BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
C. Bank Syariah
1. Definisi Bank Syariah
Ada beberapa pendapat tentang definisi Bank Syariah yang di kemukakan para ahli antara lain sebagai berikut:
Menurut (Wika Ramdhani, dkk, 2018: 68) Perbankan syariah adalah suatu sistem yang dikembangkan berdasarkan prinsip syariah atau hukum syariah. Alasan pembentukan sistem ini adalah karena adanya larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba. Alasan kedua yaitu karena adanya larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram.
Menurut (Darmawan dan Abdul Hamid, 2018: 67) Bank Islam (Bank Syariah) adalah suatu lembaga yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya dengan sistem tanpa bunga contohnya Bank Muamalat.
Menurut (Djoko Muljono, 2015: 37) Akuntansi Syariah adalah akuntansi yang pengelolaan usahanya berlandaskan syariah untuk digunakan sebagai bahan mengambil keputusan–keputusan ekonomi dan memilih alternatif tindakan bagi para pemakaianya.
Berdasarkan Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bab 1 pasal 1, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah, yang dimaksud dengan prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah. Bank syariah atau biasa dikenal dengan Bank Islam mempunyai sistem operasi di mana bank ini tidak mengandalkan sistem bunga, seperti di bank-bank konvensional. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga ini, biasa dikatakan sebagai lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur‟an dan Al-hadits.
Dari pemaparan di atas dapat menyimpulkan tentang Bank Syariah, yaitu suatu usaha yang lahir dengan bentuk Perbankan yang bergerak dalam pelaksanaan kegiatan opersional baik itu dalam kegiatan penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang sesuai dengan prinsip syariah.
2. Fungsi dan Tujuan Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (accounting and auditing organization for Islamic financial institution) yang merupakan organisasi non profit yang konsen pada pengembangan dan penerbitan Standar Akuntansi bagi industri keuangan global yang didirikan pada tahun 1991 adalah sebagai berikut:
a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dan yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas dana pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.
d. Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank islam memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa perbankan syariah berujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Tujuan bank syariah ini dapat tercapai jika bank syariah menyalurkan kreditnya pada sektor-sektor produktif yang dapat meningkatkan perekonomian secara riil. Dengan demikian maka akan ada sektor usaha baru dan bertambahnya lapangan kerja. Pada akhirnya hal ini akan menyebabkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat akan meningkat.
Tetapi ketika bank syariah lebih banyak menyalurkan kreditnya pada sektor konsumtif maka pencapaian tujuan pembangunan nasional ini akan terhambat.
Hal ini dikarenakan kredit yang disalurkan pada sektor konsumtif tidak akan membuka sektor usaha yang baru dan penambahan lapangan kerja secara langsung.
Secara garis besar, hubungan-hubungan ekonomi berdasarkan syariat-syariat Islam ditentukan oleh hubungan akad Yarli, D (2018). Akad-akad yang berlaku terdiri dari lima prinsip-prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dasar akad
tersebut dapat ditemukan pada produk baik lembaga-lembaga keuangan bank maupun bukan bank syariah di Indonesia, meliputi:
a. Prinsip Simpanan Murni (Al-Wadi’ah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas ini diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya giro dan tabungan.Istilah al-wadi’ah dalam dunia perbankan konvensional lebih dikenal dengan giro.
b. Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip ini adalah suatu konsep yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Prinsip mudharabah ini dapat digunakan sebagai dasar baik produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan dan penyertaan.
c. Prinsip Jual Beli (At-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu konsep yang menerapkan tata cara jual beli, di mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank dalam melakukan pembelian barang atas nama bank. Bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya dapat berupa: murabahah, salam, dan istishna.
d. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terdiri dari dua jenis. Pertama, ijarah (sewa murni) seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya (operating lease). Secara teknik bank dapat membeli dahulu barang yang dibutuhkan oleh nasabah, kemudian barang tersebut disewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati oleh nasabah. Kedua, bai al-takjiri atau ijarah al-muntahiya bithamlik, yang merupakan penggabungan sewa dan beli di mana penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (financial lease).
e. Prinsip Jasa/Fee (Al-Ajr Walumullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer, dan lain-lain.