• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Pustaka

Dalam dokumen Analisis Teks Narasi dan Surat Dalam Per (Halaman 54-59)

Sebagai rekan pembacaan, penulis memilih beberapa pakar seperti Margaret Davies dan Dale C. Allison yang menekankan aspek berbeda dari penulis. Berikut inti tafsiran mereka dan ringkasannya di bawah ini.

Margaret Davies67

Margaret Davies menafsirkan teks ini secara simbolis atau boleh dikatakan secara alegoris. Davies menyatakan ini merupakan cerita Ekaristi. Davies menuliskan,

The reference to Jesus’itaking, breaking and blessing the food would remind readers already familiar with the whole narrative of his similar actions at the last supper with his disciples, and perhaps of their own practice in the Eucharist. Hence the depiction of bread and fish in early Christian representations of the Eucharist. How then are readers to understand the nature of this story? What kind of story is it? That the narrative is recounting a typical prophetic act and that it presents feeding the hungry as an act of compassion are clear. But is the story to be taken as a depiction of a single incident which happened once, when Jesus literally multiplied bread and fish to feed more than five thousand people? Or is the story symbolic, a dramatic depiction of God’s bounty when people act as God’s agents to express compassion for the hungry? And does hunger symbolize their hunger for justice (see 5.6) which Jesus’iteaching and exemplary life satisfy? The absence of references to feeding miracles in the summaries, the absence of any reference to the crowds’ireaction at the end of the account of the miracle, the numbers five and twelve, the reference back to the incident in 16.5-12, and the echoes of the Eucharist narrative, all suggest the story’s symbolic force.The story of Jesus’iand his disciples’iaction in compassion for thehungry, therefore, encourages readers to take every opportunity to act as God’s agents in supplying the needs of those who hunger for justice. Such actions would help to restore the covenant community (see 26.28). 68

Dale C. Allison

Allison lebih melihat teks ini hanya menunjuk kepada masa Musa dan Elisa dan keakanan yaitu perjamuan malam sebelum Yesus disalibkan. Allison menuliskan,

67 Margaret Davies, Matthew, 118-120. 68 Margaret Davies, Matthew, 120.

The feeding of the five thousand is above all about the compassionate (cf. v. 14) Jesus and his supernatural ability to satisfy those in physical need—a theme that runs throughout the gospel. Here, as in the similar stories in i Kings 17:8-16; 2 Kings 4:42—4; and Jn 21:4—8, the miracle, itself undescribed, comes not in response to a request but flows from the spontaneous goodness of the miracle worker. (Despite the opinions of many, it is not clear that the numbers—five loaves, two fishes, twelve baskets, 5,000 men—have symbolic significance.) The verbal parallels with 26:20-9 make the present episode foreshadow the Eucharist, and this episode may even be a sort of allegory of the church's Eucharistic celebration. But there is more. Like the last supper, the feeding of the five thousand anticipates the messianic banquet. It also strongly recalls 2 Kings 4:42—4, where (i) Elisha takes bread and (2) commands, 'Give to the people, and let them eat', whereupon (3) a question is raised as to how so many can be fed by so little; but (4) the people eat anyway and (5) food is left over. The parallelism implies that Jesus is an

eschatological prophet like Elisha. Finally, Jesus' miracle in a deserted (eremon) place in the evening after crossing water recalls the miraculous evening fall of manna in the wilderness (eremos) under Moses after passage through the Red Sea (Ex 16; Num n). Sipre on Num 11:22 records thatthe Israelites ate fish in their desert wanderings (cf. Wis 19:12), and the manna in the wilderness was spoken of as a sort of'bread' (e.g. Deut 8:3). Matthew's Moses typology is, as patristic exegesis saw, again present (cf. Jn 6:25 ff). In sum, the miraculous feeding looks to the past and to the future—it anticipates the Lord's Supper and the messianic banquet and it looks back to OT miracles of Moses and Elisha.69

Ringkasan

Penafsiran Davies dan Allison menitikberatkan pada unsur alegoris yaitu menunjuk pada peristiwa Ekaristi atau the Lord's Supper. Tanpa mengabaikan unsur keakanan di dalam teks ini, penulis lebih melihat teks ini secara narasi yaitu adanya unsur peristiwa dan penokohan yang menonjol yang patut dikaji lebih mendalam pada bagian selanjutnya.

Analisis Narasi

Tujuan analisis narasi adalah mendapatkan tema atau pokok cerita. Premis/tesis dalam analisis adalah gabungan antara tokoh (karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) – konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog (akhir cerita)) menghasilkan tema atau pokok cerita. Analisis narasi ini akan dibagi dalam tiga tahap yaitu analisis peristiwa, tokoh dan peristiwa dan tokoh.

Analisis Peristiwa Narasi di atas terdiri atas peristiwa-peristiwa berikut. 1. Yesus mengasingkan diri dengan perahu ke tempat terpencil.

2. Orang banyak mengikuti Yesus ketika Yesus sedang mengasingkan diri. 3. Yesus sampai di tempat terpencil lewat jalan laut

4. Yesus menyadari banyak orang mengikuti dia lewat jalan darat.

5. Yesus menyembuhkan mereka yang sakit karena terdorong belas kasihan-Nya. 6. Menjelang malam, orang banyak itu mulai lapar.

7. Murid-murid Yesus melihat hal ini dan melaporkannya kepada Yesus yaitu menyuruh orang banyak pergi membeli makanan di desa-desa.

69

John Barton dan John Muddiman, eds., Oxford Biblical Commentary: Matthew (Oxford: Oxford University Press, 2001), 863.

8. Yesus meresponi laporan murid-murid-Nya yaitu melarang mereka pergi dan menyuruh murid-murid-Nya memberi makan.

9. Murid-murid Yesus meresponi balik yaitu kami hanya punya 5 roti dan 2 ikan.

10. Yesus meresponi kembali yaitu menyuruh mereka membawa 5 roti dan 2 ikan itu kepada- Nya.

11. Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di rumput.

12. Yesus mengambil 5 roti dan 2 ikan dan menengadah ke langit serta mengucap syukur. 13. Yesus memecah-mecahkan roti itu dan memberikan kepada murid-murid-Nya.

14. Murid-murid-Nya memberikan makanan itu kepada semua orang banyak itu. 15. Orang banyak berjumlah lebih 5000 itu makan sampai kenyang.

16. Ada orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang lebih sebanyak 12 bakul penuh. Peristiwa awalnya adalah peristiwa Yesus mengasingkan diri ke tempat terpencil dan diikuti oleh banyak orang. Peristiwa konfliknya adalah peristiwa orang banyak mulai lapar di saat hari menjelang malam. Peristiwa epilognya adalah peristiwa orang banyak menjadi kenyang dan sisa potongan roti sebanyak 12 bakul penuh.

Analisis Tokoh

Dalam narasi di atas, terdapat 3 tokoh penting yaitu Yesus, para murid Yesus, dan orang banyak yang berjumlah lebih dari 5.000 orang. Tokoh Yesus adalah tokoh yang berelasi dengan tokoh para murid dan orang banyak. Berdasarkan peristiwa-peristiwa di atas (nomor 7-10), tokoh para murid membawakan karakter pikiran realistis. Para murid mencerminkan pikiran yang realistis ketika menghadapi suatu permasalahan. Hal ini berlawanan dengan tokoh Yesus. Tokoh Yesus mencerminkan pikiran melampaui realistis/kewajaran. Di saat menghadapi permasalahan, Yesus memiliki pikiran di luar dugaan para murid yaitu melampaui pikiran yang dapat dipikirkan oleh mereka. Yesus membuktikan karakternya ini dengan peristiwa mujizat yang dia lakukan (lihat peristiwa nomor 12-16) sehingga orang banyak tersebut menjadi kenyang. Selain tokoh para murid, tokoh orang banyak juga perlu mendapat perhatian. Tokoh orang banyak adalah massa dari berbagai kota yang melewati jalan darat untuk mengikuti Yesus. Apa motif mereka mengikuti Yesus? Di dalam teks di atas tidak diceritakan secara eksplisit sehingga perlu memperhatikan analisis perisiwa di atas. Hal yang menjadi sorotan adalah ketika jumlah orang yang sangat banyak dan mereka serentak mengikuti Yesus baik ada yang dalam keadaan sakit (lihat peristiwa nomor 5) dan bahkan sampai pada keadaan lapar (peristiwa nomor 6). Ini menandakan suatu karakter kesungguhan atau keinginan kuat atau antusias mengikuti Yesus. Karakter Yesus dalam hubungan dengan karakter orang banyak tersebut adalah tokoh yang mencerminkan belas kasihan. Ada 2 tindakan yang Dia lakukan berkaitan dengan karakter orang banyak itu yaitu menyembuhkan (lihat peristiwa nomor 5) dan memberi mereka makan yang lapar (lihat peristiwa nomor 11-15).

Berdasarkan analisis peristiwa di atas baik peristiwa prolog, konflik, dan epilog, karakter Yesus adalah karakter utama. Peristiwa awal menunjukkan banyak orang mengikuti Yesus ketika Yesus menyendiri di tempat terpencil. Peristiwa prolog ini menggambarkan karakter Yesus yang berbelas kasihan. Orang banyak telah mendengar bagaimana pelayanan Yesus selama ini. Yesus dikenal sebagai tokoh yang berbelas kasihan seperti penyembuhan terhadap orang sakit.

Karakter ini yang menjadi daya pikat orang banyak mengikuti dia secara spontan tanpa

sepengetahuan Yesus. Ini adalah motif mereka mengikuti Dia. Karakter ini tercermin lagi dalam peristiwa prolog ketika Yesus menyembuhkan orang sakit, peristiwa konflik sampai epilog ketika

Yesus memberi mereka makan sampai kenyang. Peristiwa konflik juga menunjukkan karakter Yesus sebagai karakter utama. Karakter Yesus yang menonjol adalah memiliki pikiran yang melampaui pikiran manusia biasa, melampaui pikiran yang realistis/kewajaran. Peristiwa epilog juga menunjukkan karakter Yesus sebagai karakter utama. Yesus digambarkan sebagai tokoh yang berbelas kasihan. Jadi, berdasarkan analisis karakter di atas, karakter belas kasihan dan pikiran melampaui realistis/kewajaran adalah karakter utama di dalam narasi ini.

Apa hubungan kedua karakter tersebut? Karakter pikiran melampaui realistis/kewajaran diwujudkan dalam suatu tindakan nyata yaitu belas kasihan. Tindakan belas kasihan sejalan dengan pikiran Yesus yang melampaui realistis. Belas kasihan didasari oleh pikiran yang melampaui realistis.

Analisis Peristiwa dan Tokoh

Tema narasi dibangun dari analisis peristiwa dan tokoh. Berdasarkan analisis di atas, tema narasinya adalah belas kasihan mendatangkan kepuasan atau pemenuhan kebutuhan.i“Belas kasihan”imerupakan karakter utama dalam narasi. Verba “mendatangkan”imerupakan peristiwa awal hingga konflik. “Kepuasan atau pemenuhan kebutuhan”imerupakan peristiwa akhir narasi.

Konsep Teologis

Matius mengajarkan kepada jemaatnya tentang arti memberikan belas kasihan. Belas kasihan umat akan mendatangkan kepuasan kebutuhan secara fisik. Belas kasihan Yesus

ditunjukkan dengan suatu perbuatan mujizat.70 Peristiwa ini didasari oleh suatu pemikiran Yesus

yang melampaui akal pikiran para murid. Tujuan belas kasihan Yesus adalah pemenuhan kebutuhan fisik. Pemenuhan kebutuhan fisik dalam tulisan Matius mengajarkan pemeliharaan Tuhan (lihat juga Matius 15:32-39).71 Pada zaman Matius, bangsa Israel dijajah oleh bangsa

Roma. Tentu perbuatan belas kasihan yang dilakukan oleh Yesus menjadi semacam jalan menuju kebebasan atau keselamatan yang diproklamsikan oleh Yesus bahwa Kerajaan Sorga telah

datang. Banyak tafsiran menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan fisik di sini adalah simbolis terhadap peristiwa Ekaristi dalam Matius 26:26-29. Tidak ada dasar yang jelas menunjuk kepada peristiwa Ekaristi. Penulis lebih melihat ini adalah berkat Allah kepada umat-Nya.

Ringkasan

Teks ini mengajarkan perbuatan belas kasihan akan mendatangkan kelegaan kepada umat yang membutuhkan khususnya kebutuhan fisik seperti makan. Yesus sangat memperhatikan kebutuhan tersebut melalui perbuatan yang didasari oleh belas kasihan.

70 Lihat juga Allison, Oxford Biblical Commentary: Matthew, 863.

71 Leon Morris juga menyatakan, A miracle that meant multiplying bread was thus especially

significant; it pointed to God’s giving his people abundance of blessing.”iLeon Morris, The Gospel According to Matthew, 385.

Aplikasi

Matius mengajarkan kepada jemaatnya untuk bertindak belas kasihan di tengah situasi yang sulit atau tidak memungkinan secara akal pikiran manusia. Perbuatan belas kasihan menjadi semacam kebutuhan bagi jemaat Matius di tengah situasi penjajahan bangsa Romawi pada waktu itu. Perbuatan belas kasihan akan mendatangkan kelegaan kepada orang yang membutuhkan. Matius memberikan contoh perbuatan Yesus. Pada konteks sekarang, seberapa besar kita bisa melakukan perbuatan belas kasih di tengah kesulitan yang mungkin menimpa kita atau orang lain? Kita tahu bahwa perbuatan yang kita lakukan akan membawa dampak atau kelegaan kepada orang lain.

Sa pel Teks

Maius : -

Dalam dokumen Analisis Teks Narasi dan Surat Dalam Per (Halaman 54-59)