• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Kegiatan Sistem THPB

Tahapan kegiatan Tebang Habis dengan Penanaman Buatan

(THPB) menurut Peraturan Dirjen BPK No.

P.9/VI/BPHA/2009 adalah Penataan Areal Kerja (PAK), Risalah Hutan, Pembukaan Wilayah Hutan (PWH), Pengadaan Bibit, Penyiapan Lahan, Penanaman, Pemeliharaan, Pemanenan serta Perlindungan dan Pengamanan Hutan

1. Penataan Areal Kerja (PAK)

Prinsip kegiatan ini adalah menata areal ke dalam blok dan petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK, yang dilakukan tidak lebih dari 2 tahun sebelum penanaman. Kegiatan ini dilakukan dengan membagi areal kerja ke dalam blok-blok kerja tahunan dan petakpetak kerja. Sesuaikan jumlah blok dan petak kerja dengan daur tanaman pokok yang ditetapkan. Sesuaikan pula bentuk dan luas blok dan petak kerja dengan kondisi lapangan.

Setiap blok kerja ditandai dengan angka romawi sesuai rencana tahun penebangan, sedangkan petak kerja diberi angka secara berurutan dari petak pertama sampai petak terakhir. Buat rencana tata batas blok dan petak kerja dan buat peta rencana PAK dengan skala minimal 1 : 50.000.

2. Risalah Hutan

Prinsip kegiatan ini adalah inventarisasi hutan pada blok RKT dengan intensitas 5 % untuk semua jenis pohon berdiameter > 10 cm.

Langkah kerjanya antara lain membuat rancangan risalah hutan dengan metode jalur sistematis melalui penarikan contoh awal secara acak dengan intensitas 5 %. Menyiapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil Risalah Hutan. Pembuatan peta rencana Risalah Hutan skala minimal 1 : 50.000.

3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

Kegiatan ini harus dilakukan secara efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan. Beberapa pekerjaan yang harus disiapkan antara lain membuat rencana PWH berdasarkan peta blok RKT, membuat rencana trace jalan angkutan dan jalan inspeksi serta rencana lokasi base camp, TPK, Tpn, pondok kerja, dan lain-lain.

4. Pengadaan Bibit

Bibit yang dibuat dari jenis ekonomis yangt berasal dari biji, atau cabutan atau stek atau kultur jaringan. Dalam hal pengadaan bibit untuk daur ke-2 dan berikutnya dapat menggunakan anakan yang berasal dari trubusan pohon-pohon yang telah ditebang. Tanaman dapat terdiri dari lebih dari satu jenis.

Beberapa hal yang perlu disiapkan adalah pembuatan rencana persemaian, seperti lokasi, sumber bibit, bangunan, SDM, peralatan serta rencana kebutuhan bibit.

5. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan dilakukan secara efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan serta tanpa bakar untuk kegiatan penanaman. Areal yang masih berpotensi, pemanfaatannya masuk ke dalam target RKT. Beberapa langkah yang dilkukan adalah membuat rancangan penyiapan lahan untuk penanaman berdasarkan RKT yang disahkan, penyiapan lahan untuk tahun ke-2 dan berikutnya dengan mempertimbangkan realisasi tanaman tahun 6. Penanaman

Kegiatan penanaman segera dilakukan setelah penyiapan lahan dengan menggunakan bibit jenis ekonomis. Kegiatan ini bertujuan untuk mningkatkan produktivitas lahan pada blok RKT.

7. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan untuk meningkatkan riap tanaman. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain membuat rencana pemeliharaan seperti penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemangkasan, dan penjarangan. 8. Pemanenan

Pemanenan dilakukan secara efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan dengan sistem tebang habis setelah mencapai umur daur. Beberapa langkah yang disiapkan adalah menyusun rencana pemanenan sesuai SOP yang ada. Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT yang telah disahkan.

9. Perlindungan dan Pengamanan Hutan

Kegiatan ini dilakukan untuk pengendalian hama dan penyakit, perlindungan hutan dari kebakaran hutan, perambahan hutan, dan pencurian hasil hutan serta memberikan kepastian usaha dalam pengelolaan hutan produksi.

Berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan Produksi Nomor: 139/Kpts-VI/1999 tahapan THPB adalah sebagai berikut:

1. Penataan Areal Kerja (PAK) (Planting time -2)

a. Penataan Areal Kerja dilakukan 2 tahun sebelum penanaman

b. Areal pengelolaan dibagi menjadi blok kerja tahunan dan setiap blok dibagi menjadi petak-petak. Petak kerja tanaman kehutanan dibatasi sampai 100 Ha dan untuk petak tanaman perkebunan disesuaikan dengan jenis tanamannya.

c. Kegiatan penataan areal kerja meliputi persiapan areal kerja, pembukaan alur batas blok dan petak, penataan batas hutan, pemasangan batas blok dan petak serta pengukuran dan pemetaannya.

2. Pembukaan Wilatah Hutan (PWH) (Pt-1)

a. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) dilakukan 1 tahun sebelum penanaman (Pt-1)

b. PWH meliputi pembangunan jalan angkutan, sarana dan prasarana, base camp, pondok kerja dll dengan spesifikasi sesuai ketentuan.

c. Pembangunan jalan angkutan direncanakan dengan mencari dan menetapkan titik ikat, titik awal dan titik akhir rute jalan yang akan dimanfaatkan untuk jalan lalu lintas pengangkutan bibit, pekerja, panenan serta pengawasan.

d. Pembangunan sarana dan prasarana meliputi pembangunan kantor, perumahan karyawan serta fasilitas lainnya.

3. Pengadaan Bibit (Pt-1)

a. Pengadaan bibit dilakukan 1 tahun sebelum penanaman. b. Sumber bibit berasal dari biji, cabutan anakan alam dan

stek pucuk.

c. Benih harus berasal dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dan bersertifikat. Cara

pembuatan sesuai pedoman pembuatan bibit yang berlaku.

Gambar 27. Pembibitan sistem THPB di tempat terbuka 4. Penyiapan Lahan Tanaman (Pt-1)

a. Penyiapan lahan tanam dilakukan 1 tahun sebelum penanaman.

b. Pembersihan lahan secara manual dapat dilakukan pada kondisi areal dengan kelerengan sampai 25% dengan cara menebas, mencincang dan menumpuk serta memotong pohon-pohon berdiameter kecil, semak dan belukar.

c. Pembersihan lahan secara mekanis dilakukan apabila kelerengan lapangan maksimal 15%.

d. Pembersihan lahan secara kimia dapat dilakukan pada areal yang ditumbuhi alang-alang yang cukup luas dan tidak mungkin dilakukan secara mekanis.

Gambar 28. Pengangkutan bibit siap tanam ke lokasi penanaman(Foto: Wahyudi)

5. Penanaman (P)

a. Kegiatan penanaman dilakukan pada musim hujan (Oktober- Maret) setelah kegiatan penyiapan lahan selesai

b. Jarak tanam sesuai dengan petunjuk teknis pembuatan tanaman pada masing-masing jenis.

6. Pemelihraan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sesuai petunjuk teknis kegiatan pemeliharaan tanaman pada masing-masing jenis. 7. Pemanenan

a. Pemanenan tanaman hutan dilakukan pada akhir daur b. Setelah kegiatan pemanenan harus dilakukan

penanaman kembali

c. Terhadap tanaman perkebunan yang tidak produktif dilakukan peremajaan.

Pada prinsipnya, kegiatan pembuatan hutan tanaman pada kawasan tidak produktif, padang alang-alang dan tanah kosong dapat ditempuh dengan langkah sebagai berikut:

1. Penyiapan lahan, dilakukan secara mekanis (land clearing dan pembajakan lahan), kimia (chemist), sistem cemplongan atau kombinasi.

Pembersihan lahan (land clearing) dapat dilakukan secara mekanis menggunakan tractor. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan permukaan lahan dari semak, belukar, alang- alang, gulma serta material lain seperti tunggak. Setelah lahan bersih dan rata dilakukan kegiatan pembajakan I (disc

flow), II ((tonner) dan III (harrow). Bajak I bertujuan untuk

membalik tanah. Pada padang alang-alang kegiatan ini juga bertujuan untuk memotong perakaran alang-alang yang panjang dan memunculkannya di permukaan tanah sehingga kering.

Gambar 29. Pengolahan lahan secara mekanis

Bajak II dilakukan setelah 1-2 minggu (tergantung cuaca) setelah akar alang-alang kering bertujuan untuk lebih menggemburkan tanah dan bajak III dilakukan untuk

menghaluskan dan meratakan hasil pembajakan hingga lahan siap untuk ditanami.

Gambar 30. Penyiapan lahan secara kimia menggunakan herbisida

2. Persemaian (penyediaan bibit), termasuk pemuliaan tanaman.

3. Penanaman

4. Perawatan, dengan melakukan manipulasi dan perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta mengoptimalkan ruang tumbuh tanaman dan memperbaiki arsitek tanaman. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

- Pendangiran, penggulmaan - Pemupukan

- Pruning (pemangkasan cabang) - Libering (pembebasan)

- Thinning (penjarangan)

- Pengaturan drainage dan irigation

- Pengendalian hama dan penyakit terpadu (Integratet

diseases and pest management).

Gambar 31. Hutan tanaman dibuat dengan sistem THPB (a) Tanaman sungkai Tabalong (b) Tanaman ampupu di Tanah Laut, Kalsel

5. Pemungutan hasil (harvesting).

Pemungutan hasil atau pemanenan dapat dilakukan secara manual, semi mekanis atau mekanis penuh tergantung kebijakan perusahaan atau instruksi pemerintah, misalnya

program padat karya serta melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengusahaan hutan. PT Perhutani di Jawa dan PT Finantara Intiga di Kalbar adalah contoh perusahaan yang masih mengedepankan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengusahaan hutan. Penerapan sistem mekanis penuh dapat ditemukan dalam kegiatan pengusahaan hutan di negara-negara Barat.

Gambar 32. Pemanenan Acacia mangium umur 7 tahun secara manual(Lokasi: PT Finantara Intiga, Kalbar)

Gambar 33. Sistem mekanis penuh dalam kegiatan pemanenan hasil hutan kayu

Dokumen terkait