• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Penyuluhan dan Pengambilan Keputusan

Dalam dokumen Dyah Retno Pratiwi S 220809004 (Halaman 65-83)

Penarikan Kesimpulan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

3. Tahapan Penyuluhan dan Pengambilan Keputusan

Dalam penelitian ini responden yang digunakan sebagai sampel adalah sebanyak tiga orang dengan kriteria tertentu yang dilakukan oleh peneliti. Untuk akseptor Parsidi, alasan utama menjadi akseptor mantap MOP karena sudah memiliki empat orang anak. Pada awalnya yang berencana menjadi akseptor mantap adalah istrinya, tetapi karena alasan kelebihan berat badan maka keluarga tersebut memutuskan agar suaminya saja yang menjadi akseptor mantap MOP. Selama penyuluhan secara interpersonal keadaannya sangat tidak memenuhi syarat kesehatan, tekanan darahnya terlalu tinggi dan kandungan gizi dalam badannya sangat kurang. Sehingga perlu waktu untuk perbaikan gizi sebelum tindakan MOP dilakukan. Selama tiga hari berturut-turut PLKB mengunjungi rumahnya untuk membawakan makanan agar kondisinya dapat membaik dan operasi segera dapat dilakukan.

Akseptor yang kedua bernama Whisnu Andriyantoro, alasan mengapa akseptor mau untuk menjadi akseptor mantap MOP karena beliau tidak tega apabila sang istri yang menjadi peserta KB mantap dan kebetulan juga istrinya tidak cocok dengan semua jenis alkon. Alasan pendukungnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan bagi kedua anaknya.

Untuk akseptor yang ketiga bernama Agus Purnawan, alasan utama beliau mau untuk menjadi akseptor mantap MOP karena tidak ingin

commit to user

52

memiliki anak lagi dan ingin menggantikan istrinya untuk menjadi akseptor KB.

Keuntungan menjadi akseptor mantap MOP adalah masa recovery

atau masa pemulihannya lebih cepat bila dibandingkan dengan MOW.

Hanya memerlukan waktu tiga hari untuk sembuh dan dapat beraktivitas secara normal, sedangkan MOW bisa memakan waktu hingga satu minggu dan itupun apabila kondisi fisik akseptor mendukung serta benar-benar mengikuti saran dokter dan PLKB untuk tidak terlalu banyak beraktivitas terlebih dahulu. Pernah terjadi pada akseptor MOW, karena keadaan jahitan pasca operasi belum kering dengan sempurna dan dia banyak melakukan aktivitas, maka yang terjadi adalah pendarahan pada jahitan.

Karena MOP merupakan program dari pemerintah dan yang menjadi sasaran adalah para pria atau suami yang notabene adalah seorang kepala keluarga maka, selama masa recovery tiga hari tersebut mereka mendapat santunan dari pemerintah sebesar Rp150.000,-. Hal ini dilakukan karena selama tiga hari tersebut seorang kepala rumah tangga tidak dapat melakukan tanggung jawabnya dalam hal pekerjaan, oleh sebab itu pemerintah memberikan santunan.

a. Penyuluhan Secara Umum

Dalam penyuluhan yang dilakukan dalam kegiatan di tingkat RT/RW, yang dimaksudkan dengan kegiatan tingkat RT/RW misalnya pertemuan rutin “Jalu Sejati” yang dilakukan setiap tanggal 15, pertemuan

commit to user

53

hansip di kelurahan yang dilakukan antara tanggal 18-20, pertemuan LPMK setiap tanggal 19, dan SKD KB Gilingan setiap tanggal 27. Menjadi keuntungan dan nilai plus bagi PLKB Kelurahan Gilingan, bahwa dari pihak kelurahan memberikan ijin dan kebebasan untuk menjadi bagian dalam setiap kegiatan yang melibatkan bapak-bapak, selain itu pejabat kelurahan selalu setia mendampingi PLKB dalam setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan. Hal ini juga menjadi alasan ketertarikan para akseptor KB mantap MOP.

Seorang PLKB melakukan penyuluhan secara umum dan memberi penjelasan tentang MOP secara garis besar disetiap pertemuan tersebut. Dari sini penyuluh sudah dapat melihat siapa saja yang merasa tertarik dengan apa yang dipresentasikan. Karena hal ini merupakan sesuatu yang sangat pribadi maka dari para calon akseptor ini merasa sungkan. Untuk mengatasi perasaan sungkan tersebut PLKB Kelurahan Gilingan

memberikan semacam brosur lengkap dengan “ contac person” untuk

memudahkan calon akseptor tersebut mendapatkan informasi yang lebih lengkap. (contoh brosur dapat dilihat di lampiran)

“ ...karena dalam brosur sudah saya lengkapi dengan no HP, ya...bapak-bapak yang merasa tertarik dengan vasektomi akan telephon dan membuat janji untuk bertemu, kalau sudah seperti ini baru biasanya saya melakukan kunjungan dirumah dan sekalian bertemu dengan istrinta...” (hasil wawancara 16 Juni 2011, dengan PLKB Kelurahan Gilingan)

Semua akseptor mantap MOP bersikap sama, pada saat penyuluhan yang dilakukan PLKB pada setiap pertemuan-pertemuan tersebut,

commit to user

54

umumnya mereka masih merasa sungkan dan malu untuk bertanya lebih lanjut tentang MOP kepada PLKB.

“ ...sungkan mbak..., ini kan masalah yang sangat pribadi kalau menurut saya, jadi lebih enak kalau bicara secara pribadi juga mbak...” (hasil wawancara dengan Whisnu, 18 Juni 2011)

“ ….sering susah kalau mau bicara di depan umum, ada perasaaan malu, lagian ka nada no hp mbak Dini di selebaran, ya saya tinggal telpon saja mbak...”

(hasil wawancara dengan akseptor Parsidi, 25 Agustus 2011)

Mereka berpendapat dengan adanya selebaran atau brosur yang ditinggalkan pada saat kegiatan pertemuan tersebut sangat membantu mereka untuk mendapatkan jawaban atas rasa keingintahuan mereka tentang apa sebenarnya MOP itu?

Program penyuluhan yang dilakukan oleh para PLKB memiliki tujuan yaitu membangun keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Pesan yang disampaikan lewat penyuluhan yang dilakukan disetiap kelurahan diharapkan dapat menciptakan suatu perubahan. David K. Berlo menyebutkan perubahan tersebut dalam tiga bentuk yakni: (1) Perubahan pengetahuan audience, menyangkut kognitif. (2) Perubahan sikap audience, menyangkut bidang afektif. (3) Perubahan dalam perilaku audience, menyangkut perubahan dibidang psikomotorik.

Bila khalayak lebih mengerti tentang Keluarga Berencana dan Program-program yang ditawarkan setelah mengikuti dan mendengarkan penyuluhan dari para PLKB, maka penyuluhan tersebut telah menimbulkan efek kognitif. Bila penyuluhan tentang Program-program

commit to user

55

KB tersebut membuat khalayak tergugah dan berkeinginan melaksanakan, maka penyuluhan tersebut menimbulkan efek afektif. Apabila khalayak benar-benar bertindak mengikuti apa yang dikatakan oleh para PLKB dalam penyuluhan yang dilakukan maka perubahan yang terjadi atau efeknya adalah psikomotorik.

Pengiriman pesan oleh Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana melalui penyuluhan yang dilakukan disetiap kegiatan yang ada dikelurahan dan pertemuan di tingkat RT/RW akan diterima oleh khalayak. Keadaan atau proses komunikasi ini menciptakan suatu situasi belajar sosial

Setelah merasa memiliki ketertarikan dengan vasektomi maka

barulah ketiga calon akseptor tersebut menghubungi PLKB kelurahan Gilingan lewat telephon untuk membuat kesepakatan kapan waktu yang tepat untuk dapat bertemu dan berbicara secara lebih pribadi. Dari ketiga akseptor tersebut semuanya sama, mereka merasa sungkan untuk bertanya pada PLKB dalam forum yang terbuka.

b. Penyuluhan Secara Interpersonal

Dalam proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh para PLKB

yaitu salah satunya dengan menggunakan komunikasi interpersonal

(komunikasi antar pribadi). Komunikasi antarpribadi (interpersonal

communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan respon verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung.

commit to user

56

Bentuk khusus komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi

diadik (dyadic communication) yang hanya melibatkan dua individu,

misalnya suami-istri, dua sejawat, guru-murid, dll. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara langsung dan simultan.

Penyuluhan secara interpersonal adalah penyuluhan yang dilakukan oleh petugas dengan mendatangi atau melakukan penyuluhan secara pribadi dan hal ini dilakukan secara personal dengan pendekatan yang

lebih privacy. Hal ini dilakukan untuk akseptor atau responden kurang

mampu berkomunikasi di depan umum. Penyuluhan secara interpersonal juga dilakukan oleh PLKB tersuluh, masyarakat yang mendapat penyuluhan, meminta untuk diberikan penjalasan yang lebih detail terdapat suatu hal yang akan dibicarakan secara pribadi. Dalam beberapa wawancara yang dilakukan faktor rasa malu, dan sungkan adalah faktor yang mendorong PLKB melakukan penyuluhan secara interpersonal.

“ ….sering susah kalau mau bicara di depan umum, ada perasaaan malu, lagian kan ada no hp mbak Dini di selebaran, ya saya tinggal telpon saja mbak...”

(hasil wawancara dengan akseptor Parsidi, 25 Agustus 2011)

“ .. kurang bebas gitu mbak…apalagi ini masalah pribadi…” (hasil wawancara dengan akseptor Agus, 10 Maret 2011)

Dari hasil tersebut maka komunikasi interpersonal sangat diperlukan dalam melakukan penyuluhan MOP oleh PLKB.

commit to user

57

Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh PLKB dilakukan dengan kunjungan kerumah akseptor MOP tersebut, untuk waktunya menyesuaikan dengan pemilik rumah. Dari ketiga akseptor MOP tersebut memiliki cerita sendiri-sendiri saat kunjungan, untuk akseptor Parsidi, kunjungan dilakukan setiap malam hari seminggu sekali. Karena pekerjaannya adalah seorang pedagang mainan maka pengetahuannya tentang MOP sangat minim. Pada saat kunjungan pertama beliau mengungkapkan alasan ketertarikannya kepada MOP, walaupun sama sekali dia tidak tahu apa sebenarnya MOP.

“ ...ya karena anak saya sudah banyak mbak dan kerjaan saya cuma dagang mainan, kan ga cukup...” (hasil wawancara tanggal 25 Agustus 2011)

Dari ketidaktahuannya tersebut maka PLKB dengan sabar memberikan penjelasan secara detail tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan MOP, keuntungan yang didapatkan serta efek dan kerugian yang akan dialami apabila menjadi akseptor. Dari kunjungan pertama yang dilakukan tersebut sudah terlihat antusias dari pihak calon akseptor tersebut. Pada saat melakukan penjelasan tersebut PLKB juga turut melibatkan pasangan atau istri, dengan harapan apabila kedua belah pihak tahu tentang MOP secara lebih mendalam maka akan memudahkan mereka untuk berunding dalam mengambil keputusan

Pada saat pertama kali PLKB melakukan kunjungan kerumah, pada saat itu dilakukan pada siang hari. Karena keluarga Parsidi ini tinggal di lingkungan perkampungan yang padat penduduk maka selalu menjadi

commit to user

58

pusat perhatian dan menjadi tanda tanya besar bagi para tetangga. Dan setelah tahu maksud dan tujuan dari kedatangan PLKB tersebut muncul perlawanan dari pihak lingkungan.

Para tetangga mulai mendekati keluarga Parsidi dan mempengaruhi mereka agar mengurungkan niat untuk menjadi akseptor mantap MOP.

“ ...kamu meh ikut KB ? nek kamu wes ikut KB besok-besok kamu wes bisa “ kumpul” sama istrimu lho...”

“ ...lho!!! KB khan dilarang agama, kamu gak takut dosa ta ?” (hasil wawancara tanggal 25 Agustus 2011)

Cara yang mereka gunakan adalah dengan menakut-nakuti menggunakan mitos yang selama ini ada dimasyarakat, bahwa bila seorang

laki-laki melakukan vasektomi maka dia tidak akan lagi bisa melakukan

hubungan suami istri, karena sudah kehilangan kejantanannya. Selain itu juga dengan menggunakan senjata agama, bahwa bila seorang laki-laki

melakukan vasektomi merupakan suatu perbuatan dosa dan dilarang oleh

agama.

Dengan adanya hal tersebut dari pihak akseptor tetap mau melanjutkan penyuluhan, tetapi penyuluhan dilakukan pada saat malam hari dan dari pihak PLKB juga menyesuaikan, maksudnya adalah pada saat melakukan kunjungan kekeluarga Parsidi dilakukan tanpa menggunakan seragam dan motor dinas. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir intimidasi yang dilakukan di lingkungannya.

Untuk akseptor yang kedua bernama Whisnu Andryantoro, karena latar belakang pendidikannya adalah Sarjana Pendidikan dan juga

commit to user

59

berprofesi sebagai dosen swasta, maka pengetahuan beliau tentang vasektomi sudah cukup. Dari pihak PLKB hanya cukup memberikan tambahan-tambahan penjelasan saja dan lebih menekankan pada kesalahan atau ketidakbenaran tentang mitos yang ada dilingkungan masyarakat sekarang ini. Tetapi karena latar belakang pendidikan yang baik, maka tidak begitu banyak kendala yang didapati dilapangan dan kunjungan hanya dilakukan sebanyak empat kali. (Sumber : hasil pengamatan 03 Mei 2011)

Akseptor yang ketiga adalah Agus Purnomo, beliau juga memiliki latar belakang pendidikan yang baik, yaitu Diploma. Sehingga sama dengan akseptor sebelumnya, dari pihak PLKB dapat dengan mudah memberikan penjelasan tanpa kendala yang berarti karena sedikit banyak sudah mengetahui tentang MOP. Kendala yang ada dari akseptor ini hanyalah masalah waktu, dikarenakan beliau adalah seorang wiraswasta yang selalu pergi keluar kota. Membutuhkan tiga kali kunjungan yang dilakukan oleh PLKB. (Sumber : hasil observasi 13 Februari 2011)

c. Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Akseptor Mantap MOP

Keputusan untuk melakukan pemilihan dilakukan setelah seseorang merasa yakin dan tumbuh rasa percaya terhadap suatu hal yang menjadi pilihan tersebut, dengan munculnya rasa percaya, yakin akan pilihan yang dilakukan adalah benar.

commit to user

60

Dari definisi tersebut maka munculnya pilihan yang dilakukan oleh akseptor, khususnya terhadap calon akseptor MOP, munculnya rasa percaya dan keyakinan yang dimiliki oleh akseptor terhadap penyuluhan yang dilakukan oleh PLKB dipengaruhi oleh beberapa hal.

Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan

komunikasi yang berhasil terdapat dua faktor penting, yaitu

keterpercayaan sumber (source credibility) dan daya tarik komunikator

(source attractiviness). Dua hal tersebut didasarkan pada kebutuhan utama dari seorang komunikan untuk menerima suatu pesan, yang mencakup:

1. Keinginan untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar. Jadi, komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana dia memperoleh kepercayaan dari komunikan dan apa yang dinyatakannya.

2. Keinginan untuk menyamakan dirinya dengan komunikator atau bentuk hubungan lainnya dengan komunikator. Akan sukses dalam

komunikasinya apabilah dia berhasil memikat perhatian

komunikan.

Kepercayaan kepada komunikator (source credibility) ditentukan

dari keahliannya untuk dapat atau tidak dipercaya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang positif. Semakin dikenal dan

commit to user

61

komunikan untuk mengubah kepercayaan kearah yang dikehendaki komunikator. Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk

melakukan perubahan sikap melalui daya tarik (source atractiveness), jika

pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka.

Misalnya, komunikator dianggap mempunyai kesamaan dengan

komunikan sehingga komunikan tunduk kepada pesan yang

dikomunikasikan.

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, dimulai dari penyuluhan yang dilakukan di tingkat RT/RW dan kelurahan serta beberapa kali kunjungan yang dilakukan oleh PLKB maka para akseptor MOP tersebut dapat mengambil keputusan untuk berpartisipasi atau tidak dalam KB mantap MOP.

Untuk akseptor Parsidi, setelah beberapa kali kunjungan dan waktu perbaikan gizi akhirnya beliau mau untuk menjadi akseptor mantap MOP dengan alasan dari segi ekonomi beliau sudah merasa sangat berat karena

sudah memiliki empat orang anak dan beliau juga merasa bahwa vasektomi

merupakan jalan yang aman untuk membantu dia dalam permasalahan KB selama ini. Akhirnya operasi dilakukan di Rumah Sakit Slamet Riyadi, Surakarta tanggal 13 Oktober 2011, pukul 10.30 dan pada saat operasi dilaksanakan, isteri dan ketiga anaknya juga ikut mendampingi.

Untuk akseptor Whisnu Andriyantoro dan Agus Purnomo alasan

mereka mau untuk menjadi akseptor vasektomi adalah tidak ingin memiliki

commit to user

62

Whisnu, dan tiga orang anak untuk Agus. Selain itu pertimbangan yang lain adalah mereka ingin meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka dalam segala hal, mulai dari pendidikan, kesehatan,dll

Selain alasan tersebut diatas yang diungkapkan oleh masing-masing akseptor, menurut hasil wawancara penulis dengan masing-masing-masing-masing akseptor secara terpisah, yaitu pada tanggal 13 dan 17 Oktober 2011 terdapat satu alasan yang sama yang menjadi alasan penting bagi mereka yaitu mereka bertiga benar-benar percaya kepada PLKB yang memberikan penyuluhan bukan hanya suami sebagai akseptor, tetapi kepercayaan terhadap PLKB juga dimiliki oleh para istri, karena dari awal penyuluhan dilakukan para istri selalu dilibatkan.

“ ...kalau saya, ya pokoknya percaya saja sama mbak Dini...” “ ...saya mau ikut MOP ya karena saya percaya sama PLKBnya...” “ ...PLKBnya meyakinkan sekali waktu kunjungan kerumah, dan penjelasannyapun juga masuk akal mbak, jadi ya saya percaya...”

(hasil wawancara secara terpisah pada tanggal 13 dan 17 Oktober 2011) Hal ini dikarenakan mereka merasa dalam melakukan penyuluhan PLKB tersebut sangat meyakinkan dan menguasai secara detail tentang vasektomi.

Dari pengakuan ketiga akseptor dan juga hasil observasi yang dilakukan penulis pada tanggal 13 Oktober 2011, perhatian dari PLKB tidak berhenti pada saat operasi dilakukan saja.

Penulis melihat bahwa selama proses operasi berlangsung PLKB mendampingi istri atau pasangan dari akseptor tersebut dan membelikan

commit to user

63

makan siang dengan anggaran pribadinya. Selain itu juga setelah operasi selesai dilakukan khususnya bagi keluarga Parsidi yang termasuk dalam keluarga yang kurang mampu PLKB juga menanggung biaya taksi atau transportasi. Mengapa PLKB memilih taksi, hal ini dengan alasan taksi lebih aman apabila dibandingkan dengan bus dan alasan yang paling penting adalah menghindar dari pertanyaan tetangga.

Perhatian tidak berhenti sampai disini saja, PLKB masih terus memantau dengan cara yang sama yaitu melakukan kunjungan kepada ketiga akseptor pasca operasi MOP dilakukan.

“ ...setelah saya selesai operasi mbak, mbak Dini tu masih datang ke rumah, lihat gimana perkembangannya setelah oprasi, ya...itu kalau ga salah dua kali...” (hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2011 dengan Agus)

“ ...masih rutin datang kerumah mbak, mbak Dininya, liat gimana perkembangan saya...” (hasil wawancara tanggal 19 Oktober 2011 dengan Whisnu)

PLKB tersebut akan terus memantau perkembangan dari para akseptornya sampai benar-benar yakin bahwa akseptornya tersebut sudah pulih dan dapat melakukan aktivitasnya kembali secara normal.

Selain dari sudut pandang para akseptor, disini penulis juga melihat dari sudut pandang PLKB. Disini hanya singkat saja bahwa yang dilakukan PLKB pada saat melakukan penyuluhan adalah menganggap para akseptor tersebut seperti keluarga.

“ ...ya intinya saat saya melakukan pendekatan, saya anggap mereka itu keluarga saya, ben mereka gak merasa sungkan kalau bertanya...” (hasil wawancara tanggal 13 Oktober 2011)

commit to user

64

“ ... hal yang terus saya tekankan saat kunjungan ya kalau mitos- mitos yang ada sekarang tu gak bener...” (hasil wawancara tanggal 05 November 2011)

Karena dengan kedekatan yang dijalin antara PLKB dan akseptor akan menghilangkan rasa sungkan untuk bertanya lebih mendalam tentang MOP. Selain itu PLKB juga lebih menekankan bahwa setelah melakukan vasektomi seorang suami masih bisa melakukan hubungan dengan pasangannya tanpa pengaruh apapun. Hal ini untuk menepis mitos yang

ada, karena yang dilakukan dalam vasektomi hanyalah memotong saluran

sperma dan bukan memotong alat kelamin seorang pria. Selain itu juga ada pengakuan dari orang-orang yang sudah menjadi akseptor MOP

sebelumnya bahwa setelah menjalani vasektomi mereka menjadi semakin

sensitif dan merasa sangat aman apabila melakukan hubungan dengan pasangan, karena sudah tidak ada beban akan memiliki keturunan lagi.

B. Pembahasan

Pemerintah, sebagai ‘agen perubahan’ dapat menerapkan kebijakan

pemberdayaan masyarakat miskin dengan tiga arah tujuan, yaitu enabling,

empowering, dan protecting. Enabling maksudnya menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Sedangkan empowering, bertujuan untuk memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, yakni dengan menampung berbagai masukan dan menyediakan prasarana dan sarana yang diperlukan. Protecting, artinya melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.

commit to user

65

Dalam hubungannya dengan program keluarga berencana diperlukan suatu lembaga atau organisasi yang dapat menyampaikan apa yang menjadi tujuan dari program tersebut dan bagaimana keuntungan dan kerugian pelaksanaan program yang dianjurkan tersebut. Dalam penyuluhan program tersebut perlu dilakukan suatu komunikasi untuk menyampaikan apa yang diinginkan oleh pemerintah.

Pelaksanaan pembangunan disuatu wilayah merupakan wujud eksistensi pemerintah wilayah tersebut. Menurut Saul M Katz, pembangunan merupakan perubahan yang berlangsung secara luas dalam masyarakat bukan hanya sekedar perubahan pada sektor ekonomi saja, tapi juga mencakup masalah-masalah perubahan ekonomi, sosial dan politik dimana masalah-masalah tersebut saling

berhubungan antara satu dengan yang lain.44

Mardikanto menyatakan bahwa pembangunan, pada hakekatnya adalah proses perubahan terencana yang merupakan interaksi antar banyak pihak, dalam rangka mengupayakan perbaikan mutu hidup seluruh warga masyarakat, dengan menggunakan teknologi yang terpilih. Sehingga komunikasi pembangunan dapat diartikan sebagai proses interaksi seluruh pemangku kepentingan pembangunan (yang terdiri dari aparat pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, pekerja sosial, aktivis LSM, dan perseorangan atau kelompok/organisasi sosial) untuk tumbuhnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan menggerakkan dan mengembangkan partisipasi mereka dalam proses perubahan terencana demi perbaikan mutu hidup segenap warga masyarakat secara berkesinambungan, melalui optimalisasi sumber daya yang dapat dimanfaatkan, dengan menggunakan

44

Saul M Katz. 1989. Modernisasi Administrasi untuk Pembangunan Nasional Suatu Arahan. PT. Bina Aksan. Jakarta.

commit to user

66

teknologi atau menerapkan inovasi yang sudah terpilih.45

Setiap komunikasi dilakukan pastilah memiliki tujuan yang jelas, sedangkan komunikasi kesehatan ini memiliki tujuan sebagai berikut: tujuan

strategis, relay information, enable informed decision making, promote healthy

behaviors, promote peer information exchange and emotional support, promote self-care dan manage demand for health services; dan tujuan praktis: meningkatkan pengetahuan-komunikasi kesehatan, dan mendesain komunikasi

kesehatan.46

Komunikasi kesehatan dapat dimasukkan ke dalam komunikasi

pembangunan (Development Communication). Hal ini dikarenakan seorang

komunikator dalam pembangunan kesehatan masyarakat adalah merancang suatu proses komunikasi yang tepat sesuai dengan program tertentu. Secara umum para komunikator komunikasi pembangunan yang diharapkan adalah komunikator yang dapat berperan ganda-serentak untuk beberapa program. Misalnya

meningkatkan kemampuan dan ketrampilan bagi komunikator sebagai leader

dalam kebijakan komunikasi kesehatan, sebagai perancang strategi dan implementasi komunikasi, dan lain-lain.

Bila dilihat dari konsep komunikasi pembangunan secara luas dan terbatas, maka komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan; terutama antara masyarakat

Dalam dokumen Dyah Retno Pratiwi S 220809004 (Halaman 65-83)

Dokumen terkait