• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Pengampunan Pajak

Menurut Kamus Hukum, Amnesti merupakan pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepada negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu.1

Kata Amnesty berasal dari bahasa Yunani “amestia” yang daapat diartikan, melupakan atas suatu tindakan. Para ahli berbeda-beda, sesuai dengan bidang penerapan hukumnya, di antaranya sebagai konsep pada peniadaan atau penghapusan tanggung jawab pidana. Dalam bahasa Inggris, amnesti sering dikaitkan dengan istilah “pardon” yang berarti pemaafan atau pengampunan. Secara historis amnesti merupakan peninggalan dari jaman atau masa kerajaan, dimana seorang raja yang sangat berkuasa mempunyai kekuasaan untuk menghukum dan termasuk mengurangi hukuman sebagai tindakan murah hati dari seorang raja. Sedangkan secara umum amnesti merupakan hak kepala negara untuk meniadakan akibat hukum yang mengancam suatu perbuatan atau sekelompok kejahatan politik. Dalam sistem Undang-Undang Dasar 1945 amnesti merupakan hak mutlak atau hak preogratif Presiden sebagai kepala Negara (Pasal 14 ayat (2) UUD 1945). Dalam hukum positif, pengaturan amnesti juga dapat ditemukan dalam Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun 1945 Tentang Amnesti dan Abolisi.2

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 disebutkan dengan jelas apa yang menjadi maksud dalam amnesti pajak yaitu penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan. Dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur

1Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h., 32.

2Zainal Muttaqin, Tax Amnesty di Indonesia, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), h,. 28-29.

17

dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Dari definisi ini dapat ditelusuri lebih lanjut pengertian pengampunan pajak, yaitu:

a. Penghapusan pajak yang seharusnya terutang b. Tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan c. Tidak dikenai sanksi pidana di bidang perpajakan d. Dengan cara mengungkap harta

e. Membayar uang tebusan

f. Sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak.3

2. Sejarah Pengampunan Pajak di Indonesia

Sejarah tax amnesty di Indonesia dimulai pada tanggal 9 September 1964. Atau 20 tahun setelah Kemerdekaan Indonesia. Melalui Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1964 Tentang Peraturan Pengampunan Pajak (tax amnesty). Pemerintah memiliki tiga alasan yang kuat untuk mengeluarkan peraturan pengampunan pajak, yaitu:4

a. Keadaan ekonomi pada saat itu tidak begitu baik dimana inflasi berkembang dari tahun ke tahun. Hal tersebut mudah untuk dijadikan alasan bagi para wajib pajak untuk menghindarkan sebagian besar laba, pendapatan dan kekayaan dari peraturan pajak atas laba, pendapatan dan kekayaan yang saat itu berlaku.

b. Sistem pembukuan yang lengkap dan benar pada saat itu tidak mudah untuk dilaksanakan.

c. Tarif pajak pendapatan pada saat itu merupakan tarif progresif yang dianggap sangat berat atau tinggi oleh wajib pajak.

3Marihot Pahala Siahaan, Tax Amnesty di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2017), h., 37.

4Amnesti Pajak Perlu Prasyarat Tax Reform, www.indef.or.id/2016/12/30/Amnesti-Pajak-Perlu-Prasyarat-Tax-Reform. diakses pada 30 Desember 2016.

18

d. Negara Kesatuan Republik Indonesia pada saat itu memerlukan dana yang besar untuk membiayai “Revolusi Nasional Indonesia”, pelaksanaan Dwikora, dan melanjutkan pembangunan Nasional Semesta Berencana yang menjadi salah satu konsep dalam pemerintahan Soekarno.

Sejarah tax amnesty tahun 1964 ini berakhir pada 17 Agustus 1965. Saat itu, Penjelasan oleh Kepala Inspeksi Keuangan Jakarta Drs. Hussein Kartasasmita yaitu, sampai bulan Juli tahun 1965, jumlah dana yang diterima dari tax amnesty hanya sejumlah Rp. 12 miliar. Jumlah tersebut sama jumlahnya dengan penerima dana SWI (Sumbangan Wajib Pajak Istimewa) Dwikora. Hal ini dianggap sangat aneh karena memang seharusnya penerimaan dana dari tax amnesty lebih besar jika dibandingkan dengan dana pungutan SWI Dwikora.

Sejarah tax amnesty mencatat, rendahnya pemasukan dari dana hasil tax amnesty ini akibat dari banyaknya pungutan-pungutan lainnya, yaitu diantaranya Gekerev dan SWI Dwikora5. Hal ini berakibat mengurangi daya bayar pajak para wajib pajak.

Target dana yang diterima dari tax amnesty ini untuk wilayah Jakarta sendiri berjumlah Rp. 25 miliar. Namun ternyata, dana dari tax amnesty yang masuk baru setengahnya. Karena itu, Presiden/Panglima Besar mengeluarkan keputusan yaitu, No.53/Kotoe Tahun 1965 yang isinya memperpanjang masa tax amnesty, yang awalnya dalam Perpres Nomor 5 Tahun 1964 batas waktu ditetapkan 17 Agustus 1965 menjadi sampai 10 Nopember 1965. Keputusan tersebut dianggap perlu untuk memberikan kelonggaran waktu kepada para pengusaha/pemilik modal yang mana belum sepenuhnya memenuhi Penpres Nomor 5 Tahun 1964. Namun, sejarah tax amnesty tahun 1964 ini tergolong gagal karena adanya Gerakan 30 September PKI atau yang lebih dikenal dengan G30S/PKI.

5Isep H.Insan dan Tisha Nidia Maghijn, “Penerapan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Beserta Permasalahnnya” Pakuan

19

Namun ternyata, tax amnesty tersebut diperpanjang lagi sampai dengan 30 Nopember 1965. Perpanjangan masa pembayaran tax amnesty tersebut, bertujuan memberikan kesempatan lagi kepada para wajib pajak yang memang melakukan kesalahan, utamanya dalam melakukan penghitungan harta kekayaan. seperti contohnya melaporkan harta berdasarkan harga yang tertera/tercantum dalam kwitansi, padahal seharusnya penghitungan berdasarkan harga yang berlaku saat itu.

Kemudian pada tanggal 18 April 1984 Presiden Republik Indonesia Memutuskan dan Menetapkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1984 Tentang Pengampunan Pajak6 ini bertujuan untuk mengembalikan dana revolusi, Namun efektifitas program pengampunan pajak ini masih tergolong rendah dan terukur oleh rendahnya partisipasi peserta yang ikut serta dalam program pengampunan pajak ini.

Sejarah tax amnesty tahun 1984 merupakan pelaksanaan kebijakan tax amnesty kedua. Sama halnya dengan tahun 1964, pada tahun 1984 Indonesia mencatat sejarah tax amnesty. Tetapi, bukan untuk mengembalikan dana revolusi, melainkan untuk mengubah sistem perpajakan di Indonesia dari official-assesment (besarnya jumlah pajak ditentukan oleh pemerintah) diubah ke self-assesment (besarnya pajak ditentukan oleh wajib pajak sendiri). Pengampunan pajak tahun 1984 telah dirancang cukup baik. Namun, pengampunan pajak tersebut tidak cukup berhasil sebagai instrument penarikan pajak. Sosialisasi mengenai tata cara dan prosedur untuk mendapatkan pengampunan pajak relative terbatas. Wajib pajak pada waktu itu masih “buta” terhadap pajak dan tidak mengetahui seluk beluk perpajakan. Kurangnya sosialisasi mengenai perpajakan dan prosedur pengampunana pajak membuat wajib pajak melaukakan hal yang merugikan. Sejarah tax amnesty di Indonesia tahun 1984 ini mengalami kegagalan karena memang sistem perpajakan belum terbangun.

20

Indonesia pernah menerapkan pengampunan pajak pada tahun 1984. Demikian juga minimnya keterbukaan dan peningkatan akses informasi. Namun pelaksanaannya belum efektif karena wajib pajak sendiri kurang merespons dan tidak diikuti dengan reformasi sistem administrasi perpajakan secara terpadu dan menyeluruh. Pemberian tax amnesty tidak sekedar menghapus hak tagih atas wajib pajak namun yang lebih penting lagi sebenarnya adalah memperbaiki sikap dan perilaku wajib pajak, sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan penerimaan negara di masa yang akan datang.

3. Latar Belakang Pemberlakuan UU No. 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

Kebijakan pengampunan pajak tahun 2016 mendapatkan perhatian serius dari masyarakat, badan hukum, dan berbagai negara yang menjadi penyimpanan aset kekayaan warga negara. Hal ini ditengarai bukan hanya pada segemntasi target yang lebih luas, melainkan disebabkan bentuk hukum pengaturannya jauh lebih kuat jika dibandingkan program pengampunan pajak sebelumnya, karena kebijakan pengampunan pajak tahun 2016 langsung dimuat daam undang-undang. Artinya secara hukum terjadi penguatan dari aspek bentuk atas dasar hukum yang digunakan dalam menjalankan program ini.7

Tax Amnesty dilakukan pemerintah Indonesia ditengah pertumbuhan perekonomian nasional yang dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami perlambatan yang berdampak pada menurunnya penerimaan pajak dan juga menyebabkan turunnya likuditas dalam negeri

7Isra, S, Keterangan Ahli PUU Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, lihat

21

yang sangat diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Hal ini disebabkan karena masih banyak harta warga negara Indonesia yang berada di luar wilaya negara Indonesia, baik dalam bentuk likuditas maunpun nonlikuid, yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menambah likuiditas dalam negeri yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Permasalahannya yaitu harta yang berada di wilayah negara Indonesia tersebut belum dilaporkan oleh pemilik harta dalam surat pemberitahuan pajak penghasilan sehingga dapat menyebabkan konsekuensi perpajakan yang timbul apabila dilakukan pembandingan dengan harta yang telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang bersangkutan. Ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan para pemilik harta tersebut merasa ragu untuk membawa Kembali atau mengalihkan harta mereka untuk mengeinvestasikannya dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.8 Oleh sebab itu harapan pemerintah dengan diberlakukannya program tax amnesty dengan tebusan yang sangat murah, dapat menarik minat warga negara Indonesia untuk mengalihkan simpananya dan berinvestasi ke dalam negeri.

Bukan saja pemerintah Indonesia dalam pemberlakukan kebijakan program tax amnesty ini. Di tengah situasi perekonomian yang mengalami perlambatan, puluhan negara lain juga saat ini tengah menerapkan program tax amnesty untuk memperebutkan dana global. Situasi ini sangat didukung oleh negara-negara besar yang tergabung dalam G-20 untuk melacak harta warganya yang disimpan di negara-negara tax heaven. Sebagai realisasi dibentuklah suatu system pertukaran data keuangan

8Indra Mahardika Putra, Perpajakan Edisi : Tax Amnesty, (Yogyakarta : Quadrant, 2017), h., 117.

22

antarnegara pastisipan yang disebut Automatic Exchange of Information (AEoI).9

Mengingat keberhasilan pembangunan nasional sangat bergantung pada pembiayaan yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Agar peran ini dapat didistribusikan dengan menyeluruh, perlu diciptakan sistem perpajakan yang berlandaskan pada keadilan dan kepasian hukum. untuk itu perlu diterapkan langkah khusus dan terobosan kebijakan untuk mendorong pengalihan harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sekaligus memberikan jaminan keamanan bagi warga yang ingin mengalihkan dan mengungkapkan harta yang dimilikinya dalam bentuk Pengampunan Pajak.10

Adapun yang menjadi latar belakang program Tax Amnesty di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Tax Amnesty diberlakukan di Indonesia karena banyaknya harta milik warna negara Indonesia baik yang di dalam atau diluar negeri yang belum atau belum semuanya dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

b. Tax Amnesty bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dan pertumbuhan perekonomian serta untuk kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak, maka dari itu menerbitkan kebijakan pengampunan pajak.

c. Kasus Panama Pappers, yaitu sebuah dokumen yang mencantumkan banyaknya pengusaha yang memiliki harta diluar negeri, terutama di negara-negara yang bebas pajak seperti negara Panama.11

9Dampak Program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty), https://www.kompasiana.com/2019/04/19/Dampak-Program-Pengampunan-Pajak-Tax-Amnesty. diakses pada 19 April 2019.

10Indra Mahardika Putra, Perpajakan Edisi : Tax Amnesty, (Yogyakarta : Quadrant, 2017), h. 118.

11Budi Ispriyarso, “Keberhasilan Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia”. Administrative Law & Governance Journal. Vol.2 Issue, 1, (March 2019), h., 51.

23

4. Dasar Hukum Program Tax Amnesty (Pengampunan Pajak) a. UU Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK 03/2016 tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.

c. Peraturan Menkeu Nomor 119/PMK.03/2016 Tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak ke Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada instrument investasi di Pasar Keuangan Dalam Rangka Pengampunan Pajak d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 600/KMK.04/2016 Tentang

Penetapan Bank Persepsi yang Bertindak Sebagai Penerima Uang Tebusan Dalam Rangka Pelaksanaan Pengampunan Pajak.

e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2016 Tentang Pengaturan Lebih Lanjut Mengenai Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

f. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-30/PJ/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengampunan Pajak12

5. Subjek dan Objek Program Tax Amnesty (Pengampunan Pajak)

a. Subjek Pengampunan Pajak

Setiap wajib pajak mempunyai hak yang sama untuk memanfaatkan program pengampunan pajak. Akan tetapi, dalam hal ini hanya wajib pajak yang mempunyai kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan baik bagi yang sudah memiliki NPWP maupun yang belum memiliki NPWP. Oleh karena itu, wajib pajak yang semata-mata hanya diwajibkan melakukan pemotongan atau

12Grace Maria Y. Sitorus, Himpunan Peraturan Tax Amnesty, (Jakarta: Antara Publishing, 2016), h., 51.

24

pemungutan pajak seperti bendaharawan pemerintah tidak berhak mendapatkan amnesti pajak. Kemudian bagi Wajib Pajak yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), caranya harus mendaftarkan diri terlebih dahulu untuk memperoleh NPWP di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak yang bersangkutan.13

Secara lebih detail subyek pengampunan pajak menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Per-11/PJ/2016 tentang Pengaturan Lebih Lanjut Mengenai Pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, meliputi:

1. Wajib pajak mempunyai kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan berhak mendapatkan Pengampunan Pajak,

2. Orang pribadi, seperti petani, nelayan, pensiunan, tenaga kerja Indonesia, atau subjek pajak warisan yang belum terbagi, yang jumlah penghasilannya pada Tahun Pajak Terakhir di bawah Penghasilan tidak kena pajak dapat menggunakan haknya untuk mengikuti Pengampunan Pajak,

3. Warga Negara Indonesia yang tidak bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 bulan tidak mempunyai penghasilan dari Indonesia merupakan Subjek Pajak Luar Negeri dan tidak menggunakan haknya untuk mengikuti Pajak.14

Namun demikian, menurut Undang-Undang Pengampunan Pajak yang tidak berhak mendapatkan amnesti pajak, yaitu:

1. Wajib pajak yang sedang dilakukan penyelidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan,

13Suharno, Panduan Praktis Amnesti Pajak Indonesia, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2016, h., 7.

14Indra Mahardika, Perpajakan: Edisi: Tax Amnesty, (Yogyakarta : Quadrant, 2017), h., 124.

25

2. Wajib pajak yang sedang dalam proses peradilan,

3. Wajib pajak yang sedang menjalani hukuman pidana, atas tindak pidana di bidang perpajakan.

b. Objek Pengampunan Pajak

Objek pengampunan pajak meliputi pengampunan atas kewajiban perpajkan sampai dengan akhir tahun pajak yang berakhir pada jangka waktu 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 bagi yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak. Kewajiban perpajakan yang dimaksud adalah kewajiban atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Pengampunan Pajak tempat Wajib pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri Keuangan dengan membawa Surat Pernyataan Harta.

Pengampunan pajak tersebut diberikan kepada Wajib Pajak dengan cara mengungkapkan harta yang dimilikinya dalam Surat Pernyataan Harta. Harta tersebut merupakan akumulasi tambahan kemampuan ekonomis berupa seluruh kekayaan, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang digunakan untuk usaha maupun bukan untuk usaha, yang berada di dalam atau diluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.15

Nilai harta yang diungkap dalam Surat Pernyataan untuk pengampunan pajak meliputi:

a. Nilai harta yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan PPh terakhir,

15Nurfansa Wira Sakti dan Asrul Hidayat, Tax Amnesty itu Mudah: Simulasi dan Praktik

26

b. Nilai harta tambahan yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahun PPh terakhir.16

Namun, hanya nilai harta tambahan yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Terakhir yang menjadi objek pengampunan pajak yang wajib dibayarkan uang tebusannya. Kemudian melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER 11/PJ/2016. Diatur lebih lanjut harta yang termasuk dalam pengertian harta tambahan yang terdiri dari: a. Harta Warisan,

b. Harta hibah yang diterima keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan.

Akan tetapi, harta warisan tersebut bukan merupakan objek pengampunan pajak apabila :

a. Warisan diterima oleh ahli waris yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak. b. Harta warisan sudan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan Pewaris.

Demikian pula untuk hibah juga bukan merupakkan Objek Pengampunan Pajak apabila:

a. Hibah diterima oleh pribadi penerima hibah yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak,

b. Harta hibah sudah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pemberi hibah.

16Salinan Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak.

27

Dengan mengikuti pengampunan pajak, ada beberapa keuntungan yang didapatkan oleh wajib pajak, yaitu:

1. Adanya penghapusan pajak terutang yang atas pajak yang belum diterbitkan ketetapan serta tidak dikenai sanksi administrasi atau sanksi pidana,

2. Penghapusan sanksi administrasi atas ketetapan pajak yang telah ditertibkan,

3. Tidak dilakukan pemeriksanaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana perpajakan,

4. Penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, serta penyidikan tindak pidana perpajakan dalam hal Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana perpajakan,

5. Penghapusan PPh Final atas pengalihan harta berupa tanah atau bangunan serta saham.17

6. Tujuan Pengampunan Pajak

Berbeda dengan prinsip penegakan hukum (law enforcement) di bidang perpajakan, yang pada prinsipnya pelaksanaan ketentuan perpajakan harus dilakukan secara konsekuen,18 Selayaknya bagi wajib pajak yang kurang/tidak patuh akan kewajiban pajaknya harus dikenakan sanksi yang berlaku, namun berbeda dengan ketentuan perpajakan, program tax amnesty sebaliknya justru memberikan pengampunan kepada wajib pajak dengan membayar sejumlah uang tebusan.

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (2) UU Pengampunan pajak adalah sebagai berikut :

17Nurfansa Wira Sakti dan Asrul Hidayat, Tax Amnesty itu Mudah: Simulasi dan Praktik

Pengampunan Pajak, Cet. I, (Jakarta: Visimedia, 2016), h., 15-16.

18Panca Kurniawan, Bagus Pamungkas, Penagihan Hukum Pajak di Indonesia, (Malang: Bayumedia Publising, 2016), h., 8.

28

a. mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan Harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi;

b. mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan

c. meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.19

Berdasarkan uraian di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan tax amnesty Ada tiga tujuan yang menjadi target pelaksanaan tax amnesty di Indonesia. Pertama, meningkatkan likuiditas domestik, penurunan suku bunga dan investasi dan perbaikan nilai tukar rupiah melalui pengalihan harta. Kedua, mempercepat reformasi perpajakan dan ketiga, meningkatkan penerimaan negara dari pajak.20

Untuk di Indonesia terdapat beberapa tujuan pengampunan pajak bagi para wajib pajak, diantaranya :

7. Asas Pengampunan Pajak

Pemberian tax amnesty kepada wajib pajak dilakukan berdasarkan; a. Asas Kepastian Hukum, pelaksanaan tax amnesty harus dapat

mewujudkan ketertiban dalam masyarakat dengan adanya jaminan kepastian hukum.

b. Asas Keadilan, pelaksanaan amnesti pajak menjunjung tinggi kesetaraan antara hak dan kewajiban dari semua pihak yang terlibat.

19Undang-Undang Pengampunan Pajak No. 11 Tahun 2016

20Budi Ispriyarso, “Keberhasilan Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia”. Administrative Law & Governance Journal, Vol.2 Issue, 1, (March 2019), h., 54.

29

c. Asas Kemanfaatan, kebijakan tax amnesty bertujuan untuk kepentingan negara, bangsa, dan masyarakat, khususnya dalam hal peningkatan kesejahteraan umum.

d. Asas Kepentingan Nasional, pengampunan pajak dilakukan dengan mengedepankan kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat di atas kepentingan lainnya.21

8. Konsep Pelaksanaan Pengampunan Pajak

Program Pengampunan Pajak atau disebut Tax Amnesty merupakan kebijakan pemerintah guna menghapus pajak yang seharusnya terutang namun tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan pada wajib pajak.

Wajib pajak yang mengikuti program Amnesti pajak dapat memperoleh manfaat berupa :

a. Penghapusan pajak yang seharusnya terutang,

b. Tidak dikenai sanksi administrasi perpajakann dan sanksi pidana perpajakan,

c. Tidak dilakukan pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan,

d. Penghentian proses pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan,

e. Jaminan rahasia dimana data pengampunan pajak tidak dapat dijadikan dasar penyelidikan dan penyelidikan tindak pidana lain,

f. Pembebasan PPh terkait proses balik nama harta.22

21Indra Mahardika Putra, Perpajakan Edisi: Tax Amnesty, (Yogyakarta : Quadrant, 2017), h., 122.

22Kementrian Keuangan Direktoral Jenderal Pajak, Amnesti Pajak. Dikutip dalam situs www.pajak.gi.id/amnestipajak/2018/07/24. diakses pada 24 Juli 2018.

30

Pengajuan tax amnesty dapat dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri dengan membawa surat pernyataan. Kantor pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh menteri juga tempat awal yang dituju untuk meminta penjelasan mengenai pengisian dan pemenuhan kelengkapan dokumen yang harus dilampirkan dalam Surat Pernyataan.23

9. Hasil Program Pengampunan Pajak

Kurang lebih dalam kurun waktu 3 tahun, pemerintah Indonesia telah melaksanakan kebijakan pengampunan pajak kepada wajib pajak. Dari hal-hal tersebut dapat dikatakan berhasil atau tidaknya pelaksanaan tax amnesty ini.

Pertama, jumlah peserta tax amnesty, peserta (wajib pajak yang ikut tax amnesty) paling banyak pada periode pertama yaitu sejumlah 393.358 wajib pajak, selanjutnya pada periode kedua mengalami penurunan menjadi 223.000 wajib pajak, kemudian pada periode ketiga minat wajib pajak dalam mengikuti program ini mengalami kenaikan menjadi 356.172 dengan jumlah total keseluruhan adalah 972.530 wajib pajak. Peserta tax amnesty tersebut terdiri dari orang pribadi non UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), Orang Pribadi UMKM, Badan non UMKM, dan Badan UMKM24.

Kedua, target tax amnesty yang dicanangkan pemerintah yaitu harta deklarasi sejumlah Rp.4000 triliun, repatriasi Rp. 1000 triliun dan

Dokumen terkait