BAB I. PENDAHULUAN
A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pada Tahap
2. Tahap Penuntutan
Menurut proses peradilan pidana, tahapan setelah penyidikan yaitu tahapan penuntutan.
Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan.58
Yang dimaksud dengan jaksa yang lebih populer dengan sebutan Penuntut Umum adalah :59
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk bertindak sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan Hakim.
Kedudukan jaksa dalam menjalankan tugas dalam penuntutan anak, diartikan oleh Undang-Undang No.3 Tahun 1997 dengan mengelompokkan secara umum, bahwa penuntutan yang dilakukan jaksa hanya dilakukan kepada anak
57
Op.cit, hlm.100
58
Pasal 1 butir 7 KUHAP
59
pelaku tindak pidana (pengelompokan anak yang melakukan tindak pidana kejahatan dan pelanggaran). Ketentuan Pasal 53 Undang-Undang No.3 Tahun 1997 menyebutkan ketentuan syarat-syarat seorang jaksa yang layak dan dapat ditugaskan untuk menangani anak yang melakukan tindak pidana. Jaksa yang dimaksud sebagai berikut :60
1. Penuntut Umum yang ditetapkan berdasarkan SK Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung;
2. Penuntut Umum yang telah berpengalaman dalam menangani masalah penuntutan tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa;
3. Penuntut Umum yang mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak;
4. dalam hal tertentu dapat ditugaskan kepada Penuntut Umum yang telah melakukan tugas penuntutan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.
Kedudukan jaksa sebagai Penuntut Umum menjalankan tugasnya dalam perkara anak wajib dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan dan melakukan penahanan terhadap anak sebagai penahanan lanjutan selama 10 hari dan dapat diperpanjang menjadi 15 hari. Dalam jangka waktu 25 hari dakwaan Penuntut Umum terhadap anak yang melakukan tindak pidana kejahatan dan atau pelanggaran sudah dilimpahkan kepada Pengadilan Anak.61
Penuntutan dikaitkan dengan prapenuntutan terlihat adanya hubungan yang erat antara jaksa Penuntut Umum dengan pihak penyidik dalam penanganan kasus pidana. Jaksa Penuntut Umum berwenang mengembalikan berkas perkara kepada
60
M. Hassan Wadong, Op.cit, hlm.70.
61
penyidik dengan tujuan penyempurnaan penyidikan yang disebut dengan prapenuntutan. Tugas penyidik selesai apabila berkas perkara dinyatakan sudah lengkap (telah diterbitkan P-21), berakhirlah masa prapenuntutan beralih menjadi penuntutan. Hubungan jaksa Penuntut Umum sejak penuntutan adalah dengan Hakim dalam penyidangan perkara. Setelah Penuntut Umum menerima atau menerima kembali hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik, Penuntut Umum segera menentukan apakah berkas perkara sudah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak dilimpahkan ke pengadilan (Pasal 139 KUHAP). 62
Apabila Penuntut Umum anak berpendapat, bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan (Pasal 54 Undang-Undang No.3 Tahun 1997) maka ia wajib dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan sesuai KUHAP. Waktu secepatnya dimaksud, adalah berkaitan dengan masa penahanan atas diri tersangka/terdakwa, sebagaimana diatur dalam Pasal-Pasal 44 sampai dengan 50 Undang-Undang No.3 Tahun 1997. Pasal 143 KUHAP menentukan, bahwa Surat Dakwaan harus memenuhi syarat formal dan syarat material.63
a. diberi tanggal
Syarat formal dari suatu surat dakwaan meliputi :
b. memuat identitas terdakwa secara lengkap, seperti : 1) nama atau alias;
2) umur/tempat tanggal lahir; 3) jenis kelamin
4) agama; 5) kebangsaan.
62
Marlina II, Op.cit, hlm.104
63
c. Diberi tanggal dan tempat pembuatan surat dakwaan d. Ditandatangani dan cap jabatan Penuntut Umum
Syarat material dari suatu Surat Dakwaan sesuai Pasal 143 ayat (2) KUHAP harus memuat uraian secara:
a. Cermat
Cermat berarti, bahwa surat dakwaan itu dipersiapkan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku bagi terdakwa, tidak terdapat kekurangan atau kekeliruan, misalnya:
1) Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan?
2) Apakah penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat; 3) Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan? Perhatikan
ketentuan Pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUHAP. 4) Apakah belum daluwarsa?
5) Apakah tidak nebis in idem?
Dalam hal ini juga perlu diperhatikan, apakah terjadi pelanggaran Hukum Acara Pidana (KUHAP) ketika memproses pembuatan Berita Acara Pemeriksaan atau tidak? Apakah tersangka/terdakwa ketika disidik didampingi oleh penasihat hukum atau tidak? Ini terutama sekali dalam hal-hal yang diwajibkan oleh Pasal 56 KUHAP.
b. Jelas
Jelas berarti, bahwa surat dakwaan harus mampu merumuskan semua unsur-unsur delik yang didakwakan dan uraian perbuatan material yang dilakukan oleh terdakwa.
c. Lengkap
Lengkap berarti, bahwa surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan KUHAP, seperti:
1) Locus delicti (tempat kejadian tindak pidana), dan 2) Tempus delicti (waktu terjadinya tindak pidana).
Setelah surat dakwaan diselesaikan dengan sempurna seterusnya dilakukan pelimpahan berkas perkara ke pengadilan. Sebagai tindak lanjut pelimpahan berkas perkara ke pengadilan, penuntut berkewajiban menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada siding yang telah ditentukan.
Tindakan untuk memberikan perlindungan terhadap anak sebagai terdakwa, dilakukan oleh jaksa berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh hukum, yaitu Surat Edaran Mahkamah Agung No.3 Tahun 1959 tentang bagaimana memperlakukan sistem peradilan pidana anak yang sebenarnya. Dalam hal jaksa melakukan tugas penuntutan yang sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (7), Pasal 14, Pasal 110 ayat (3), Pasal 138 KUHAP sebagai pedoman pelaksanaan penuntutan dan prapenuntutan; juga harus memperhatikan ketentuan-ketentuan penuntutan yang diatur dalam surat edaran Mahkamah Agung, No.3 Tahun 1959; khususnya yang mengatur tentang sikap jaksa dan cara jaksa dalam melakukan tugas penuntutan terhadap seorang anak yang menjadi terdakwa. Dalam tugas-tugas, Penuntut Umum diwajibkan untuk mengikuti anjuran yang ditentukan sebagai berikut:64
64
1. Jaksa dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, pembacaan dakwaan dalam persidangan tidak diperbolehkan menggunakan toga atau pakaian-pakaian dinas masing-masing.
2. Kejaksaan harus menunjuk seorang jaksa khusus sebagai Penuntut Umum untuk perkara anak.
3. Surat dakwaan harus dibuat sesederhana mungkin, agar tidak menyulitkan anak untuk memahami dan mengikuti tujuan persidangan.
b. Penghentian Penuntutan
Dalam sidang anak, ada kemungkinan penyampingan perkara. Terdapat dua alasan penyampingan perkara, yaitu: penyampingan perkara berdasarkan asas oportunitas karena alasan demi kepentingan umum; dan penyampingan perkara karena alasan demi kepentingan hukum. Terhadap proses penyampingan perkara yang ditutup demi hukum, tidak sama dengan perkara yang ditutup demi kepentingan umum, karena :
a. “demi hukum” tidak sama pengertiannya dengan “demi kepentingan umum” sebab hukum juga mengatur kepentingan individual selain kepentingan umum;
b. Perkara yang ditutup “demi hukum” tidak dideponir secara defenitif, tetapi masih dapat dituntut bilamana ada alasan baru, sedangkan perkara yang ditutup definitive demi kepentingan umum, tidak boleh dituntut kembali walaupun cukup alat buktinya.65
Terdapat tiga alasan tidak melakukan penuntutan, yaitu :
65
1. Demi kepentingan Negara
Kategori kepentingan Negara,dapat terjadi apabila dari suatu perkara akan memperoleh tekanan yang tidak seimbang, sehingga kecurigaan masyarakat dalam keadaan tersebut menyebabkan kerugian besar Negara, maka terhadap perkara tersebuttidak dilakukan penuntutan. 2. Demi kepentingan masyarakat
Kategori-kategori kepentingan masyarakat, dilakukan atas pemikiran-pemikiran yang telah atau sedang berubah dalam masyarakat, umpamanya pendapat-pendapat yang dapat berubah atau sedang berubah tentang pantas atau tidaknya dihukum beberapa perbuatan delik susila. Seperti diketahui bahwa landasan berlakunya hukum, adalah kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Hukum yang berlaku itu berorientasi pada kenyataan-kenyataan sehari-hari masyarakat,semua kaidah hukum bersenyawa dengan peristiwa hukum dan selalu menyelaraskan tatanan hidup dengan lingkungan sekitarnya.
3. Demi kepentingan pelaku/tersangka
Kategori kepentingan tersangka/pelaku tidak menghendaki penuntutan karena menyangkut persoalan-persoalan yang merupakan perkara kecil, atau jika melakukan tindak pidana telah membayar kerugian, dan dalam keadaan ini masyarakat tidak mempunyai cukup kepentingan dengan penuntutan atau penghukuman. Bagi pelaku sendiri, kepentingan-kepentingan pribadinya lebih diutamakan dibandingkan dengan kemungkinan hasil proses pidana demi
kepentingan umum tidak akan bermanfaat. Keuntungan yang diperoleh dari penuntutan adalah tidak seimbang dengan kerugian-kerugian yang timbul terhadap terdakwa dan masyarakat.
c. Hak-hak Anak Dalam Proses Penuntutan
Hak-hak anak dalam proses penuntutan, meliputi sebagai berikut:
1. Menetapkan masa tahanan terhadap anak, Cuma pada sudut urgensi pemeriksaan;
2. Membuat dakwaan yang dimengerti anak;
3. Secepatnya melimpahkan perkara ke pengadilan negeri;
4. Melaksanakan penetapan Hakim dengan jiwa dan semangat pembinaan atau mengadakan rehabilitasi.
Hak-hak anak pada saat pemeriksaan di kejaksaan sebagai berikut:
1. Hak untuk mendapat keringanan dari masa/waktu penahanan kejaksaan; 2. Hak untuk mengganti status penahanan dari penahanan RUTAN (Rumah
Tahanan Negara) menjadi berada dalam tahanan rumah, atau tahanan kota;
3. Hak untuk mendapat perlindungan dari ancaman, penganiayaan, pemerasan dari pihak yang beracara;
4. Hak untuk mendapat fasilitas dalam rangka waktu pemeriksaan dan penuntutan;
d. Pelimpahan Perkara ke Pengadilan
Apabila Penuntut Umum sudah selesai mempelajari berkas perkara hasil penyidikan, dan Penuntut Umum berpendapat bahwa tindak pidana yang disangkakan dapat dituntut, maka Penuntut Umum dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan, yang merupakan dasar adanya suatu perkara pidana dan dasar Hakim melakukan pemeriksaan. Setelah surat dakwaan dibuat, berkas perkara dilimpahkan ke Pengadilan dengan membuat surat pelimpahan perkara. Dalam surat pelimpahan perkara, dilampirkan surat dakwaan, berkas perkara dan surat permintaan agar Pengadilan Negeri yang bersangkutan segera mengadilinya. Fotokopi surat pelimpahan perkara tersebut, disampaikan kepada tersangka atau kuasanya dan kepada Penyidik.
3. Tahap Persidangan