• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Kegiatan Sistem TPTI

Tahapan pelaksanaan kegiatan sistem TPTI yang lebih lengkap mengacu pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor 151/Kpts/IV-BPHH/1993 tanggal 19 Oktober 1993. Pada Peraturan Dirjen BPK No.P.9/VI/BPHA/2009, tahapan dan petunjuk kegiatan TPTI dibuat lebih umum sehingga memberi ruang yang lebih banyak bagi para praktisi untuk mengembangkan teknik pelaksanaannya. Tahapan kegiatan yang masih diberlakukan pada sistem TPTI tahun 2009, tanpa menyertakan tata waktunya, adalah:

1. Penataan Areal Kerja

2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan 3. Pembukaan Wilayah Hutan

4. Pemanenan

5. Penanaman dan pemeliharaan 6. Pembebasan pohon binaan

7. Perlindungan dan pengamanan hutan

Bentuk, tahapan dan tata waktu kegiatan sistem TPTI selengkapnya (berdasarkan juknis TPTI tahun 1993) sebagai berikut:

1. Penataan Areal Kerja (PAK) ET-3

a. Penataan Areal Kerja (PAK) adalah kegiatan untuk mengatur dan membuat batas blok kerja tahunan serta petak kerja bagi kepentingan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan unit pengelolaan hutan. Batas blok dan petak kerja dilapangan berupa rintisan dan patok batas, selanjutnya digambar dalam peta kerja.

b. Blok kerja tahunan adalah blok yang dibuat untuk pengelolaan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Batas blok kerja tahunan dapat dibuat menggunakan batas alam atau buatan. Petak kerja adalah bagian dari blok kerja tahunan yang luasnya 100 Ha berbentuk bujur sangkar yang dibuat dengan batas buatan.

Penataan untuk seluruh areal pengelolaan dilakukan dengan membagi luas total dengan siklus tebangnya, yaitu 35 tahun. Dengan cara ini maka realisasi luas penebangan tidak akan mencapai 100% dari rencana karena di dalamnya selalu ditemukan areal tidak efektif (seperti sarana prasarana dan lain-lain) serta kawasan perlindungan (PUP, tegakan benih, plasma nutfah, sempadan sungai dan lain- lain).

1980/81 (1) (36) 1981/82 (2) (37) 82/83 (3) (dst) 86/87 (7) 87/88 (8) 83/84 (4) 84/85 (5) 85/86 (6) 88/89 (9) 89/90 (10) 1998/1999 (19) 95/96 (16) 94/95 (15) 92/93 (13) 90/91 (11) 1999/2000 (20) 97/98 (18) 96/97 (17) 93/94 (14) 91/92 (12) 2000 (21) 2002 (23) 2008 (29) 2009 (30) 2010 (31) 2001 (22) 2003 (24) 2007 (28) 2014 (35) 2011 (32) 2004 (25) 2005 (26) 2006 (27) 2013 (34) 2012 (33)

Gambar 12. Contoh penataa blok kerja tahunan dalam unit

manajemen sistem TPTI. Anak panah

menunjukkan contoh pergiliran pengelolaan blok kerja tahunan.

c. Maksud PAK adalah membuat batas blok dan petak kerja untuk memudahkan pengelolaan unit pengelolaan hutan, dengan tujuan untuk mengatur areal kerja sehingga pengelolaan hutan dapat tertib dan efisien.

d. Penetapan blok kerja tahunan berdasarkan daur yang diperkirakan mempunyai produktifitas hampir sama serta mempertimbangkan bentang alam, seperti punggung, lereng, lembah dan sungai.

e. Pal batas blok kerja tahunan dibuat dengan kayu keras berukuran 10x10x180 Cm bertuliskan angka tahun RKT,

Urutan blok kerja tahunan dalam RKL serta angka periode RKL. Pada bagian atas ditandai menjadi 4 bagian masing- masing menunjuk nomor petak kerja.

f. Bahan yang diperlukan adalah camping unit, logistik dan obat-obatan. Peralatan terdiri GPS, Theodolit/BTM/T-nol, Kompas, Peta kerja, Thally sheet, Tali 25 m, alat tulis menulis, penanda (cat).

g. Regu kerja PAK terdiri 10 orang, terdiri 1 ketua regu (pemegang GPS dll), 1 pencatat, 2 pemegang tali dan rambu, 2 perintis jalan, 2 pemasang tanda batas, 1 pembantu umum, 1 pembawa alat ukur. Pimpinan regu dari tenaga berpengalaman seperti dari SKMA, Sarjana muda, Sarjana kehutanan.

h. Pelaksanaan kegiatan PAK adalah menelaah peta kerja skala 1:10.000, mendatangi starting point (tanda alam/patok permanen), menentukan titik ikatan, membuat batas blok dan petak kerja serta membuat peta hasil kerja skala 1:10.000.

Tabel 5. Contoh thally sheet kegiatan penataan areal kerja

Tahun kegiatan : Luas :

Lokasi kegiatan :

Titik Ikat : Azimut:

Rencana blok tahun : Waktu No.

Ptk

Panjang alur batas

Jumlah pal batas Jumla h HOK Jumlah biaya Blok (Hm) Petak Hm Blok (B) Petak Bh Total

2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) ET-2

a. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) adalah kegiatan pengukuran, pencatatan dan penandaan pohon dalam blok kerja tahunan untuk mengetahui jumlah, jenis, diameter dan tinggi pohon tebang, pohon inti dan pohon dilindungi serta data bentang alam seperti sungai, bukit, jurang, kawasan dilindungi.

b. Maksud kegitan ITSP adalah mengetahui penyebaran pohon dalam tegakan meliputi jumlah dan komposisi jenis serta volume pohon tebang, mengetahui jumlah jenis pohon inti dan lindung yang dipelihara sampai rotasi berikutnya. Tujuan ITSP adalah mengetahui data penyebaran pohon tebang terdiri dari komposisi jenis, jumlah dan volume pohon yang digunakan untuk menetapkan target produksi tahunan pada blok bersangkutan, mengetahui arah trace jalan dan perencanaan penggunaan peralatan eksploitasi serta tenaga kerja.

c. ITSP dilakukan dalam petak ukur (PU) berukuran 20x20m. PU terletak dalam jalur sepanjang 1000m. Dalam setiap petak mengandung 50 Jalur. ITSP dilakukan dengan IS 100% terhadap semua pohon berdiameter 20 Cm ke atas. d. Pohon tebang adalah pohon berdiameter 50 cm ke atas (60

cm ke atas untuk HPT) yang diberi label 3 bagian berwarna merah berukuran 12x6 Cm. Tiap label bertuliskan identitas pohon meliputi RKT, Petak, Nomor, Jenis, Diameter dan Tinggi pohon.

e. Pohon inti adalah pohon komersial berdiameter 20-59 Cm (20-59 Cm untuk HPT) diberi label warna kuning bertuliskan identitas pohon.

f. Pohon dilindungi adalah jenis pohon penghasil buah dan hasil hutan non kayu lainnya yang dimanfaatkan masyarakat setempat, seperti Tengkawang (Shorea spp), Gaharu (Aquilaria sp dll), Jelutung (Dyera spp), Daha

(Koompassia exelsa) dll. Pohon dilindungi diberi label kuning bertuliskan identitas pohon.

PT. RKT No. Petak No. Pohon Jenis Diameter Label 1 PT. RKT No.Petak No.Phn Jenis Diameter No. Petak No.Pohon Jenis Label 2 No. Petak No.Pohon Jenis Label 3 8 Cm

Label pohon tebang Label pohon inti dan lindung Gambar 13. Contoh label pohon tebang, pohon inti dan pohon

dilindungi

Gambar 14. Penandaan dan penempelan label pohon inti pada kegiatan ITSP

Tabel 6. Contoh thally sheet kegiatan ITSP

Nama HPH : Luas :

Lokasi kegiatan : Nomor petak :

Rencana blok RKT : Nomor jalur :

Waktu kegiatan : No. PU No. Phn Jenis Pohon

Φ T Koordinat Pohon Kelerengan (+/-)

X Y

1 2 3 4 5 6 7 8

g. Bahan yang diperlukan adalah camping unit, logistik dan obat-obatan. Peralatan terdiri Kompas, Peta kerja skala 1:10.000, pengukur tinggi, pita diameter, klinometer, alat rintis, tabel volumeThally sheet, Tali 25 m, alat tulis menulis, penanda (cat), plat plastik merah dan kuning, paku.

h. Regu kerja PAK terdiri 10 orang, terdiri 1 pemegang kompas, 2 pemegang tali batas, 2 orang rintis batas jalur, 2 pengenal dan pengukur pohon, 2 penanda pohon, 1 pencatat. Pimpinan regu dari tenaga berpengalaman seperti dari SKMA, Sarjana muda, Sarjana kehutanan.

i. Pelaksanaan kegiatan ITSP adalah menelaah peta kerja skala 1:10.000, mendatangi starting point (tanda alam/patok permanen) dan menentukan titik ikatan, menentukan petak yang akan dikerjakan, membuat jalur utara selatan dari nomor 1 s/d 50. Inventarisasi dalam jalur dilakukan setiap Petak Ukur.

j. Dalam satu petak kerja nomor urut pohon, baik pohon tebang, pohon inti maupun pohon dilindungi, diurut dari PU 1 Jalur 1 s/d PU 50 Jalur 50. Koordinat pohon dibuat berdasarkan sumbu x yang merupakan as jalur dengan nilai

–10 s/d 10 serta sumbu y dengan nilai 0 s/d 20. Dari koordinat pohon dibuat peta pohon dengan skala 1:1.000. k. Pelaksanaan kegiatan ITSP adalah menelaah peta kerja

skala 1:10.000, mendatangi starting point (tanda alam/patok permanen) dan menentukan titik ikatan, menentukan petak yang akan dikerjakan, membuat jalur utara selatan dari nomor 1 s/d 50. Inventarisasi dalam jalur dilakukan setiap Petak Ukur.

l. Dalam satu petak kerja nomor urut pohon, baik pohon tebang, pohon inti maupun pohon dilindungi, diurut dari PU 1 Jalur 1 s/d PU 50 Jalur 50. Koordinat pohon dibuat berdasarkan sumbu x yang merupakan as jalur dengan nilai –10 s/d 10 serta sumbu y dengan nilai 0 s/d 20. Dari koordinat pohon dibuat peta pohon dengan skala 1:1.000.

3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Et-1

a. Pembukaan Wilayah Hutan adalah kegiatan penyediaan prasarana (jalan) wilayah bagi kegiatan produksi kayu, pembinaan hutan, perlindungan, inspeksi, transportasi dan komunikasi antar pusat kegiatan. Hasil kegiatan PWH berupa jaringan jalan utama, cabang dan sarat, TPn, TPK, Camp dll.

b. Sebelum pembuatan jalan dilakukan, didahului dengan pembuatan trace jalan, yang merupakan rintisan tempat badan jalan akan dibuat. Tim trace jalan terdiri dari 5-7 orang yang dipimpin tenaga yang mengerti karakteristik bentang alam dan konstruksi jalan. Pembuatan trace jalan memperhatikan topografi, sungai, kondisi tanah, arah perbukitan dan lembah.

c. Jalan utama mempunyai spesifikasi: umur permanen, sifat tahan cuaca, lebar permukaan jalan 6-8 m, lebar bahu jalan 2-3 m, tebal perkerasan 20-50 cm, tanjakan menguntungkan 10% dan kapasitas 60 ton. Jalan cabang dengan perkerasan mempunyai spesifikasi umur 5 tahun, sifat tahan cuaca,

lebar jalan diperkeras 4 m, tebal perkerasan 10-20 cm, tanjakan 12%, kapasistas 60 ton.

d. Pembuatan jalan diluar areal uni manajemen disebut jalan koridor. Setiap kegiatan pembuatan jalan harus mendapat ijin dari instansi berwenang.

e. Teknis pembuatan jalan harus menghindari tanjakan berat, teknis punggung penyu dan membuat saluran drainase di kiri kanan jalan. Pembuatan jembatan, gorong-gorong dan knepel dapat dilakukan bila diperlukan.

Gambar 15. Jaringan jalan untuk pengangkutan kayu bulat dari blok tebangan menuju TPK atau logpond atau IPHHK(Foto: Wahyudi)

f. Peralatan untuk membuat badan jalan antara lain chain saw, traktor (buldozer), motor grader, dump truck dan lain- lain.

g. Setelah badan jalan dibuat, dilakukan pengukuran secara cermat menggunakan theodolit serta pemasangan pal Km dan rambu lalu lintas. Hasil pengukuran dituangkan dalam

peta ber skala 1:10.000. Biasanya dapat terjadi pergeseran atau perbedaan antara trace jalan dengan badan jalan jadi. Hal ini disebabkan adanya faktor alam dan data bentang alam yang sulit dideteksi sebelum kegiatan operasional di jalankan.

Gambar 16. Pengukuran jaringan jalan menggunakan theodolit h. Semua pohon yang berada dalam jalur jalan dapat ditebang.

Pohon yang bernilai dapat diregister, dicacat dalam buku ukur dan dapat di LHP kan sebagai target tebangan trace jalan.

4. Penebangan ( Et )

a. Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon- pohon dalam tegakan yang berdiameter sama atau lebih besar dari limit diameter yang ditetapkan. Pada hutan produksi (HP) limit diameter sebesar 50 Cm, pada hutan produksi terbatas 60 cm, pada hutan rawa 40 cm, trace jalan 30 cm dan pada hutan tanaman sesuai peruntukkan/kelas perusahaan.

b. Tahapan kegiatan penebangan pohon adalah penentuan arah rebah, penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan dan pengangkutan (haulling).

c. Maksud kegiatan penebangan adalah memanfaatkan kayu secara optimal dari blok tebangan yang telah disahkan atas pohon yang berdiameter sama tau lebih besar dari limit diameter serta meminimalkan kerusakan tegakan tinggal. Tujuan penebangan adalah mendapatkan keuntungan perusahaan berupa kayu dengan jumlah yang cukup serta bermutu.

d. Pelaksanaan penebangan berdasarkan pada buku RKT yang telah disahkan instansi berwenang, dengan peta kerja skala 1:10.000 yang memuat jaringan jalan utama, cabang (dan sarad) serta peta penyebaran pohon skala 1:1000.

e. Penebangan dilakukan oleh regu tebang dengan memperhatikan kaidah takik rebah dan takik balas. Arah rebah dipilih pada lokasi yang seminimal mungkin merusak tegakan tingggal, tidak mengarah ke jurang atau tempat berbatu serta searah dengan jalan sarad agar kegiatan penyaradan dapat berlangsung dengan efisien dan menekan kerusakan tegakan. Tekik rebah dibuat serendah mungkin untuk memperkecil limbah pembalakan. Banir yang besar dapat dipangkas dahulu untuk mempermudah penebangan. f. Regu tebang harus memperhatikan keselamatan.

Menggunakan helm, masker, sarung tangan dll. Sebelum pohon ditebang harus dihilangkan dahulu liana atau

vegetasi pengait pohon tebang. Membuat jalur lari pada saat pohon rebah dll.

g. Pohon yang telah ditebang dilakukan triming. Pada tunggak pohon diberi label 1, balok diberi label 2 dan label 3 disimpan untuk laporan administrasi TUK dan pengupahan.

h. Penyaradan dilakukan dengan traktor melalui jalan sarad menuju TPn. Penyaradan semaksimal mungkin menggunakan winch atau seminimal mungkin menjelajahi hutan. Makin pendek jalan sarad makin baik untuk menekan kerusakan lingkungan.

i. Kayu yang telah terkumpul di TPn dilakukan pengupasan kulit, dicatat dalam buku ukur untuk pembuatan Laporan Hasil Produksi (LHP). Semua bontos kayu tebang diberi palu Tok sesuai kode perusahaan.

Gambar 17. Tempat pengumpulan kayu

j. Kayu bulat yang berada di TPn diangkut menuju TPK menggunakan logging truck. Pada beberapa HPH, kayu di TPK selanjutnya dibawa ke logpond untuk dimilirkan ke IPKH, baik dengan cara merakit dan atau menggunakan

tongkang. Setiap kayu yang diangkut harus disertai daftar mutasi kayu. Setiap kayu yang dimilirkan harus disertai dokumen Daftar Hasil Hutan (DHH) dan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH) yang dikeluarkan oleh instansi kehutanan terkait.

Tabel 7. Thally sheet kegiatan penebangan

Perusahaan : Target luas :

Lokasi kegiatan : Target Volume:

RKL/Tahun ke : Bulan No. Petak Luas (Ha) Luas (Ha) Jumlah Pohon Volume (m3) Ket Januari Pebruari Maretl ………. Jumlah

Reduced Impact Logging

Reduced Impact Logging (RIL) atau pembalakan ramah

lingkungan mulai diperkenalkan sejak awal tahun 90-an. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif pada vegetasi atau tegakan tinggal dan tapak (tanah dan air) akibat kegiatan eksploitasi hutan serta meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktifitas kerja.

Kegiatan RIL dimulai dari tahapan ITSP, PWH dan penebangan. Pada kegiatan ITSP didata pula kondisi bentang alam, azimut dan kelerengan sehingga dapat dibuat peta kontur. Peta ini kemudian dipadukan dengan peta penyebaran pohon sehingga dapat dirancang jaringan jalan sarad yang mengarah pada sebaran pohon tebang serta kondisi kelerengan yang relatif datar. Jaringan jalan lebih utama menyusuri punggung bukit dibanding pada lembah. Dengan rancangan ini

diharapkan volume jalan sarad dan jalan cabang dapat ditekan sehingga mengurangi kerusakan tegakan tinggal, tanah dan air. Dengan semakin pendeknya jaringan jalan, maka produktifitas pembalakan juga semakin tinggi karena daya jelajah dan penggunaan BBM dapat ditekan.

Menururt Wahyudi dan Panjaitan (2008) Sistem Reduced

Impact Logging (RIL) dapat meningkatkan daya jelajah traktor

sarad dibanding sistem konvensional dengan perbandingan 1,22 km per jam dan 0,863 km per jam atau meningkat sebesar 141,4%. Sistem RIL dapat meningkatkan kemampuan penyaradan kayu bulat dibanding sistem konvensional dengan perbandingan 61,39 m3 per jam dan 23,58 m3 per jam atau meningkat 286,2%. Dengan menggunakan BBM solar yang relatif sama, sistem RIL dapat meningkatkan daya jelajah traktor dan hasil penyaradan kayu bulat, dibanding sistem konvensional. Sistem RIL dapat meningkatkan produktifitas kerja, menghemat biaya operasional, efisien dan meminimalkan kerusakan tegakan tinggal, tanah dan air.

Tabel 8. Perbandingan sistem RIL dan konvensional pada jelajah traktor, produksi kayu dan konsumsi BBM

Elias (1999) mengatakan bahwa pemanenan kayu cara konvensional dalam sistem TPTI mengakibatkan kerusakan lebih berat dan lebih besar pada tanah dan tegakan tinggal dibanding dengan sistem yang berwawasan lingkungan.

Hari Ulangan

Kerja Ke (n) RIL Konvens. RIL Konvens RIL Konvens 1 (7jam) 1 7,411 4,542 413,78 101,56 166 166 2 (7jam) 2 8,831 6,855 445,75 179,21 175 175 3 (7jam) 3 8,722 5,983 459,02 165,44 150 175 4 (7jam) 4 9,211 6,784 400,45 154,25 173 167 34,175 24,164 1.719 600,46 664 683 Jelajah Traktor (Km) Volume Kayu (m3) BBM Solar (Liter)

Pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan dapat mengurani sampai 50% kerusakan dibanding dengan cara konvensional. Sementara menurut Sukanda (1999), berdasarkan hasil penelitian di Wanariset Sangai, kerusakan tegakan tinggal yang diakibatkan pemanenan dengan penerapan RIL dapat dikurangi sampai 40%.

Dengan perencanaan jalan sarad yang tepat, tidak akan ditemukan tanjakan atau turunan yang tajam pada penyaradan, hal ini membuat aktifitas traktor sarad berjalan dengan lancar, mudah dan efisien serta memperpanjang masa pakainya. Pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dengan hasil yang maksimal.

5. Perapihan Et+1

a. Perapihan adalah kegiatan pada areal bekas tebangan dengan memperbaiki batas blok dan petak kerja agar tegakan tinggal mudah diinventarisasi, diperbaiki serta ditingkatkan produktifitasnya.

b. Perapihan dilakukan dengan penebasan semak belukar yang dimaksudkan untuk membuang jenis tumbuhan yang tak berharga yang menyaingi permudaan serta mengganggu jatuhnya biji ke lantai hutan dan tempat kosong.

c. Maksud kegiatan perapihan adalah untuk memudahkan kegiatan silvikultur seperti inventarisasi, pembebasan, penentuan pohon binaan serta mempertahankan permudaan dalam jumlah cukup, menyiapkan kehadiran permudaan baru. Tujuannya adalah meningkatkan mutu tegakan untuk dipersiapkan menjadi tegakan yang memiliki produktifitas tinggi serta meningkatkan keamanan dan kenyamanan bekerja.

d. Perapihan dilakukan dengan menebas semak belukar yang mengganggu permudaan sampai setinggi 7 cm, menebas perambat (liana) kecuali rotan dan jensi berharga lainnya

serta menebas belukar yang rapat sehingga dapat menghalangi jatunya biji ke lantai hutan.

e. Regu perapihan terdiri 6 orang yang tugas utamanya adalah menebas. Bahan yang diperlukan adalah camping unit, logistik dan obat-obatan. Peralatan terdiri Kompas, Peta kerja skala 1:10.000, parang, thally sheet dll.

Tabel 9. Thally sheet perapihan

Perusahaan : Blok RKT tahun:

Lokasi kegiatan : Luas :

Bulan No. Petak Penataan Ulang Blok (Hm) Luas Perapihan Jumlah Biaya Januari Pebruari Maret ……… Jumlah

6. Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT) Et+2

a. Inventarisasi tegakan tinggal adalah kegiatan pengukuran pohon dan permudaan serta pencatatannya pada areal tegakan tinggal untuk mengetahui komposisi jenis, penyebaran dan kerapatan pohon dan permudaan serta jumlah dan tingkat kerusakan pohon inti.

b. ITT dilakukan pada setiap petak kerja sesuai hasil ITSP, yang terdiri dari jalur (ada 50) dan setiap jalur terdiri dari Petak Ukur (PU) sesuai tingkat pertumbuhan pohon.

c. Beberapa istilah yang perllu diketahui dalam kegiatan ITT adalah

- Pohon inti adalah pohon jenis komersial (niagawi) berdiameter 20-49 cm (20-59 cm untuk HPT) yang akan membentuk tegakan utama dan pohon tebang pada rotasi berikutnya. Jumlah pohon inti minimal 25

pohon/Ha, bila kurang dapat ditunjuk pohon lainnya. PU pengamatan berukuran 20x20 m. Inventarisasi dilakukan pada jenis, diameter, tinggi dan kerusakannya.

- Permudaan tingkat tiang adalah pohon muda berdiameter 10-20 cm. PU berukuran 10x10 m. Inventarisasi dilakukan pada jenis dan jumlahnya (diameter)

- Permudaan tingkat pancang adalah permudaan yang lebih tinggi dari 1,5 m dengan diameter kurang dari 10 Cm. PU berukuran 5x5 m. Inventarisasi dilakukan pada jenis dan jumlahnya.

- Permudaan tingkat semai adalah permudaan yang tingginya 0,3-1,5 m. PU berukuran 2x2 m. Inventarisasi dilakukan pada jenis dan jumlahnya. - Pohon dikatakan rusak bila tajuknya rusak lebih dari

30% atau cabang besar patah atau terdapat luka lebih dari ¼ keliling dengan panjang lebih dari 1,5 m.

d. Maksud kegiatan ITT adalah mengetahui jumlah, jenis dan mutu pohon inti dan permudaan dan mengetahui jenis dan jumlah pohon inti yang rusak serta tingkat kerusakannya pada masing-masing petak kerja. data ITT juga dipergunakan untuk mengetahui letak dan luas penanaman dan perkayaan. Tujuan ITT adalah untuk menentukan perlakuan silvikultur pada petak kerja tahunan serta letak dan luas lokasi penanaman dan perkayaan.

e. Suatu areal tidak perlu dilakukan perkayaan bila pada PU 20x20 m ditemukan minimal 1 pohon inti, bila tak ada turun pada PU 10x10 m minimal ada 2 tiang, bila tak ada turun pada PU 5x5 m minimal ada 4 pancang, bila tak ada turun pada PU 2x2 m minimal ada 8 semai (kaidah 1-2-4- 8). Bila batas minimal pada PU 2x2 m juga tidak dipenuhi maka lokasi tersebut diberi patok bercat kuning yang artinya perlu diperkaya bila jumlah tersebut mengelompok lebih dari 1 Ha (25 PU).

As Jalur 20x20 m PU 2mx2m PU 10x10 PU 5x5 m 20 m

Gambar 18. Posisi petak ukur sesuai tingkat pertumbuhan vegetasi dalam kegiatan ITT

f. Bahan yang diperlukan adalah camping unit, logistik dan obat-obatan. Peralatan terdiri Kompas, Peta kerja skala 1:10.000, parang, pengukur tinggi, pita diameter, klinometer, alat rintis, tabel volumeThally sheet, Tali 25 m, alat tulis menulis, penanda (cat), kwas, plat/label plastik kuning, paku, spidol permanen, helm dll.

g. Tim ITT terdiri dari 7 orang dengan pembagian tugas 1 orang ketua regu (pencatat), 1 kompasmen, 2 perintis batas jalur, 2 pemberi tanda dan 1 pemegang tali. dapat ditambah dengan 1 orang pembantu umum sehingga jumlah 8 orang.

Gambar 19. Kegiatan ITT(Foto: Wahyudi) Tabel 10. Thally sheet inventarisasi tegakan tinggal

Perusahaan : Nomor Petak :

RKL/RKT : Waktu kegiatan :

PU Pohon inti Tiang Pancang Semai HO

K

Rp

Jenis Φ Jenis Jumlah Jenis Jumlah Jenis Jumlah 1

2 ….

50 Jlh

Tabel 11. Thally sheet tempat kosong dan kurang permudaan hasil ITT

RKL/RKT : Petak :

Nomor Jalur

Nomor PU Kosong Nomor PU Kurang

Permudaan 1

2 …

7. Pembebasan Pertama (Et+2)

a. Pembebasan pertama adalah kegiatan pemeliharaan tegakan tinggal berupa pembebasan tajuk dari 200 pohon dan permudaan komersial (pohon binaan) per Ha (jarak antar pohon 5-9 m) dari persaingan dengan vegetasi lain.

b. Kegiatan pembebasan dapat berupa penebangan pohon penyaing, peneresan yang dapat membunuh pohon tersebut dan peracunan dengan arborisida (garam organik isopropil- amin-glyfosat)

c. Maksud pembebasan I adalah mengadakan ruang tumbuh yang optimal bagi pohon binaan. Tujuannya adalah meningkatkan riap pohon binaan untuk memperbesar produktifitas tegakan tinggal sehingga nilai komersialnya tinggi.

d. Kriteria pohon binaan adalah jarak rata-rata 5-9 m, jenis komersial, ukuran terbesar disekitarnya, batang sehat, lurus, bundar/silindris, tajuk besar dan rimbun, semua jenis pohon termasuk yang dilindungi.

e. Dilarang membunuh pohon yang dilindungi, semua pohon yang tidak mengganggu pohon binaan, pohon yang berada dalam sempadan sungai atau danau dan pohon besar (berdiameter 50 Cm up).

f. Label yang sudah ada pada saat kegiatan ITSP dan ITT tetap dilanjutkan dan diperbaiki.

g. Bahan yang diperlukan adalah camping unit, logistik dan obat-obatan. Peralatan terdiri Kompas, Peta kerja skala 1:10.000, parang, pengukur tinggi, pita diameter, klinometer, thally sheet, Tali 25 m, alat tulis menulis, penanda (cat), kwas, plat/label plastik kuning, paku, spidol permanen, helm dll.

h. Regu Pembebasan ada 8 orang terdiri 1 orang ketua regu, 2 orang pengenal pohon, 2 orang menebas dan meneres, 2 orang membawa kapak dan racun arborisida dan ikut meneres dan 1 orang membawa arborisida cadangan. Tabel 12. Thally sheet pembebasan tahap pertama

Perusahaan : Waktu :

Lokasi :

PU Phn Inti Tiang Pancang Semai Phn di

bunuh H O K R p Jns ∑ Jns ∑ Jns ∑ Jns ∑ 1 2 … 50

8. Pengadaan Bibit (Et+2)

a. Pembibitan adalah kegiatan dimana biji atau bibit yang berasal dari hutan / kebun bibit/ kebun pangkas dikumpulkan dan dipelihara pada suatu lokasi yang tertata dengan baik. Pengadakan bibit adalah kegiatan yang meliputi penyiapan tempat pembibitan, pengadaan sarana dan prasarana serta kegiatan lain yang berhubungan dengan pengadaan bibit.

b. Bibit adalah anakan yang akan dibudidayakan. Benih

Dokumen terkait