• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Konsep Lesson Study

5. Tahap-Tahap Lesson Study

Lesson study merupakan suatu program yang di dalamnya terdapat beberapa tahapan yang saling berkesinambungan. Tim lesson study

Depdiknas, Depeg, dan JICA (2009: 2) berpendapat, bahwa secara umum

lesson study dibagi menjadi tiga bagian yaitu plan (perencanaan), do

(pelaksanaan dan observasi), dan see (refleksi). a. Plan (Perencanaan)

Tahapan lesson sudy dimulai dari tahap plan (perencanaan). Daryanto dan Muldjo (2012: 43) mengatakan bahwa tahap perencanaan bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa, agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya Parmin (2007: 122) manambahkan bahwa perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian oleh pendidik, tetapi dilakukan secara bersama oleh beberapa pendidik serumpun secara kolaborasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 13) bahwa beberapa guru dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide dalam menyusun rencana pembelajaran.

Tahap perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan (need assessment) dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa (learn how to learn), menyiasati kekurangan fasilitas, media, sarana belajar, dan sebagainya. Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran (RPP) (Rusman, 2012: 395). Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 57) menambahkan bahwa pada tahapan

analisis perlu dipertimbangkan kedalaman materi yang akan disajikan ditinjau antara lain dari tuntutan kurikulum, latar belakang pengetahuan dan kemampuan siswa, kompetensi yang akan dikembangkan, serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan dalam kaitannya dengan materi terkait.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan open lesson adalah pemilihan kelas, pembentukan kelompok siswa, pengembangan alat bantu ajar, dan gladi bersih.

b. Do (Pelaksanaan)

Daryanto dan Muldjo (2012: 44) berpendapat, bahwa tahap kedua dalam lesson study adalah pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan bertujuan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Slamet Mulyana (2007: 16), bahwa pada tahap do guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, perlu dilakukan pertemuan singkat (briefing) yang dipimpin oleh kepala sekolah. Pada pertemuan ini, guru yang bertugas sebagai guru model diberi kesempatan untuk mengemukakan rencananya secara singkat. Informasi ini sangat penting bagi para observer terutama untuk merancang rencana observasi yang akan dilakukan di kelas. Selanjutnya kepala sekolah mengingatkan bahwa selama pembelajaran

berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran.

Rusman (2011: 397) mengungkapkan bahwa pada tahap pelaksanaan, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan perencanaan pembelajaran yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas lesson study yang lainnya (guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/ observer). Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 59) menambahkan, walaupun pada saat pembelajaran hadir sejumlah observer, guru model hendaknya dapat melaksanakan proses pembelajaran sealamiah mungkin. Slamet Mulyana (2007: 16) menjelaskan bahwa siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disesbabkan adanya kegiatan lesson study.

Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 27) menyatakan, bahwa persiapan kelas perlu diperhatikan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, para pengamat sebaiknya diberikan tempat yang nyaman yaitu pada jarak yang luas antara tempat duduk siswa dengan dinding. Para pengamat harus berdiri pada posisi yang dapat

melihat wajah siswa. Guru model menyiapkan lembar denah tempat duduk yang mencantumkan nama para siswa bagi para pengamat. Hal ini berguna bagi pengamat dalam mengenali siswa ketika membuat catatan dan merefleksi tentang kelas yang diamati.

Slamet Mulyana (2007: 16) menyebutkan bahwa fokus pengamatan ditujukan pada interaksi antara siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungannya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama. Sebagaimana dijelaskan oleh Tim Lesson Study

Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 30) ada dua hal yang perlu diamati: 1) apakah setiap siswa benar-benar mengikuti pembelajaran dan 2) kualitas pembelajaran siswa. Pengamat harus memperlihatkan apakah terdapat siswa yang terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dan mengapa siswa seperti itu. Kualitas pembelajaran yang diamati adalah tingkat pemahaman siswa yang dapat menunjukkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Parmin (2007: 122) mengatakan bahwa pengamat tidak diperkenankan mengganggu apalagi melakukan intervensi dalam proses pemebelajaran. Selanjutnya Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 31) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan

lesson study, pengamat harus memperhatikan beberapa aturan sebagai berikut:

3) pengamat dilarang mengajari dan berbicara kepada siswa; dan 4) pengamat diharapkan dapat memetik pelajaran berharga dari kelas

yang mereka amati serta menerapkannya di kelas masing-masing. Hal senada juga diungkapkan oleh Siti Sriyanti (2014: 63), bahwa selama melakukan pengamatan observer harus menaati beberapa aturan yang ada, antara lain: posisi berdiri observer ketika pembelajaran, tidak boleh saling berbicara, tidak intervensi ketika pembelajaran berlangsung dan fokus pengamatan observer ditujukan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah siswa belajar dan bagaimana prosesnya?; 2) Adakah siswa yang tidak belajar dan mengapa tidak belajar?; dan 3) Bagaimana usaha guru memotivasi siswa yang tidak belajar?. Perlu digarisbawahi bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, observer berada di dalam kelas untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru.

c. See (Refleksi)

Parmin (2007: 123) mengatakan, bahwa refleksi bertujuan untuk mendiskusikan kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, observer diberi kesempatan untuk memberikan masukan- masukan proses pembelajaran. Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 63) menegaskan bahwa kegiatan refleksi harus dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dijadikan bukti pada saat mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya karena setiap orang dipastikan

masih bisa mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas.

Guru model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan- kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan pendapat atau komentar dari pembelajaran terutama dalam mengenai aktivitas siswa. Pengamat harus berusaha menghindari memberikan kritikan yang bersifat tajam atau pedas terhadap guru model (Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA, 2009: 34). Dalam menyampaikan komentar atau pendapatnya, pengamat harus mengajukan bukti-bukti yang telah diperoleh dari hasil pengamatan sebagai dasar dari pendapat yang diajukannya. Dengan kata lain pengamat tidak berbicara berdasarkan opini (Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012:63).

Daryanto dan Muljo Rahardjo, (2012:63) mengatakan bahwa kritik dan saran disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Sebaliknya, dan guru model harus dapat menerima masukan dari pengamat demi pembelajaran berikutnya. Masukan yang positif dapat digunakan untuk merancang kembali pembelajaran yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prayekti dan Rasyimah 92012: 60) bahwa hasil dari refleksi akan diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran selanjutnya. Dengan kata lain

lesson study merupakan suatu cara peningkatan mutu proses pembelajaran yang tak pernah berakhir (continuos improvement).

Berdasarkan uraian tahapan pelaksanaan lesson study yang telah dijelaskan di atas, maka diperoeh gambaran tahapan pelaksanaan

lesson study sebagai berikut:

Gambar 2. Tahapan Lesson Study

(Sumber: I Wayan Santyasa, 2009: 6)

Dokumen terkait