IMPLEMENTASI PRINSIP PROFIT DAN LOSS SHARING MUDHARABAH TERHADAP PENINGKATAN LABA PADA
PT. BANK SULSELBAR SYARIAH CABANG MAKASAR
SKRIPSI
Oleh
SAHUM PRISANDI ANUGRAH SELA NIM 105731115816
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
IMPLEMENTASI PRINSIP PROFIT DAN LOSS SHARING
MUDHARABAH TERHADAP PENINGKATAN LABA PADA PT. BANK SULSELBAR SYARIAH CABANG MAKASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S. Ak) Pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universita Muhammadiyah Makassar
SAHUM PRISANDI ANUGRAH SELA NIM 105731115816
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
iii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:
1. Kepada kedua orang tua saya yang senantiasa membimbing dan mendoakanku dalam setiap perjalanan hidupku.
2. Teman-teman kelas AK 16 D yang selalu memberikan semangat, dukungan dan bantuan.
3. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan ilmu dan memberikan pelayanan yang baik selama masa perkuliahan.
4. Kepada saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberikan motivasi, nasehat, dan dukungan himgga saya berani melangkah sejauh ini untuk menuntut ilmu.
Motto Hidup
“ Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu.
Tetapi boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu, Allah
mengetahui sedang kamu tidak menfetahui ”
(QS. Al-Baqarah ayat 216)
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah kita patut panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, petunjuk, rahmat, dan hidaya yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya, sehinnga penulis dapat menyusun skripsi ini. Tak lupa juga shalawat dan salam kita kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai bagi penulis manakala penulisan dan penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Prinsip Profit And Loss Sharing Mudharabah Terhadap Peningkatan Laba Pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar”
Skripsi yang saya buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terimah kasih kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Sela Jirrang dan Ibunda Sagena yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tanpa pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terwujud
viii
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. H. Andi Jam‟an, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA. CSP selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Muryani Arsal, SE., MM., AK., CA, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Muhammad Agung selaku teman kelas yang selama ini meluangkan waktunya untuk membantu dalam penyusunan skripsi hingga peneliti mendapatakan gelar Sarjana Ekonomi.
7. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
8. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
ix
9. Teman-teman Akuntansi D angkatan 2016 yang kurun waktu 4 tahun berjuang dan berbagi cerita suka dan duka, teruslah menjadi manusia yang membumi sahabat dan jangan pernah letih untuk berjuang dalam menggapai cita-cita.
10. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu, yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq Fastabiqul Khairat
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 19 April 2021 Ttd
Sahum Prisandi A. S.
x
ABSTRAK
Sahum Prisandi Anugrah Sela, (2021). Implementasi Prinsip Profit And Loss Sharing Mudharabah Terhadap Peningkatan Laba (Pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar). Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dimbimbing oleh Pembimbing I Ibu Muryani Arsal dan Pembimbing II Bapak Ismail Rasulong
Sistem produk bagi hasil atau dalam syariat islam disebut dengan mudharabah. sistem pembagian dalam mudharabah ini yaitu menggunakam profit and loss sharing, yg dimana pada penelitian mengambil fokus bagaiaman sistem mudharabah pada bank sulsebar syariah cabang makassar. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dan metode yang digunakan untuk mendapatkan informasinya yaitu dengan teknik wawancara. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu bagi hasil pada pembiayaan mudharabah Bank Sulselbar Syariah sudah sesuai dengan aturan yang ada pada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. :07/DSN- MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah. Dalam implementasi prinsip profit and loss sharing atau pembagian keuntungan dan kerugian terhadap laba yang diperoleh PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar belum diterapkan sepenuhnya karena keuntungan yang dihasilkan dibagi diantara pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib) sesuai kesepakatan pada saat akad terjadi sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana atau dalam istilah ekonomi syariah disebut dengan prinsip profit sharing mudharabah.
Namun, pengaruhnya terhadap peningkatan laba dalam laporan posisi keungan PT.
Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar menunjukkan bahwa terjadi peningkatan laba pada setiap tahunnya.
Kata Kunci : Profit and loss sharing, Mudharabah, Bank Syariah
xi ABSTRACT
Sahum Prisandi Anugrah Sela, (2021). Implementation of Profit And Loss Sharing Mudharabah Principles on Increasing Profit (At PT. Bank Sulselbar Syariah Branch Makassar). Thesis of the Department of Accounting, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Supervisor I Mrs.
Muryani Arsal and Supervisor II Mr. Ismail Rasulong
The profit-sharing product system or in Islamic law is called mudharabah.
The sharing system in this mudharabah is using profit and loss sharing, which in this study focuses on how the mudharabah system is in the Makassar branch of the Islamic Sulsebar bank. By using descriptive qualitative method and the method used to obtain the information is the interview technique. The results of this study are profit sharing on mudharabah financing at Bank Sulselbar Syariah in accordance with the rules contained in the fatwa of the National Sharia Council (DSN) No. : 07/DSN- MUI/IV/2000 regarding mudharabah financing. In implementing the principle of profit and loss sharing or distribution of profits and losses to the profits obtained by PT.
Bank Sulselbar Syariah Makassar Branch has not been fully implemented because the profits generated are divided between the fund owner (shahibul maal) and fund manager (mudharib) according to the agreement when the contract occurs while financial losses are only borne by the fund owner or in sharia economic terms it is called the profit sharing principle mudharabah. However, its effect on the increase in profit in the statement of financial position of PT. Bank Sulselbar Syariah Makassar Branch shows that there is an increase in profit every year.
Keywords: Profit and loss sharing, Mudharabah, Islamic Bank
xii DAFTAR ISI
SAMPUL ...
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. TujuanPenelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Implementasi Prinsip Profit And Loss Sharing ... 9
B. Mudharabah ... 18
C. Bank Syariah ... 26
D. Penelitian Terdahulu ... 30
E. Kerangka Pikir ... 38
BAB III. METODE PENELITIAN ... 40
A. Jenis Penelitian ... 40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41
C. Metode Pengumpulan Data ... 41
D. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 42
E. Metode Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
xiii
A. Profil Lokasi Penelitian ... 46
1. Sejarah Bank Sulselbar ... 46
2. Visi dan Misi ... 50
3. Produk PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Syariah Makassar .... 52
4. Struktur Organisasi ... 58
5. Tugas Pokok Karyawan ... 60
B. Hasil Data Penelitian ... 64
1. Metode Mudharabah Pada Bank Sulselbar Syariah cabang ... 64
2. Penerapan Profit Dan Loss Sharing (bagi hasil) Mudharabah Pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar ... 67
3. Konsep Pembagian Laba Dalam Akuntasni Syariah ... 72
C. Pembahasan Hasil ... 77
BAB V. PENUTUP ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN ... 84
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1: : Penelitian Terdahulu ... 34
Table 4. 1: Laporan Posisi Keuangan (Neraca) ... 74
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 : Skema Mudharabah ... 25
Gambar 2. 2 : Kerangka Pikir ... 39
Gambar 4. 1 : Struktur Organisasi PT.Bank Sulselbar Syariah Makassar ... 59
Gambar 4. 2: Flowchart Alur Tabungan Mudharabah ... 71
Gambar 4. 3 : Grafik Laporan Posisi Keuangan (Neraca) ... 76
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang Perbankan saat ini khususnya Perbankan Syariah di Negara kita saat ini telah mendapat kepercayaan yang sangat tinggi dari masyarakat maupun investor. Kepercayaan nasabah ini mencakup kesediaan untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat dalam pertukaran karena mempunyai keyakinan kepada pihak lain tersebut. Kepercayaan nasabah perbankan syariah ini mencakup juga adanya keyakinan akan bagi hasil dimana kedua belah pihak akan berbagi keuntungan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dimana bagi hasil mensyaratkan kerjasama pemilik modal dengan pengelolah usaha untuk kepentingan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, sekaligus untuk masyarakat. Pada dasarnya defenisi Perbankan Syariah biasa juga disebut Bank Islam, yaitu Perbankan yang pelaksanaannya sangat penting dan sesuai dengan dasar hukum atau syariat ke islaman. Bank syariah menggunakan prinsip dasar hukum islam yang tidak menggunakan bunga pinjaman (Interest rate) dalam aktivitas sehari-hari.
Perkembangan perbankan syariah dimulai pada tahun 1991, Bank
syariah yang pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia yang
digagas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Namun,
eksistensi bank syariah di Indonesia secara formal telah dimulai sejak
diberlakukannya UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan walaupun belum
disebut secara eksplisit istilah tentang bank yang beroperasi sesuai prinsip
syariah. Barulah pada tahun 1998 dilahirkan UU No. 10 tahun 1998 yang secara eksplisit menetapkan bahwa bank dapat beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Maka, sejak itu dimulai kebijakan hukum perbankan di Indonesia yang menganut sistem perbankan ganda (dual banking system) dimana diberikan kesempatan bagi bank-bank umum konvensional untuk memberikan layanan syariah melalui mekanisme Islamic window dengan terlebih dahulu membentuk Unit Usaha Syariah (UUS). Berdasarkan data OJK hingga tahun 2019, ada sekitar 189 bank syariah yang terdiri dari 14 Bank Umum Syariah (BUS), 20 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 164 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia. Salah satunya adalah Bank Sulselbar karena selain juga dikenal sebgai Bank umum konvensional kini juga telah memberikan layanan yang sesuai dengan ajaran agama islam yang biasa disebut dengan Bank Sulselbar Cabang Syariah. Dalam Bank Sulselbar Syariah terdapat beberapa produk- produk pembiayaan seperti mudharabah dan juga musyarakah.
Berdasarkan PSAK No. 105 (2007), mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana atau pihak bank) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana atau nasabah) bertindak selaku pengelolah dan keuntungan dibagi diantara mereka berdua sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana (Darmawan, Hamid : 2018).
Pemilik modal atau dana yang dalam islam biasa disebut shahibul mall
merupakan orang yang memberikan modalnya kepada pengelolah atau biasa
disebut mudharib, untuk dikelolah dalam bentuk usaha dan hasil yang
didapatkan dari usaha tersebut nantinya akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati antara shahibul mall dan mudharib. Nisbah bagi hasil dalam mudharabah dihutung berdasarkan persentase yang telah disepakati pada awal akad.
Bank Syariah menggunakan prinsip pembagian keuntungan dan kerugian (Profit Sharing). Pada dasarnya konsep profit sharing atau yang juga disebut dengan profit and loss sharing menawarkan suatu pembagian hasil usaha dengan mengutamakan perhitungan pendapatan/keuntungan bersih (net profit), yaitu laba kotor dikurangi beban biaya yang telah dikeluarkan selama operasional usaha. Sedangkan konsep revenue sharing adalah pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan, revenue sharing biasa juga diartikan sebagai konsep yang menawarkan pembagian hasil usaha berdasarkan perhitungan laba kotor (gross profit) dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan keuangan.
Konsep ini berbeda dengan bank-bank konvensional yang menawarkan
tingkat suku bunga yang tinggi dengan tujuan untuk menarik minat masyarakat
menabungkan uangnya di bank. Besarnya bunga dalam pembagian hasil usaha
ditetapkan melalui awal perjanjian atau kerjasama dengan keuntungan yang
pasti bagi investor. Bahkan pada saat kreditur mengalami masalah seperti
kerugian dalam usahanya, maka investor akan tetap mendapatkan bunga yang
disepakati pada awal suatu perjanjian sebelumnya.
Secara teori, prinsip bagi hasil merupakan inti atau ciri utama dari kegiatan perbankan syariah. Namun dalam kegiatan pembiayaan bagi hasil, produk Muzara'ah dan Musaqah belum digunakan dalam industri perbankan, bahkan produk seperti Mudharabah dan Musyarakah tidak terlalu diminati dalam kegiatan pembiayaan. Hal ini dikarenakan tingkat risiko pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah sangat tinggi (high risk), dan return yang tidak pasti.
Dikarenakan bank syariah merupakan lembaga bisnis dan sekaligus lembaga intermediasi, dimana bank syariah berperan sebagai perantara antara pihak yang kekurangan modal (lack of fund) dan pihak lain yang memiliki kelebihan modal (surplus of fund). Seharusnya bank syariah dan nasabah harus memahami dengan baik tentang filosofi pembiayaan dengan konsep prinsip mudharabah, karena Islam memberikan solusi yang adil bagi kedua belah pihak dengan prinsip tanggung jawab yang jelas, bukan hanya ingin mendapatkan keuntungan sendiri dan pihak yang lain harus menderita kerugian atau bahkan mereka tidak punya apa-apa lagi. Bahkan secara ekonomi, tidak dapat berdaya lagi.
Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk mengkaji dan menemukan
konsep ideal dari prinsip profit and loss sharing dalam perbankan syariah,
khususnya dalam akad mudharabah. Sehingga kedua belah pihak baik bank
ataupun nasabah peminjam dapat menjalankan bisnis atau usahanya dengan
aman tanpa ada rasa khawatir atau rasa takut yang berlebihan, dan dapat
menjadikan produk mudharabah menjadi produk pembiayaan utama bank syariah di masa mendatang.
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan pulau Sulawesi. Pusat pemerintahan atau ibu kota provinsi berada di kota Makassar. Kota Makassar adalah sebuah kota madya dan salah satu kota metropolitan di Indonesia. Kota Makassar merupakan kota terbesar ke empat di indesia dan terbesardi kawasan timur Indonesia. Sebagai pusat pelayanan di kawasan Indonesia timur, kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintah, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan. Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam provinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan barat ke kawasan timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia.
Bank Sulselbar merupakan bank yang didirikan dengan tujuan untuk mengelola keuangan daerah dan membantu meningkatkan otonomi daerah.
Pada tahun 2007, PT. Bank Sulselbar telah membentuk Unit Usaha Syariah
berdasarkan hukum syariat islam yang mengacu pada Al-Qur'an dan Sunnah,
serta mengutamakan keadilan dan transparansi dalam setiap transaksi. Dengan
adanya Bank Sulselbar Syariah, masyarakat tidak perlu khawatir dalam
pengelolaan dananya, karena Bank Sulselbar Syariah akan mengarahkan
mereka pada sector-sektor yang tidak bertentangan dengan syariat dan syiar
Islam. Bank Sulselbar Syariah akan memprioritaskan pengalokasian dana
kepada entitas yang diharapkan dapat mendorong perkembangan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat muslim yang akan menghindari praktek bunga pada bank konvensional. Bank syariah dan lembaga keuangan yang dapat menyimpan dana, meminjam dana dan hal-hal terkait pembiayaan lainnya telah banyak bermunculan.
Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar merupakan salah satu bank yang melakukan kegiatan menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat tanpa menggunakan sistem bunga. Bank Sulsebar Syariah menerapkan sistem produk bagi hasil atau mudharabah dalam hukum Islam.
Pembiayaan mudharabah dilakukan dengan tujuan untuk membantu masyarakat Islam dalam menjalankan usahanya. Mudharabah ini dapat digunakan untuk pembiayaan dan juga sebagai dasar pendanaan seperti tabungan dan deposito.
Lembaga keuangan syariah seperti Bank Sulselbar Syariah adalah bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Syariah. Hal ini sesuai
dengan yang ditetapkan oleh Komite Syariah Nasional. Seperti halnya
pendistribusian keuntungan atau bagi hasil dalam lembaga keuangan syariah
telah ditentukan bahwa prinsip pendistribusian bagi hasil yang digunakan dapat
berupa prinsip profit sharing dan revenue sharing. Dalam sistem keuangan tanpa
bunga (sistem keuangan syariah), yang berupaya dijalankan oleh para penganut
prinsip-prinsip Islam, seseorang dapat memperoleh keuntungan dari uang
mereka hanya dengan cara tunduk pada resiko yang termasuk dalam skema
bagi hasil. Salah satunya adalah pada Bank Sulselbar Cabang Syariah
Makassar yang nantinya akan dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini.
Hasil penelitian khoiruddin (2016) mendapati bahwa prinsip profit and loss sharing di bank muamalat Indonesia Capem Tulungagung dan Bank BRI Syariah Capem Ploso Jombang diimplementasikan dalam akad simpanan mudharabah dengan produk deposito mudharabah dan tabungan mudharabah, yang dalam penerapan bagi hasilnya menggunakan revenue sharing. Temuan penelitian ini juga mendapati prinsip profit and loss sharing dalam pembiayaan musyarakah di Bank Muamalat Indonesia Capem Tulungagung dan Bank BRI Syariah Capem Ploso Jombang diimplementasikan dalam produk pembiayaan KPR Syariah dengan akad musyarakah mutanaqisah.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Muhadjir Suni (2018) mengenai analisis perhitungan bagi hasil mudharabah tabungan pada (studi kasus) PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah (HIK) Makassar, yang mendapati jika pihak bank mengalami kerugian maka kerugian tersebut ditanggung oleh kedua belah pihak yaitu nasabah dan BPRS HIK Makassar.
Sesuai Latar Belakang yang telah di uraikan, maka penelitian ini akan mengambil judul yaitu “Implementasi Prinsip Profit Dan Loss Sharing Mudharabah Terhadap Peningkatan Laba pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah dikemukakan, maka pertanyaan
dan masalah utama yang akan di teliti yaitu “Bagaimana Implementasi Prinsip
Profit Dan Loss Sharing Mudharabah Terhadap Peningkatan Laba pada Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar)?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan, maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui tentang Implementasi Prinsip Profit Dan Loss Sharing Mudharabah Terhadap Peningkatan Laba pada Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat penelitian ini:
a. Untuk mengetahui dan memperluas pemikiran penulis secara luas yang membahas tentang masalah yang akan diteliti.
b. Bertujuan agar dapat berkontribusi kepada pihak perbankan syariah mengenai kegiatan bagi hasil dengan Profit and Loss Sharing Mudharabah yang sesuai dengan pembahasan yang di kemukakan dalam standar akuntansi
c. Sebagai bahan pustaka atau referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian pada objek penelitian yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Implementasi Prinsip Profit Dan Loss Sharing
Implementasi adalah tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah disusun dengan matang, cermat dan terperinci. Jadi, implementasi dilakukan jika sudah ada perencanaan yang baik dan matang, atau sebuah rencana yang telah disusun jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga sudah ada kepastian dan kejelasan akan rencana tersebut.
Terdapat pendapat para ahli dan akdemisi yang mengemukakan tentang pengertian dari implementasi. Adapun pengertian implementasi tersebut dapat dilihat dalam beberapa penadpat dibawah ini. Selanjutnya menurut Widodo dalam Parinduri (2016:12-13) “implementasi berarti menyediakan saran untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu”.
Sedangkan Horn dalam Parinduri (2016:12) “ mengartikan implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh baik individu-individu/pejabat- pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swsta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan”.
Kemudian Presman dan Wildavsky dalam Parinduri (2016:13)
mengemukakan bawa: “Implementation as to carry out, acoumplish, fulfill,
produce, complete” maksudnya: membawa, menyelesaikan, mengisi,
menghasilkan, melengkapi. Jadi, secara etimologis implementasi itu dapat
dimaksudkan sebagai suatu aktifitas yang bertalian dengan penyelesain suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana ( alat ) untuk memperoleh hasil”.
Sedangkan William dalam Parinduri (2016:14) “dengan lebih ringkas menyebutkan dalam bentuk lebih umum, penelitian dalam implementasi menetapkan apakah organisasi dapat membawa bersama jumlah orang dan material dalam unit organisasi secara kohesif dan mendorong mereka mencari cara untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat diketahui bahwa pengertian implementasi merupakan suatu proses yang berkaitan dengan kebijakan dan program-progaram yang diterapkan oleh suatu organisasi ataupun badan usaha serta sarana dan prasarana untuk mendukung program-program yang akan dijalankan tersebut.
1. Pengertian profit dan loss sharing
(Khoirudin, 2016:25-26) Istilah bagi hasil sebenarnya bukan hal baru dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. Sistem bagi hasil sudah dikenal sejak dahulu melalui bagi hasil pertanian yang dilakukan oleh penggarap dan pemilik lahan. Bagi hasil sendiri menurut termininologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan suatu perusahaan lebih besar dari biaya total.
Wika R, dkk (2018:69) Profit sharing merupakan perhitungan bagi hasil
yang didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, dimana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan.
Sedangkan menurut Dariah (2015:229) Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan kelebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue.
Putri (Wika R, dkk, 2018:69) Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian antara pemodal (investor) atau pengelola modal (entrepreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapatkan keuntungan akan dibagi antara kedua bela pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, begitu pula apabila usaha mengalami kerugian akan di tanggung bersama sesuai porsi masing-masing.
Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya secara utuh ataupun keseluruhan sedangkan bagi pengelola modal tidak mendapatkan upah atau hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya.
2. Karakteristik profit dan Loss sharing
Nisbah bagi hasil merupakan persentase keuntungan yang akan diperoleh pemodal (shahibul mall) dan pengelolah (mudharib) yang ditentukan berdasarkan kesepakatan di awal oleh kedua belah pihak. Menurut Karim (2004), terdapat lima karakteristik nisbah bagi hasil yang terdiri dari:
a) Persentase
Nisbah bagi hasil harus dinyatakan dalam persentase (%),bukan dalam nominal uang tertentu (Rp).
b) Bagi untung dan bagi rugi
Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan porsi modal masing-masing pihak.
c) Jaminan
Jaminan yang akan diminta terkait dengan character risk yang dimiliki oleh mudharib karena jika kerugian diakibatkan oleh keburukan karakter mudharib, maka yang menanggung adalah mudharib. Akan tetapi jika kerugian diakibatkan oleh business risk, maka shabibul mal tidak diperbolehkan untuk meminta jaminan pada mudharib.
d) Besaran Nisbah
Angka besaran nisbah bagi hasil muncul sebagai hasil tawar- menawar yang dilandasi oleh kata sepakat dari pihak shabibul dan mudharib.
e) Cara menyelesaikan kerugian
Kerugian akan ditanggung dari keuntungan terlebih dahulu karena keuntungan adalah pelindung modal. Jika, kerugian melebihi keuntungan maka diambil dari pokok modal.
Konsep profit and loss sharing ini jauh lebih bersifat manusiawi
dibandingkan dengan konsep bagi hasil yang lain, seperti revenue sharing yang
diterapkan oleh dunia konvensional. Konsep revenue sharing adalah besaran yang diacu jasa dari suatu produksi. Hal itu berarti bahwa pembagian hasil usaha itu dilakukan ketika pada perkalian antara jumlah output yang dihasilkan dari kegiatan produksi dikalikan dengan harga barang atau mendapat laba kotor dari usaha. Jadi biaya operasional usaha seperti zakat, pajak, cicilan hutang, dan service charge dibebankan kepada mudharib atau pengelolah.hal itu tentunya sangat merugikan bagi mudharib, karena dia harus menanggung biaya operasional yang seharusnya ditanggung oleh shahibul maal. Hal seperti itulah yang ingin dihapuskan oleh Islam.
3. Perhitungan Bagi Hasil
Berdsarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No 15/DSN- MUI/IX/2000, ada dua jenis pendekatan dalam perhitungan bagi hasi atau prinsip pembagian hasil usaha, yaitu :
 Pendekatan profit sharing
Pendekatan ini memiliki pengertian bahwa perhitungan bagi hasil didasarkan pada laba bersih, yaitu pendapatan yang didapat dikurangi dengan biaya usaha dan lain-lain.
 Pendekatan revenue sharing
Pendekatan ini merupakan perhitungan bagi hasil yang didasarkan
pada pendapatan yang didapat (laba kotor), artinya pendapatan yang didapat
sebelum dikurangi dengan biaya-biaya usaha.
Terdapat tiga konsep yang ada dalam perhitungan bagi hasil menurut tim pengembangan perbankan syariah, Institut Bankir Indonesia dalam laman nonkshe tahun 2015, yaitu:
1) Adanya pemilik dana, dimana pemilik dana menginvestasikan dana yang dimilikinya pada lembaga keungan syriah yang bertindak sebagai pengelolah.
2) Lembaga keungan syariah akan mengelolah dana tersebut pada usaha yang layak dan menguntungkan yang sesuai dengan syariah islam.
3) Adanya penandatanganan akad yang menentukan lingkup bersama, besar nominal, dan nisbah, serta jangka waktunya.
Nantinya akan ada pembagian hasil sesuai dengan persentase jatah bagi hasil (nisbah) sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Contohnya adalah nasabah bank tersebut menaruh uangnya sebagai bentuk investasi untuk dikelola oleh mudharib yakni pihak bank dengan nilai Nisbah 60% bagi pengelola dan 40% bagi investor. Dari penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa nilai nisbah bersifat tetap dan hanya bagi hasilnya yang bersifat fluktuatif.
Jika Bank konvensional membayar bunga kepada nasabahnya, maka Bank Syariah membayar bagi hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
Kesepakatan bagi hasil ini ditetapkan dengan suatu angka nisbah. Nisbah
antara bank dengan nasabahnya ditentukan diawal, misalnya ditentukan
porsi masing-masing pihak 60:40, yang berarti hasil usaha yang diperoleh
akan didisitribusikan sebesar 60% bagi nasabah dan 40% bagi bank.
Angka nisbah ini dengan mudah akan bisa didapatkan informasinya dengan bertanya ke customer service atau datang langsung dan melihat papan display “Perhitungan dan Distribusi Bagi Hasil” yang ada di cabang bank syariah.
Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada masyarakat dan di dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad).
Adapun cara menghitung bagi hasil yang di dapat nasabah atau pemilik dana seperti contoh sederhana perhitungan bagi hasil yang saya akan jabarkan sebagai berikut:
Contoh Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah
Dimisalkan si A membuka rekening tabungan iB pada tanggal 1 Mei 2020, selama satu bulan, dimana saldo si A yang terdapat pada rekening bank tersebut sebesar Rp 100.000.000. adapun nisbah bagi hasil yang diberikan oleh pihak perbankan atas produk tabungan tersebut sebesar 10%.
Diumpakan, pendapatan bank pada bulan Mei 2020 sebesar Rp 500.000.000. dan saldo rata-rata dana pihak ketiga (DPK) tabungan iB sebesar Rp 1.000.000.000. Jadi, bagi hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Diketahui:
 Saldo rata-rata : Rp. 100.000.000
 Saldo DPK : Rp. 1.000.000.000
 Pendapatan Bank : Rp. 500.000.000
 Nisbah : 10%
 Jumlah hari di bulan Mei : 31 hari
Berdasarkan perhitungan diatas, besar bagi hasil yang didapat oleh si A selama satu bulan dengan besa saldor dan Rp 100.000.000 adalah sebesar Rp 161.290,322581. Inilah penjelasan mengenai cara menghitung bagi hasil dengan sederhana pada bank syariah.
4. Faktor yang mempengaruhi bagi hasil
Dalam menetukan besar kecilnya bagi hasil dalam sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menururut Antonio dalam Jamila (2016:23-24) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil atau profit sharing yaitu:
a. Faktor langsung 1) Investment rate
Persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana.
2) Jumlah dana yang tersedia
Jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tesebut dapat dihitung menggunakan salah satu metode ini yaitu rata-rata saldo minimum bulanan dan juga rata-rata saldo harian.
3) Nisbah (profit sharing ratio)
Salah satu ciri dari pembiayaan mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara bank dan bank lainnya dapat berbeda. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, dan 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda antara accout dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
b. Faktor tidak langsung
1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya.
Bagi hasil yang berasal dari dari pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya tersebut dengan profit sharing. Sedangkan jika bagi hasil hanya dari pendapat dan semua biaya ditanggung oleh bank dengan ravenue sharing.
2) Kebijakan Akunting
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya
aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan kebijakan
akuntansi mengenai pengakuan pendapatan dan biaya.
B. Mudharabah
1. Pengertian mudharabah
(Khoirudin, 2016:37-38) Mudharabah berasal dari kata dharb atinya memukul atau lebih tepatnya adalah proses seseorang menggerakkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis mudharabah adalah kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) meneyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional dari jumlah modal, yaitu oleh pemilik modal. Kerugian yang timbul disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebu.
Menurut (Djoko Moljono, 2015: 67) Mudharabah adalah kerjasama antara dua atau lebih dari pihak pemilik modal (shahibul maal), yang mempercayakan sejumlah modal dengan kontribusi seratus persen (100%) modal dari pemilik modal kepada pengelola (mudharib).
Dari penjelasan tentang mudharabah di atas, dapat disimpulkan bahwa
mudharabah adalah suatu kerjasama atau kontrak usaha antara dua pihak,
dimanana ada satu pihak yang memberikan dana sedangkan pihak lain
menggunakan tenaga dan skill yang dimiliki untuk merealisasi tujuan usaha,
kemudian keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha tersebut dibagi sesuai
kesepakatan dari kedua belah pihak. Namun, jika terjadi kerugian yang
menanggung adalah penyedia dana kecuali ada kelalaian yang dilakukan oleh
pengelolah, maka yang menaggungnya adalah si pengelola.
2. Rukun dan Syarat Mudharabah
(Khoirudin, 2016:39-40) Rukun mudharabah adalah pemodal, pengelola, modal, nisbah, keuntungan, dan sighat atau akad. Syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:
1) Pemodal dan pengelola
a) Pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah secara hukum.
b) Keduanya harus mampu bertindak sebagai akil dan kafil dari masing-masing pihak.
c) Sighat yang dilakukan bisa secara eksplisit dan implisit yang menunjukkan tujuan akad.
d) Sah sesuai dengan syarat-syarat yang diajukan dalam penawaran, dan akad bisa dilakukan secara lisan tau verbal, secara tertulis maupun ditanda tangani.
2) Modal
Modal adalah sejumlah uang diberikan oleh penyedia dana kepada pengelola untuk tujuan investasinya dalam aktivitas mudharabah. Untuk modal, disyaratkan harus:
a) Dinyatakan dengan jelas jumlah dan jenisnya (yaitu mata uang).
Apabila modal berbentuk barang, maka barang tersebut harus
dihargakan dengan harga semasa dalam uang yang beredar (atau
sejenisnya);
b) Harus diserahkan kepada mudharib untuk memungkinkannya melakukan usaha.
3. Jenis–Jenis Mudharabah
Menurut pendapat (Sutan Remy Sjahdeini, 2014: 296) dalam Darmawan dan Abdul Hamid (2018) terdapat 2 jenis mudharabah yaitu :
a. Al-mudharabah almuqayyadah disebut al–mudharabah al-muqayyadah atau mudharabah yang terbatas apabila rabb-ul mal menentukan bahwa mudarib hanya boleh berbisnis dalam bidang tertentu.
b. Al–mudharabah almuthlaqah Disebut al–mudharabah al-muthlaqah atau mudarabah yang mutlak atau tidak terbatas.
4. Bagi Hasil Dalam Perhitungan Mudharabah
Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang diberikan kepada masyarakat, dalam aturan hukum syariah terkait dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya akad.
Menurut (Muhadjir Suni, 2018: 125) Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama didalam melakukan kegiatan usaha. Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan sesuai 2 sistem mekanisme yaitu Profit Sharing, dan Revenue Sharing.
Menurut (Wika Ramdhani, et al, 2018: 69 ) Defenisi dari bagi hasil adalah
suatu cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana.
Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.
Berdasarkan uraian tersebut sistem bagi hasil adalah sistem yang suautu usaha yang dilakukan oleh dua pihak dimana kegiatan ini diawali perjanjian dengan ditentukannya kesepakatan bersama agar hasil yang diperoleh mudah untuk membaginya tanpa ada rasa kecurigaan antara kedua belah pihak.
5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.105 1. Pengukuran
Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai:
a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
b. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur pada nilai wajar aset nonkas tersebut pada saat itu. Jika karena kerusakan, kerugian atau faktor lain selain kelalaian atau kelalaian pengelola dana, nilai investasi mudharabah berkurang sebelum dimulainya usaha, penurunan nilai diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasinya.
2. Pengakuan
Jika investasi mudharabah lebih dari satu periode pelaporan, maka
pendapatan operasional diakui pada periode berjalan ketika terjadi hak
bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati. Kerugian yang terjadi
sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan
dibentuk cadangan kerugian investasi. Kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian atau kesalahan pengelola dana menjadi tanggungan pengelola dana, dan investasi mudharabah tidak berkurang. Pendapatan operasional pengelola dana yang belum dibayar diakui sebagai piutang.
3. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat.
4. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal–hal terkait transaksi mudharabah tetapi tidak terbatas pada pengungkapan yang diperlukan sesuai dengan PSAK 105 .
6. Landasan Hukum Mudharabah
Mudharabah lebih mencerminkan pada anjuran untuk melakukan usaha.
Hal ini tampak dalam ayat-ayat Al-Qur„an dan Hadist berikut:
a. Al-Qur‟an
Ayat Al-Qur„an yang dapat dijadikan sebagai landasan hukum
mudharabah khususnya pada anjuran untuk melakukan usaha terdapat pada
Q.S. Al-Muzammil: 20.Yang artinya : “dan yang lain berjalan di bumi mencari
sebagian karunia Allah...”(Q.S. Al-Muzammil: 20). Kemudian, ayat lain yang
juga mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha
yaitu: Al-Baqarah: 198. Yang artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari
karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu...” (Al-Baqarah:198).
b. Hadist
Landasan Mudharabah dari sisi hadist atau sunnah rasulullah yaitu disandarkan pada perjanjian mudharabah yang dilakukan antara Nabi Muhammad dan khadijah. Saat itu Nabi Muhammad dipercaya membawa sebagian barang dagangan Siti Khadijah dari Mekkah ke Negeri Syam.
Barang dagangan itu dijadikan modal usaha oleh Nabi untuk diperdagangkan dan hasilnya dibelikan barang dagangan lainnya untuk dijual lagi di pasar Bushra di Negeri Syam. Setelah beberapa lama, Nabi kembali ke Mekkah membawa hasil usahanya dan dilaporkan kepada Siti Khadijah. Kemudian harta yang telah dikembangkan kemudian dihitung dan dibandingkan dengan harta semula. Harta semula dikembalikan kepada yang punya, sedang selisihnya dibagi antara yang punya harta (rabbul maal) dengan yang mengelola (mudharib) sesuai dengan kesepakatan semula.
Adapun hadits Nabi Muhammad SAW:
1) Hadits yang diriwayatkan oleh shuhaib:
Dari shuhaib RA bahwa Nabi SAW bersabda: ada tiga perkara yang di dalamnya terdapat keberkahan: (1) jual beli tempo, (2) muqharadhah, (3) mencampur gandum dengan jagung untuk makanan di rumah bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah) 2) Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik:
Dari „Ala‟ bin Abdurrahman dari ayahnya dari kakeknya bahwa
„Utsman bin‟ Affan memberinya harta dengan cara qiradh
yang dikelolanya, dengan ketentuan keuntungan dibagi antara mereka berdua. (HR. Imam Malik).
7. Implementasi Mudharabah dalam Perbankan Syariah
Mudharabah biasanya digunakan dalam produk pendanaan dan pembiayaan. Dari segi pendanaan, mudharabah berlaku untuk produk giro, tabungan dan deposito. Dalam produk simpanan, penyimpan dana atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank bertindak sebagai mudharib (pengelola). Bank menggunakan dana tersebut untuk menyediakan dana kepada pihak lain dalam bentuk transaksi yang diperbolehkan seperti prinsip jual beli, sewa guna usaha, dan pembiayaan. Jika bank menggunakannya untuk melakukan mudharabah kedua (mudharabah al- tsunaiyyah/mudharabah dua tingkat), bank bertanggung jawab atas hilangnya dana tersebut. Dengan izin dari penabung, bank dapat menerapkan prinsip mudharabah dalam bentuk mudharabah mutlaqah (rekening investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (rekening investasi terbatas).
Prinsip mudharabah mutlaqah berlaku untuk tabungan dan deposito, sehingga ada dua cara penggalangan dana, yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Prinsip muqayyadah dapat diterapkan dalam bentuk pembiayaan khusus neraca dan pembiayaan rekening administratif khusus.
Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai rasio dan tata cara
pemberitahuan bagi hasil dan/atau pembagian keuntungan, serta risiko yang
mungkin timbul dari penyimpanan dana. Jika kesepakatan tercapai, itu termasuk
dalam kontrak. Dari segi pembiayaan, mudharabah cocok untuk pembiayaan
modal kerja, seperti modal kerja untuk perdagangan dan jasa atau investasi khusus, juga dikenal sebagai mudharabah muqayyadah, di mana sumber dananya khusus dan alokasi khusus dilakukan dengan persyaratan yang ditentukan oleh shahibul maal.
Gambar 2.1 Skema Mudharabah
Sumber : Bayyin, A. T (2017: 26)
Keterangan:
a. Pemilik dana dan pengelola dana menyepakati akad Mudharabah b. Proyek usaha sesuai akad Mudharabah dikelolah pengelola dana c. Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi
d. Jika untung, dibagi sesuai nisbah e. Jika rugi, ditanggung pemilik dana
Proyek Usaha
Pemilik Dana Akad Mudharabah Pengelola Dana
Porsi Rugi
Porsi Laba
Porsi Laba
Hasil Usaha:
Apabila untung akan dibagi nisbah Apabila rugi di tanggung pemilik dana