• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2. Tahapan Loyalitas Pelanggan

Brown dalam Hurriyati mengungkapkan bahwa lyalitas pelanggan terdiri dari tiga tahap, yaitu sebagai berikut:

a. The Courtship, tahap ini hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan pelanggan terbatas pada transaksi, pelanggan masih

13 Nurullaili dan Andi Wijayanto, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Tupperware (Studi Pada Konsumen Tupperware di Universitas Diponegoro)”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 2, No. 1, (Maret 2013), hlm. 91

14 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Pelanggan Puas? Tak cukup!, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015), hlm. 209-210

mempertimbangkan produk dan harga. Apabila penawaran produk dan harga yang dilakukan pesaing lebih baik, maka mereka akan berpindah.

b. The Relationship, tahap ini tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dengan pelanggan. Loyalitas yang terbentuk tidak lagi didasarkan pada pertimbangan harga dan produk, walaupun tidak ada jaminan konsumen akan melihat produk pesaing. Selain itu, tahap ini terjadi hubungan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

c. The Marriage, tahapan ini hubungan kerja jangka panjang telah tercipta dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Pelanggan akan terlibat secara pribadi dengan perusahaan dan loyalitas tercipta seiring dengan kepuasan terhadapa perusaahan dan ketergantungan pelanggan.

Tahapan ini yang sempurna diterjemahkan ke dalam advote customer, yaitu pelanggan yang merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain dan memberikan masukan kepada perusahaan apabila terjadi ketidakpuasan.15

Menurut Hill menaytakan bahwa loyalitas pelanggan dibagi menjadi enam tahapan berikut:

15 Tengku Putri Lindung Bulan, “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga terhadap Loyalitas Konsumen paada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Agen Kota Langsa”, Jurnal Managemen dan Keuangan Vol. 5, No. 2, (2016), hlm. 596

a. Suspect, semua orang yang diyakini terhadap membeli (membutuhkan) branag/jasa, tetapi belum memiliki informasi tentang barang/jasa perusahaan.

b. Prospect, orang-orang yang memiliki kebutuhan terhadapjasa tertentu, dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini, meskipun belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaaan perusahaan dan jasa yang ditawarkan melalui rekomendasi pihak lain (word of mouth).

c. Custumer, tahap ini pelanggan sudah melakukan hubungan transaksi dengan perusahaan, tetapi tidak mempunyai perasaan positif terhadap perusahaan, loyalitas pada tahap ini belum terlihat.

d. Client, semua pelanggan yang telah membeli barang/jasa yang dibutuhkan dan ditawarkan perusahaaan secara teratur, hubungan ini berlangsung lama, dan mereka telah memiliki sifat retention. Profit bagi perusahaan dimulai pada tahap ini.

e. Advocates, client secara aktif mendukung perusahaan dengan memberikan rekomendasi kepada orang lain agra mau membeli barang/jasa di perusahaan tersebut.

f. Partnes, tahap ini telah terjadi hubungan yang kuat dan saling menguntungkan antara perusahaan da pelanggan, pada tahap ini pula pelanggan berani menolak produk/jasa dari perusahaan lain.16

3. Karakteristik Loyalitas Pelanggan

Menurut Griffin, mengungkapkan bahwa pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Melakukan pembelian secara teratur (makes regular repeat purchases) b. Membeli di luar lini produk/jasa (Purchases across product and

service lines)

c. Merekomendasikan produk lain (Refers other)

d. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (Demonstrates an immunity to the full of the competition).17

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan a. Reputasi Merek18

Menurut Aaker reputasi merek dapat didefinisikan sebagai persepsi tentang kualitas yang berhubungan dengan nama perusahaan.

Merek memang peran penting ketika tanda atau atribut intrinsik menjadi sulit atau tidak mungkin untuk ditampilkan. Termasuk dalam

16 Desan Henriawan, “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus pada Toko Cabang Mufin Wilayah Bandung Timur)”, Copetition, Vol. VI, No. 2, (November 2015), hlm. 77-78

17 Husein Umar, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Pada Penerbangan Low Cost Carrier, Jurnal Manajemen Transportasi dan Logistik (JMTransLog) Vol. 01, No. 02 (Juli 2014)

18 Metya Pritandhari, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan dan Dampaknya Terhadap Keunggulan Bersaing (Studi pada BMT Amanah Ummah Sukoharjo)”, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, Vol. 3, No. 1, (2015), hlm. 53-54

tanda intrinsik adalah wujud fisik atau komposisi teknis dari sebuah produk.

Merek (brand name) dikaitkan dengan tanda ekstrensik yaitu atribut yang melekat pada sebuah produk tetapi tidak memerlukan pemahaman secara detail dan spesifik dari karakteristik produk tersebut.

b. Kepuasan Pelanggan

Pada mulanya konsep kepuasan dapat didefinisikan sebagai kepuasan yang terjadi setelah pertimbangan evaluasi pilihan yang memperhatikan pada keputusan pembelian Churchill dan Sauprenant.

Menurue Kotler kepuasan adalah perasaan kesenangan atau kekecewaan dari hasil membandingkanpeforma produk yang diterima dalam hubungannya dengan perkiraannya. Sedangkan Yi (dalam Smith dan Wright) berpendapat kepuasaan pelanggan adalah output dari persepsi, evaluasi dan reaksi psikologis dalam pengalaman konsumsi pada sebuah produk atau pelayanan.

c. Kualitas Pelayanan

Menurut Rusdati ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service dan perceived service. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa melainkan berdasarkan sust pandang atau persepsi pelanggan. Baik buruknya

kualitas pelayanan jasa menjadi tanggung jawab seluruh bagian oganisasi perusahaan. Total Quality Control merupakan syarat utama dalam bersaing dan bertahan. Total Quality Control (TQC) menjadi tanggung jawab semua orang dalam organisasi dalam rangka menciptakan kualitas pelayanan, sehingga pada akhirnya konsumen akan memperoleh tawaran pelayanan dengan kualitas yang tinggi.

Pada hakikatnya TQC merupakan bagian dari visi strategi manjemen kualitas.

d. Keunggulan Bersaing

Keunggulan bersaing tumbuh secara mendasar dengan mengeluarkan nilai lebih dari perusahaan sehingga perusahaan mampu menciptakan pembeli/konsumen yang lebih banyak dengan biaya yang dikeluarkan sesuai kemampuan perusahaan perusahaan tentunya memiliki ribuan kekuatan dan kelemahgan dibandingkan dengan pesaing.19

5. Optimalisasi Loyalitas Pelanggan

Setiap kegiatan bisnis pasti tidak terlepas dari dua unsur yaitu penjual dan pembeli. Pepatah mengatakan bahwa pelanggan adalah raja. Penjual tidak akan dapat menjual produknya tanpa adanya pembeli. Sebaliknya, pembeli tidak akan dapat memenuhi kebutuhannya tanpa adanya penjual yang menawarkan produknya.

19 Zainuddin Tahuman, Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Keunggulang Bersaing, Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Vol. 4, No. 3, Edisi khusus Pemasaran dan Keuangan, (2016), hlm 451

Upaya dalam mempertahankan pelanggan lebih sulit daripada mendapatkan pelanggna baru. Setiap kegiatan usaha atau bisnis pasti akan berlomba-lomba untuk mempertahankan pelanggan dengan berbagai cara agar pelanggan tidak beralih ke tempat lain. Berikut upay yang dilakukan untuk mempertahankan pelanggan:

a. Bersikap ramah dan tulus. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyapa pelanggan berserta senyum tulus. Pelaku bisnis baik pedagang maupun pemasar harus mendapatkan kesan pertama yang ramah dan sopan

b. Menanyakan kebutuhan pelanggan. Pelaku bisnis dalam hal ini pedagang maupun pemasar harus aktif menanyakan kebutuhan pelanggan

c. Berikan kualialitas produk terbaik

d. Berikan harga yang sewajarnya dan jangan terlalu mahal, namun tetap dibarengi dengan kualitas yang baik. Pada tingkat persaingan yang ketat harga suatu produk atau layanan akan menjadi penentu.

e. Teapti janji dengan pelanggan agara tidak mengecewakan pelanggan f. Ciptakan suasana kekeluargaan. Dalam hal ini, libatkan pelanggan

dalam suatu obrolan yang ringan untuk menciptakan situasi yang nyaman.

g. Bentuk ikatan spikologis dengan cara memberikan ucapan pada momen tertentu. Dengan demikian, pelanggan akan merasa diperhatikan.20

6. Mempertahankan Loyalitas Pelanggan 1. Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan

Suatu perusahaan haruslah mampu mempelajari dan mendalami bagaimana terciptanya kebutuhan pelanggan yang terpenuhi, dan bagaimana mengukur besarnya kebutuhan pelanggan.

Disamping itu, pemasar dan perusahaan harus memahami bagaimana timbulnya keinginan pelanggan. Sehingga suatu perusahaan harus dapat memahami proses untuk mengukur dan mengubah keinginan pelanggan.

Kebutuhan merupakan persyaratan keperluan dasar bagi kehidupan manusia. Manusia membutuhkan makanan, udara , air, pakaian dan tempa naungan atau tempat tinggal untuk dapar terjaga keselamatan kehidupannya. Kebutuhan-kebutuhan ini akan menjadi keinginan, bila mereka diarahkan untuk suatu objek yang spesifik agar dapat memuaskan kebutuhannya.

Keinginan selanjutnya dipertajam oleh sebagian masyarakat, yang kemudian berkembang menjadi permintaan. Permintaan merupakan keinginan untuk suatu produk tertentu, yang didukung

20 Veithzal Rivai Zainal, dkk, Islamic Marketing Management, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hlm. 171

oleh kemampuan membayarnya sebagai daya belinya. Hasil dari tercapainya kepuasan pelanggan dan loyalitas, maka akan dapat diharapkan return dari pelanggan untuk jangka panjang dan tentunya kan lebih besar untuk perusahaan.

Produk dan perusahaan yang diminati haruslah dapat dijaga, dipertahankan dan ditingkatkan hasil produk dan layanannya, agar loyalitas pelanggan tidak menurun dan bahkan dapat terus ditingkatkan. Oleh karena itu, maka setiap perusahaan seharusnya dapat membangun kesadaran bagi kecintaan pelanggan dengan suatu kegembiaraan atas produk perusahaan.

2. Membangun Loyalitas Pelanggan

Apakah pelanggan dapat puas stelah membeli suatu produk, tergantung pada kinerja atau performansi yang ditawarkan dalam hubungan dengan harapan pembeli akan produk itu. Bila performansi produk tidak memenuhi seperti yang diharapkan

seorang pelanggan, maka akan terjadi gangguan loyalitas seorang pelanggan akan produk itu.21

Dalam membangun loyalitas seorang pelanggan, maka haruslah terdapat hubungan yang kuat di mana hubungan tersebut haruslah sangat ketat dan dekat dengan pelanggan. Hal ini karena loyalitas pelanggan merupakan suaru impian dari pemasar, da sering

21 Prof. Dr. Sofyan Assauri, MBA, Manajemen Bisnis Pemasaran, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018), hlm. 87

pula merupakan kunci dari keberhasilan bisnis pemasaran dalam jangka panjang. Untuk menjaga loyalitas pelanggan, maka perusahaan juga harus meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan meningkatkan modifikasi produk dan penyempurnaan produk itu. Dalam upaya perusahaan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan jangka panjang, maka perusahaan harusmelakukan pengembangan investasinya, terutama untuk meningkatkan perlatan dan teknologi maju dan melakukan inovasi produknya, sebagai upaya untuk peningkatan kepuasan pelanggan secara terus-menerus.

Dalam mengembangkan tingkat loyalitas pelanggan yang tinggi terhadap suatu perusahaan atau produk, maka bisnis pemasaran haruslah mampu memahami tingkat status loyalitas dari seorang pembeli. Pada umumnya terdapat enam kelompok status loyalitas pelanggan, yaitu:22

1) Sangat ketat loyalitasnya, hard-core loyals yaitu konsumen yang membeli hanya satu merk untuk setiap saat

2) Loyalitas yang terpecah atau terbagi, split loyals, yaitu konsumen yang loyal terhadap dua atau tiga merek.

3) Loyalitas yang berubah atau shifting loyals, yaitu konsumen yang telah berubah loyalitasnya, dari satu merek ke merek lainnya.

22 Prof. Dr. Sofyan Assauri, MBA, Manajemen Bisnis Pemasaran…, hlm. 88

4) Berganti atau berubah merek, atau switcher, yaitu konsumen yang tidak loyal pada satu merek.

7. Jenis Loyalitas

Menurut Griffin terdiri atas:

a. Tanpa Loyalitas, keterkaitan yang rendah terhadap produk/jasa dikombinasikan dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan tidak adanya loyalitas

b. Loyalitas yang Lemah, keterkaitan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah.

Pelanggan ini membeli karena kebiasaan. Pembeli ini merasa tingkat kepuasan tertentu dengan perusahaan, atau minimal tiada ketidakpuasaan yang nyata.

c. Loyalitas Tersembunyi, tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah. Bi;la pelanggan memiliki loyalitas tersembunyi, pengaruh situasi bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang.

d. Loyalitas Premiun, lotyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila ada tingkat keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi.23

23 Toton dan Addela Sukma. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Produk SIM CARD Flexi Trendy Pada PT. Telkom di Kota Bandar Lampung, Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 3, No. 1 (Oktober 2012), hlm 62

8. Dimensi Loyalitas Pelanggan

Menurut Kotler dan Keller dimensi pelanggan dibagi menjadi tiga dimensi yaitu:

a) Kesetiaan terhadap pembelian produk

b) Ketahanan terhadap pengaruh yang negatif mengenai perusahaan c) Mereferensikan secara total esistensi perusahaan.24

B. Laba Usaha

1. Pengertian Laba Usaha

Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.25

Menurut Soemarso SR mengatakan bahwa laba adalah selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut.26

Menurut Zaki Baridwan mengatakan bahwa laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasala dari transaksi yang jarang terjadi dari suatu

24 Mashuri, Analisisn DimensiLoyalitas Pelanggan berdasarkan Perspektif Islam, Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita Vol. 9, No. 1 (Juni 2020), hlm. 62

25 Muhammad Rizal Nur Irawan, “Pengaruh Modal Usaha dan Penjualan Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Penggilingan Padi UD. Sari Tani Tenggerejo Kedungpring Lamongan”, Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi, Vol. 1, No. 2, (Juni 2016), hlm. 77

26 Muhammad Gade, Teori Akuntansi, (Jakarta: Almahira, 2005), hlm. 15

badan usaha dan dari transaksi kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.27

Menurut Harahap dalam tesis Ardiana mengatakan bahwa laba adalah kelebihan penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi.28

Laba usaha adalah pendapatan yang dihasilkan dari usaha dalam satu periode tertentu kemudian dikurangi oleh beban yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan dalam periode tertentu. Adapun pengertian lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laba usaha (profit) adalah suatu penghasilan sebuah perusahaan yang terbentuk dari selisih total pendapatan (revenuer) dikurangi biaya-biaya (expanse) pada periode tertentu.

Dalam prakteknya, laba yang diperoleh dari perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu laba kotor (gross profit) dan laba bersih (net profit). Laba kotor (gross profit) adalah laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-baiay yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang paling pertama perusahaan peroleh. Laba bersih (net profit) merupakan laba yang telah dikurangi

27 Denny Putri Hapsari, “Analisis Penjualan Bersih, beban Umum dan Administrasi Terhadap Laba Tahun Berjalan”, Jurnal Akuntansi, Vol. 5, No. 1 (Januari 2018), hlm. 47

28 Wiwin Novita dan Abdul Salam, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Laba Usaha Dagang Pada Pedagang Sembako Muslim”, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia Vol. VI, No. 1, (Juni 2016), hlm. 65

biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk beban pajak.29

Landasan hukum mengenai laba usaha tertuang dalam firman Allah berikut ini:

هٰاللّ او ُر ُكْذاهف ٍتاهف هرهع ْنِِّم ْمُتْضهفها ٓاهذِاهف ۗ ْمُكِِّب َّر ْنِِّم الًْضهف ا ْوُغهتْبهت ْنها ٌحاهنُج ْمُكْيهلهع هسْيهل هن ْيِِّلۤاَّضلا هن ِمهل ٖهِلْبهق ْنِِّم ْمُتْنُك ْنِا هو ۚ ْمُكىٰدهه اهمهك ُه ْو ُرُكْذا هو ۖ ِما هرهحْلا ِرهعْشهمْلا هدْنِع

Artinya: “Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak dari ‘Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram. Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi

petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu. (QS. Al-Baqarah: 198)

Laba dimanfaatkan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembagian deviden kepada investor. Laba bersih suatu perusahaan digunakan sebagai dasar pembagian deviden kepada investornya. Jika laba bersih yang diperoleh perusahaan sedikit atau bahkan mengalami rugi maka pihak investor tidak akan mendapatkan deviden.30

29 Abd. Kholik Khoerulloh, dkk, “Pengaruh Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah dan Pendapatan Margin Murabahah Terhadap Laba Usaha pada BMT Muda Surabaya”, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Vol. 3, No. 1, )Mei 2019), hlm. 44

30 Siti Aminah, Manfaat Laba dan Arus Kas dalam Menentukan Prediksi Kondisi Financial Distress, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 4, No. 5 (2015), hlm. 2

2. Jenis-jenis Laba

a. Laba Kotor, merupakan selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok penjualan.

b. Laba Operasional, merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar dalam perekonomian, dapat diharapkan dapat akan diapai setiap tahun.

Oleh karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal.

c. Laba Sebelum dikurangi Pajak atau EBT (Earning Before Tax), merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa.

Bagi pihak-pihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan.

d. Laba Setelah Pajak atau Laba Bersih, merupakan laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba dipindahkan kedalam perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba ditahan ini akan diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham.31 3. Pertumbuhan Laba

Laba merupakan salah satru pengukuran aktifitas operasi. Angka laba biasanya dilaporkan dalam laporan laba-rugi selama satu periode bersamaan dengan komponen lainnya seperti pendapatan, beban, keuntungan dan

31 Bambang Sugiharto, “Distribusi Laba dalam Pandangan Islam”, Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol. 6, No. 1, (Juli 2020), hlm. 10

kerugian. Perusahaan yang memiliki laba yang relatif stabil memungkinkan untuk memprediksi besarnya estimasi laba di masa yang akan datang dan perusahaan ini biasanya akan membayar persentase yang lebih tinggi dari labanya sebagai deviden di bandingkan perusahaan dengan laba berfluktuasi.32 4. Kualitas Laba

Kualitas laba merupakan indikator dari kualitas informasi keuangan.

Tingginya kualitas informasi keuangan berasal dari tingginya kualitas pelaporan keuangan. Kualitas laba sebagai kemnampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan dan membantu memprediksi laba mendatang, dengan mempertimbangkan stabilitas dan persistensi laba.33

5. Perubahan Laba

Secara umum, kinerja perusahaan dapat dinilai dari kemampuan manajemen dalam memperoleh laba. Hendriksen menyatakan bahwa pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan yang secara lebih spesifik mencakup:

a) Kebutuhan untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan dan laba

b) Penggunaan laba sebagai pengukur efisiensi manajemen

32 Agustina, Rice, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengeruhi Pertumbuhan Laba Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Vol. 6, No. 1 (April 2016), hlm. 2

33 Helina dan Meiryananda Permanasari, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan Publik Manufaktur, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 19, No. 1a (November 2017), hlm. 327

c) Penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan masa depan dari perusahaan

d) Penggunaan laba sebagai penguku pencapaian dan sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial masa depan.

e) Penggunaan laba sebagai dasar untuk perpajakan

f) Penggunaan laba sebagai alat pengatur yang terikat pada kepentingan publik

g) Penggunaan angka laba oleh ekonomi dalam mengevaluasi alokasi sumber daya.34

C. Kajian Terdahulu

Jurnal yang berjudul “Pengaruh Loyalitas Pelanggan Terhadap Profitabilitas Pada Sebuah Perusahaan Jasa Automitive (PT “X”) Di Surabaya”. Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut; 1). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari Product quality Idengan loyality. 2). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari service quality dengan loyality. 3). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari emotional factpr dengan loyality. 4). Terdapat pengaruh yang positif dan sinifikan dari price (cost of acquiring) dengan loyality. 5). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari loyality dengan profitability.

Jurnal yang berjudul “Pengaruh Produktifitas Tenaga Kerja Dan Efisiensi Terhadap Laba Usaha Dan Produktifitas Modal Agroindustri di Kota Kendari

34 Erni Yanti Natalia, Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftra Di BEI, Journal of Accounting & Management Innovation Vol. 1, No.2 (July 2017), hlm. 133-134

Menggunakan Analisis Jalur”. Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut:

kontribusi laba usaha pada produktivitas tenaga kerja dan efisiensi terhadapa produtivitas modal berpengeruh signifikan. Dari pengaruh total, bahwa efisiensi lebih besar mempengaruhi produktivitas modal sebesar 1,717, pada nilai pertumbuhan rata-rata dan grafik efisiensi bahwa nilai efisiensi tumbuh (meningkat) tetapi pengaruhnya terhadap laba usaha menurun, dan laba usaha pada roduktivitas modal mengalami penurunan. Produktivitas tenaga kerja terhadap produktivitas modal sebesar -0,255, dimana seharusnya peningkatan tenaga kerja dapat menaikkan nilai produktivitas modal, tetapi menurunkan nilai produktivitas modal. Hal ini kibat dari nilai laba uasaha menurun, sehingga mengakibatkan penurunan nilai produktivitas modal.

Jurnal yang berjudul “Pengeruh Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan Terhadap Word of Mouth”. Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut: bahwa kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan berpengeruh positif dan signifikan terhadap word of mouth.

Skripsi yang berjudul “Pengeruh Loyalitas Pelanggan Terhadap Pembelian Suku Cadang Sepeda Motor Merek Aki Yuasa”. Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut: bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan kuat serta persial dari variable pembelian suku cadang merek aki yuasa dan tidak berpengaruh secara signifikan fari loyalitas pelanggam. Terdapat pengaruh yang signifikan dan kuat secara simultan dari variable pembelian suku cadang sepeda motor mere kaki

yuasa pada sentosa jata motor kota Mataram. Variabel yang mempunyai pengeruh dominan adalah variable pembelian suku cadang merek aki yuasa.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Biaya, Mutu Produk dan Strategi Pemasaran terhadap Laba Usaha Pedagang Dawet Ireng di Desa Butuh Kabupaten Purworejo”. Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut: bahwa hasil analisis deskriptif menunjukkan variabel biaya kategori baik dengan presentase 40%, variabel mutu produk pada kategori cukup dengan presentase 80%, variabel mutu strategi pemasaran pada kategori cukup dengan presentase 53,3% dan variabel laba pada kategori cukup dengan presentase 46,6%. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif antara biaya dan laba usaha sebesar 75,34%(rx2y = 0,868, thitung = 5.808 dengan sig < 0,050) dan ada pengaruh yang positif antara mutu produk terhadap laba usaha sebesar 64,80%(rx2y = 0,805, thitung = 4,499 dengan sig < 0,050) da nada pengaruh yang positif antara strategi pemasaran terhadap laba usaha sebesar 38,56%(rx1y = 0,621, thitung = 19,060 dngan sig < o,050). Biaya, mutu produk dan strategi pemasaran secara bersama-sama memberikan pengaruh yang positif terhadap laba usaha sebesar 83,90 dan sisanya 16,10% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak teliti (R = 0,916, R2 = 0,8390, Fhitung 19,060 dengan sig < 0,050).

Skripsi yang berjudul “Analisis Laba Rugi dan Skala Usaha Home Industri pengrajin Tempe (Studi Kasus Kelurahan Iringmulyo)”. Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut: bahwa laporan labaa rugi Bapak Sugino mengalami peningkatan keuntungan dari tahun 2016-2018. Rata-rata keuntungan

pada tahun 2016 sejumlah Rp. 122.760.000, pada tahun 2017 sejumlah Rp.

138.600.000, dan pada tahun 2018 sejumlah Rp. 151.560.000 pertahun. Usaha

138.600.000, dan pada tahun 2018 sejumlah Rp. 151.560.000 pertahun. Usaha

Dokumen terkait