• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

B. Penyajian data dan Analisis

2. Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen terhadap Juala Beli

Pada Undang-Undang tentang perlindungan konsumen nomor 8 tahun 1999 pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa “ hukum perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan pada konsumen”.89 Kalimat tersebut diharapkan menjadi suatu benteng yang dimana meniadakan tindakan sewenang-wenang yang dapat merugikan salah satu pihak.

Namun meskipun adanya larangan yang jelas mengenai pengedaran kosmetik ilegal, kenyaatnya masih ada sekelompok orang berdagang memperjual belikan kosmetik ilegal. Seperti di toko Firliyana kecamtan Wuluhan Kabupaten Jember ini masih menjual produk kosmetik yang tanpa label BPOM, berikut pernyataan pemlik toko

89 Republik Indonesia,”Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan

“Pokok saya jual barang yang expaiednya masih jauh dek, kalau masalah tanpa label BPOM produk saya masih ada satu yang tanpa label BPOM yaitu krim HN soalnya peminatnya masih banyak, saya tahu dek kalau jual produk tanpa label bpom itu tdk boleh, tapi ya gimana dek labanya banyak”90

Padahal kak firliyana selaku pemilik toko sadar akan hukum yang berlaku di indonesia, seharusnya setiap pelaku usaha patuh pada hukum yang berlaku ketika menjual dagangannya, dan pelaku usaha harus memberikan informasi yang benar

krim HN sendiri terdiri dari berbagai rangkaian perawatan kulit, yang terdiri dari krim siang, krim malam, sabun wajah dan toner, krim ini menjanjikan kulit halus, cerah, dengan pemakaian sebentar. Untuk peredaran kosmetik harus memenuhi persyaratan yang dimana penandaan etiket wadah pembungkus harus mencantumkan informasi yang lengkap.

adapun keterangan yang harus dicantumkan dalam wadah meliputi : a. Nama produk

Pada hasil observasi peneliti nama produk tidak tercantum pada kemasan, wadah hanya terdapat tulisan simpel krim siang, krim malam, toner.

b. Alamat produsen atau penyalur

Pada kemasan produk HN juga tidak ada keterangan alamat produsen atau penyalur.

c. Isi, ukuran atau berat bersih

Wadah juga tidak ada keterangan mengenai isi, ukuran, atau berat bersih.

d. Komposisi

Tidak terdapat keterangan komposisi diwadah produk HN e. Nomor izin edar

Produuk HN juga belum memiliki izin edar, terbukti dengan tidak adanya nomor izin di wadah produk tersebut.

f. Nomor kode produksi

Tidak terdapat kode produksi di wadah produk HN.

g. Kegunaan dan tata cara menggunakan

Diwadah juga tidak ada tata cara menggunakan produk tersbut.

Adapun fakta pernyataan konsumen yang pernah menggunakan produk HN akan tetapi sudah berhenti karena mendapatkan efek buruk dari pemakaian berkepanjangan, berikut pemaparan kak Risky Amalia selaku konsumen yang pernah menggunakan krim tersebut.

“ jadi gini kak dulukan saya belum begitu mengerti masalah produk-produk mana yang aman mana yang berbahaya, pokok intinya ada hasil atau efek cerah dari pemakaiannya jadi nggak mikir efek jangka panjang maklum dulukan belum dapat penghasilan sendiri masih sekolah jadi asal beli yang murah-murah gitu, emang awal-awalan bagus kak kulit jadi lebih putih, tapi jangka panjang dari pemakaian saya merasakan kulit wajah saya kalau di terik matahari itu memerah kak, kayak kulit wajah udah tidak sehat tipis gitu, kemudian malah muncul jerawat dari situ saya berhenti menggunakan produk tersebut,”.91

Dan peniliti juga melakukan wawancara kepada konsumen yang sampai sekarang masih menggunakan krim HN tersebut, yaitu kak Alfina

“ saya masih menggunakan krim ini sekitar satu bulanan kak, tapi hasilnya sudah keliatan pada minggu pertama penggunaan, menurut saya krim ini awal pemakaiannya ada efek gatel cekit-cekit gitu kak tapi hanya sebentar, terus saya pakek terus sampai sekarang ini dan emang ada perubahan yang cepat sih kak”92

Begitu juga dengan saudari Defi, yang dimana menjadi resller dari kak Firliyana yang ikut serta menjual belikan kosmetik ilegal ke konsumen melalui media sosial, padahal untuk penjualan kak defi bisa memilah dan memilih produk mana yang harus dijual dan mana yang tidak boleh dijual

“untuk produk HN saya mengetahui kalau itu ilegal, saya sebagai reseller hanya memosting di media sosial nanti kalau ada yang beli saya ambilkan ditoko kak firliyana baik itu kosmetik yang ber bpom ataupun produk yang tanpa bpom, mengenai efek pemakaiannya yang saya tau dari konsumen hasilnya cepat memutihkan, akan tetapi saya sebagai reseller tidak pernah memakai produk HN, saya memakai produk yang berbpom dan belinya juga kebanyakan di kak firliyana.93

Dari hasil wawancara peniliti mengenai efek penggunaan kosmetik krim HN di toko firliyana kepada beberapa konsumen yang menurut konsumen tersebut memang reaksi dari krim tersebut sangat cepat. dan terdapat juga dampak negatif penggunaan berkepanjangan menurut konsumen yang dimana awal pemakaian bagus akan tetapi lama-lama kulit terasa tipis ketika terpapar sinar matahari merah, dan sampai muncul jerawat.

Mengenai dampak negatif dari pemakaian produk kosmetik yang dibeli ditoko Firliyana, peneliti juga melakukan wawancara kepada penjual yakni kak Firliyana sebagai berikut

92Alfina , diwawancarai oleh penulis, Jember 12 Oktober 2022

“untuk komplain dari konsumen pernah dek, komplainnya sebatas kecewa, ya terus saya minta maaf, enggak yang ganti rugi gitu, soalnyakan konsumen menentukan pilihannya sendiri untuk memakai produk tersebut, jadi kalau ada apa-apa itu sudah jadi resikonya, aplagi kosmetik dek setiap orang kan kulitnya beda ada yang cocok ada yang enggak”94

Dari wawancara peniliti mengenai hak konsumen dapat disimpulkan bahwa hak-hak konsumen belum terpenuhi, adapun pemilik toko hanya minta maaf jika ada konsumen yang komplain karena dirugikan. Padahal kalau melihat Penjelasan mengenai pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang

Oleh karena itu untuk melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang dapat merugikan, lembaga yang berwenang berperan untuk melakukan efek tifitas dalam sistem pengawasan pencegahan beredarnya kosmetik yang tidak memenuhi syarat adalah BPOM yang dimana melakukan penilaian serta pengujian sebelum kosmetik tersebut diedarkan, melakukan survey ditempat-tempat penjualan kosmetik, serta melakukan tindakan hukum yang lebih tegas agar pelaku usaha tidak mengedarkan produk yang ilegal yang dimana hanya mencari keuntungan tanpa memerhatikan apa saja yang menjadi hak konsumen, oleh karena untuk mengefektifkan UUPK perlu juga peran aktif dari masyarakat untuk melaporkan penjualan kosmetik yang ilegal, tidak mudah tergiur dengan harga yang murah dan hasil yang cepat.

3. Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Kosmetik tanpa label BPOM di Toko Firliyana

Hukum Islam berperan sebagai keseluruhan dari perintah Allah yang wajib di taati oleh semua seorang muslim yang bertujuan untuk membentuk seseorang menjadi aman selamat dan tertib. Perintah yang dapat berupa kewajiban,hak, dan larangan yang harus dilaksanakakn oleh setiap muslim. Hukum islam itu sendiri berdiripada tiga tiang pokok yang kekar tanpa dapat digoyahkan oleh apapun juga yaitu hukum syariat yang mana hukum syariat itu sendiri merupakan jenis, sifat dan nilai-nilai dari wahyu Allah. Dan hukum syariat yang mempelajari hukumnya sebagai ilmu dinamakan Ilmu Fiqh. Hukum islam itu sendiri memiliki system yang justru menimbulkan dorongan untuk dipelajari oleh para ilmuan hukum.

Jual beli ialah perjanjian antara kedua belah pihak yang berupa tukar menukar barang atau benda yang diserahkan secara sukarela, yang mana pihak satu memberikan barang dan pihak lainnya menerima barang tersebut sesuai dengan kesepakatan dan perjanjian yang sesuai syara yang berlaku. Dan sesuai ketentuan hukum dalam hal ini merupakan syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan jual beli sehingga apabila rukun dan syaart tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara‟.

Sebagaimana yangg telah dijelaskan oleh penulis dalam bab-bab sebelumnya yang dimana terdapat syarat dan rukun dalam melakukan jual beli yang dimana harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli. Oleh karena itu

penulis akan menganalisis jual beli kosmetik di toko Firliyana dengan menggunakan rukun dan syarat jual beli. Yakni sebagai berikut

a. Akad (Ijab Qabul)

Jual beli yang telah dilakukan oleh seseorang yang melaksanakan transaksi jual beli yang mana pihak satu berkewajiban melakukan ijab atas barang yang telah dijual kepada pembeli selanjutnya pembeli menerima ijan dan diteruskan dengan beraneka ragam seperti bahsa isyarat, tulisan dan juga perbuatan tanpa ada perkataan. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada kak Firliyan selaku penjual beliau mengatakan

“ Kalau disini diberi kebebasan untuk memilih sesuai dengan keinginan pembeli kak, konsumen memilih sendiri produk mana yang mau dibeli, yang mana saya memberitahukan sepengetahuan saya kepada konsumen apa efek menggunakan produk tersebut seperti contoh pembelian krim HN, yang dimana saya juga memberikan informasi langsung ke penjual kalau krim ini bertujuan untuk memutihkan, Jadi tidak ada paksaan dari salah satu pihak.”95

Dalam hal transaksi di toko Firliyana syarat akad nya sudah terlaksana, mereka mengadakan akad sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan didasarkan pada keridhaan tanpa adanya tekanan dari pihak lain.

b. Orang yang melakukan akad

Syarat dan rukun jual beli merupakan terdapat orang yang melakukan akad yaitu orang yang penjualan dan oaring yang melakukan pembeliann suatu barang. Dan dalam melakukan penjualan dam pembelian ditentukan dan disyaratkan harus baligh,berakal, cakap dan saling merelakan. Seseorang yang melaksanakan jual beli disyaratkan baliqh dan berakal sehat.

“Iya dek, pembeli disini Sebagian besar anak remaja yang sudah baligh, dan ibu- ibu, yang dimana bisanya digunakan sendiri dan ada yang diperjual belikan lagi.”96

Untuk memperkuat pernyataan dari ibu Ilmi penulis melakukan wawancara kepada pembeli yang bernama Alfina yang beralamatkan di Wuluhan sudah berumur 19 tahun

“saya sering beli ditoko firliyana kak, ditoko tersebut banyak pilihannya dan menurut saya harganya agak miring dari pada ditoko lain, tapi untuk beli produk HN ini saya masih satu kali pembelian berjalankurang lebih satu bulan memakai produk tersebut”97

c. Objek Jual Beli

Jika dilihat dari sudut pandang obyek barang, Maka dalam hal ini, apat diketahui bahwasanya dalam ajaran Islam khususnya dibidang muamalah dalam menjual barang hendaklah bersih dan tidak ada najis.

Selain itu barang yang perjual belikan harus menitik beratkan terhadap aspek manfaat daripada mudharatnya, dan hendaklah tidak

96Firliyana , diwawancarai oleh penulis, Jember 06 Oktober 2022

menyembunyikan cacat atau aib dalam barang atau pakaian tersebutt ketika melakukan jual beli.

Dapat disimpulkan bahwa objek yang dijadikan di toko Firliyana ada dua macam yaitu kosmetik yang sudah ber BPOM, dan kosmetik tanpa label BPOM atau bisa disebut dengan barang ilegal.

Seperti yang dipaparkan penjual

“saya menjual berbagai macam kosmetik, kebanyakan produk ditoko saya sudah ber BPOM, tapi ada satu produk tanpa label BPOM yaitu krim HN, saya tetap menjualnya karena peminatnya masih banyak” 98

Kosmetik yang sudah ber BPOM dalah kosmetik yang sudah sesuai dengan peraturan peredaran kosmetik, sedangkankosmetik tanpa label Bpom adalah kosmetik yang tidak sesuai dengan peraturan peredaran kosmetik, yang dimana belum ada kepastian apakah produk tersebut aman atau berbahaya digunakan konsumen. Kedauanya memiliki hukum yang berbeda yang diaman produk yang sudah terdaftar BPOM diperbolehkan dalam hukum islam, sedangkan produk ilegal dilarang dalam hukum islam karean mengandung kemudharatan yang bisa merusak raga, akal, dan jiwa yang menggunakan.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Asy-syuara : 183 yang berbunyi

َُنْيِدِسْفُمُِضْرَْلاُ ِفُِاْوَ ثْعَ تُ َلَوُْمُىَءۤاَيْشَاَُسا نلاُاوُسَخْبَ تُ َلَو

Artinya: dan janganlah akamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu membuat kejahatan dibumi dengan berbuat kerusakan.

Menurut pandangan Yusuf Qardhawi wanita boleh berhias dengan ketentuan ada sebagian bentuk dan berhias yang dilarang, yaitu bentuk dan cara berhias yang menyalahi fitrah dan mengubah bagian-bagian tubuh ciptaan Allah. Fatwa MUI tahun 2013 membolehkan penggunaan kosmetika dengan syarat halal dan suci, ditujukan untuk kepentingan yang dibolehkan secara syar‟i dan tidak membahayakan.

Ar-razi menafsirkan kata Halalan adalah kebolehan dan terlepas dari unsur yang berbahaya. Sedangkan kata Thoyyiban adalah lezat, baik dan bukan milik orang lain. Sedangkan haram disebabkan karena kotor, tidak baik, seperti bangkai, darah, khamr, dan sesuatu yang dapat merusak. Terkadang haram itu bukan saja karena kotor tetapi milik orang lain. Maksud pendapat tersebut kosmetik yang dibolehkan dalam Syari‟at Islam adalah berasal dari bahan-bahan yang baik, diproduksi secara baik seperti higienis, dan bahannya tidak berasal dari hasil ekploitasi seperti menyebabkan kepunahan. Berdasarkan hal tersebut Syariat Islam mewajibkan bagi ummatnya untuk menggunakan kosmetik halal. Sebab tidak hanya sholat mengharuskan seseorang harus suci badan dari najis. Kosmetik tanpa izin edar dalam hal ini termasuk dalam kategori gharar (tidak jelas).

Adapun bentuk perlindungan konsumen dalam hukum islam, yang dimana pelaku usaha atau produsen harus bertangung jawab atas perbuatan yang merugikan. Tanggung jawab jika dihubungkan dengan penyebab ganti rugi dari derita dialami konsumen baik materil atau

Dokumen terkait