• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan Produk Awal

3. Tahap Penyajian

Tahap penyajian merupakan kegiatan penyajian produk yang telah teruji kepada para pengguna.

Prosedur pengembangan ini dapat diskemakan pada gambar berikut:

Gambar 1. Prosedur Pengembangan (Modifikasi dari Model Plomp, Cennamo & Kalk).

Studi Pendahuluan Pengembangan Penyajian

Produk Akhir Kajian Teori Telaah Penelitian Terdahulu Menentukan Produk Menyusun Produk Penyajian Produk Ahli/pakar Telaah dan Revisi Ujicoba

Keterangan:

= Menunjukkan tahapan. = Menunjukkan pelibatan.

= Menunjukkan adanya hubungan atau berulang.

C. Ujicoba Produk 1. Desain Ujicoba

Kegiatan ujicoba instrumen di lapangan (field testing) dilakukan dalam dua tahap, yaitu:

a. Telaah oleh Ahli (expert judgement)

Tujuan dilakukan telaah oleh ahli (expert judgement) untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan dari aspek kevalidan. Telaah oleh ahli dilakukan dengan cara memvalidasi draf intrumen pengukuran kompleksitas soal kontekstual yang telah dikembangkan pada ahli matematika menggunakan lembar validasi. Setelah dilakukan validasi langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil validasi dan melakukan ujicoba terbatas (pengujian model).

b. Ujicoba Terbatas (Pengujian Model)

Tujuan dari ujicoba ini adalah untuk menerapkan instrumen pengukuran kompleksitas soal kontekstual matematika yang dikembangkan. Ujicoba ini dimaksudkan untuk menguji kepraktisan dan reliabilitas instrumen. Secara stastistik analisis reliabilitas dilakukan menggunakan Cronbach’s Alpha

2. Subjek Ujicoba

Subjek ujicoba kelompok terbatas pada penelitian ini yaitu 1 guru matematika kelas X SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta, 4 calon guru matematika semester 8 Universitas Sanata Dharma, dan 2 dosen matematika program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2017.

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi pemberian angket, tes tertulis, dan wawancara.

1) Pemberian Angket

Teknik pengumpulan data dengan angket digunakan untuk: (1) memperoleh informasi mengenai validitas soal kontekstual yang akan diberikan untuk peserta didik di SMA Pangudi Luhur Santo Yusuf Yogyakarta dan validitas instrumen yang dikembangkan, (2) memperoleh data mengenai kompleksitas soal kontekstual matematika. 2) Tes Tertulis

Teknik pengumpulan data dengan tes tertulis digunakan untuk mengklasifikasikan siswa ke dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok siswa dengan kemampuan rendah, kelompok siswa dengan kemampuan sedang, dan kelompok siswa dengan kemampuan tinggi. Tes tertulis yang diberikan berupa soal kontekstual.

3) Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui kepraktisan instrumen yang dikembangkan dan tingkat komplekitas soal kontekstual yang dikerjakan oleh siswa.

b. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan seperangkat alat yang akan digunakan untuk mendukung teknik pengumpulan data dalam memperoleh informasi yang diperlukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1) Lembar Angket

Ada dua lembar angket yang digunakan dalam pengumpulan data: (1) Angket validasi digunakan untuk mengukur kevalidan soal dan kevalidan instrumen kompleksitas soal kontekstual matematika yang dikembangkan. Lembar validasi ini diisi oleh ahli matematika (expert

judgement). Lembar validasi soal dapat dilihat pada Lampiran 6 dan

validasi instrumen dapat dilihat pada Lampiran 3.

(2) Angket pengukuran kompleksitas soal kontekstual dalam hal ini instrumen pengukur yang dikembangkan akan diisi oleh subjek ujicoba untuk mengetahui Reliabilitas produk yang dikembangkan. 2) Soal Kontekstual Matematika

Soal kontekstual matematika yang dikembangkan adalah materi trigonometri. Soal ini diberikan kepada 31 peserta didik kelas X di

SMA Pangudi Luhur Santo Yusuf Yogyakarta. Lembar soal kontekstual matematika dapat dilihat pada Lampiran 4.

3) Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dikembangkan sendiri oleh peneliti dan telah divalidasi oleh dosen pembimbing. Pedoman wawancara terdiri dari dua bagian. Pedoman wawancara berisikan tentang panduan wawancara peneliti dengan keempat calon guru untuk mengetahui kepraktisan instrumen pengukuran kompleksitas soal kontekstual matematika yang telah dikembangkan. Lembar pedoman wawancara kepraktisan dapat dilihat pada Lampiran 7.

4. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk mendapatkan instrumen kompleksitas soal kontekstual matematika yang berkualitas yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan reliabel.

a. Analisis Kevalidan

Validitas atau kesahihan adalah ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas ditunjukkan dengan apakah instrumen dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang digunakan untuk menganalisis kevalidan adalah angket atau lembar validasi instrumen pengukuran komplekitas soal kontekstual matematika. Analisis kevalidan dilakukan dengan cara memberikan angket validitas kepada ahli matematika (expert judgement). Draf awal yang divalidasi menghasilkan data

kualitatif. Data tersebut berupa masukan dan saran pada instrumen pengukuran yang berasal dari validator. Masukan dan saran dari validator dipadukan dan digunakan untuk merevisi draf awal yang sudah diberikan. Produk yang dikembangkan dikatakan memenuhi aspek kevalidan jika masing-masing komponen dalam instrumen yang dikembangkan dikatakan valid dan validator minimal menyatakan bahwa produk yang dikembangkan layak diujicobakan di lapangan dengan revisi.

b. Analisis Kepraktisan

Analisis kepraktisan dilakukan dengan cara mewawancarai subyek yang mengisi instrumen kompleksitas soal kontekstual matematika. Instrumen penilaian dikatakan praktis apabila: (1) Instrumen penilaian tersebut mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak. (2) Mudah pemeriksaannya, dalam hal ini ada pedoman skoringnya. (3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga mudah digunakan oleh orang lain. Selain praktis, instrumen yang baik harus memiliki syarat ekonomis. Syarat ekonomis disini yaitu pembuatan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan juga waktu yang lama. Produk yang dikembangkan dikatakan praktis apabila minimal 75% tiap-tiap responden menjawab “Ya”.

c. Analisis Reliabilitas

Analisis ini bertujuan untuk mengukur reliabilitas produk yang dikembangkan berdasarkan data hasil pengisian angket pengukuran kompleksitas soal kontekstual matematika yang telah diisi oleh 1 guru, 4 calon

guru, dan 2 dosen matematika. Berikut langkah-langkah untuk mengetahui tingkat reliabilitas produk yang dikembangkan:

1) Menghitung skor sub komponen.

2) Menjumlahkan skor sub komponen dari setiap soal. 3) Menghitung koefisien reliabilitas soal.

Secara teknis, perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan Program IBM SPSS 24.

4) Melakukan konversi data berdasarkan koefisien reliabilitas yang diperoleh dari Cronbach’s Alpha dengan bantuan IBM SPSS 24. Adapun kriteria untuk menafsirkan koefisien reliabilitas menurut Guilford (Sundayana, 2012: 7) ialah sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Reliabilitas Intrumen Pengukur

5) Klasifikasi reliabilitas ini dibandingkan dengan koefisien reliabilitas yang didapatkan dari perhitungan.

Produk yang dikembangkan dikatakan reliabel apabila minimal memenuhi kategori reliabilitas cukup.

Koefisien Reliabilitas Kategori

00 , 1 80

,

0 rxy Reliabilitas Sangat Tinggi

80 , 0 60 , 0 rxy Reliabilitas Tinggi 60 , 0 40 , 0 rxy Reliabilitas Cukup 40 , 0 20 , 0 rxy Reliabilitas Rendah 20 , 0 xy

d. Tingkat Kompleksitas Soal Kontekstual

Setelah dilakukan pengisian instrumen kompleksitas soal kontekstual matematika oleh subjek ujicoba didapatkan data kuantitatif. Data tersebut diolah menjadi data kualitatif agar dapat diketahui tingkat kompleksitas soal kontekstual yang diukur. Kompleksitas sebuah soal kontekstual perlu dilakukan pengukuran agar dapat lebih tepat dalam penggunaannya, seperti waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal, dan ketercapaian kompetensi. Berikut langkah-langkah untuk mengetahui tingkat kompleksitas soal kontekstual matematika:

1) Menghitung skor tiap komponen.

2) Menjumlahkan skor tiap komponen dengan komponen yang lain sehingga didapatkan total skor.

3) Menghitung rata-rata skor dengan cara menjumlahkan semua total skor kemudian dibagi dengan banyaknya subjek ujicoba.

4) Melakukan konversi data dari data kuantitatif ke data kualitatif.

Rata-rata skor yang diperoleh dikonversi ke dalam nilai menurut Azwar (1996: 163) yang diperoleh menjadi nilai kualitatif.

Tabel 2. Konversi Skor ke dalam Nilai

No Interval Skor Kriteria

1 M1,5S xM3S Sangat Tinggi

2 M0,5SxM1,5S Tinggi

3 M0,5SxM0,5S Sedang

4 M1,5SxM0,5S Rendah

Keterangan:

M =

2 1

(skor maksimal + skor minimal)

S =

6 1

(skor maksimal - skor minimal)

x = skor rata-rata

5) Dalam penelitian ini, skor maksimal adalah 53 dan skor minimal adalah 15. Berdasarkan rumus konversi pada Tabel 2, maka diperoleh pedoman dalam mengubah data kuantitatif menjadi data kualitatif sebagai berikut:

Tabel 3. Pedoman Pengubahan Data Kualitatif

6) Nilai rata-rata skor total dibandingkan dengan tingkat kompleksitas soal kontekstual.

No Interval Skor Kategori

1 43,45 x53 Kompleksitas Sangat Tinggi 2 37,15 x43,45 Kompleksitas Tinggi

3 30,85 x37,15 Kompleksitas Sedang 4 24,55 x30,85 Kompleksitas Rendah

71 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Produk Awal

1. Tahap Studi Pendahuluan

Langkah awal dalam penelitian pengembangan adalah melakukan studi pendahuluan. Pada tahap ini dilakukan kajian teori tentang variabel yang diteliti, dan studi terhadap hasil penelitian terdahulu yang relevan terhadap jurnal ilmiah ‘Towards Constructing a Measure of the Complexity of Application Task’ karya Stillman and Galbraith (2003). Dari kajian teori ini dihasilkan bahwa pengukuran kompleksitas soal kontekstual matematika merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui tingkat kompleksitas suatu soal kontekstual matematika. Terdapat 6 komponen penting yang dapat mengukur kompleksitas suatu soal kontekstual matematika yaitu: 1) Kompleksitas Konseptual, 2) Kompleksitas Matematika, 3) Kompleksitas Linguistik, 4) Kompleksitas Intelektual, 5) Kompleksitas Representasional, dan 6) Kompleksitas Kontekstual. Selain itu, dari hasil wawancara dengan Ibu Priskila Nike Artina, S.Pd. selaku guru matematika di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta diperoleh bahwa guru jarang memberikan soal kontekstual pada peserta didik. Biasanya soal uraian yang sering diberikan guru merupakan soal matematika perhitungan biasa. Dalam memberikan soal uraian, guru biasanya memberikan 10 butir soal untuk ketegori soal mudah atau 5 butir soal untuk kategori soal sedang atau 2 butir soal untuk kategori soal sulit. Cara guru menggolongkan soal yang diberikan termasuk soal sulit, sedang, atau mudah yaitu berdasarkan

pengalaman mengajar di kelas. Hal tersebut dilakukan karena belum adanya instrumen untuk mengukur tingkat kesulitan soal atau tingkat kompleksitas soal. Tak jarang guru menggunakan soal-soal tahun lalu untuk diberikan kepada peserta didik. Dari hasil kajian teori dan wawancara tersebut, maka peneliti mengembangkan instrumen pengukuran untuk mengukur kompleksitas soal kontesktual matematika.

2. Tahap Pengembangan

Setelah melakukan tahap studi pendahuluan, maka langkah selanjutnya yaitu tahap pengembangan. Pada tahap ini, peneliti menggunakan keenam komponen yang ada untuk menyusun instrumen pengukuran kompleksitas, yaitu: 1) Kompleksitas Konseptual, 2) Kompleksitas Matematika, 3) Kompleksitas Linguistik, 4) Kompleksitas Intelektual, 5) Kompleksitas Representasional, dan 6) Kompleksitas Kontekstual. Keenam komponen ini peneliti gunakan dalam pengembangan kemudian subkomponen yang ada dimodifikasi dengan mempertimbangkan bahwa subkomponen tersebut familiar atau masalah yang sering dijumpai ketika mengerjakan soal-soal kontekstual. Peneliti juga menyusun butir-butir pernyataan untuk keterangan skor pada instrumen yang dikembangkan. Setelah disusun, dilakukan penelaahan butir-butir pernyataan tersebut apakah sudah sesuai atau belum, dengan dilakukannya validasi oleh ahli. Setelah dinyatakan valid, peneliti melakukan ujicoba terhadap subjek ujicoba. Ujicoba dilakukan pada bulan Mei 2017, dengan 7 subjek ujicoba, yakni 1 guru matematika, 4 calon guru matematika, dan 2 dosen matematika. Instrumen yang dikembangkan dapat dilihat pada Lampiran 2.

3. Tahap Penyajian

Tahap terakhir proses pengembangan adalah tahap penyajian produk atau produk akhir. Pengembangan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah instrumen pengukuran kompleksitas soal kontekstual matematika yang dikemas dalam bentuk angket.

Dokumen terkait