• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syarat Keuntungan dan Kode Etik Pembagian Hasil Keuntungan

BAB IV PENGARUH PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH TERHADAP LABA USAHA PT. ADHI KARYA Tbk

SEKILAS TENTANG SUKUK DAN BAGI HASIL (PROFIT SHARING)

B. Bagi Hasil (Profit Sharing) 1.Musyarakah 1.Musyarakah

4. Syarat Keuntungan dan Kode Etik Pembagian Hasil Keuntungan

b. Tidak ada standarisasi dalam mengambil keuntungan yang mengikat para pedagang dalam melakukan berbagai transaksi jual beli mereka hal itu dibiarkan sesuai kondisi dunia usaha secara umum, namun dengan tetap memperhatikan kode etik yang disyariatkan dalam islam, seperti sikap santun, qana’ah, toleransi dan memudahkan.

c. Terdapat banyak dalil-dalil dalam ajaran syariat yang mewajibkan segala bentuk mu’amalah bebas dari hal-hal yang diharamkan atau bersentuhan dengan hal-hal yang haram, seperti penipuan, kecurangan, manipulasi, memanfaatkan ketidaktahuan orang lain, memanipulasi keuntungan, yang kesemuanya mudarat bagi masyarakat umum maupun kalangan khusus. d. Pemerintah tidak boleh ikut campur menentukan staandar harga kecuali

kalau melihat adanya ketidak beresan di pasar dan ketidakberesan harga karena berbagai faktor yang dibuat-buat. Dalam kondisi demikian, pemerintah boleh turut campur dengan berbagai sarana yang memungkinkan untuk mengatasi berbagai faktor dan sebab ketidahberesan, kenaikan harga dan kamuflase berat tersebut.51

4. Syarat Keuntungan dan Kode Etik Pembagian Hasil Keuntungan

Keuntungan dalam sistem penanaman modal (bagi hasil) dipersyaratkan harus diketahui secara jelas, harus berupa prosentase yang

      

  51 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.82-83 

umum. Kalau salah seorang ditentukan mendapatkan bagian tetap (yang tidak diputar), maka perjanjian itu batal.52

Sehubungan dengan keuntungan dalam usaha investasi (bagi hasil) ini, pembagiannya harus memenuhi beberapa kode etik berikut:

a. Keuntungan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, sementara kerugian hanya ditanggung oleh investor saja kecuali adanya kelalaian dari pihak investor maka pihak investor tersebut harus ikut menanggung kerugian tersebut.

b. Keuntungan dalam usaha investasi juga sebagai cadangan modal. Pengelola tidak mendapatkan keuntungan seebelum ia menerima kembali modal secara utuh.

c. Pengelola hanya bisa mengambil keuntungan melalui pembagian.

d. Hak kepemilikan keuntungan hanya menjadi permanen bagi masing-masing pihak setelah dilakukan perhitungan akhir.

e. Boleh dilakukan pembagian keuntungan awal, namun nantinya dihitung pada perhitungan akhir.

f. Pengelola boleh mengambil bagian dari uang modal sebagai biaya perjalanannya melakukan bisnis, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dikalangan pedagang.

      

52

 

 

       

g. Tidak ada pertanggung jawaban bagi pengelola dalam perjanjian ini selain karena keteledoran atau pelanggaran. Tidak perlu diperhatikan adanya berbagai trik kamuflase untuk membatalkan dasar hukum ini.

h. Perjanjian usaha investasi ini berakhir dengan meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad atau karena dia gila, atau tercekal karena bangkrut terlilit hutang. Bisa juga karena pembatalan salah satu pihak, hanya saja usaha itu tetap berlangsung hingga modalnya habis diputar bila telah dimulai menurut pendapat yang benar dari para ulama, demi menghindari bahaya akibat pemutusan usaha yang tiba-tiba.53

 

 

  53 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.193-194 

A. Profil, Visi Misi Usaha, Prinsip-prinsip PT. ADHI KARYA Tbk 1. Profil PT Adhi Karya Tbk

Kiprah ADHI dimulai pada tanggal 11 Maret 1960 ketika Menteri Pekerjaan Umum menetapkan Architecten-Ingenicure-id Annnemersbedrijf

"Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries NV" (Associatie NV), salah satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi menjadi PN Adhi Karya. Nasionalisasi dimaksudkan untuk memacu pembangunan infrastruktur di Indonesia.1

Status ADHI berubah menjadi Perseroan Terbatas pada tanggal 1 Juni 1974 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman. ADHI adalah 100% dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia sampai akhir tahun 2003 ketika Republik Indonesia melalui Menteri BUMN, selaku Kuasa Pemegang Saham, melepas 49% saham akan ditawarkan kepada publik melalui Penawaran Umum Perdana (IPO). Keputusan ini diikuti dengan pencatatan saham ADHI di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang juga dibuat ADHI

      

  1 Riwayat Singkat Perseroan dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 31

 

sebagai perusahaan konstruksi pertama Milik Negara yang terdaftar di bursa saham.2

Melihat kondisi eksternal termasuk kebutuhan dan keinginan konsumen dan perkembangan kemampuan Perseroan dari waktu ke waktu, kemudian setelah review panjang, Perusahaan menetapkan visi dan misi baru. Selain itu ADHI mengintensifkan untuk bisnis EPC3 sebagai bisnis diperpanjang dan sektor investasi sebagai bisnis.Namun, jasa konstruksi tetap menjadi bisnis inti dari ADHI. Dalam mengembangkan bisnisnya, ADHI selalu membatasi pembangunan daerah sesuai dengan kemampuan sumber dayanya. Ini dilakukan untuk menjaga komitmen untuk memberikan kualitas layanan terbaik. Dalam kegiatan operasional, ADHI didukung oleh sembilan divisi yang tersebar di seluruh Indonesia dan Luar Negeri, sedangkan di antara mereka akan diarahkan sebagai divisi spesialis, yaitu spesialis bangunan, spesialis infrastruktur teknologi tinggi, dan spesialis EPC.4

Adhi membagi kagiatan usahanya menjadi tiga bagian yaitu:

Pertama Jasa Kosntruksi, ADHI mengklasifikasikan Jasa

Konstruksi proyek menjadi dua kelompok, yaitu:       

  2

Ibid,.

3

EPC ialah singkatan dari Engineering, Procurement, Construction. tugas dari EPC adalah untuk melakukan rekayasa (engineering) dari suatu bangunan/pabrik (plant), melakukan pembelian

(procurement) barang-barang dan equipment yang terkait dan kemudian mendirikan/membangun

(construction)plant tersebut.

4

Profil Perusahaan, Langkah Besar Menuju Tahun Emas. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id

   

a. Proyek Infrastruktur

Terdiri dari proyek-proyek infrastruktur seperti jalan dan jembatan, irigasi, pembangkit listrik, pelabuhan, dan lain-lain.

b.Proyek Bangunan

Terdiri dari proyek lain yang berhubungan dengan bangunan seperti hotel dan gedung perkantoran, pembangunan fasilitas umum seperti rumah sakit dan sekolah; bangunan komersial, perumahan, industri dan manufaktur, pekerjaan mekanikal dan elektrikal pada bangunan dan industri, transmisi listrik dan gardu, otomatisasi bangunan, kekuasaan tanaman, AC dan sistem suara, radio, telekomunikasi, dan instrumentasi dan perpipaan.5

Kedua EPC, yang merupakan extended busines ADHI, adalah perluasan layanan bisnis konstruksi yang dipilih karena bisnis ini masih sangat terkait dengan bisnis inti Perseroan EPC yang telah dimulai sejak tahun 2002 awalnya merupakan bagian dari konstruksi, sejalan dengan perkembangan usaha ADHI menjadikan EPC bidang usaha tersendiri. EPC merupakan pengembangan dari bisnis kontraktor ADHI. Bila sebelumnya ADHI hanya bertindak sebagai penyedia jasa kontraktor, maka melalui EPC, ADHI juga melakukan perancangan, perencanaan, dan pengadaan (procurement) sebelum sebuah proyek dimulai pekerjaan konstruksinya. 6

      

  5 Profil Perusahaan, Langkah Besar Menuju Tahun Emas. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id

 

 

Kompetensi ADHI di bidang konstruksi adalah suatu aspek positif untuk memenangkan proyek EPC. Mengingat kompetensi dan sumber daya yang dimiliki oleh Perusahaan, ADHI membatasi pekerjaan EPC yang diambil hanya pada pembangunan pembangkit listrik dan oil & gas. Begitu juga dengan wilayah operasinya, Divisi EPC dibatasi hanya beroperasi di wilayah Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan mengingat bisnis merupakan bisnis baru bagi ADHI, walaupun sebenarnya proyek EPC menawarkan margin keuntungan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan jasa konstruksi.7

Ketiga Investasi, merupakan expanded business yang dipilih oleh

ADHI. Bisnis ini mempunyai value creation yang tinggi, walaupun untuk masuk dalam bisnis ini mempunyai tantangan yang cukup berat karena dibutuhkan pola pikir yang lebih jangka panjang, dan syarat kompetensi yang berbeda dengan yang telah dimiliki Perseroan. Dengan memasuki bidang investasi, diharapkan ADHI dapat menciptakan bisnis EPC dan konstruksi sendiri. Tentunya selain mendapatkan keuntungan dari bisnis investasinya. Dalam bisnis ini, ADHI membatasi hanya terjun ke bidang investasi yang dekat dengan bidang konstruksi saja, misalnya jalan tol, properti.8