• Tidak ada hasil yang ditemukan

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.12 Strategi Pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Sialang

5.12.2 Tahapan Analisis

Tahapan analisis dilakukan dengan memadukan faktor internal dan faktor eksternal dalam dengan menggunakan matrik SWOT. Dari matrik SWOT yang dihasilkan pada tahapan analisis ini (Tabel 60) dihasilkan Sembilan alternatif strategi pembangunan HTR yang merupakan perpaduan unsur kekuatan dan peluang, Kekuatan dan ancaman, kelemahan dan peluang serta kelemahan dan ancaman. Strategi dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI tersebut adalah:

a Strategi S – O (strength – opportunity/kekuatan – ancaman)

Strategi S – O merupakan strategi agresif yang memanfaatkan kekuatan untuk menggunakan semua peluang yang ada sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Strategi S – O tersebut adalah :

1. Mengaktifkan dan mengefektifkan lembaga non formal dalam ikut mendukung pembangunan HTR.

2. Membangun komunikasi dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan HTR.

b Strategi W – O (weakness – opportunity/kelemahan – ancaman)

Strategi W – O merupakan strategi konservatif yang menggunakan peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan. Alternatif strategi W – O tersebut adalah:

1. Pemberdayaan petani dalam bidang iptek, kelembagaan, dan pemasaran sesuai karekteristik sosial budaya setempat.

2. Peningkatan akses petani terhadap informasi, lembaga permodalan, pendidikan dan penyuluhan serta pasar hasil hutan.

c Strategi S – T (strength – threat/kekuatan – ancaman)

Strategi S –T adalah strategi kompetitif yang memanfaatkan faktor kekuatan internal untuk mengurangi ancaman eksternal. Alternatif strategi S – T tersebut adalah:

1. Peningkatan kapasitas petani dan pendamping HTR dalam kelembagaan, pengetahuan teknis kehutanan dan pemasaran dalam pembangunan HTR. 2. Membentuk forum komunikasi, koordinasi dan layanan informasi antar

stakeholders dalam pembangunan HTR sebagai sarana untuk mencari solusi permasalahan pembangunan HTR, pengembangan peluang kemitraan dan pemasaran, serta pusat informasi pembangunan HTR.

3. Memfasilitasi masyarakat dalam pemenuhan persyaratan dan proses perijinan serta verifikasi HTR

d Strategi W – T (weakness – threat/kelemahan – ancaman)

Strategi W – T adalah strategi defensif yang berusaha meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman eksternal. Alternatif strategi W – T tersebut adalah:

1. Perlu campur tangan pemerintah dan mitra strategis dalam meningkatkan kapabilitas petani.

2. Membuka dialog antara masyarakat, LSM dan pemerintah dalam pembangunan HTR.

Strategi pembangunan HTR di Kabupaten OKI terpilih yang memungkinkan untuk diimplementasikan adalah hasil pertemuan sumbu x (faktor internal) dan sumbu y (faktor eksternal). Berdasarkan selisih jumlah nilai pengaruh unsur internal yaitu antara kekuatan dan kelemahan (1,962 - 1,126 = 0,836) dan selisih total nilai pengaruh unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman (1,257 – 1,472 = -0,215). Sehingga kedudukan pembangunan HTR di Kabupaten OKI berada pada sel atau kuadran II yaitu pada titik 0,836;-0,215 (Gambar 5).

Posisi ini mendukung strategi kompetitif (S – T) yang didasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan internal (strength) pada komunitas untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal (threats). Strategi kompetitif yang dilakukan antara lain berupa integrasi horizontal serta melakukan pengembangan produk melalui diversifikasi baik produk ataupun pasar (David 2009). Strategi alternatif pembangunan HTR di Kabupaten OKI yang memungkinkan untuk diimplementasikan berdasarkan posisi pada kuadran II adalah:

1. Peningkatan kapasitas petani dan pendamping HTR dalam hal kelembagaan, pengetahuan teknis kehutanan dan pemasaran dalam pembangunan HTR.

2. Membentuk forum komunikasi, koordinasi dan layanan informasi antar stakeholders dalam pembangunan HTR sebagai sarana untuk mencari solusi permasalahan pembangunan HTR, pengembangan peluang kemitraan dan pemasaran, serta pusat informasi pembangunan HTR.

3. Memfasilitasi masyarakat dalam pemenuhan persyaratan dan proses perijinan serta verifikasi HTR

Gambar 5 Kedudukan strategi pembangunan HTR di Kabupaten OKI berdasarkan analisis SWOT

Opportunities (O)  Kuadran I Strategi Agreasif Strength (S)  Weakness (W)  Threat (T)  Kuadran II Strategi Kompetitif Kuadran IV Strategi Defensif Kuadran III Merubah Strategi 0.836, -0.215 -0.6 -0.4 -0.2 -6E-16 0.2 0.4 0.6 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 1E-16 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Tabel 57 Matrik SWOT Pembangunan HTR di Kabupaten OKI

Internal

Eksternal

Kekuatan (S)

1. Karakteristik individu yang cukup baik (usia produktif, tingkat kesehatan, penghasilan)

2. Kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi pada tokoh masyarakat, agama dan aparat pemerintahan.

3. Kepercayaan masyarakat yang masih cukup baik terhadap instansi kehutanan

4. Tingkat partisipasi masyarakat dalam jaringan sosial yang cukup baik

5. Kepatuhan masyarakat terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tinggi

6. Tingkat proaktif masyarakat yang cukup tinggi

7. Tingkat kepedulian masyarakat yang cukup tinggi

8. Persepsi masyarakat terhadap sebagian besar ketentuan dalam perijianan pembangunan HTR yang cukup baik

9. Motivasi masyarakat untuk mendapatkan legalitas atas lahan mereka yang tinggi

Kelemahan (W)

1. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah

2. Kepercayaan masyarakat yang rendah terhadap LSM dan pihak/mitra dari luar

3. Persepsi masyarakat terhadap ketentuan pewarisan, jenis tanaman HTR yang rendah, pemanfaatan hasil HTR dan proses peijinan HTR

4. Kelembagaan HTR yang belum berfungsi secara optimal di dalam masyarakat

5. Tidak adanya lembaga permodalan yang membantu masyarakat

6. Pengetahuan masyarakat yang rendah dalam pembangunan HTR

Peluang (O)

1. Dukungan kebijakan, dana dan infrastruktur HTR dari instansi terkait

2. Dukungan dari aparat pemerintahan lokal

3. Adanya kegiatan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan teknis masyarakat terkait dengan pembangunan HTR

4. Harga komoditas hasil hutan (kayu dan non kayu) yang semakin tinggi

Strategi S-O

1. Mengaktifkan dan mengefektifkan lembaga non formal dalam ikut mendukung pembangunan HTR (S2, S3, S4, S5 S6,S7,S8, O1,O2,O3)

2. Membangun komunikasi dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan HTR (S1,S2,S3,S4,S5, S6, S7, S8,S9, O1,O2,O3,O4)

Strategi W-O

1. Pemberdayaan petani dalam bidang iptek, kelembagaan, dan pemasaran sesuai karekteristik sosial budaya setempat. (W1,W3,W4,W6,O1,O2,O3) 2. Peningkatan akses petani

terhadap informasi, lembaga permodalan, pendidikan dan penyuluhan serta pasar hasil hutan (W1, W2, W3,W4,W,W6, O1,O2,O3,O4)

Ancaman (T)

1. Adanya free rider dalam proses pembangunan HTR di Kab OKI 2. Kebijakan verifikasi yang membagi

areal kawasan hijau dan kawasan putih

3. Jumlah dan Kemampuan pendamping yang belum memadai 4. Persyaratan perijinan HTR yang

masih menyulitkan mayarakat 5. Belum jelasnya pasar kayu yang

akan menampung hasil HTR 6. Kegiatan sosialisas, pendampingan

dan penyuluhan tentang HTR yang belum menjangkau sampai masyarakat di tingkat tapak

7. Kurangnya koordinasi antar instansi dalam pembangunan HTR

8. Tidak adanya keterbukaan dalam proses perijinan HTR

Strategi S-T

1. Peningkatan kapasitas petani dan pendamping HTR dalam kelembagaan, pengetahuan teknis kehutanan dan pemasaran dalam pembangunan HTR(S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, T3, T4, T5, T6)

2. Membentuk forum komunikasi, koordinasi dan layanan informasi antar stakeholders dalam pembangunan HTR (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, T1, T2, T4, T5, T6, T7, T8)

3. Memfasilitasi masyarakat dalam pemenuhan persyaratan dan proses perijinan serta verifikasi HTR (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, T2, T3, T4)

Strategi W-T

1. Perlu campur tangan pemerintah dan mitra strategis dalam meningkatkan kapabilitas petani (W1, W2, W4,W5,W6.T4, T5, T6,)

2. Membuka dialog antara masyarakat, LSM dan pemerintah dalam pembangunan HTR (W2, W3,

5.12.2 Tahap Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan terhadap alternatif strategi kebijakan dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI menggunakan matriks QSPM (David 2009). Pengambilan keputusan dengan menggunanakan matriks QSPM menggunakan skor ketertarikan atau attractiveness score (AS) dari stake holders terhadap alternatif strategi kebijakan yang diperoleh dengan menggunakan analisis SWOT. Stake holders yang dilibatkan dalam QSPM ini adalah tokoh masyarakat, aparat pemerintahan lokal, Dinas Kehutanan Kabupaten OKI, BPPHP Wilayah V dan Pendamping HTR. Dari hasil penilaian AS pada alternatif strategi dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI ini dapat dilihat dalam Tabel 58.

Tabel 58 Rekapitulasi matriks QSPM pada pembangunan HTR di Kabupaten OKI Faktor Strategis bobot

Skor Ketertarikan

Strategi I Strategi II Strategi III

AS TAS AS TAS AS TAS Faktor strategi internal

Kekuatan

Kelemahan 0,568 0,432 3,175 3,033 1,803 1,310 3,355 3,167 1,903 1,368 2,775 3,000 1,576 1,296

Total 1,000 6,208 3,113 6,522 3,271 5,775 2,872

Faktor strategi eksternal Peluang

Ancaman 0,392 0,608 2,400 2,325 0,941 1,414 2,950 2,850 1,156 1,733 2,600 2,875 1,019 1,748

Total 1,000 4,725 2,355 6,400 2,889 5,475 2,767

Total skor ketertarikan 5,468 6,160 5,639

Strategi terpilih III I II

Dari matriks QSPM seperti terlihat pada Tabel 62, strategi alternatif yang terpilih adalah strategi II yaitu membentuk forum komunikasi, koordinasi dan layanan informasi antar stakeholders dalam pembangunan HTR sebagai sarana untuk mencari solusi permasalahan pembangunan HTR, pengembangan peluang kemitraan dan pemasaran, serta pusat informasi pembangunan HTR dengan nilai TAS 6,160 lebih baik dari strategi Memfasilitasi masyarakat dalam pemenuhan persyaratan dan proses perijinan serta verifikasi HTR dengan nilai TAS 5,639 dan strategi Peningkatan kapasitas petani dan pendamping HTR dalam hal kelembagaan, pengetahuan teknis kehutanan dan pemasaran dalam pembangunan HTR dengan nilai TAS 5,465.

Pembentukan forum komunikasi, koordinasi dan layanan informasi antar stakeholders dalam pembangunan HTR sebagai sarana untuk mencari solusi permasalahan pembangunan HTR, pengembangan peluang kemitraan dan pemasaran, serta pusat informasi pembangunan HTR di Kabupaten OKI ini dipilih sebagai alternatif strategi dengan nilai TAS tertinggi oleh tokoh

masyarakat, aparat pemerintahan desa dan Dinas Kehutanan kabupaten OKI (gambar 6). Pembentukan forum multi stakeholders dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI ini diharapkan mampu menjadi sarana bagi bertemunya dan berdialogya berbagai kepentingan dari berbagai pihak dalam pembangunan HTR. Sehingga isu-isu seperti adanya free rider, keterbukaan proses perijinan, kesulitan persyaratan, peluang pemasaran, keterbatasan kapasitas masyarakat, masalah pendanaan dan lain-lain dapat dibicarakan dan dicarikan jalan keluar dalam forum tersebut.

Gambar 6 Perbandingan nilai TAS stakeholders terhadap alaternatif kebijakan dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI

Alternatif kebijakan yang lain dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI (penguatan kapasistas masyarakat dan fasilitasi masyarakat) juga perlu dilaksanakan apalagi beberapa instansi pemerintah sudah menganggarkan untuk melaksakan kegiatan tersebut. Namun pelaksanaan dari kebijakan tersebut akan kurang maksimal apabila masih terdapat isu-isu keterbukaan dan free rider yang belum dicarikan jalan keluar. Dan yang lebih penting adalah dukungan dari masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan tersebut karena tanpa dukungan dari masyarakat maka hasil dari kebijakan tersebut akan kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan adalah collective action yang tinggi (Kartodihardjo 2006). Karena alasan tersebut maka pembentukan forum komunikasi, koordinasi dan layanan informasi dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI ini menjadi penting untuk segera diwujudkan guna menunjang keberhasilan pembangunan HTR di Kabupaten OKI. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Alternatif kebijakan I Alternatif kebijakan II Alternatif kebijakan III

6.1 Kesimpulan

Karakteristik individu yang dapat diidentifikas dari masyarakat di dalam Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kabupaten OKI adalah Umur, pendidikan formal dan non formal, pendapatan, tingkat kesehatan, luas lahan, lama tinggal, status sosial, suku bangsa dan asal domisili dengan tingkat karakteristik individu pada kategori sedang. Unsur modal sosial yang dapat diidentifikasi dari masyarakat adalah kepercayaan, jaringan, norma sosial, tindakan yang proaktif dan kepedulian dengan tingkat modal sosial masyarakat pada kategori tinggi/sangat kuat. Persepsi masyarakat terhadap pembangunan HTR secara umum berada dalam kategori sedang kecuali persepsi pada pemanfatan HTR, proses perijinan HTR, Jenis tanaman HTR, Pewarisan ijin HTR dan Kegiatan sosialisasi HTR yang berada pada kategori rendah.

Karakteristik individu yang berhubungan nyata dengan unsur modal sosial adalah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, luas lahan, tingkat pendapatan, tingkat kesehatan, status sosial dan suku bangsa. Unsur-unsur modal sosial yang berhubungan dengan modal sosial adalah kepercayaan, jaringan, norma sosial, tindakan yang proaktif dan kepedulian. Karakteristik individu yang berkorelasi dengan persepsi masyarakat adalah tingkat pendidikan formal, tingkat pendapatan, luas lahan status sosial dan suku bangsa. Karakteristik individu dan modal sosial juga berkorelasi positif dengan persepsi masyarakat terhadap pembangunan HTR di Kabupaten OKI.

Strategi alternatif yang terpilih dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI adalah Membentuk forum komunikasi, koordinasi dan layanan informasi antar stakeholders dalam pembangunan HTR sebagai sarana untuk mencari solusi permasalahan pembangunan HTR, pengembangan peluang kemitraan dan pemasaran, serta pusat informasi pembangunan HTR.

6.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dalam upaya pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang adalah: (1) Mempertimbangkan faktor-faktor sosial budaya dalam bentuk modal sosial masyarakat dalam proses pembangunan HTR. (2) Modal sosial masyarakat cenderung bersifat mengikat sehingga perlu usaha dari pemerintah agar masyarakat dapat lebih mempercayai pihak-pihak dari luar kawasan. (3) Tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap tokoh masyarakat dan agama dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan pembangunan HTR. (4) Untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih komprehensif dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI perlu kajian tentang modal manusia, modal fisik dan modal finansial dalam pembangunan HTR.