa sawit dapat menjadi substitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dari minyak bumi (Setyamidjaja, 2006).

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Pada tahun 2003 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 5 283 557 ha dengan produksi CPO sebesar 10 440 834 ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 7 534 581 ha dengan produksi CPO sebesar 20 202 641 ton (Badan Pusat Statistik, 2010). Potensi perkebunan kelapa sawit memiliki peranan yang sangat besar bagi pemasukan devisa negara dan peningkatan pendapatan petani Indonesia.

Pemanenan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan produksi tanaman kelapa sawit. Pelaksanaan kegiatan pemanenan kelapa sawit berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Kualitas minyak yang dihasilkan bergantung pada kriteria panen buah yang layak dipanen. Menurut Pahan (2008) pelaksanaan pemanenan akan berjalan normal bila dikelola dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan panen kelapa sawit harus dilakukan dengan sebaik–baiknya agar diperoleh target produksi dengan kualitas yang memenuhi

permintaan pasar. Keberhasilan panen dan produksi sangat bergantung pada bahan tanam yang digunakan, manusia (pemanen) dengan kapasitasnya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif yang disediakan, dan lain-lain (Lubis, 2008). Pelaksanaan pemanenan kelapa sawit yang tepat meliputi penentuan kriteria panen, penyebaran dan rotasi panen, penyediaan tenaga kerja yang terampil, teknis panen, pengumpulan hasil dan pengawasan serta pengangkutan panen.

Tujuan

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, melatih keterampilan dan mendapatkan pengalaman kerja dari aspek teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai taraf pekerjaan.

Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari dan menganalisis permasalahan dalam pengelolaan pemanenan agar dapat memberikan masukan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan.

Dokumen terkait