• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI PENDUKUNG KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP N 1 SEWON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI PENDUKUNG KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP N 1 SEWON."

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI PENDUKUNG KEBIJAKAN PENINGKATAN

MUTU PENDIDIKAN DI SMP N 1 SEWON

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Andriani Tri Wulandari NIM 12110241036

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Siapa yang berani mengajar, tidak boleh berhenti belajar”

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

(7)

IMPLEMENTASI PROGRAM LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI PENDUKUNG KEBIJAKAN PENINGKATAN

MUTU PENDIDIKAN DI SMP N 1 SEWON Oleh

Andriani Tri Wulandari NIM 12110241036

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Proses perencanaan program Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) di SMP N 1 Sewon; (2) Implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon; dan (3) Faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian dilakukan di SMP N 1 Sewon selama bulan Februari-Mei 2016. Subjek penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Ketua atau Koordinator LSBS, Guru, dan Siswa. Objek penelitian ini mengenai implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon. Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman, yaitu pengumpulan, reduksi, deskripsi data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data melalui triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses perencanaan program Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) dilakukan oleh warga sekolah secara mandiri, yang dimulai dengan membuat skala prioritas kebutuhan program, kemudian dilanjutkan dengan membuat tim pelaksana program; (2) Implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon dimulai dengan tahap plan, yaitu merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kemudian dilanjutkan dengan tahap do, yaitu menerapakan rancangan pembelajaran yang secara langsung diamati oleh kepala sekolah dan guru serumpun. Hasil observasi tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi pada tahap see, yaitu mendiskusikan bagaimana aktivitas belajar siswa bukan pada bagaimana guru model dalam mengajar; dan (3) Faktor pendukung implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon, antara lain: kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang berpartisipasi, anggaran dana, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, serta komitmen dari semua pihak yang berpartisipasi. Sedangkan faktor penghambatnya adalah keterbatasan waktu yang miliki oleh masing-masing guru.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi yang judul “Implementasi Program Lesson Study sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N Sewon”.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini peneliti menyampaian penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijakan dan kebijaksanaannya memberikan kemudahan dalam kegiatan belajar di kampus. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan kemudahan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan pengesahan dalam skripsi.

4. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan pengarahan dalam pengambilan Tugas Akhir Skripsi.

5. Bapak L. Hendrowibowo, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

6. Bapak I Made Suatera, M. Si., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan akademik dari awal sampai akhir proses studi.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Area Penelitian ... 6

C. Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Implementasi Program ... 10

1. Pengertian Implementasi ... 10

2. Pengertian Program ... 12

(11)

1. Pengertian Lesson Study ... 13

2. Tipe Pelaksanaan Lesson Study ... 15

3. Ciri-Ciri Lesson Study ... 19

4. Tujuan dan Manfaat Lesson Study ... 20

5. Tahap-Tahap Lesson Study ... 22

6. Kelebihan Lesson Study ... 29

C. Konsep Mutu Pendidikan ... 30

1. Pengertian Mutu Pendidikan ... 30

2. Ruang Lingkup Mutu Pendidikan ... 32

D. Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan ... 33

E. Penelitian yang Relevan ... 34

F. Kerangka Berpikir ... 36

G. Pertanyaan Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Setting Penelitian ... 40

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 47

G. Teknik Keabsahan Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52

1. Gambaran Umum SMP N 1 Sewon ... 52

2. Sejarah Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 54

3. Proses Perencanaan Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 56

4. Payung Hukum Kebijakan tentang Implementasi Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 58

5. Implementasi Program LSBS sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N 1 Sewon ... 59

(12)

c. Tahap See ... 96

6. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 104

a. Faktor Pendukung ... 104

b. Faktor Penghambat ... 106

B. Pembahasan ... 109

1. Proses Perencanaan Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 109

2. Implementasi Program LSBS sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N 1 Sewon ... 110

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi ... 42 Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 44 Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi ... 46 Tabel 4. Hasil Penelitian tentang Proses Perencanaan Program LSBS di

SMP N 1 Sewon ... 58 Tabel 5. Daftar Susunan Tim Pelaksana Program LSBS di SMP N 1

Sewon TA 2015/2016 ... 59 Tabel 6. Jadwal Program LSBS Semester II TA 2015/2016 ... 64 Tabel 7. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan Plan Program

LSBS di SMP N 1 Sewon ... 77 Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Do Program LSBS ... 78 Tabel 9. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan Do Program

LSBS di SMP N 1 Sewon ... 95 Tabel 10. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan See Program LSBS di SMP N 1

Sewon ... 96 Tabel 11. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan See (Refleksi)

Program LSBS di SMP N 1 Sewon. ... 103 Tabel 12. Hasil Penelitian tentang Faktor Pendukung dan Penghambat

dalam Implementasi Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 108 Tabel 13. Pembahasan Penelitian tentang Implementasi Program LSBS

sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di

SMP N 1 Sewon ... 122 Tabel 14. Pedoman Observasi ... 136 Tabel 15. Pedoman Dokumentasi ... 146 Tabel 16. Transkrip Wawancara yang Sudah Direduksi dengan Kepala

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Gambaran Umum tentang Lesson Study ... 21

Gambar 2. Tahapan Lesson Study ... 29

Gambar 3. Kerangka Berpikir ... 38

Gambar 4. Komponen dalam Analisis Data ... 48

Gambar 5. Triangulasi Sumber ... 49

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 130

Lampiran 2. Pedoman Penelitian ... 134

Lampiran 3. Dokumen Penelitian ... 146

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 160

Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Penelitian ... 171

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, serta sebagai sarana dalam peningkatan dan pengembangan potensi yang dimiliki oleh setiap warga negara. Dengan kata lain, pendidikan dapat menghantarkan peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi di era globalisasi. Dengan demikian, mutu pendidikan pada setiap satuan pendidikan perlu diperhatikan demi terwujudnya kemajuan bangsa Indonesia.

Bentuk perhatian pemerintah terhadap mutu pendidikan dapat diketahui dari ditetapkannya kebijakan yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan pada setiap satuan pedidikan. Sebagaimana yang disebutkan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 41), bahwa Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan usaha pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pasal 19 pada Peraturan Pemerintah tersebut berbunyi sebagai berikut :

(17)

(2) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Peraturan Pemerintah di atas membuktikan bahwa sekarang pemerintah sudah menaruh perhatian terhadap mutu proses pembelajaran. Dimana pada setiap satuan pendidikan diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan pembelajaran. Selanjutnya, dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dijelaskan, bahwa model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di dalam proses pembelajaran mengacu pada karakteristik pembelajaran antara lain: interaktif dan inspiratif; menyenangkan, menantang, kontekstual, dan kolaboratif, serta dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

(18)

adalah bagaimana dapat menarik perhatian siswa supaya mereka antusias mengikuti proses pembelajaran.

Melihat masih adanya permasalahan di atas, maka peningkatan mutu pendidikan dapat dimulai dengan meningkatkan mutu guru dalam mengajar dan berperilaku professional. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Hadis dan Nurhayati (2010: 3), bahwa faktor dominan yang berpengaruh dan berkontribusi besar terhadap mutu pendidikan khsuusnya mutu pembelajaran adalah guru yang professional. Oleh karena itu, guru sebagai suatu profesi harus professional dalam melaksanakan berbagai tugas pendidikan dan pengajaran yang diamanahkan kepadanya.

Undang–Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan, bahwa pengakuan guru sebagai tenaga professional akan diberikan jika guru telah memiliki antara lain kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang dipersyaratkan. Kualifikasi akademik dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Sertifikat pendidik diperoleh guru setelah lulus dalam penilaian sertifikasi. Jenis kompetensi yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional (Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012: 39).

(19)

Statistik Pendidikan dan Kebudayaan diketahui, bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun akademik 2014/2015 ke tahun akademik 2015/2016 mengalami penurunan jumlah kepala sekolah dan guru yang layak mengajar yaitu sejumlah 1.403 orang. Data yang diperoleh menunjukkan, bahwa pada tahun akademik 2014/2015 jumlah kepala sekolah dan guru yang layak mengajar adalah 9.902 orang sedangkan pada tahun akademik 2015/2016 sejumlah 8.499 orang.

Penurunan jumlah kepala sekolah dan guru layak mengajar tersebut akan berdampak pada penurunan mutu proses pembelajaran yang diselenggarakan. Hal ini dikarenakan guru memiliki peranan penting dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Prim Masrokan Mutohar (2013: 153), bahwa guru memegang peranan yang sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajarannya.

(20)

Lesson study merupakan aktivitas pembelajaran yang dimulai dengan sebuah perencanaan “Plan” yang dilakukan oleh guru, kemudian dilanjutkan

dengan pelaksanaan proses pembelajaran “Do” dimana kegiatan pembelajaran

siswa didasarkan pada pembelajaran kolaboratif yang secara langsung diamati oleh kepala sekolah, guru serumpun, pengawas, dosen dari perguruan tinggi bahkan orang tua siswa dan lainnya. Dalam hal ini, yang menjadi fokus pengamatan adalah bagaimana siswa belajar, bukan pada bagaimana guru mengajar. Setelah itu, mereka semua menganalisis hasil pengamatan tersebut di forum refleksi yang bertujuan untuk saling saling belajar dan meningkatkan kualitas belajar siswa (Ali Mustadi, 2014: 87-95).

Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari tiga kabupaten di Indonesia yang telah menerapkan kegiatan lesson study berabasis MGMP sejak tahun 2006. Sejak 2 Februari 2009 SMP N 1 Sewon telah melaksanakan kegiatan “lesson study berbasis sekolah” secara mandiri. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Kepala Sekolah SMP N 1 Sewon kepada peneliti dalam wawancara (pra penelitian, 20 Februari 2016), bahwa SMP N 1 Sewon menerapkan program lesson study sejak tanggal 2 Februari 2009 dan sudah dilaksanakan pada semua mata pelajaran.

(21)

pengawas atau ada supervisi dari kepala sekolah. Namun, setelah adanya program lesson study berbasis sekolah, mereka lebih enjoy dalam menyelenggarakan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa program lesson study berbasis sekolah (LSBS) merupakan salah satu program yang dapat meningkatkan mutu pendidikan khususnya mutu pembelajaran di SMP N 1 Sewon. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengungkap bagaimana implementasi program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon.

B. Area Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka area penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Proses perencanaan program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon.

2. Implementasi program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon.

3. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengimplementasikan program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon.

C. Fokus Penelitian

(22)

sekolah sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses perencanaan program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon?

2. Bagaimana implementasi program lesson study berbasis sekolah sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon?

3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengimplentasikan program lesson study berbasis sekolah sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan proses perencanaan program lesson study

berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon

(23)

3. Untuk mendeskripsikan faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan program lesson study sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan kejelasan teoritis dan pemahaman yang mendalam tentang program lesson study berbasis sekolah, serta dapat menjadi sarana referensi dalam pengembangan ilmu kebijakan mengenai standarisasi pendidikan khususnya pada standar proses.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam menyusun kebijakan pendidikan mengenai peningkatan mutu pendidikan, khususnya mutu pembelajaran melalui program lesson study berbasis sekolah.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi program

(24)

c. Bagi Guru

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan keprofesionalan guru sebagai pendidik melalui program lesson study

berbasis sekolah. d. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui implementasi program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon.

e. Bagi Akademisi

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Implemetasi Program 1. Pengertian Implementasi

Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Kamus Webster dalam Arif Rohman (2014: 134), merumuskan secara pendek bahwa to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu), to give practical effect to (menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu).

Berdasarkan pemaparan pengertian di atas dapat diketahui, bahwa untuk mengimplementasikan suatu program harus disertai oleh sarana yang mendukung, yang nantinya dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap program itu sendiri. Selanjutnya, Randall B. Ripley dan Grace A. Franklin (1986) dalam Subarsono (2008: 89) menulis sebagai berikut:

Implementation process involve many important actors holding diffuse and competing goals and expectations who work within a contexts of an increasingly large and complex mix of government programs that require participation from numerous layers and units of government and who are affected by powerful factors beyond their control.

(26)

dikarenakan proses implementasi dipengaruhi oleh berbagai variabel yang kompleks, baik variabel individual maupun variabel organisasional, dan masing-masing variabel pengaruh tersebut juga saling berinteraksi satu sama lain.

Pernyataan tersebut mempunyai arti bahwa keberhasilan impelentasi akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. Sebagaimana dijelaskan dalam teori implementasi menurut Goerge C. Edwards III dalam Subarsono (2008: 90-92), bahwa implementasi dipengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan satu sama lain, yakni: (a) komunikasi; (b) sumber daya; (c) disposisi; dan (d) struktur birokrasi. Lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Keberhasilan implementasi mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari suatu kebijakan atau program harus dikomunikasikan kepada kelompok sasaran (target group). Oleh karena itu variabel komunikasi sangat penting dilakukan. Selain komunikasi, sumber daya merupakan faktor penting agar implementasi dapat berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementaor, dan sumber daya finansial.

(27)

dimilki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Selain komunikasi, sumber daya, dan disposisi, struktur birokrasi juga mempunyai pengaruh signifikan terhadap implementasi kebijakan atau program. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka akan memudahkan implementator dalam mencapai keberhasilan implementasi program.

2. Pengertian Program

Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan. Selanjutnya, Charles O. Jones dalam Arif Rohman (2014: 101-102) menyebutkan bahwa program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan.

Pertama kali suatu kebijakan yang hendak diwujudkan harus memiliki tujuan (goal) yang diinginkan. Kedua, tujuan yang diinginkan itu harus direncanakan (plans) atau harus ada proposal, yakni pengertian yang spesifik dan operasional untuk mencapai tujuan. Ketiga, harus ada

program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. Keempatnya, adalah decision, yaitu segenap tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program. Serta kelima adalah effect, yaitu akibat-akibat dari program baik yang diinginkan atau sengaja mapaun tidak disengaja.

(28)

untuk mencapai tujuan dari suatu kebijakan. Keberhasilan implementasi program dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan satu sama lainnya.

B. Konsep Lesson Study

1. Pengertian Lesson Study

Lesson study merupakan terjemahan langsung dari Bahasa Jepang yaitu jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson

atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau pengkajian terhadap pembelajaran. Lesson study yang dalam Bahasa Jepangnya

jugyou kenkyu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang melalui proses-proses kolaborasi antarguru (Parmin, 2007: 120).

(29)

Rusman (2011: 385) mengatakan, bahwa lesson study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil refleksi kegiatan pembelajarannya. Hal sama diungkapkan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 42-43) bahwa

lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

Lesson study bukan suatu metode atau strategi pembelajaran. Pada kegiatan lesson study dapat menenerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Sebagaimana dijelaskan oleh Safrudiannur dan Suriaty (2008: 260) bahwa lesson study adalah sebuah model pembinaan yang di dalamnya dapat diterapkan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran untuk kemudian dikaji secara bersama-sama dengan tujuan menciptakan pembelajaran yang bermutu.

(30)

solusi atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

2. Tipe Pelaksanaan Lesson Study

Lesson study adalah suatu kegiatan kolaboratif yang berkelanjutan dari sekelompok guru dan praktisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Pada praktiknya, terdapat dua tipe

lesson study yang biasa dilaksanakan yaitu Lesson Study Berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS). Masing-masing tipe lesson study tersebut dapat dijelaskan di bawah ini:

a. Lesson Study Berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Prayekti dan Rasyimah (2012: 57) berpendapat, bahwa lesson study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat gugus, wilayah, kecamatan, atau dapat lebih diperluas lagi. Sedangkan Rustono (2010: 2) menjelaskan bahwa lesson study

(31)

Tujuan lesson study berbasis MGMP antara lain: pertama, membantu para administrator memperbaiki pengelolaan dan kegiatan

lesson study berbasis MGMP di wilayah masing-masing; kedua,

membantu pimpinan sekolah untuk meningkatkan kegiatan lesson study berbasis MGMP dalam pengembangan profesi guru; dan

ketiga, membantu semua pihak yang berkepentingan untuk memahami kegiatan lesson study berbasis MGMP yang telah dilaksanakan (Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA, 2009: 5).

b. Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS)

(32)

Lesson study berbasis sekolah mempunyai tujuan konkret antara lain: (1) semua guru harus membuka pembelajaran mereka untuk diobservasi dan direfleksi setidaknya satu kali dalam satu tahun; (2) semua guru harus meningkatkan kualitas pembelajaran mereka dengan belajar dari rekan-rekannya sesama guru; dan (3) semua guru harus membentuk kolegial dengan cara berkolaborasi bersama (Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA, 2009: 54).

Lesson study berbasis sekolah akan memberikan kesempatan kepada setiap mata pelajaran agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan. Pada lesson study berbasis sekolah, fasilitator dan koordinator ditunjuk oleh guru. Fasilitator dan koordinator dapat orang yang sama namun lebih baik dengan orang yang berbeda. Fasilitator memfasilitasi kegiatan lesson study di sekolah tersebut dengan memberikan masukan-masukan teknis. Koordinator bertanggungjawab untuk urusan-urusan administratif dalam pelaksanaan lesson study.

Peran kepala sekolah dalam kegiatan lesson study berbasis sekolah sebagai baikut: (1) memprakarsai dan memimpin pelaksanaan lesson study berbasis sekolah di sekolah mereka; (2) ikut mempertimbangkan jadwal lesson study berbasis sekolah agar lebih banyak guru yang berpartisipasi dalam kegiatan lesson study;

(33)

menerapkan dan mengimplementasikan apa yang telah mereka pelajari dalam lesson study (Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA, 2009: 56-57). Dengan demikian, peran serta kepemimpinan dari kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan lesson study berbasis sekolah.

Pengaturan jadwal pada lesson study berbasis sekolah disesuaikan dengan jadwal pelajaran sekolah. Pemilihan guru model disesuaikan dengan urutan jadwal pelajaran yang telah ditentukan untuk open lesson. Guru dapat merefleksi pembelajaran melalui video jika banyak guru yang tidak dapat hadir observasi open lesson

dikarenakan berbenturan dengan jadwal mengajar.

Biaya yang diperlukan untuk lesson study berbasis sekolah berjumlah minimum. Tidak diperlukan “uang transport” untuk guru

yang berpartisipasi, dan tidak membutuhkan “konsumsi” saat tahap refleksi berlangsung. Biaya yang dikeluarkan hanya biaya fotokopi, bahan yang diperlukan dalam open lesson dan sejumlah alat tulis. Jadi kegiatan lesson study berbasis sekolah tidak menghabiskan banyak biaya.

Peneliti memfokuskan penelitian pada model lesson study

berbasis sekolah. Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 57) menyebutkan, bahwa langkah – langkah kegiatan yang dilakukan dalam lesson study tipe berbasis sekolah sama dengan lesson study

(34)

3. Ciri-Ciri Lesson Study

Lesson study memberi peluang bagi para guru dan praktisi pendidikan untuk saling belajar tentang bagaimana menyelenggaraakan pembelajaran yang baik berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas. Adapun ciri-ciri esensial dari lesson study yang diperoleh berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang antara lain (Catherine Lewis (2004) dalam Ahmad Sudrajat, 2008: 1) :

a. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya. b. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada

materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.

c. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari

Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas.

(35)

Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.

4. Tujuan dan Manfaat Lesson Study

Lesson Study merupakan sebuah kerja kolaboratif antarguru yang dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan khususnya mutu pembelajaran. Dengan demikian tujuan dan manfaat dari pelaksanan lesson study dapat dijadikan acuan dalam peningkatan mutu pembelajaran di setiap satuan pendidikan.

Adapun tujuan utama diadakannya lesson study menurut Bill Cerbin & Bryan Kopp dalam Dedi Mulyasana (2012: 74) adalah untuk:

a. memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana peserta didik belajar dan guru mengajar;

b. memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran;

c. meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inquiry

kolaboratif; dan

d. membangun sebuah pengetahuan pedagogis, di mana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

Selain manfaat di atas, Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 50) mengemukakan bahwa lesson study dapat mendatangkan banyak manfaat, antara lain:

a. meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya;

b. meningkatnya pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktivitas belajar siswa;

c. menguatnya hubungan kolegalitas baik antarguru maupun dengan observer lain sebagai guru;

d. menguatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka panjang;

e. meningkatnya motivasi guru senantiasa berkembang; dan

(36)
[image:36.595.132.510.130.688.2]

Dari beberapa manfaat yang telah disebutkan di atas, maka diperoleh gambaran umum tentang lesson study sebagai berikut :

Gambar 1. Gambaran Umum tentang Lesson Study

(Sumber: Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012: 50)

Gambaran Umum Lesson Study  Mempertimbangkan tujuan pembelajaran dan perkembangan siswa, dan merencanakan lesson study berdasarkan tujuan tersebut.

 Observasi lesson study yang berfokus pada pengumpulan data tentang aktivitas belajar siswa dan

perkembangannya.

 Menggunakan data hasil observasi untuk melakukan refleksi tentang pembelajaran secara mendalam dan lebih luas.

 Jika diperlukan, melakukan

perencanaan ulang dengan topik yang sama untuk melakukan lesson study pada kelas yang berbeda

Tujuan Utama

 Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar  Meningkatnya pengetahuan tentang pembelajaran  Meningkatnya kemampuan mengobservasi aktivitas belajar  Semakin kuatnya

hubungan kolegalitas  Semakin kuatnya

(37)

Selanjutnya, Rusman (2012: 386) menyebutkan keuntungan lain yang didapatkan dari pelaksanaan lesson study yaitu:

a. guru dapat memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa;

b. guru dapat memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa. misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berpikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan;

c. guru dapat mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study);

d. guru dapat belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa;

e. guru dapat mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran;

f. guru dapat membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa; dan

g. guru dapat mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (observer), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.

Tujuan dan manfaat yang telah disebutkan di atas mengindikasikan bahwa banyak hal yang dapat diperoleh dengan diadakannya lesson study.

Hal ini dikarenakan lesson study dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah secara umum, dan secara khusus dapat meningkatkan mutu pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru di kelas.

5. Tahap-Tahap Lesson Study

(38)

Depdiknas, Depeg, dan JICA (2009: 2) berpendapat, bahwa secara umum

lesson study dibagi menjadi tiga bagian yaitu plan (perencanaan), do

(pelaksanaan dan observasi), dan see (refleksi). a. Plan (Perencanaan)

Tahapan lesson sudy dimulai dari tahap plan (perencanaan). Daryanto dan Muldjo (2012: 43) mengatakan bahwa tahap perencanaan bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa, agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya Parmin (2007: 122) manambahkan bahwa perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian oleh pendidik, tetapi dilakukan secara bersama oleh beberapa pendidik serumpun secara kolaborasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 13) bahwa beberapa guru dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide dalam menyusun rencana pembelajaran.

(39)

analisis perlu dipertimbangkan kedalaman materi yang akan disajikan ditinjau antara lain dari tuntutan kurikulum, latar belakang pengetahuan dan kemampuan siswa, kompetensi yang akan dikembangkan, serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan dalam kaitannya dengan materi terkait.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan open lesson adalah pemilihan kelas, pembentukan kelompok siswa, pengembangan alat bantu ajar, dan gladi bersih.

b. Do (Pelaksanaan)

Daryanto dan Muldjo (2012: 44) berpendapat, bahwa tahap kedua dalam lesson study adalah pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan bertujuan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Slamet Mulyana (2007: 16), bahwa pada tahap do guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.

(40)

berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran.

Rusman (2011: 397) mengungkapkan bahwa pada tahap pelaksanaan, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan perencanaan pembelajaran yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas lesson study yang lainnya (guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/ observer). Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 59) menambahkan, walaupun pada saat pembelajaran hadir sejumlah observer, guru model hendaknya dapat melaksanakan proses pembelajaran sealamiah mungkin. Slamet Mulyana (2007: 16) menjelaskan bahwa siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disesbabkan adanya kegiatan lesson study.

(41)

melihat wajah siswa. Guru model menyiapkan lembar denah tempat duduk yang mencantumkan nama para siswa bagi para pengamat. Hal ini berguna bagi pengamat dalam mengenali siswa ketika membuat catatan dan merefleksi tentang kelas yang diamati.

Slamet Mulyana (2007: 16) menyebutkan bahwa fokus pengamatan ditujukan pada interaksi antara siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungannya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama. Sebagaimana dijelaskan oleh Tim Lesson Study

Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 30) ada dua hal yang perlu diamati: 1) apakah setiap siswa benar-benar mengikuti pembelajaran dan 2) kualitas pembelajaran siswa. Pengamat harus memperlihatkan apakah terdapat siswa yang terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dan mengapa siswa seperti itu. Kualitas pembelajaran yang diamati adalah tingkat pemahaman siswa yang dapat menunjukkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Parmin (2007: 122) mengatakan bahwa pengamat tidak diperkenankan mengganggu apalagi melakukan intervensi dalam proses pemebelajaran. Selanjutnya Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 31) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan

lesson study, pengamat harus memperhatikan beberapa aturan sebagai berikut:

(42)

3) pengamat dilarang mengajari dan berbicara kepada siswa; dan 4) pengamat diharapkan dapat memetik pelajaran berharga dari kelas

yang mereka amati serta menerapkannya di kelas masing-masing. Hal senada juga diungkapkan oleh Siti Sriyanti (2014: 63), bahwa selama melakukan pengamatan observer harus menaati beberapa aturan yang ada, antara lain: posisi berdiri observer ketika pembelajaran, tidak boleh saling berbicara, tidak intervensi ketika pembelajaran berlangsung dan fokus pengamatan observer ditujukan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah siswa belajar dan bagaimana prosesnya?; 2) Adakah siswa yang tidak belajar dan mengapa tidak belajar?; dan 3) Bagaimana usaha guru memotivasi siswa yang tidak belajar?. Perlu digarisbawahi bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, observer berada di dalam kelas untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru.

c. See (Refleksi)

(43)

masih bisa mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas.

Guru model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan pendapat atau komentar dari pembelajaran terutama dalam mengenai aktivitas siswa. Pengamat harus berusaha menghindari memberikan kritikan yang bersifat tajam atau pedas terhadap guru model (Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA, 2009: 34). Dalam menyampaikan komentar atau pendapatnya, pengamat harus mengajukan bukti-bukti yang telah diperoleh dari hasil pengamatan sebagai dasar dari pendapat yang diajukannya. Dengan kata lain pengamat tidak berbicara berdasarkan opini (Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012:63).

(44)

lesson study merupakan suatu cara peningkatan mutu proses pembelajaran yang tak pernah berakhir (continuos improvement).

Berdasarkan uraian tahapan pelaksanaan lesson study yang telah dijelaskan di atas, maka diperoeh gambaran tahapan pelaksanaan

[image:44.595.167.510.211.450.2]

lesson study sebagai berikut:

Gambar 2. Tahapan Lesson Study

(Sumber: I Wayan Santyasa, 2009: 6)

6. Kelebihan Lesson Study

Keutamaan dari lesson study adalah dapat meningkatkan keterampilan atau kecakapan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dikarenakan kegiatan lesson study, adalah kegiatan belajar dari suatu pembelajaran (Rusman, 2012: 391). Selanjutnya, Krisnawan (2010: 15-16), kelebihan lesson study adalah sebagai berikut:

a. dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas;

b. dapat dilaksanakan antarguru/pendidik dengan lintas sekolah, sehingga terjadi proses kerjasama, kolaborasi, kesepertemanan dan kesetiawanan antarguru/pendidik (cooperative dan collaborative serta

Do (Pelaksanaan)

1. Pelaksanaan pembelajaran

2. Pengamatan oleh teman sejawat

See (Refleksi)

1. Refleksi dengan rekan 2. Komentar dan diskusi

Plan (Perencanaan)

1. Penggalian akademis 2. Perencanaan

(45)

collegial) antarpendidik, yang gilirannya dapat memperkuat persatuan dan kesatuan serta meningkatkan mutu guru dan peserta didik secara bersama;

c. dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas seorang guru/ pamong belajar; dan

d. dengan terjadinya interaksi antarpendidik, dapat membuka dan meningkatkan sifat terbuka. Diharapkan terjadi kooperasi dan kolaborasi antarguru yang bersedia diberi masukan, kritik dan saran. Guru yang diberi saran tidak merasa diremehkan/ dicemooh, jika terjadi kekurangan. Sedangkan bagi guru yang memberi kritik dan saran juga bukan merasa paling benar dan paling tahu.

C. Konsep Mutu Pendidikan

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Secara umum, mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja atau upaya) baik berupa barang maupun jasa (Nur Zazin, 2011: 54). Dari perspektif pendidikan, mutu dapat dilihat dari sisi prestasi, proses pembelajaran, kemampuan lulusan dalam mengembangkan potensinya di masyarakat, serta dalam hal memecahkan masalah dan berpikir kritis (Nur Zazin, 2011: 66).

Secara efisiensi internal, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang tujuan institusi dan kurikulernya dapat tercapai. Sedangkan jika dilihat dari kesesuaian, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang kemampuan lulusannya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di pasaran dan sesuai dengan kriteria pada pengguna lulusan. Mutu pendidikan dapat dilihat dari lima macam penilaian sebagai berikut:

1) prestasi siswa yang dihubungkan dengan norma nasional dan agama dengan menggunakan skala nilai;

2) prestasi siswa yang berhubungan dengan kemampuan; 3) kualitas belajar dan mengajar;

(46)

Dari pemaparan di atas, maka mutu pendidikan adalah kebermutuan dari berbagai layanan institusi pendidikan kepada siswa maupun staf pengajar untuk terjadinya proses pendidikan yang bermutu sehingga akan menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan untuk terjun ke lingkungan masyarakat (Sopaiatin (2010) dalam Nur Zazin, 2011: 66).

2. Ruang Lingkup Mutu Pendidikan

Prim Masrokan Mutohar (2013: 135) mengatakan, bahwa mutu dalam bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan

outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila siap berproses yang sesuai dengan standar minimal nasional dalam bidang pendidikan. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik. Output bermutu apabila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik baik dalam bidang akademik dan non-akademik tinggi. Outcome bermutu apabila lulusan cepat terserap dalam dunia kerja maupun lembaga-lembaga yang membutuhkan lulusan tersebut dan stakeholders merasa puas terhadap lulusan dari lembaga pendidikan tersebut

(47)

yaitu: (1) materi, tugas, dan RPP; (2) belajar dalam interaksi (dialog dan kolaborasi); dan (3) suasana pembelajaran. Materi dan tugas pembelajaran harus menarik serta memberikan tantangan bagi siswa sehingga RPP harus dipersiapkan dengan baik. Belajar hendaknya dilakukan dengan dialog dan kolaborasi, yaitu siswa bekerjasama dengan siswa lain untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Belajar seharusnya dapat menumbuhkan suasana belajar yang dapat mengaktifkan siswa, memberikan motivasi dan semangat dalam proses pembelajaran.

D. Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan

Kebijakan mutu digunakan untuk mengatur standar-standar masing-masing program pokok dan dapat mencakup pernyataan yang mengatasnamakan pelajar (Nur Zazin, 2011: 87). Dalam hal ini, usaha pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 19 dari Peraturan Pemerintah tersebut berbunyi sebagai berikut:

(1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(48)

Peraturan Pemerintah tersebut membuktikan bahwa saat ini pemerintah telah menaruh perhatian terhadap mutu proses pembelajaran. Selanjutnya, Pemerintah mengatur mutu proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang berbunyi :

Pasal 1 Ayat (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran selanjutnya disebut dengan RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada silabus. Pasal 2 Ayat (1) Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas

dengan karakteristik: (a) interaktif dan inspiratif; (b) meyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; dan (c) kontekstual dan kolaboratif.

Ayat (2) Pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi model, dan metode yang mengacu pada karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Ayat (3) Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan cara pandang pendidik yang yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan.

Ayat (5) Model pembelajaran sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan kerangka konseprtual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.

Ayat (6) Metode pembelajaran sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh pendidik untuk menangani suatu kegiatan pembelajaran yang mencakup antara lain ceramah, tanya-jawab,diskusi.

Ayat (7) Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan pendekatan saintifik/ pendekatan berbasis proses keilmuan.

(49)

belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran: a) mengamati; b) menanya; c) mengumpulkan informasi; d) menalar/ mengasosiasi; dan e) mengkomunikasikan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sekarang pemerintah menaruh perhatian terhadap mutu pembelajaran, dimana setiap satuan pendidikan diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan pembelajaran supaya proses pembelajaran dapat terselenggara secara interaktif dan inspiratif, meyenangkan, menantang, kontekstual dan kolaboratif, serta dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif

E. Penelitian yang Relevan

1. Sukma Anggita Pusparani (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Lesson Study pada Mata Pelajaran Ekonomi untuk

Meningkatkan Motivasi Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA N egeri 11 Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen.

(50)

study sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

2. Dwi Karyati (2009) dalam tesisnya yang berjudul “Manajemen Lesson Study Berbasis MGMP pada Bidang Studi Matematika di Kabupaten Bantul”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa manajemen lesson study berbasis MGMP pada bidang studi matematika di Kabupaten Bantul, ditinjau dari perencanaan, pendanaan, pengaturan, pengorganisasian, dan monitoring telah terlaksana dengan baik. Persamaan penelitian ini adalah sama – sama mengkaji mengenai lesson study dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian ini adalah fokus kajian penelitian ini pada manajemen lesson study berbasis MGMP pada bidang studi matematika, sedangkan peneliti memfokuskan kajiannya pada implementasi lesson study berbasis sekolah sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

(51)

pelaksanaan lesson study berbasis sekolah dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian ini adalah fokus kajian penelitian ini pada pelaksanaan lesson study di SMP se-kabupaten Bantul, sedangkan peneliti memfokuskan kajiannya pada implementasi

lesson study sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

F. Kerangka Berpikir

Bentuk perhatian pemerintah terhadap peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari ditetapkankannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada Pasal 19 dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartipasi aktif. Selanjutnya, agar proses pembelajaran terlaksana secara efektif dan efisien, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

(52)

meyenangkan dan menantang, serta dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

Bentuk tindaklanjut dari sekolah dalam merealisasikan dua kebijakan tersebut bermacam-macam, salah satunya ialah melalui program lesson study. Lesson study dapat dipilih menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses pembalajaran. Lesson study memberikan kesempatan kepada para guru untuk merancang pembelajaran secara kolaboratif, supaya pembelajaran dapat terselenggara secara efektif dan efisien seperti yang dituangkan dalam Permendibud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

SMP Negeri 1 Sewon merupakan sekolah yang ditetapkan sebagai “Core School Lesson Study” di kabupaten Bantul sejak tahun 2009, dan sudah

menerapkan lesson study pada semua mata pelajaran. Dalam hal ini maka perlu diketahui bagaimana proses perencanaan program Lesson Study

(53)
[image:53.595.142.485.121.761.2]

Berikut ini adalah skema berpikir dalam penelitian:

Gambar 3. Kerangka Berpikir PP RI No 32 Tahun 2013

tentang Standar Nasional Pendidikan

IMPLEMENTASI PROGRAM LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH (LSBS) DI SMP N 1 SEWON

Permendikbud RI No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan dapat

memotivasi siswa untuk berpartipasi aktif.

PROSES PERENCANAAN PROGRAM LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH (LSBS) DI SMP N 1 SEWON

FAKTOR PENDUKUNG & FAKTOR PENGHAMBAT DALAM IMPLEMENTASI

(54)

G. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka di atas, maka penelitian tentang Implementasi program Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon dibatasi pada pertanyaan penelitian di bawah ini:

1. Apa yang melatarbelakangi sekolah melakukan perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon?

2. Bagaimana proses perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon? 3. Bagaimana implementasi plan program LSBS di SMP N 1 Sewon? 4. Bagaimana implementasi do program LSBS di SMP N 1 Sewon? 5. Bagaimana implementasi see program LSBS di SMP N 1 Sewon?

6. Apa saja faktor yang mendukung sekolah dalam mengimplementasikan program LSBS di SMP N 1 Sewon?

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2012: 13) mengatakan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran manusia secara individu maupun kelompok.

Penelitian ini mendeskripsikan tentang bagaimana perencanaan program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon, implementasi program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon, dan faktor pendukung dan penghambat yang temui sekolah dalam mengimplementasikan program lesson study berbasis sekolah.

B. Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2016. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sewon yang terletak di Jalan Parangtritis Km. 7 Dusun Bangi, Kelurahan Timbulharjo, Kecamatan Sewon Bantul Yogyakarta. Peneliti memilih sekolah tersebut dikarenakan, SMP N 1 Sewon ditetapkan sebagai “Core School Lesson Study” di kabupaten Bantul.

C. Subjek dan Objek Penelitian

(56)

peneliti kualitatif disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon, yaitu kepala sekolah, waka kurikulum, urusan KBM selaku koordinator LSBS,

guru baik yang bertugas sebagai guru model maupun pengamat (observer), dan siswa. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah program LSBS di SMP N 1 Sewon, khususnya sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012: 62). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

(57)

hanya mengamati interaksi sosial yang mereka ciptakan, baik dengan sesama subjek penelitian maupun dengan pihak luar.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terkait implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon. Mengacu pada teori

lesson study, maka kisi-kisi pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi

Tahap Aspek Indikator No

Butir

Plan

Persiapan lesson study

Pengaturan jadwal dan

alokasi waktu 1

Penentuan mata pelajaran

dan guru model 2

Pemilihan kelas lesson

study 3

Pembuatan lembar pengamatan, daftar hadir pengamat, dan denah tempat duduk

4

Biaya 5

Dukungan teknis 6

Perencanaan Pembelajaran

RPP dan LKS 7

Pembentukan kelompok

siswa 8

Gladi bersih 9

Do

Briefing Penyampaian rancangan

pemebelajaran 10

Guru melaksanakan pembelajaran

Penggunaan model

pembelajaran 11

Penggunaan metode

pembelajaran 12

Penggunaan media

pembelajaran 13

Kualitas siswa dalam

(58)

Lanjutan Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi

Tahap Aspek Indikator No

Butir

Do Pengamat mengamati

pembelajaran

Posisi pengamat 15

Ketenangan 16

Fokus pengamatan 17

See Proses kegiatan

refleksi

Peran kepala sekolah 18 Tugas moderator 19 Penyampaian pendapat

oleh pengamat 20

Sikap guru model 21

Tindak lanjut 22

Faktor pendukung implementasi program LSBS 23 Faktor penghambat implementasi program LSBS 24

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Lexy J. Moloeng: 2005: 186).

(59)

pendidikan, mencakup kegiatan plan, do, dan see, serta faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikannya.

[image:59.595.156.511.200.713.2]

Mengacu pada teori lesson study, maka kisi-kisi pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Aspek Indikator Nomor Butir

A B C D E F

A. Poses Perencanaan

Latar belakang 3 - - - - -

Tujuan 4 1 1 1 1 -

Pihak yang

berpartisipasi 5 - - - - -

B. Plan

Pengaturan jadwal dan alokasi waktu

- 2,3 2 2 2 - Penentuan mata

pelajaran dan guru model

- 4 3 3 3 -

Pemilihan kelas

lesson study - - 4 4 4 -

Pembuatan lembar pengamatan, daftar hadir pengamat, dan denah tempat duduk

- - 5 5 5 -

Biaya - 5 6 6 6 -

Dukungan

teknis - 6 7 7 7 -

RPP dan LKS 7 8 8 8 -

Pembentukan

kelompok siswa - - 9 9 9 - Gladi bersih - 8 10 10 10 -

C. Do

Briefing - 9 11 11 11 -

Penggunaan

(60)

Lanjutan Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Variabel Aspek Nomor Butir

A B C D E F

C. Do

Penggunaan metode pembelajaran

- - - 13 13 3

Penggunaan media

pembelajaran

- - - 14 14 4

Peraturan dalam

pengamatan - 10 12 15 15 5,6 Fokus

pengamatan - 11 13 16 16 - Kualitas siswa

dalam

pembelajaran (pemahaman siswa)

- 12 14 17 17 7

D. See

Peran Kepala

sekolah - 13 16 19 19 -

Tugas Moderator - - 17 20 20 - Penyampaian

pendapat oleh pengamat

- - 18 21 21 -

Sikap guru model - - 19 22 22 - Tindak lanjut - 14 20 23 23 - - Faktor pendukung implementasi

program LSBS 6 15 21 24 24 -

- Faktor pendukung implementasi

program LSBS 7 16 22 25 25 -

Keterangan Informan:

A : Kepala SMP N 1 Sewon dari tahun 2008 s/d 2013 B : Kepala SMP N 1 Sewon sekarang

C : Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SMP N 1 Sewon D : Guru SMP N 1 Sewon

(61)

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawanacara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012: 82). Selanjutnya, Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2012: 199) menjelaskan bahwa dokumen dapat dipahami sebagai catatan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian.

[image:61.595.153.514.389.645.2]

Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman studi dokumentasi terkait implementasi program Lesson Study Berbasis (LSBS) sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon:

Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi

Tahap Aspek Indikator No Butir

Plan

Persiapan lesson study

SK tentang Pelaksanaan program lesson study

berbasis sekolah

1

Jadwal program lesson

study berbasis sekolah 2 Lembar pengamatan 3 Daftar hadir pengamat 4 Perencanaan

Pembelajaran

RPP dan LKS 5

Denah tempat duduk dan

daftar anggota kelompok 6

Do

Pengamat mengamati pembelajaran

Lembar observasi 7

See

Proses berlangsungnya kegiatan refleksi

Notulen 8

E. Instrumen Penelitian

(62)

kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam melakukan penelitian, peneliti dibantu dengan instrumen pendukung yaitu pedoman penelitian, meliputi: pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi yang dilampirkan oleh peneliti pada halaman 144 sampai dengan halaman 155.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, sehingga digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang merupakan hasil penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pendeskripsian hasil penelitian diwujudkan dalam bentuk narasi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mode analisis data interaktif Miles and Huberman. Adapun langkah-langkah dalam model analisis data interaktif Miles dan Huberman adalah sebagai berikut:

1. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan pedoman penelitian yang telah disebutkan di atas. Data yang terkumpul kemudian dideskripsikan dan diberi catatan refleksi, yaitu catatan yang diberisi komentar atau tafsiran atas data yang diperoleh tersebut.

2. Data Reduction (Reduksi Data)

(63)

Data yang digunakan adalah data yang penting, relevan, dan mempunyai makna terhadap fokus penelitian. Sedangkan data di luar tersebut dihilangkan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data.

3. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data pada penelitian ini bersifat deskriptif. Sajian deskripsi diwujudkan ke dalam bentuk narasi, guna untuk mempermudah dalam memahami bagaimana dan apa yang sedang terjadi terkait fokus penelitian.

4. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi) Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mencari makna dari komponen-komponen data yang disajikan dengan mencermati pola-pola, keteraturan, dan hubungan sebab-akibat.

[image:63.595.171.496.497.679.2]

Berdasarkan pemaparan di atas, model analisis data interaktif Miles and Huberman dapat ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 4. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)

(Sumber: Sugiyono, 2012: 92)

Data Collection

Data Reduction

Data Display

(64)

G. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data pada penelitian ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh dari para informan. Selanjutnya, Sugiyono (2013: 121) mengungkapkan bahwa uji kredibelitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check

Berdasarkan penjelasan di atas, teknik yang digunakan untuk menguji kredibilitas data pada penelitian ini adalah triangulasi. Adapun teknik triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Kedua teknik triangulasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

[image:64.595.147.487.494.665.2]

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.

Gambar 5. Triangulasi Sumber Sumber data 2

Koordinator LSBS

Sumber data 4 Siswa Sumber data 1

Kepala Sekolah LSBS

(65)

Gambar tersebut menunjukkan bagaimana peneliti mengumpulkan informasi terkait implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon kepada beberapa sumber terkait meliputi: kepala sekolah, koordinator program LSBS, guru baik yang bertugas sebagai guru model maupun observer, dan peserta didik yang ikut terlibat. Berdasarkan informasi yang diperoleh, selanjutnya dideskripsikan, dikategorisasikan, dipilih mana saja pandangan yang sama dan berbeda dan mana yang spesifik dari keempat sumber data (informan) tersebut. Peneliti selanjutnya menganalisis data sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

2. Triangulasi Teknik

[image:65.595.147.502.437.570.2]

Triangulasi teknik dapat diartikan sebagai penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan pada sumber data yang sama.

Gambar 6. Triangulasi Teknik

Gambar di atas menunjukkan bagaimana peneliti menggali informasi dari informan mengenai implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon dengan teknik wawancara, kemudian kebenaran data dicek dengan teknik

Dokumentasi

(66)
(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum SMP N 1 Sewon

SMP N 1 Sewon terletak di Jalan Parangtritis Km. 7 Dusun Bangi, Kelurahan Timbulharjo, Kecamatan Sewon Bantul Yogyakarta. Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini mulai berdiri sekitar pertengahan tahun 1962, dengan nomor SK pendirian sekolah 20/SK/8/111. SMP N 1 Sewon memiliki luas 17.100 �2. Sekolah ini telah mendapat akreditasi A dari Badan Akrediatsi Nasional. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2015/2016 yaitu sejumlah 648 siswa. Masing-masing tingkatan kelas memilik

Gambar

Gambar 1. Gambaran Umum tentang Lesson Study(Sumber: Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012: 50)
Gambar 2. Tahapan Lesson Study  (Sumber: I Wayan Santyasa, 2009: 6)
Gambar 3. Kerangka Berpikir
Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunj ukkan: (I) Implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dalam peningkatan mutu pembelajaran yang mencakup: a) penyusunan kurikulum, b)

Prinsip-prinsip MBS yang dilaksanakan oleh sekolah antara lain: (1) warga sekolah dalam kaitan pengelolaan dapat mengelola sekolah secara mandiri sesuai dengan

Hasil penelitian ini (1) Perencanaan program sekolah berbasis mutu merupakan kegiatan merumuskan program sekolah, dengan langkah-langkah identifikasi tantangan, tahap

Penelitian ini ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang pelaksanaan peningkatan manajemen mutu berbasis sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri II, melalui

Hakikat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok

menunjukkan bahwa: (1) kemampuan manajerial Kepala Sekolah dalam menyusun program perencanaan dirumuskan oleh Kepala Sekolah dimulai pada tahun ajaran baru dengan kegiatan

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 1 Kota Cirebon adalah tahap

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses manajemen program Evaluasi Diri Sekolah di SMP Negeri 9 Purwokerto meliputi: (1) perencanaan meliputi workshop