BAB IV – ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
B. PARTISIPAN II
B.2. Analisa Data Partisipan I
2. Tahapan Pengambilan Keputusan Remarriage
Sebelum memutuskan untuk akhirnya melakukan remarriage Sisi mengaku bahwa dirinya telah memikirkan beberapa masalah – masalah yang mungkin akan dihadapinya bila ia melakukan remarriage. Menurut Sisi masalah – masalah tersebut menjadi bagian dari pertimbangannya untuk memutuskan melakukan remarriage. Salah satu masalah yang dipikirkan oleh Sisi adalah mengenai rencana memiliki anak di pernikahan keduanya ini. Sisi yang mengidap HIV mengaku tidak memiliki keinginan untuk memiliki anak lagi karena penyakit HIV yang dimilikinya. Sisi juga merasa sudah cukup bagi dirinya memiliki dua orang anak. Sisi tidak mau memiliki anak lagi juga karena salah satu anaknya masih kecil sehingga butuh usaha ekstra untuk membesarkan anak keduanya. Menurut Sisi menambah anak lagi hanya akan menjadi beban baginya. Meskipun begitu, Sisi sebenarnya sadar bahwa ada kemungkinan calon suami keduanya akan meminta anak dari dirinya dan akan menimbulkan masalah dalam rumah tangganya.
“ada sih sebelumnya, kan gini kalau saya sih kan udah punya anak dua.
Pikiran saya kan ah udahlah gausah punya anak lagi, jadi istilahnya gaada takut – takut lagi. Dalam pemikiran saya, saya udah gamau punya anak lagi, tapi kan dianya gatau kan, dianya mau anak lagi. Adasih rasa – rasa gitu, punya anak lagi lah biar dianya tambah sayang, tapi balik lagi kesitu, aku kan penyakitan capeklah mikirinnya, belum lagi yang dua ini. Belum
lagi anak yang bayi ini.”
(W1S1/PK.T1/b.195-207)
Selain memikirkan mengenai anak di pernikahannya yang kedua, masalah lain yang juga dipikirkan Sisi adalah mengenai resiko penularan terhadap suami keduanya. Sisi menyadari bahwa dapat terjadi penularan HIV dari dirinya ke suami keduanya kelak, terutama lewat hubungan seksual yang dilakukan. Sisi cenderung merasa kasihan pada suaminya bila dikemudian hari suami keduanya tertular HIV. Selain penularan terhadap calon suami keduanya, Sisi juga memikirkan mengenai masalah penularan terhadap bayi bila dirinya memiliki anak lagi di pernikahan keduanya. Hal tersebut juga merupakan salah satu alasan yang membuat Sisi enggan untuk memiliki anak lagi.
“Kan kayak gitu ya. Haha, adasih rasa takut ya, kasian kalau nanti dia terinfeksi ya. Kan gitu, walaupun apa, tetep ada rasa kasian itu, walaupun
dia yang minta, tetep ada rasa itu.”
(W1S1/PK.T1/b.217-221)
Tidak hanya memikirkan ketiga masalah yang dijelaskan sebelumnya, Sisi juga memiliki ketakutan terhadap kemungkinan untuk ditinggalkan kembali oleh suami seperti yang dia alami dipernikahannya yang pertama. Sisi menyadari bahwa penyakit HIV yang dideritanya dapat membuat suami keduanya meninggalkannya suatu hari nanti untuk wanita lain yang sehat. Menurut Sisi
selain kemungkinan suaminya pergi dengan wanita lain, ada juga kemungkinan dirinya yang malah harus meninggalkan suami keduanya karena penyakit HIV telah merenggut nyawanya. Sisi juga bercerita bahwa dirinya tidak memberitahukan masalah status HIV yang dideritanya kepada keluarga pacarnya . Hal tersebut diakui Sisi membuat dirinya memiliki ketakutan bila suatu hari nanti keluarga pacarnya tersebut akan mengetahui penyakitnya. Menurut Sisi bila keluarga pacarnya mengetahui penyakitnya, mereka tidak akan menerima Sisi. Hal tersebut disadari Sisi dapat mempengaruhi pernikahannya. Sisi sangat takut bila suatu saat nanti dirinya diketahui memiliki HIV, keluarga suami keduanya menjadi tidak merestui pernikahan mereka.
“gaada karena pihak keluarga dia udah tau kakak. Kecuali kalau kakak
menceritakan mengenai penyakit, mungkin ada yang bilang ih sama perempuan gitu. Tapi kakak gaada menceritakan mengenai penyakit ya, jadi orang itu biasa –biasa aja.”
(W2S1/PK.T1/b.387-392) Tidak hanya masalah – masalah yang dapat timbul dari remarriageyang menjadi pertimbangan Sisi, dia juga mempertimbangkan mengenai keuntungan serta kerugian yang mungkin akan diterimanya bila melakukan remarriage. Sisi berfikir bahwa remarriage akan memberikannya beberapa keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah memberikannya bantuan dalam hal ekonomi. Sisi mengharapkan melalui pernikahan, suami keduanya dapat membantunya mencari nafkah bagi keluarga mereka. Selain itu juga bila dirinya melakukan remarriage, Sisi mengharapkan suami keduanyanya dapat memberikan semangat
hidup baginya dan menjadi pendamping di kehidupannya dalam melawan penyakit HIV yang dimilikinya. Keuntungan yang dipertimbangkan Sisi tidak membuat Sisi lupa mempertimbangkan kerugian yang mungkin diterimanya. Setelah melakukan pertimbangan, ternyata menurut Sisi tidak ada kerugian yang akan didapatkannya dari melakukan remarriage.
Dalam mempertimbangkan keputusan untuk melakukan remarriage, Sisi juga mempertimbangkan resiko dari penyakitnya. Sisi mencari informasi mengenai bagaimana penyakitnya dapat mempengaruhi pernikahannya kelak. Sisi mendapatkan informasi mengenai penyakit HIV/AIDS lewat penyuluhan yang diberikan oleh komunitas ODHA di kota Medan tempat dirinya bergabung. Sisi menceritakan bahwa informasi mengenai penyakitnya yang didapatkannya dari penyuluhan tersebut yaitu adalah bagaimana cara penularan penyakit HIV/AIDS, bagaimana cara mencegah penularan terjadi, serta program kehamilan seperti apa yang tersedia untuk ODHA agar mencegah penularan dari ibu ke anak pada saat masa kehamilan, saat proses bersalin dan saat setelah melahirkan.
“mengenai pencegahannya, pencegahannya kalau dari pasangan suami istri kalau berhubungan harus pake “pengaman”, terus kalau mau hamil CD4 haru 400-600 baru boleh hamil. Terus kalau udah hamil bisa ikuti
program biar mencegah penularan dari ibu ke anak itu.”
b. Tahap Menilai Alternatif
Setelah Sisi mempertimbangkan masalah – masalah yang mungkin muncul bila dirinya melakukan remarriage, Sisi bercerita dia mulai mengumpulkan alternatif – alternatif yang dapat menjadi cara penanggulangan terhadap masalah – masalah tersebut. Menurut Sisi salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan terhadap masalah mengenai resiko penularan dari dirinya ke suami keduany. Setelah mendapatkan informasi dari penyuluhan yang diberikan oleh komunitas ODHA tempat dirinya bergabung, Sisi mengaku bahwa dirinya sudah mengerti mengenai pencegahan penularan HIV yang dapat dilakukan. Menurut Sisi pencegahan penularan virus yang dapat dilakukannya adalah dengan menggunakan “pengaman” saat melakukan hubungan suami istri.
Pencegahan penularan yang dipertimbangkan Sisi tersebut hanya menyelesaikan satu dari beberapa masalah yang telah dipertimbangkannya sebelumnya. Alternatif selanjutnya yang dipertimbangkan Sisi adalah mencari cara untuk mengatasi ketakutannya mengenai status Sisi yang mungkin diberitahukan oleh suami keduanya terhadap keluarganya kelak. Untuk mengatasi hal tersebut menurut Sisi cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan merubah mindset yang dimilikinya. Sisi berusaha untuk mempercayai calon suami keduanya. Sisi percaya bahwa kelak suami keduanya tidak akan membberitahukan status HIVnya kepada keluarganya karena rasa sayang yang dimiliki suaminya tersebut terhadap dirinya. Bila nantinya status HIV yang dideritanya tetap terbongkar, Sisi mengaku bahwa dirinya mempercayai suami keduanya akan tetap
mempertahankan dirinya dan pernikahan mereka walaupun keluarga suami keduanya meminta mereka bercerai.
“ya diakan pasti dia lebih milih aku daripada kata-kata keluarganya.”
(W3S1/PK.T2/b.216-217)
Setelah Sisi mempertimbangkan alternatif untuk mengatasi dua dari beberapa masalah yang mungkin muncul, Sisi juga mencari alternatif untuk mengatasi masalah bila suami keduanya menginginkan anak darinya setelah mereka menikah. Sisi mengaku bahwa dirinya telah mencari informasi mengenai program untuk kehamilan yang aman bagi ODHA yang punya keinginan memiliki keturunan. Sisi memang sudah mengetahui cara mengatasi penularan terhadap bayi, tetapi ketakutan dalam hatinya tidak juga hilang sepenuhnya. Sisi juga mengakui bahwa resiko kecacatan yang dapat dialami bayi juga menambah ketakutan Sisi untuk memiliki anak di pernikahan keduanya. Hal ini diatasi Sisi dengan menceritakan ketakutannya kepada calon suami keduanya. Setelah Sisi menceritakan ketakutannya, menurut Sisi calon suami keduanya juga akhirnya mengerti dan menyetujui untuk tidak memiliki anak dulu sampai Sisi merasa siap untuk memiliki anak.
”Pas udah ketauan kan kakak bilang kita jangan punya anak dulu gini –
gini.ya dia bilang oke, gausah punya anak dulu.”
Alternatif – alternatif yang Sisi kumpulkan untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul dari remarriage dirasakan Sisi belum cukup untuk mendukungnya mengambil keputusan. Selain mencari alternatif yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalahnya, Sisi juga meminta nasehat dari keluarga dan teman – temannya. Sisi meminta nasehat kepada orangtuanya mengenai pertimbangannya untuk melakukan remarriage. Sisi menceritakan bahwa sebenarnya pada awalnya keluarga Sisi tidak begitu setuju dengan keinginan Sisi untuk menikah kembali, tetapi menurut Sisi keluarganya akhirnya memberikan ijin baginya untuk menikah kembali karena melihat hubungan Sisi yang terjalin cukup lama dan dijalani dengan serius. Saat Sisi meminta nasehat dari ibunya, ibu Sisi bertanya apakah calon suami kedua Sisi sudah mengetahui mengenai status HIV yang dideritanya. Sisi bercerita bahwa menurut ibunya, bila calon suaminya tersebut sudah mengetahui mengenai penyakit HIV Sisi, tidak menjadi masalah pernikahan antara Sisi dan pria tersebut dilakukan. Ibu Sisi juga mengingatkan agar Sisi tidak lupa untuk memikirkan dengan serius resiko apa saja yang bisa timbul bila dirinya melakukan remarriage. Ibu Sisi juga meminta agar Sisi jangan memiliki anak dulu dan fokus membesarkan kedua anaknya dari pernikahan pertamanya. Sisi juga bercerita bahwa saudaranya yang lain juga memberikan nasehat yang hampir sama dengan yang diberikan ibunya, yaitu agar Sisi benar – benar memikirkan konsekuensi dari remarriage yang akan dilakukannya.
“ya pertama yang ditanya gini, mau menikah lagi? Calonnya tau gak kalo kamu terinfeksi HIV? Tau kakak bilang. Udah dipikirin mateng – mateng? Udah. Gak susah nanti ini, katanya, apa kasih tau pengarahan kalau berhubungan harus pake apa? Gitu. Tapi yang paling utama dibilang mamak apa jangan punya anak dulu. Karena kalau orang berumah tangga kan pasti berhubungan. Kalau KB sama juga gak pake “pengaman” kan. Ditahan pake KB tapi gak pake “pengaman” sama juga kan nularin kedianya kan. Terakhir itu dibilang mamak jangan punya anak dulu. Kalau calonnya udah tau oke jalanin lah kata mamak. Jangan punya anak dulu.”
(W2S1/PK.T2/b.178-197)
Selain meminta nasehat dari keluarga, Sisi juga merasa perlu untuk meminta nasehat dari teman – teman terdekatnya. Teman – teman yang diminta Sisi untuk memberikan nasehat merupakan teman - temannya yang sudah mengetahui mengenai HIV yang diderita oleh Sisi. Menurut Sisi, teman – temannya mendukung keinginan Sisi untuk melakukan remarriage. Selain memberikan dukungan, teman – temannya juga menunjukkan kepedulian mereka atas kondisi Sisi dengan memberikan saran. Sisi bercerita bahwa teman – teman Sisi juga mengingatkan Sisi untuk menceritakan masalah HIV yang dideritanya kepada calon suami keduanya. Teman – teman Sisi juga mmberikan saran pada Sisi untuk tidak memiliki anak dulu sampai Sisi siap untuk memiliki anak lagi.
Alternatif – alternatif yang dikumpulkan Sisi serta nasehat dari keluarga dan teman – temannya mendorong keinginan Sisi untuk melakukan remarriage. Hal – hal tersebut menurut Sisi juga diperkuat oleh hubungan yang terjalin baik antara dirinya dan calon suami keduanya selama pacaran. Sisi merasakan bahwa selama
berpacaran dengan calon suami keduanya, pria tersebut telah sesuai dengan sosok yang menjadi harapan Sisi untuk menjadi pendamping hidupnya kelak.
“karena sejauh pacaran gaada bikin kakak ini apa, marah apa gitu gaada.
Baik –baik aja gitu,”
(W1S1/PK.T2/b.287-289)
c. Tahap Mempertimbangkan Alternatif
Setelah Sisi mengumpulkan beberapa alternatif yang dapat digunakannya untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul bila dirinya melakukan remarriage, Sisi mempertimbangkan kembali dan mengevaluasi seluruh alternatif – alternatif yang telah ditemukannya. Setelah mempertimbangkan kembali alternatif – alternatif tersebut, Sisi merasakan bahwa tidak akan ada konsekuensi negatif yang muncul bila dirinya tetap melakukan remarriage. Hal tersebut dikarenakan menurut Sisi alternatif yang telah ditemukannya akan cukup efektif untuk mengatasi masalah – masalah yang mungkin dihadapinya bila melakukan remarriage. Menurut Sisi bila dirinya melakukan remarriage tidak ada yang perlu dikorbankan dari dirinya sendiri. Sisi juga menilai bahwa anak – anaknya juga tidak akan menjadi korban bila nantinya pernikahannya tidak berjalan dengan baik. Menurut Sisi dirinya akan tetap menjaga anak – anaknya dengan baik agar mereka tidak terkena dampak negatif yang dapat muncul dari remarriageyang dilakukannya.
“menanggulangi masalah kalau kakak sih menurut kakak cukup efektif.
Karena gak terlalu wah masalahnya, bedanya bisa menularkan itu aja”
(W3S1/PK.T3/b.266-270) Informasi – informasi mengenai pencegahan penularan virus dari dirinya ke pasangan, maupun pencegahan penularan dari dirinya ke anaknya membuat Sisi semakin yakin untuk melakukan remarriage. Selain itu, penerimaan pacarnya terhadap status HIV Sisi sebelum mereka menikah juga memperkuat keyakinan Sisi bahwa melakukan remarriage tidak akan menjadi suatu masalah.
d. Tahap Membuat Komitmen
Setelah Sisi melewati beberapa pertimbangan – pertimbangan mulai dari mengenali kemungkinan masalah, mencari alternatif – alternatif untuk mengatasinya serta mengevaluasi alternatif – alternatif tersebut, akhirnya Sisi menetapkan hatinya untuk melakukan remarriage. Lewat pertimbangan – pertimbangan tersebut, menurut Sisi melakukan remarriage merupakan suatu keputusan yang paling tepat. Menurut Sisi pernikahan kembali menjadi tepat karena suami keduanya kelak dapat membantunya dalam menafkahi keluarga dan menjadi pendamping hidupnya.
“bener lah, daripada pacaran terus, haha. Satu kalau menikah kayak yang kakak bilang tadi ada yang membiayai hidup kita, ada pendamping hidup. Cuman kadang – kadang kalo lagi ada masalah ada datang nyesal kok nikah lah dulu, gitu. Kadang – kadang kalo lagi ribut. Kalo gak ribut ya
jalanin aja.”
Komitmen untuk melakukan remarriage memang sudah dibuat oleh Sisi dengan mantap didalam hatinya, tetapi Sisi mengakui walaupun Sisi sudah membuat komitmen dengan mantap didalam hatinya untuk melakukan remarriage, tetap ada kekuatiran yang dirasakannya. Sisi yang telah mempertimbangkan segala konsekuensi dan penanggulangan masalah yang dapat dilakukannya tidak menghilangkan kekuatiran dalam hatinya, terutama kekuatirannya terhadap hal – hal yang menyangkut penyakitnya, salah satu kekuatirannya yaitu tentang resiko penularan virus yang dapat terjadi terhadap pasangannya kelak.
Kekuatiran tersebut memang diakui Sisi tidak hilang dari perasaannya, tetapi Sisi tidak menjadi goyah untuk tetap melakukan remarriage. Sisi tetap yakin bahwa melakukan remarriage merupakan keputusan akhir yang sudah dipertimbangkannya dengan matang. Pacarnya yang juga sudah mengetahui masalah status HIV yang diderita Sisi dan tetap menerima Sisi apa adanya telah menjadi penguat bagi Sisi untuk mempertahankan komitmen yang telah dibuatnya.
“apa ya. Yakin karena inilah pilihan terakhir. Sama karena dia juga udah tau posisi terus udah pasrah aja kalau nanti ditinggalin yaudah.”
(W3S1/PK.T4/b.287-290)
Setelah Sisi menetapkan komitmen untuk melakukan remarriage, Sisi memutuskan untuk memberitahu orang – orang terdekatnya mengenai keputusannya tersebut. Sisi menceritakan bahwa keluarganya merupakan pihak
yang pertama kali diberitahu olehnya mengenai keputusan dirinya melakukan remarriage. Sisi memberitahukan keputusan tersebut pertama kali kepada ibunya. Menurut Sisi ibunya pun menyetujui keputusan Sisi setelah bertanya sekali lagi mengenai keyakinan hati Sisi untuk melakukan remarriage. Setelah memberitahukan kepada orangtuanya, Sisi juga memberitahukannya kepada saudara – saudaranya mengenai keputusannya. Menurut pengakuan Sisi, keluarga besarnya juga menyetujui Sisi untuk menikah kembali, hanya saja mereka kembali mengingatkan Sisi untuk tidak memiliki anak terlebih dulu dan untuk benar – benar memikirikan konsekuensi yang mungkin muncul dari remarriage yang akan dilakukannya.
Sisi juga memberitahukan keputusannya untuk melakukan remarriage kepada teman – teman terdekatnya yang mengetahui mengenai status HIV yang dideritanya. Teman – teman Sisi juga mendukung keputusan Sisi. Mereka mengatakan kepada Sisi untuk menceritakan masalah HIV yang dideritanya kepada suami sebelum menikah.
“sebelumnya sih ada, temen – temen deket lah. Aku mau merit lah gini gini, yaudah kenapa engga kata kawan kan. Yang penting tau status katanya gitu, ko udah menceritakan mengenai penyakit ga?”
(W3S1/PK.T4/b.307-311)
Semua pihak yang telah diberitahu Sisi mengenai keputusannya untuk melakukan remarriage diketahui tidak ada yang menentang keputusan tersebut.
Keluarga dan teman – teman Sisi mendukung keputusan Sisi yang membuat Sisi semakin yakin untuk melakukan komitmennya tersebut.
e. Tetap Melakukan Komitmensaat Ada Feedback Negatif
Pernikahan kedua akhirnya dijalani oleh Sisi. Seperti kebanyakan orang, masa – masa awal pernikahannya dilalui Sisi dengan bahagia. Setelah beberapa waktu berlalu, kebahagian tersebut mulai mengalami ujian. Sisi akhirnya merasakan masalah mulai timbul dalam rumah tangganya.Masalah yang timbul diakui Sisi membuatnya merasakan ada penyesalan yang timbul. Menurut Sisi beberapa permasalahan yang timbul telah menambah beban pikirannya. Setelah menjalani beberapa waktu pernikahannya, suami kedua Sisi mulai membahas kembali untuk memiliki anak. Sisi mengaku bahwa dirinya merasa kecewa akan hal tersebut, padahal sebelum pernikahan suami keduanya sudah setuju untuk tidak memiliki anak sampai Sisi merasa siap. Tidak Sisi pungkiri, memang dirinya juga menginginkan anak dari suami keduanya tetapi rasa khawatir lebih mendominasinya daripada untuk merealisasikan keinginannya. Sisi yang juga menginginkan anak mengakui bahwa terkadang dia mengikuti kemauan suami keduanya untuk tidak menggunakan “pengaman” saat berhubungan badan, tetapi setelah itu Sisi menjadi sangat ketakutan bila dirinya hamil. Setelah menjalani pernikahan Sisi mengaku bahwa ketakutannya untuk memiliki anak tidak juga hilang dari hatinya walaupun dirinya mengetahui mengenai cara penanggulangan masalah tersebut. Ketakutan yang dirasakan dalam hatinya ternyata diperkuat juga dengan pengalaman teman Sisi yang juga merupakan seorang ODHA yang baru
melahirkan anaknya. Temannya tersebut ternyata melahirkan bayi yang mengalami kecacatan. Hal tersebutlah yang diakui Sisi juga menguatkan ketakutan yang dirasakannya untuk memiliki anak. Sisi mengakui bahwa dirinya menjadi sangat ketakutan bahkan saat dirinya hanya mengalami telat datang bulan.
“dianya mau. Dek kita punya anak kenapa sih. Jadi kakak udah bilang,
nanti kakak bilang. Boleh sih punya anak tapi anak kakak aja masih kecil –
kecil. Yakan gapapa. Kakak kayak mana ya, walaupun sekarang udah ada
kayak antipasinya kan, tapi masih takut.”
(W2S1/PK.T5/b.207-214)
Sisi menceritakan bahwa tidak hanya masalah suami yang menginginkan anak yang muncul dalam pernikahannya, tetapi banyak kekuatiran yang menyerang Sisi karena penyakitnya. Penyakit HIV yang dimilikinya membuat Sisi berfikir mengenai dirinya yang sakit – sakitan sedangkan suami keduanya yang sehat. Kekuatiran Sisi mengenai penyakitnya tersebut timbul terutama mengenai resiko oenularan HIV dari dirinya kepada suami keduanya. Penularan yang paling dikuatirkan Sisi terjadi melalui hubungan suami istri yang dilakukannya bersama suami keduanya. Hal ini menyebabkan Sisi sama sekali tidak menikmati hubungan suami istri yang dilakukannya.
“pernikahan yang kedua? Ya kek mana ya biasa aja, cuman karena dia negatif lebih susah jalaninnya. Karena kakak kan positif, kayak mana dibilang ya. Banyak ininya, iyalah kan aku positif, kan kenak HIV, kalau kau kan gak HIV. Dari situnyalah. Udah gitu kalau apa, kalau berhubungan lebih banyak ininya. Gimana ya kayak gak merasa kayak berhubungan gitu, sanking takutnya dia tertular”
(W2S1/PK.T5/b.264-274)
Kekuatiran Sisi mengenai penularan lewat hubungan badan dengan suami keduanya meningkat karena suami keduanya seringkali tidak mau menggunakan ““pengaman”” saat behubungan. Suami keduanya sering menolak menggunakan ““pengaman”” karena merasa cukup aman untuk berhubungan badan tanpa ““pengaman”” dan seks yang dilakukan tidak akan menimbulkan luka yang beresiko menularkan HIV. Karena hal tersebut Sisi kebingungan karena disatu sisi harus mengikuti kemauan suami keduanya, sedangkan di sisi lain harus tetap menggunakan ““pengaman”” untuk mencegah penularan virus. Sisi terkadang mengikuti kemauan suami keduanya untuk tidak menggunakan “pengaman”, tetapi setelah itu Sisi merasakan penyesalan dan kekuatiran mengenai penularan pun meningkat.Sisi merasa bahwa hal ini menjadi beban berat bagi pikirannya.
Pertengkaran juga sering timbul dalam pernikahan Sisi diakibatkan oleh masalah keuangan, dimana terkadang suami tidak rutin memberikan nafkah pada keluarganya. Suami Sisi juga sering kali meninggalkan Sisi untuk pulang ke daerah asalnya. Sisi menyadari karena masalah – masalah yang terjadi selama pernikahannya tersebut kondisi tubuhnya dapat terpengaruh. Sisi menyadari semenjak dirinya terkena HIV stress karena beban pikirannya dapat membuat
kondisi tubuhnya menurun. Karena hal tersebut menyebabkan seringnya Sisi berfikir untuk bercerai saat menghadapi selisih paham dengan suami keduanya.
“gada. Berjalan seperti biasa aja. Kakak kan gini semenjak kakak terinfeksi kakak gabisa beban pikiran kakak gabisa banyak – banyak. Kalau ada selisih paham dengan suami, kakak mikirnya gini, cerai ajalah, capek. Lebih banyak kesitu jadinya kalo kayak gini gaboleh banyak – banyak pikiran. Harus seneng – seneng,”
(W2S1/PK.T5/b.501-510) Walaupun begitu, masalah – masalah yang terjadi di rumah tangganya tersebut ternyata tidak membuat Sisi memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya. Sisi memutuskan untuk tetap mempertahankan pernikahannya. Sisi memutuskan untuk membangun semangatnya dan tetap berfikiran positif untuk menjalani pernikahannya. Selain itu Sisi juga memiliki beberapa alasan mengapa dirinya memutuskan untuk mempertahankan pernikahannya. Alasan yang pertama karena Sisi merasa bila dirinya bercerai, akan terlalu merepotkan bilan nantinya dirinya harus kembali memulai hubungan yang baru dan melakukan penyesuaian dari awal dengan pasangan barunya. Sisi juga memikirkan akan sulit baginya untuk menceritakan kembali mengenai