• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi Masyarakat

2.1.4 Syarat - Syarat Partisipasi Masyarakat

Setelah menyadari betapa pentingnya partisipasi, maka perlu kita memikirkan lebih lanjut syarat-syarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Menurut pendapat Slamet (2003), syarat-syarat itu dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu, satu adanya kesempatan untuk membangun dalam pembangunan Desa Siaga, kedua adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu, dan ketiga adanya kemauan untuk berpartisipasi. 2.1.5 Pembangunan Partisipatif

Pembangunan partisipatif dilakukan, menyangkut: (1) tahapan-tahapan dari kegiatan yang harus dilakukan. (2) Analisis-analisis apa yang harus dikerjakan, sampai kepada (3) Penyusunan program pembangunan yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat, dan akhirnya adalah (4) Implementasi dari program pembangunan yang telah ditetapkan dengan beberapa tahap. Tahapan dari kegiatan yang harus dilakukan adalah: (a) sosialisasi, (b) pendampingan, (c) Penguatan kelembagaan dan (d) implementasi program pembangunan (Wrihatnolo, at all, 2007).

Jika pada masa yang lalu anggota masyarakat bersifat pasif, maka dalam pembangunan masa depan sifat tersebut perlu dimotivasi dan didinamisasi secara

lebih kreatif dan mampu untuk memanfaatkan peluang, dengan demikian masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan Desa Siaga.

Keberhasilan pembangunan dalam masyarakat tidak selalu ditentukan oleh tersedianya sumberdana keuangan dan manajemen keuangan, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh peran serta dan respons masyarakat terhadap pembangunan atau dapat disebut sebagai partisipasi masyarakat.

Untuk mencapai keberhasilan partisipasi masyarakat dalam pembangunan diperlukan kepemimpinan lokal yang cakap, berwibawa dan diterima oleh masyarakat (capable and acceptable local leadership) yang mampu mensinergikan tradisi sosial budaya dengan proses manajemen modern.

Partisipasi masyarakat dalam tingkat individu dapat dilakukan dengan mendorong/menganjurkan dalam kegiatan dan perlindungan secara memadai. Pengadaan kampanye program kesehatan yang intensif dan penyebaran leaflet

merupakan upaya-upaya yang dilakukan di tingkat masyarakat. 2.2Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat (Toma) adalah orang yang dihormati dan disegani dalam masyarakatnya karena aktivitas dalam kelompoknya serta kecakapan dan sifat tertentu yang dimilikinya (Wikipedia, 2007).

Pengertian tokoh masyarakat menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol adalah seseorang yang karena kedudukan sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau Pemerintah. Sedangkan

menurut Donousodo (2008) tokoh masyarakat adalah seseorang yang berpengaruh dan ditokohkan oleh lingkungannya. Penokohan tersebut karena pengaruh posisi, kedudukan, kemampuan, dan kepiawaiannya. Oleh karena itu, segala tindakan, ucapan, dan perbuatannya akan diikuti oleh masyarakat di sekitarnya.

Di dalam operasionalisasi, dikenal dengan dua sebutan bagi tokoh masyarakat, yaitu tokoh masyarakat formal dan tokoh masyarakat informal. Tokoh masyarakat formal adalah seseorang yang ditokohkan karena kedudukannya atau jabatannya di lembaga pemerintahan, misalnya Ketua RT, Ketua RW, Kepala Desa, Lurah, Camat, dan lain-lain. Tokoh masyarakat informal adalah seseorang yang ditokohkan oleh masyarakat di lingkungannya akibat dari pengaruhnya, posisinya, dan kemampuannya yang diakui masyarakat di lingkungannya, yaitu:

1) Tokoh agama: seseorang yang ditokohkan karena kemampuan dan kepiawaiannya di bidang keagamaan.

2) Tokoh adat: seseorang yang ditokohkan oleh masyarakat di lingkungannya karena kemampuan dan kepiawaiannya di bidang adat dan kebudayaan, yang saat ini populer disebut kearifan lokal.

3) Tokoh perempuan: seseorang yang ditokohkan karena kemampuannya, dan suaranya dapat mewakili suara perempuan.

4) Tokoh pemuda: seseorang yang ditokohkan karena kemampuannya dan suaranya dapat mewakili pemuda.

Jadi, tokoh masyarakat informal adalah seluruh tokoh masyarakat yang diakui karena kedudukan, kemampuan, keahlian, maupun kepiawaiannya di bidang tertentu yang diakui oleh masyarakat di lingkungannya.

Menurut Basri (2006), tokoh masyarakat adalah orang yang memiliki 5 faktor yang mempengaruhi kearifan di tengah masyarakat, yaitu: (1) kondisi spiritual-moral; (2) kemampuan hubungan antar manusia; (3) kemampuan menilai dan mengambil keputusan; (4) kondisi personal; dan (5) kemampuan khusus/istimewa. Dengan demikian seorang tokoh masyarakat dapat ditinjau dari faktor-faktor yang berorientasi ke dalam diri pribadi mereka maupun dari faktor-faktor yang berorientasi ke luar, yaitu keberhasilan berhubungan sosial dengan orang-orang lain.

Para pemuka masyarakat/tokoh masyarakat mungkin adalah formal leader

(pemimpin yang resmi), ataupun informal leader (tidak resmi). Karena mereka pada dasarnya mempunyai pengaruh untuk menggerakkan masyarakat terutama dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan ialah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri melalui proses memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Rostiana (2009) menyatakan bahwa karakteristik tokoh masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut :

Umur adalah usia seseorang yang dihitung mulai sejak lahir sampai dengan batas terahkir masa hidupnya. Umur sangat mempengaruhi seseorang dalam keterlibatannya di dalam kegiatan masyarakat.

Hurlock (2002) menyatakan bahwa umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Masa dewasa dini adalah masa pencaharian kemantapan dan masa produktif dimana dimulainya suatu karier dan merupakan masa reproduksi. Masa dewasa madya dimulai dari umur 41-60 tahun, masa antara umur 41-50 tahun yaitu setelah puas dari hasil yang diperoleh dan menikmati hasil dari kesuksesan mereka sampai mencapai usia 60 tahun. Masa dewasa lanjut (usia lanjut) dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian, ini merupakan masa pensiun. Pendiun selalu menyangkut dengan perubahan peran, keinginan dan nilai perubahan secara keseluruhan terhadap pola kehidupan setiap individu. Jika umur dihubungkan dengan tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin bertambahnya umur maka semakin bertambah pula pengetahuannya.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh dan dimiliki oleh seorang kader posyandu dengan mendapatkan sertifikasi kelulusan/ijazah, baik sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), dan perguruan tinggi (PT). Pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan (input), yaitu sasaran

pendidikan, keluaran (output) yaitu suatu bentuk perilaku baru atau kemampuan baru dari sasaran pendidikan. Proses tersebut dipengaruhi oleh perangkat lunak (soft ware) yang terdiri dari kurikulum, pendidik, metode dan sebagainya serta perangkat keras (hard ware) yang terdiri dari ruang, perpustakaan (buku-buku), dan alat-alat bantu pendidikan lain (Notoatmodjo, 2005).

Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kamampuan analisis serta pengembangan kepribadian. Blum menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara operasional tujuannya dibedakan menjadi tiga aspek yaitu; pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan aspek ketrampilan (psikomotor).

Green (1980) menyatakan bahwa gangguan terhadap penyakit juga disebabkan oleh manusia itu sendiri terutama menyangkut pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga kesehatan sehingga ia mempunyai kesadaran tinggi terhadap kesehatan baik kesehatan pribadi maupun kesehatan keluarga, begitu juga dalam mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi dan cukup kalori sehingga dapat menjaga kesehatannya terutama pada saat ibu hamil.

Pendidikan yang tinggi seseorang akan lebih mudah memahami tentang suatu informasi, bila pendidikannya tinggi maka dalam menjaga kesehatan sangat diperhatikan, termasuk cara menjaga bayi, mengatur gizi seimbang, dan sebaliknya dengan pendidikan rendah sangat sulit menterjemahkan tentang imformasi yang ia dapatkan, baik dari petugas kesehatan maupun dari media-media lainnya. Pendidikan

sangat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga. Jika pendidikan tinggi, maka banyak mengetahui, ada kemauan untuk mengerjakan apa yang dapat bermanfaat bagi keluarganya.

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah tugas utama atau kegiatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang kader posyandu untuk membantu, dan membiayai kehidupan keluarganya serta menunjang kebutuhan rumah tangganya. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang dalam menjaga kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan keluarga. Karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan karena kesibukan membuat seseorang terabaikan akan kesehatannya, termasuk tokoh masyarakat.

Disamping itu adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan keaktifannya sebagai tokoh masyarakat, misalnya saja seorang tokoh masyarakat yang dengan kesibukan tertentu akan mempengaruhi keberadaannya untuk berinteraksi di masyarakat. Begitu juga dengan status sosial ekonomi yang dimiliki oleh tokoh masyarakat akan mempengaruhi kedudukannya berada dalam kelompok masyarakat tersebut ( Notoadmodjo, 2005 ).

d. Status Perkawinan

Status perkawinan adalah suatu bentuk perkawinan antara laki-laki dan perempuan secara syah dipandang dari segi agama melalui pernikahan dengan mempunyai surat nikah dan terdaftar di kantor agama. Status perkawinan sangat

mempengaruhi seseorang tokoh masyarakat dalam kedudukannya di tengah-tengah masyarakat.

2.3Pengetahuan

Dokumen terkait