• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Efektifitas Program Tax Amnesty (Pengampunan Pajak) Untuk Kemaslahatan Umat

Negara yang dikehendaki umat Islam adalah Negara yang bersistem ketatanegaraaan berdasarkan syariat Islam, dan tidak perlu atau bahkan jangan meniru system ketatanegaraan Barat. Dengan demikian system ketatanegaraan yang harus diteladani adalah system yng telah dilaksnakan oleh Nabi Muhammad saw. dan para Khulafa al-Rasyidin.1

Sedangkan dalam tradisi Muslim muncul beberapa istilah yang berkaitan dengan kajian tentang Negara, yaitu Fiqih al-Siyasah, al-Siyasah al-Syar’iyyah, dan Fiqh al-Daulah. Ketiga istilah inilah yang menjadi mainstream pemikiran Muslim tentang politik di zaman modern. Ketiga istilah ini seringkali diartikan sebagai ilmu politik dalam Islam, sistem ketatanegaraan dalam Islam, atau Hukum Tata Negara dalam Islam. Kemiripan yang muncul dari tradisi pemikiran Negara dalam Islam ini menjadi kajian tidak dipisah-pisahkan dalam berbagai cabang ilmu seperti yang terjadi dalam tradisi pemikiran barat.2

Yang senantiasa perlu diingat bahwa tujuan suatu Negara di dalam ajaran agama Islam sudah begitu jelas. Berdasarkan ajaran al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw. al-Maududi menerangkan beberapa tujuan diselenggarakannya Negara. Pertama, untuk mengelakan terjadinya eksploitasi antar-manusia, antar-kelompok atau antar-kelas dalam masyarakat. Kedua, untuk memelihara kebebasan (ekonomi, politik,

1Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, cet. 5, (Jakarta: UI-Press, 1993), h., 1.

2Ahmad Sukarja, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara: Perspektif Fikih

62

pendidikan, dan agama) para warga Negara dan melindungi seluruh warga Negara dari inflasi asing. Ketiga, untuk menegakkan sistem keadilan sosial yang seimbang sebagaimana dikehendaki oleh al-Qur’an. Keempat, untuk memberantas setiap kezaliman yang dengan tegas telah digariskan oleh al-Qur’an. Kelima, menjadikan Negara sebagai tempat tinggal yang teduh dan mengayomi bagi setiap warga Negara dengan pemberlakuan hukum tanpa diskriminasi.3

Keberdayaan ekonomi masyarakat merupakan kondisi yang diharapkan, yang mana titik beratnya adalah tercapainya kesejahteraan manusia. Pada dasarnya ekonomi memiliki tujuan yang menjadi dasar tumpuan berperilaku ekonomi, melalui kegiatan-kegiatan ekonomi baik dalam konsumsi, produksi, maupun distribusi dalam mewujudkan al-falah (keberhasilan dunia dan akhirat). Diperlukan prinsip maqashid al-syariah untuk menjadi barometer dalam menentukan kegiatan ekonomi secara syar’i. Tujuan utama dari ekonomi Islam adalah aktualisasi dari maqashid syariah. Menurut Al-Ghazali4, tujuan dari syariah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada perlindungan keimanan (ad-din) mereka, jiwa (nafs), akal (aql), keturunan (nash), dan harta (maal) mereka. Kelima nilai tersebut merupakan maqashid syariah secara runtut menunjukan sintesis bangunan sistem dalam kelangsungan hidup yang berimbang dan harmoni. Karena disisi lain, ketidakberdayaan ekonomi merupakan bahaya besar terhadap stabilitas ketentraman, kesejahteraan dan keamanan masyarakat, bahkan terhadap keimanan seseorang.

Islam mengajarkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dalam sebuah negara, bahkan bukan hanya pembangunan dan pertumbuhan di bidang materiil saja, tapi segi spiritual dan moralpun menempati kedudukan

3Abul A’la al-Maududi, al-Khilafah Wal Mulk, (Kuwait: Dar al-Qalam, n.d) h., 26.

4Abu Ishaq Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syariah, (Beirut: Dar al-Kutub Al-Alamiyah, n.d), h., 7-10.

63

yang sangan penting.5 Islam sendiri mempunyai perhatian yang serius tentang keadilan sosial dan ekonomi, karena Islam memandang bahwa martabat kemanusiaan adalah suatu hal yang esensial, sehingga setiap manusia berperan mendapatkan kebahagiaan hidupnya. Islam juga memberikan kesadaran yang mendalam bagi kita bahwa kemakmuran ekonomi tidak akan kita dapatkan tanpa adanya hubungan sosial yang harmonis. Hal tersebut terbukti apabila suatu negara terjadi adanya kesenjangan sosial yang tajam, maka perekonomian negara tersebut akan berjalan dengan tersendat-sendat. Bagaimanapun juga, antara ekonomi dengan politik tidaklah bisa dipisahkan, terutama jika sudah menyangkut partisipasi dalam mengembangkan masyarakat.

1. Hukum Dasar Bermuamalah Adalah Boleh

Hukum dasar bermuamalah adalah mubah atau boleh seperti yang dijelaskan dalam Kaidah Fiqh (al Ashl fi al-mu’amalat al-ibahah hatta yadullu al-dalilu ‘ala tahrimiha), kecuali jika ada nash yang shahih, tsabit dan tegas dalalahnya yang melarang serta mengharamkannya.6

Islam mengatur segala bentuk muamalat secara jelas dan terperinci sehingga segala bentuk yang mendatangkan riba dan mengandung kezalimanan akan menjadi suatu bentuk keharaman. Dalam Surah Yunus ayat 59:

َنِذَأ ُهَّلل ٓاَء لُق ًلًََٰلَحَو اًماَرَح ُه نِّم مُت لَعَجَف ٍق زِّر نِّم مُكَل ُهَّللٱ َلَزنَأ ٓاَّم مُت يَءَرَأ لُق

َنوُرَ ت فَ ت ِهَّللٱ ىَلَع مَأ ٓ مُكَل

5Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), h., 379.

6Imam Tajuddin Abd Wahhab Subki, Al Asybah Wa an-Nadzair, (Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1991), h., 200.

64

Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya lagi halal.” Katakanlah, “Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini), ataukah kamu mengada-ada atas nama Allah?” (QS. Yunus : 59)

Sehingga dalam kaitannya dengan prinsip perekonomian Islam “Hukum Dasar Bermumalah adalah boleh” jika ini dikaji lebih mendalam bahwa kebijakan Tax Amnesty merupakan suatu bentuk program yang tidak ada nash shahih dan tegas dalam melarang serta mengharamkan. Kebijakan Tax Amnesty ini juga merupakan lahir dari kebijakan pajak yang di wajibkan oleh pemerintah (ulil amri) kepada rakyatnya baik dia memeluk agama Islam maupun non muslim. Sehingga berpijak dari prinsip ekonomi pada dasarnya, Kebijakan ini boleh dilaksanakan dengan alasan tersebut.

2. Mengambil Kemudaharatan Yang Lebih Ringan

ِن يَرَرَّضلا ِّفَخَأِب ُذ خَ لَْا

“Menempuh kemudharatan yang lebih ringan yang mana kedua mudharat tersebut tidak dapat dihindari”.

Dapat dikatakan bahwa dengan diterapkannya program tax amnesty memberikan kemudharatan atau dampak negatif yang cukup krusial yaitu memberikan kelonggaran pajak yang dinikmati para pengemplang pajak. Namun disisi lain, melihat kondisi perekonomian Indonesia yang cenderung mengalami kemunduran dalam beberapa tahun terakhir juga dapat menyebabkan kehancuran dalam kestabilan perekonomian negara. Oleh sebab itu pemerintah menjadikan program tax amnesty sebagai terobosan baru sebagai solusi dari permasalahan tersebut. Meskipun demikian program tersebut cenderung dinilai efektif untuk menambah pendapatan negara melalui dana repatriasi modal. Sehingga diharapkan kebijakan tax

65

amnesty dapat berhasil dan menjadi sumber pendapatan negara yang akan meningkatkan dan memajukan pembangunan serta perencanaan program pemerintah dalam waktu dekat.

3. Prinsip Kemaslahatan Umat

Demi memberdayakan pajak, disyaratkan hendaknya kebutuhan akan kewajiban pajak itu memang nyata. Harus menjaga keadilan dengan standar yang legal dalam pendistribusian beban-beban pajak dan penggunakaan hasil-hasilnya. Dan hendaklah spesialis dalam hal itu.

7

ِةَحَل صَلماِب ٌطوُنَم ِةَيِعَّرلا ىَلَع ِماِمِلَا ُفُّرَصَت

“Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung kepada kemaslahatan.”

Kaidah fiqh tersebut menjelaskan bahwa setiap tindakan atau kebijakan pemimpin menyangkut hak-hak rakyat dikaitkan dengan kemaslahatan rakyat dan ditujukan untu mendatangkan suatu kebaikan. Sebab pemimpin adalah pengemban amanah penderitaan rakyat banyak yang ditujukan untuk mendatangkan kebaikan.8

Kebijakan Tax Amnesty sebagai bagian dari perpajakan di Indonesia kalau diteliti lebih lanjut juga mengandung prinsip kemaslahatan umat, hal ini dikarenakan umat Islam sebagai bagian dari bangsa dan rakyat Indonesia yang secara langsung dan tidak langsung menerima manfaat dari perpajakan antara lain seperti pembangunan jalan, jembatan, fasilitas publik dan sebagainya.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Maulina Ulfanur dalam wawancaranya dengan Tgk Abdul Gani. (Wawancara, Tgk Abdul Gani,

7Jalaluddin Abdurrahman Ibn Abu Bakr As-Suyuthi, Al-Asybah Wa Al-Nadzair, (Kairo: Maktab Al Tsaqafi, 2007), h., 83.

66

2017) beliau mengatakan bahwa Tax Amnesty sebagai bagian dari kebijakan pemerintah dibidang perpajakan yang harus kita patuhi dan laksnakan sebagai warga Negara yang baik. Walaupun dalam sejarah Islam mulai dari pada masa Rasulullah SAW hingga kekhalifahan Turki Utsmani pajak itu diberlakukan hanya untuk non muslim. Non muslim dipungut pajak atau dalam Islam disebut dengan jizyah, sebagai pengganti biaya perlindungan hidup sehingga dapat beribadah sesuai dengan agama mereka masing-masing. Bukan dipungut kepada umat Muslim9.

Sejalan dengan wawancaranya kepada Tgk Anwar Usman (Wawancara, Tgk Anwar Usman, 2017) beliau berpendapat tidak boleh hukumnya memungut pajak orang Islam dengan alasan apapun. Menurut beliau dalam ekonomi Islam tidak ada pemasukan Negara dari pajak yang dipungut umat Islam, hal ini terjadi karena Indonesia tidak menerapkan hukum Islam, tetapi menerapkan hukum positif yang mana dalam hal ini menerapkan undang-undang perpajakan No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, jadi umat Islam dalam hal ini terpaksa untuk menaati dan melaksanakan aturan pemerintah yang ada. Dalam hal ini beliau mengatakan yang mana termasuk dalam kaidah Ushul Fiqh yaitu :

ُةَيَأِّرلا

ِةَجَلحا َو ٍةَر وُرَّضلا

Yang artinya “Memerhatikan Keterpaksaan dan kebutuhan”.10

Setiap kebijakan memiliki tolok ukurnya masing-masing. Peraturan tax amnesty ini apabila dilihat dari ilmu ekonomi postif, maka kebijakan ini

9Maulina Ulfanur, “Kebijakan Tax Amnesty Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di KPP Pratama Langsa)”, Al-Muamalat Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, Vol. 2 No. 2, (2017), h., cxxix.

10 Maulina Ulfanur, “Kebijakan Tax Amnesty Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di KPP Pratama Langsa)”, Al-Muamalat Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, Vol. 2 No. 2, (2017), h., cxxix.

67

memiliki tujuan yang sangat baik yaitu menambah penerimaan pendapatan negara melalui deklarasi wajib pajak dan repatriasi aset.

Namun, disisi lain terlihat juga adanya sudut pandang lain yang bisa dijadikan tolok ukur, diantaranya adalah nilai kemasyarakatan, termasuk di dalamnya adalah agama yaitu maqashid al-syariah. Terminologi maqashid al-syariah merupakan konsep yang paling utama dalam syariat Islam atau nilai-nilai yang tersirat dalam al-Quran dan Hadist yang diatur ketentuannya oleh Allah SWT terhadap manusia dengan tujuan untuk memberikan kebaikan kepada umat manusia.11

B. Tolok Ukur Keberhasilan Program Tax Amnesty (Pengampunan Pajak) Untuk Kestabilan Perekonomian Negara

Pada masa pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla melalui program Nawa Cita-nya yang begitu mengunggulkan perencanaan infrastruktur, khususnya infrastruktur dengan pertimbangan, pembangunan infrastruktur yang baik akan memberikan multiplier effect yang besar dan berkelanjutan terhadap perekonomian nasional. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga diharapkan menjadi pemicu percepatan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga dapat dilihat dari upaya pemerintah yang aktif menggencarkan pembangunan infrastuktur di berbagai bidang, baik infrastruktur darat, laut maupun udara seperti Pelabuhan, bandar udara, jalan tol, jalan trans, jembatan dan lain-lain.12

Dalam kehidupan bernegara, negara bertanggung jawab penuh atas keberlangsungan hidup dan menjamin kesejahteraan rakyatnya. Pemerintah

11Bakri, Asafri Jaya. Konsep Maqashid Syariah menurut al-Syatibi, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), h., 5.

12Rasbin, Tax Amnesty, “Potensi Dana Repatriasi, dan Pembangunan di Indonesia”. Diterbitkan pada Majalah Info Singkat, Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. 8, No. 2, (April 2016), h., 13.

68

atas nama negara berusaha agar kehidupan rakyat bisa sesuai dengan tujuan negara Indonesia, oleh sebab itu Negara membutuhkan dana yang cukup besar. Memerlukan dana yang memadai jalannya pemerintahan supaya hal-hal yang bersifat pelayanan terhadap masyarakat tidak terkendala oleh kurangnya anggaran.

Negara Indonesia menerapkan pajak untuk menambah sisi penerimaan negara. Kini tax amnesty menjadi salah satu kebijakan baru yang dibuat oleh pemerintah sebagai salah satu usaha untuk mengoptimalkan pendapatan negara dalam jangka pendek dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan tidak memberlakukan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama sanksi administrasi dan sanksi pidana di bidang perpajakan. Program pengampunan pajak ini belum ada di masa Rasulullah saw, namun konsep pengampunan, pemanyaran sanksi dengan denda, dan kedudukan pajak sebagai pendapatan negara dipelajari dalam Islam.13

Kesungguhan Pemerintah dalam perencanaan pembangunan infrasturktur tersebut tentu membutuhkan dana yang sangat besar. Pada tahun 2016, anggaran infrastruktur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) Tahun 2016 mencapai Rp 313,5 triliun. Angka ini naik signifikan dibandingkan APBN-Perubahan (APBN-P) Tahun 2015 yang hanya sebesar Rp. 290,3 triliun. Hal ini menjadi masalah karena sumber penerimaan negara sekitar 75 persen berasal dari sector pajak dan pada saat bersamaan realisasinya tidak pernah tercapai, kecuali tahun 2011, bahkan kecenderungan mengalami penurunan.

Penurunan penerimaan pajak bisa disebabkan dari kondisi perpajakan di Indonesia yang mengalami banyak permasalahan. Sulitnya otoritas pajak dalam mengakses data dan informasi ke sektor perbankan dan

13Firdah Fadhilah Ridwan,dkk, “Tinjauan Hukum Islam dalam Penerapan Pengampunan Pajak sebagai Usaha Optimalisasi Pendapatan Negara di Indonesia”, Jurnal Prosiding Keuangan

dan Perbankan Syariah Vol. 3, No.2. Fakultas Syariah, Universitas Islam Bandung, (Agustus 2017),

69

keuangan akibat adanya Undang-Undang tentang Kerahasiaan Bank. Padahal, otoritas pajak dengan data dan informasi yang akurat dapat mengetahui potensi perpajakan di Indonesia, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Dari permasalahan perpajakan tersebut membuka peluang bagi para pengusaha dan pejabat di Indonesia yang mengalihkan asset-asetnya ke negara-negara yang menetapkan tarif pajak rendah atau bebas pajak (tax haven country). Hal ini yang menjadi favorite pengalihan aset-aset orang Indonesia tersebut. Kepulauan Virgin Britania Raya, Cook Island, Delaware (Texas), dan Singapura menjadi negara yang dituju sebagai tempat pengalihan asset-aset tersebut, seperti yang dilaporkan dalam Panama Papers. Aset tersebut tentu tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT).14

Permasalahan ini perlu disikapi oleh pemerintah terkhusus direktorat jenderal pajak (djp) dengan membuat terobosan baru. Hal tersebut dimaksudkan agar aset-aset warga negara Indonesia yang dialihkan ke luar neger dapat kembali ke tanah air dan menjadi modal untuk membiayai pembangunan di Indonesia. Salah satunya dengan melahirkan kebijakan baru yaitu program Tax Amnesty (Pengampunan Pajak). Selain untuk meningkatkan pendapatan negara dalam waktu dekat, Tax Amnesty juga bertujuan untuk mengingkatkan kepatuhan wajib pajak sehingga dapat meningkatkan pendapatan dalam jangka menengah.15

Tax Amnesty harus dilihat sebagai kebijakan ekonomi yang bersifat mendasar, tidak semata-mata kebijakan terkait fiskal apalagi khusus pajak. Kebijakan ini harus mempunyai dimensi yang lebih luas. Memperbaiki kondisi perekonomian, mempercepat pembangunan, dan mengurangi

14Maulina Ulfanur, “Analisis Kebijakan Tax Amnesty Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus KPP Pratama Langsa)” (Medan: Thesis UIN Sumatera Utara Medan, 2017), h., civ.

70

pengangguran, kemiskinan, kesenjangan serta menciptkan kesejahteraan merupakan titik fokus kerja keras pemerintah melalui kebijakan ini.

Kebijakan tax amnesty mempunyai manfaat jangka panjang dan jangka pendek. Dalam jangka panjang, wajib pajak tidak dapat menghindari kewajiban perpajakannya dikarenakan data harta wajib pajak sudah dilaporkan kepada pemerintah ditahun sebelumnya. Dalam jangka pendek, tax amnesty dapat meningkatkan penerimaan negara serta kepatuhan wajib pajak.16 Hal tersebut mendorong laju investasi. Tax Amnesty akan menarik dana masuk dari luar negeri ke dalam negeri. Uang itu jelas tidak akan dibiarkan tersimpan begitu saja. Upaya pemerintah mendorong dana tersebut dapat digunakan ke sektor produktif. Salah satunya dengan pertambahan dana yang ada sehingga dapat menaikan tingkat investasi . Hal ini akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik.

Implementasi pengampunan pajak di Indonesia memiliki peluang untuk berhasil dilaksanakan dengan jenis investigation amnesty. Tax amnesty merupakan harapan yang besar bagi pemerintah Indonesia untuk dapat memasukan dana dari luar negeri ke dalam negeri sebab telah terhapusnya denda yang menjadi tanggungan wajib pajak. Setelah mengikuti program tax amnesty tersebut maka semua catatan perpajakan yang dimiliki oleh Wajib Pajak menjadi bersih. Efek negatif dari tax amnesty adalah kepatuhan sukarela Wajib Pajak. Hasil dari peraturan tersebut adalah Wajib Pajak memiliki harapan yang tinggi dari tax amnesty dan akan menjadi kebiasaan.17

16Mattielo. G, Multiple Tax Amnesties and Tax Compliance (Forgiving Seventy Times

Seven) (Universita Ca’Foscari: Venezia Working Paper, 2005) h., 30.

17Mehmet Nar, “The Effect of Behavorial Economics on Tax Amnesty”, International

71

Tabel. 1 Penerimaan Pajak 2017 (Rp triliun)

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwasanya target tax amnesty yang dicanangkan pemerintah dari harta deklarasi sebesar Rp. 4000 triliun, repatriasi Rp. 1000 triliun dan dari uang tebusan sebesar 165 triliun. Dari sisi pencapaian target, maka pemerintah berhasil dalam pencapaian target deklarasi 4.855 triliun (melebihi target Rp. 4000 triliun). Sedangkan dua sisi lainnya, tidak mencapai target yaitu uang tebusan sebesar Rp. 114 triliun dari target Rp. 165 triliun, dan repatriasi Rp. 147 triliun dari target Rp. 1000 triliun. Dengan kata lain, pengampunan pajak dari sisi deklarasi berhasil karena melebihi target, namun repatriasi dianggap gagal karena hanya mencapai kurang dari 15% dari target.

Walaupun dalam praktiknya program pengampunan pajak bukan merupakan satu-satunyanya solusi untuk mengatasi kesulitan anggaran, tetapi apabila program pengampunan pajak dirancang secara matang dan dilaksanakan dengan konsisten dan disertai dengan law enforcement yang tegas maka dalam waktu jangka panjang program pengampuan pajak akan memberikan manfaat dalam meningkatkan investasi.

Tax Amnesty menjadi salah satu solusi yang baik dalam peningkatan tax ratio karena merilis laporan survei Organization For Economic

Target Realisasi

Pajak (APBN 2018) 1,283,6 770,7

60%

Hasil Amnesti Pajak

Total 4.000 4.855

Deklarasi dalam negeri 3.676 Deklarasi luar negeri 1.031

Repatriasi 1.000 147

Nilai Tebusan 165 114

72

Cooperation and Development (OEDC) yang berjudul Revenue Statistics in Asian and Pasific Economies menyatakan bahwa rasio pajak Indonesia merupakan yang terendah diantara negara Asia-Pasifik.18

Tabel.2 Hasil analisis Ratio Efektifitas pendapatan negara selama masa penerapan Tax Amnesty, Sebelum penerapan Tax Amnesty dan sesudah penerapan Tax Amnesty.

No Tahun Realisasi pendapatan

Target

pendapatan Prsentasi

Kategori Kriteria negara (triliun) efektifitas

(%) 1 2014 Rp. 1.550.490,81 Rp. 1.635.378,49 95% 90-100% Efektif 2 2015 Rp. 1.508.020,29 Rp. 1.761.642,82 86% 80-90% Cukup Efektif 3 2016 Rp. 1.555.934,15 Rp. 1.786.225,03 87% 80-90% Cukup Efektif 4 2017 Rp. 1.666.375,91 Rp. 1.736.060,15 96% 90-100% Efektif

Dari hasil olahan data pada tabel 2 dalam pernyataan di atas dijelaskan bahwa presentasi efektifitas sebelum penerapan program Tax Amnesty terhadap pendapatan negara sebagai berikut :

1. Tahun 2014-2015 pendapatan negara sebelum penerapan program Tax Amnesty.

Tahun (2014) dengan tingkat efektifitas sebesar 95% masuk dalam kategori Efektif dimana hal tersebut terlihat pada saat realisasi dengan target pencapaian pendapatan negara. Lain pada tahun anggaran 2015 terjadi penurunan pendapatan yang cukup banyak, sehingga dalam presentasi sebesar 86% dari yang ditargetkan sebesar Rp. 1.761.642,82 triliun pada tahun anggaran 2015 hanya mampu mencapai Rp. 1.508.020,29 triliun.

18Revenue Statistics in Asian and Pacific Economies 2020,

73

Hal ini disebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berkembang pada tahun tersebut. Sehingga pemasukan negara menjadi terkendala. 2. Tahun 2016-2017 saat penerapan program Tax Amnesty.

Saat dilaksanakan penerapan program Tax Amnesty pada tahun 2016, pendapatan negara meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 1.555.934,15 triliun dengan presentasi efektifitas 87%. Hasil ini masuk dalam kategori cukup efektif jika dibandingkan dengan pendapatan negara pada tahun 2015 yang hanya mencapai Rp. 1.508.020,29 triliun saja. Sehingga dapat dikatakan dengan adanya penerapan program Tax Amnesty dapat membawa ‘angin sejuk’ dalam pemasukan kas negara pada program Tax Amnesty gelombang satu dan dua, tetapi belum bisa dikatakan program ini efektif. Karena melihat tingkat presentasi pendapatan negara hanya mencapai 87% dari kategori efektifitas sebesar 90-100% baru dapat dikatakan Efektif. Lain lagi pada tahun 2017. Pendapatan negara pada saat penerapan program Tax Amnesty gelombang tiga ini dengan realisasi pendapatan sebesar Rp. 1.666.375,91 triliun dengan presentasi sebesar 96% sehingga masuk dalam kategori Efektif, pada tahun 2017, pendapatan negara lebih meningkat karena melihat penerimaan Tax Amnesty pada gelombang ketiga di akhir periode penerapan yang lebih dikawal lagi oleh pihak apparat pajak dan juga wajib pajak sudah banyak berpartisipasi dalam melaporkan hartanya. Jika dilihat dalam pendapatan negara dalam dua tahun, penerapan program ini memberikan dampak yang bagus bagi penerimaan pendapatan negara. Sehingga kebijakan ini masuk dalam kategori Efektif sehingga dapat dikatakan program ini berhasil selama penerapannya.19

Selain itu, Sisi positif dari program ini adalah peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak tanpa menimbulkan beban baru bagi masyarakat, karena pengampunan pajak pada dasarnya mengambil hak

19Amelya Patipelang Lewaha, dll, “Analisis Efektivitas Pendapatan Negara Sebelum dan Sesudah Penerapan Program Tax Amnesy”. E-JRA Vol. 07 No. 01, 1 (Agustus 2018), h., 8.

74

negara yang belum atau tidak dibayar dengan cara wajib pajak membayar sesuai dengan kewajibannya tanpa dikenakan sanksi apapun20. Dalam pajak dikenal prinsip bahwa negara berhak menerima sejumlah uang, tidak lebih dan tidak kurang, demikian pula wajib pajak harus membayar sejumlah tertentu.

Oleh sebab itu hal tersebut mampu mejadi salah satu cara yang ampuh dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT karena memperluas basis data di bidang perpajakan di masa mendatang. Namun perlu dipertimbangkan pula dampak negatifnya, bahwa dengan diterapkannya pengampunan pajak yang tidak memberikan sanksi tegas pasca pemberian pengampunan akan menimbulkan moral jahat dikalangan wajib pajak. Para wajib pajak tidak akan langsung seluruhnya menjadi patuh karena justru malah akan bertambah lalai dan merasa tidak jera dengan ancaman yang diberikan pemerintah karena berharap pemerintah akan kembali mengulang penerapan program pengampunan pajak di masa yang akan datang.21

Tolok Ukur Keberhasilan Program Tax Amnesty (Pengampunan Pajak) di Indonesia:

1. Mampu menaikkan penerimaan negara. 2. Mampu menarik dana dari repatriasi modal.

3. Mampu menggerakan sektor ekonomi dan memperkuat basis data untuk menguji wajib pajak di masa yang akan datang.

4. Meningkatkann kepatuhan wajib pajak.

20Maulina Ulfanur, “Analisis Kebijakan Tax Amnesty Dalam Perspektif Ekonomi Islam

Dokumen terkait