• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 5.8 Tujuan Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan sasaran Indikator sasaran Mengoptimalkan

pengelolaan air limbah di perkotaan dan perdesaan yang bersih, sehat dan berwawasan lingkungan untuk perbaikan kesehatan masyarakat

Optimalisasi dan efektifitas pelayanan penyedotan lumpur tinja ke IPLT Ngembak dengan menambah cakupan pelayanan dari 11,4% menjadi 30% pada Tahun 2017.

Kondisi eksisting 11,4 % RT yang melakukan

penyedotan tinja tetapi yang dikirim ke IPLT hanya 2 %. Selebihnya diindikasikan dibuang di pekarangan/sungai). Indikator sasaran menambah cakupan pelayan menjadi 30 % RT melakukan penyedotan 1. Optimalisasi dan rehabilitasi IPLT yang mengalami kerusakan pada beberapa bangunan. 2. Meningkatkan kinerja

operator layanan air limbah domestik skala kota 3. Membuat Peraturan daerah

(PERDA) untuk penanganan lumpur tinja

Laporan Akhir

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2013-2017

III - 60

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan sasaran Indikator sasaran tangki septic maksimal 5 tahun sekali pada tahun 2017.

pemahaman, kemitraan dan komitmen dengan pihak swasta untuk efektivitas layanan pengelolaan Air Limbah Domestik (penyedotan lumpur tinja) skala kota yang aman, sehat dan berwawasan lingkungan.

Berkurangnya praktek BABS menjadi 25 % di wilayah Kabupaten Grobogan pada tahun 2017

75 % RT harus mempunyai jamban baik pribadi atau komunal dengan tangki septitank yang sesuai standart teknis pada tahun 2017

1. Meningkatkan kualitas septic tank.

2. Meningkatkan dan menjaga komitmen penyediaan dana APBD Kabupaten / APBD-desa untuk kegiatan pengelolaan air limbah domestik.

3. Melanjutkan program Pamsimas, STBM dan replikasi program bebas BABS/ODF di seluruh wilayah Kabupaten Grobogan. Meningkatkan cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki septik dari 68% menjadi 80% pada akhir tahun 2017.

80 % masyarakat

Grobogan memiliki jamban pribadi dengan septic tank

1. Komitmen pendanaan untuk program pengelolaan air limbah domestik.

2. Akses anggaran APBD Propinsi, APBN, LSM/NGO/negara donor dalam penyediaan PS Air Limbah Domestik 3. Mengoptimalkan dan

inovasi program stimulus kepemilikan jamban keluarga untuk MBR. 4. Menumbuhkan

permintaan kebutuhan jamban keluarga sesuai standar kesehatan. 5. Perkuatan kelembagaan

dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah permukiman Meningkatnya jumlah dan

cakupan layanan pengelolaan air limbah secara komunal dari 20 unit menjadi 100 unit di

100 unit IPAL Komunal Kawasan Kumuh/padat penduduk Kabupaten Grobogan Tahun 2017.

1. Akses anggaran APBD Propinsi, APBN, LSM/NGO/negara donor dalam penyediaan PS Air Limbah Domestik seperti

Laporan Akhir

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2013-2017

III - 61

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan sasaran Indikator sasaran wilayah padat kumuh

miskin di akhir tahun 2017

program SLBM (DAK Sanitasi), USRI, Penanganan Kampung Kumuh. Pengembangan perangkat peraturan perundangan dan perencanaan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman

Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala perkotaan pada akhir tahun 2017

tersusunnya dokumen masterplan dan DED Pengelolaan Air Limbah skala Kota

1. Kajian kelayakan pengelolaan air limbah domestic dan industri rumah tangga sesuai dengan ketentuan peraturan lingkungan hidup.

2. Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat (offsite system) pada kawasan potensial (CBD) dan padat penduduk. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman.

Meningkatkan anggaran Anggaran APBD/APBD- Desa untuk air limbah sebesar 3% pada tiap tahunnya

Jumlah dana pengelolaan air limbah domestik.

1. Menyusun Perbup tentang penyediaan alokasi dana pengelolaan air limbah di setiap desa.

2. Meningkatkan dan menjaga komitmen penyediaan dana APBD desa untuk kegiatan pengelolaan air limbah domestk

3. Bekerjasam dengan Papsigro (Pengusaha Sanitasi Grobogan) dalam menyediakan sarana prasarana pengelolaan air limbah yang terjangkau oleh masyarakat yang kurang mampu Meningkatkan jumlah dana

sektor swasta baik dengan dana CSR maupun penanaman modal investasi

Jumlah dana pengelolaan air limbah domestik.

1. Mendorong minat swasta dalam layanan

pengelolaan air limbah domestik

2. Mengoptimalkan daya dukung kebijakan pengelolaan air limbah domestik

3. Mekanisme insentif dan disinsentif bagi

perusahaan yang bergerak atau meyumbangkan dana CSR untuk sektor air limbah.

Laporan Akhir

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2013-2017

III - 62

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan sasaran Indikator sasaran

dana lewat proposal maupun investasi gathering sektor sanitasi. meningkatkan peran serta

dan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan air limbah

Peningkatan Jumlah Jamban yang dibangun secara swadaya/non- subsidi oleh masyarakat sebesar 10 Milyar selama lima tahun sampai Tahun 2017

Jumlah dana swadaya dalam penyediaan jamban keluarga.

1. Meningkatkan peran serta pemerintah desa dalam memicu masyarakatnya untuk meyediakan jamban sehat.

2. Keterlibatan Masyarakat mandiri maupun yang tergabung dalam Kelompok peduli (KSM) meningkat

3. Pemicuan akan arti pentingnya pengelolaan air limbah yang aman dan sehat dengan pelibatan seluruh lapisan masyarakat desa.

4. Memperbanyak media sosialisasi dan informasi mengenai penyadaran Masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air limbah

Sumber : Hasil analisis Pokja Sanitasi, 2012

5.5.4 Tujuan Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan

Berbagai isu strategis yang muncul terkait dengan pengelolaan persampahan Kabupaten Grobogan sebagai berikut :

 Terbatasnya pelayanan kebersihan untuk masyarakat hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa lokasi yang tidak dapat dijangkau oleh pelayanan pengangkutan persampahan.

 Masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang layak untuk penampungan sampah

 Kurangnya koordinasi antara stakeholder terkait dalam penanganan kebersihan dan pengelolaan persampahan.

 Belum memadainya jumlah dan kualitas sarana prasarana TPS untuk persampahan penduduk. Hal ini terlihat masih banyak di lokasi permukiman penduduk belum tersedia TPS, sehingga sampah dibuang begitu saja dipinggir jalan sebelum di angkut ke TPA oleh petugas kebersihan.

 Kondisi dan umur layan TPA kurang memadai dalam menangani timbulan sampah yang terangkut ke lokasi TPA. Pada saat ini, luas lahan TPA Ngembak – Purwodadi yang masih

Laporan Akhir

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2013-2017

III - 63

dapat dimanfaatkan untuk penampungan akhir sampah hanya tinggal 10%, dan umur layannya hanya sampai tahun 2013. sedangkan, sebagian TPA lainnya masih belum layak dikatakan sebagai TPA karena minimnya sarana dan prasarana yang ada seperti ketersediaan alat berat (compactor/excavator/bulldozer), bak lindi, dll.;

 Adanya UU No. 18 tahun 2008 yang mengamanatkan pada akhir tahun 2013 pengelolaan persampahan di TPA harus dengan controll landfill mendorong Pemda untuk concern mewujudkannya;

 Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penanganan kebersihan dan pengelolaan persampahan, kurangnya SDM, dll. Sehingga permasalahan utama yang timbul adalah belum optimalnya pelayanan kebersihan dan pengelolaan persampahan kepada masyarakat.

Posisioning pengelolaan persampahan di Kabupaten Grobogan menunjukkan hasil yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, pengelolaan persampahan Kabupaten Grobogan berada pada kuadran rasional pada posisi berputar dengan titik sumbu (x,y) = (-10,-6). Dimana posisi tersebut menandakan bahwa posisi pembangunan sektor persampahan jalan ditempat meskipun banyak program dan kegiatan yang dilakukan, sehingga perlu rasionalisasi dan mencari strategi baru.

Hal-hal yang dapat memerkuat posisi pengelolaan persampahan di Kabupaten Grobogan berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan antara lain :

1. ada Dinas khusus yang menangani persampahan yaitu Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan Kebersihan.

2. Komitmen PEMDA yang tinggi dalam meraih ADIPURA yang salah satu poin penting penilaian adalah sektor Persampahan

3. Adanya anggaran khusus untuk pengelolaan sektor persampahan yang cukup besar. 4. Telah ada pengomposan di TPA Ngembak sehingga mengurangi volume sampah.

5. Adanya dana CSR yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan persampahan. (Bank Danamon, bank Jateng, dan Bank BRI pernah menyumbangkan peralatan pengangkutan dan pengolah sampah menjadi pupuk organic).

6. Banyak media yang dapat diakses untuk mensosialisasikan pengelolaan persampahan. 7. adanya Pemulung, pengepul dan pengusaha barang rongsokan yang cukup banyak

membantu Pemda dalam mengurangi volume sampah

Antisipasi juga perlu dilakukan terhadap hal-hal yang mampu melemahkan atau bahkan memperburuk posisi Kabupaten Grobogan dalam melaksanakan pengelolaan persampahan. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian agar dapat meningkatkan pengelolaan persampahan di Kabupaten Grobogan adalah:

1. kewajiban dan sanksi bagi pemerintah dalam pengelolaan sampah belum efektif dilaksanakan

Laporan Akhir

Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2013-2017

III - 64

2. Belum adanya revisi Perda tentang pengelolaan persampahan sehingga penanganan sampah belum optimal

3. Terbatasnya kemampuan penganggaran APBD

4. Pungutan retribusi sampah belum menutup biaya operasional yang besar 5. Belum dikembangkan konsep 3R

6. Kondisi armada pengangkut yang kurang memadai baik dari jumlah armada maupun kualitasnya (banyak yang dalam bak terbuka tanpa tutup)

7. Pengelolaan sampah di TPA Ngembak masih open dumping dan lahan di TPA Ngembak yang sudah hampir habis masa layannya (tinggal 10%) sedangkan TPA lainnya (Godong, Gubug dan Mojorebo) belum layak dikatakan sebagai TPA karena minimnya sarana prasarana yang ada

8. Pengelolaan persampahan tingkat rumah tangga sangat memprihatinkan, dimana pengelolaan sampah dengan dibakar mencapai 65% dan belum dilakukan pemilahan sampah rumah tangga sebanyak 96% (hasil studi EHRA)

9. Dengan cepatnya pertambahan penduduk dan semakin rapatnya bangunan, maka tidak banyak tersedia ruang untuk fasilitas persampahan seperti container, TPS, dan transfer depo. Selain itu, masyarakat belum sepenuhnya menerima keberadaan TPS di lingkungan sekitar pemukiman dan TPA kota karena menimbulkan bau dan sumber penyakit.