commit to user
i
KOMUNIKASI KESEHATAN DAN PERILAKU
AKSEPTOR KB MANTAB
(Studi Kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan oleh PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana) terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di Kelurahan
Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu komunikasi
DYAH RETNO PRATIWI S 220809004
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
KOMUNIKASI KESEHATAN DAN PERILAKU AKSEPTOR KB MANTAB
(Studi Kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan oleh PLKB (Penyuluh Lapangan
Keluarga Berencana) terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di Kelurahan
Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta)
Disusun oleh :
Dyah Retno Pratiwi
NIM : S 220809004
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing.
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Dr.Widodo Muktiyo,SE,M.Com NIP. 196402271988031002
Pembimbing II Drs. Subagyo , S.U.
NIP. 195209171980031001
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Pascasarjana
commit to user
iii
KOMUNIKASI KESEHATAN DAN PERILAKU AKSEPTOR KB MANTAB
(Studi Kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan oleh PLKB (Penyuluh Lapangan
Keluarga Berencana) terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di Kelurahan
Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta)
TESIS
Dyah Retno Pratiwi
NIM : S 220809004
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof.Drs.Totok Sarsito,SU,MA,Ph.D
NIP. 194904281979031001
Sekretaris Sri Hastjarjo,S.Sos,Ph.D NIP. 197102171998021001
Anggota Dr.Widodo Muktiyo,SE,M.Com
NIP. 196402271988031002
Anggota Drs. Subagyo , S.U.
NIP. 195209171980031001
Mengetahui
Direktur Ketua Program Studi
Program Pascasarjana UNS Ilmu Komunikasi
Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. Ahmad Yunus,Ms Prof.Drs.Totok Sarsito,SU,MA,Ph.D
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
Nama : Dyah Retno Pratiwi
NIM : S220809004
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Komunikasi
Kesehatan dan Perilaku Akseptor KB Mantab (Studi kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan oleh PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana) terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari,
Surakarta)adalah betul-betul karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi.
Sepanjang pengetahuan saya, dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, Oktober 2012 yang membuat pernyataan
commit to user
v
MOTTO
Mintalah maka akan diberikan kepadamu ;carilah
maka kamu akan mendapatkan ; ketuklah maka
pintu akan dibukakan bagimu.
Ketakutan hanya ada dalam pikiran manusia
Semua rencana Allah untuk kita selalu baik adanya
sebab Ia selalu menjadikan semua indah pada
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh hormat dan kecintaan pada
kesabaran, penantian yang bukan sia-sia, Tesis ini
aku persembahkan untuk :
Ayah dan Ibu yang sangat aku cintai dan mencintai
aku, terima kasih untuk semua doa dan rasa sayang
yang tulus untukku.
Kakak-kakakku yang selalu memberi semangat,
nasihat serta penghiburan disaat aku merasakan
sesak dan penat dalam hatiku.
Surakarta, Oktober 2012
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu
mendampingi dan menolong saya pada saat yang tepat, sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyusun dan manyelesaikan Tesis ini. Penyusunan Tesis dengan
judul KOMUNIKASI KESEHATAN DAN PERILAKU AKSEPTOR KB
MANTAB (Studi Kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan oleh PLKB (Penyuluh
Lapangan Keluarga Berencana) terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di
Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta) ini berisikan tentang
komunikasi kesehatan yang digunakan oleh seorang PLKB dalam mempengaruhi
perilaku masyarakat untuk ikut terlibat menjadi akseptor KB mantab MOP
(Metode Operasi Pria).
Diperlukan kesabaran dan perjuangan yang panjang dan banyak hal pula
yang penulis dapatkan dari hasil penelitian ini. Dalam proses awal penulisan
hingga akhir saya menyadari bahwa sesungguhnya keberadaan PLKB disuatu
daerah, terutama di Kelurahan Gilingan memiliki tugas yang berat. Seorang
PLKB harus mampu memberikan penyuluhan secara jelas dan mendalam kepada
masyarakat di daerah tersebut yang sebagian besar penduduknya berpendidikan
rendah.
Dalam penyusunan Tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
commit to user
viii
1. Dr. Widodo Muktiyo, SE.M.Com dan Drs. Subagyo. SU selaku Dosen
Pembimbing dalam penulisan tesis ini, yang telah memberikan saran-saran
hingga terselesaikannya penulisan Tesis ini.
2. Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D dan Sri Hastjarjo, S.Sos., Ph.D
selaku Dosen Penguji, yang telah dengan sabar membimbing selama masa
revisi hingga semuanya dapat terselesaikan.
3. Drs. Mardiono Joko Setiawan, selaku Kepala Kelurahan Gilingan
4. Dhian Artika Mahardini, S.Sos, selaku PLKB Kelurahan Gilingan
5. Masyarakat Kelurahan Gilingan
6. Seluruh rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
tesis ini.
Tentunya Penulisan Tesis ini masih jauh dari sempurna mengingat
terbatasnya kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik yang membangun
maupun pengarahan-pengarahan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.
Akhirnya penulis berharap agar penulisan tesis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Surakarta, Oktober 2012
commit to user
ix
ABSTRAK
Dyah Retno Pratiwi. S220809004. KomunikasiKesehatan dan Perilaku Akseptor KB Mantab (Studi Kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan Oleh PLKB Terhadap Perilaku Akseptor KB Mantab MOP di Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta), Pembimbing I : Dr. Widodo Muktiyo, SE, M.Com, Pembimbing II : Drs. Subagyo, SU. Program Studi Magister Ilmu Komunikasi,
Minat utama Riset dan Pengembangan Teori Komunikasi, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya pemahan yang sangat minim dari masyarakat tentang pentingnya sebuah keluarga yang sejahtera dan berkualitas. Dari ketidaktahuan masyarakat tersebut, maka timbul rasa keengganan untuk mengikuti Program Keluarga Berencana yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada era Orde Baru, Program Keluarga Berencana mencapai pada tingkat keberhasilannya, namun pada saat sekarang ini kesadaran masyarakat untuk mau mengikuti program KB sangatlah rendah. Dengan keadaan semacam ini maka pemerintah melalui PLKB, secara gencar mensosialisasikan Program Keluarga Berencana kepada setiap masyarakat disetiap daerah.
Tujuan umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana dalam memberikan informasi tentang pentingnya KB dan kesadaran masyarakat untuk ikut terlibat dalam program KB, khususnya MOP yang ada di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan
wawancara mendalam (indepth interview), dengan menggunakan metode
deskriptif. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah para akseptor mantap yang memilih metode kontrasepsi MOP (Metode Operasi Pria) yang ada di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari sepanjang tahun 2011 sejumlah, sebanyak tiga orang. Penelitian deskriptif kualitatif menurut Suripan Sadi Hutomo memiliki arti bahwa seorang peneliti harus mencatat segala macam fenomena yang dilihat, didengar, dan dibaca setelah itu peneliti harus mengkombinasikan, mengabstraksikan dan menarik kesimpulan.
commit to user
x
ABSTRACT
Dyah Retno Pratiwi. S220809004. Health Communication and Behaviour of Acceptors KB Mantab (a case study of the influence of Health Communication By The Acceptor Behavior PLKB KB Mantab MOP In
Kelurahan Gilingan, Sub-District Banjarsari Munacipilty Surakarta), Tutorship I : Dr. Widodo muktiyo,SE, M.Com, Tutorship II: Drs. Subagyo, SU. Course of Study Magister Science Communication, Main Interest Research and Development Communication Theory, Graduate Program Sebelas Maret University Surakarta.
Background of the research is the existence of pemahan is very minimal from the community about the importance of a family of a prosperous and good Government via PLKB, by disseminating the vigorous family planning programs to any society of every region
General purpose of the holding of this research is to know how the effectiveness of communication from the Field Officers in family planning provides information on the importance of KB and community awareness to get involved in the program, particularly the MOP in Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.
This research included in this type of qualitative research with in-depth interviews (depth interviews), using descriptive methods. Population taken in this study is the steady acceptors are choosing a contraceptive method MOP (Method of Operation Men) in Mill Village, District Banjarsari through 2011 number, as many as three people. Research descriptive qualitative according to suripan sadi hutomo having meaning that a researcher should note all sorts of phenomena which is seen is hearing. And read after that researchers must combining, mengabstraksikan and draw conclusion
commit to user
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A.LatarBelakangMasalah ... 1
B.IdentifikasiMasalah ... 8
C.PembatasanMasalah ... 9
D.RumusanMasalah ... 10
E. TujuanPenelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II. ORIENTASI TEORITIK A.Deskripsi Teoritik ... 12
commit to user
x
2. Perubahan Sikap sebagai Dampak Komunikasi
Kesehatan ... 17
3. Komunikasi Pembangunan dalam Keluarga Berencana ... 21
4. Petugas Lapangan Keluarga Berencana... 23
B.Penelitian yang Relevan ... 30
C.KerangkaPikir ... 33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.LokasiPenelitian ... 36
B.JenisPenelitian ... 37
C.Jenis Data dan Sumber Data ... 38
D.TeknikPengumpulan Data ... 39
E. TeknikAnalisis Data ... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian43 1.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 43
2.Kegiatan PLKB ... 49
3.Tahapan Penyuluhan dan Pengambilan Keputusan... 51
B.Pembahasan ... 64
BAB V. PENUTUP A.Kesimpulan ... 77
B.Implikasi ... 78
commit to user
xi
DAFTAR PUSTAKA ... 81
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk yang terpadat
keempat di dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat. Ini semua salah
satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan sebuah keluarga kecil yang
berkualitas. Sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya di Jawa masih
memegang falsafah “banyak anak, banyak rejeki”. Falsafah yang telah ada sejak
jaman nenek moyang ini mungkin sudah tidak bisa berlaku lagi di saat yang serba
sulit sekarang ini.
Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mulai
rezim Orde Baru bangsa Indonesia melaksanakan program Keluarga Berencana.
Program ini dimaksudkan untuk mengendalikan dan memberikan pengertian
tentang keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan adanya tingkat pertumbuhan
penduduk yang ada di Indonesia.
Berpijak dari permasalahan pertumbuhan penduduk Indonesia yang
semakin tidak terkendali maka pemerintah melanjutkan kembali Program
Keluarga Berencana. Dengan adanya program tersebut maka pemerintah
menggunakan sarana para Kader atau para Petugas Lapangan Keluarga
commit to user
2
biasa disebut dengan PLKB ini adalah untuk memberikan penyuluhan tentang apa
pentingnya KB dan bagaimana membentuk sebuah keluarga yang berkualitas.
Sebenarnya para Petugas Lapangan Keluarga Berencana memiliki peran
hanya sebagai motivator. Dengan bermacam-macam program yang ditawarkan
para PLKB membujuk masyarakat untuk mau mengikuti program KB Nasional.
Misalnya dalam salah satu programnya tentang Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi, dalam pelayanan kontrasepsi, disini para PLKB
menyampaikan pesan kepada masyarakat yang berperan sebagai komunikan
melalui proses penyuluhan atau juga bisa dengan cara melakukan pendekatan
secara personal kepada masyarakat tertentu, dalam hal ini para keluarga muda
yang belum paham dan belum mengikuti program KB. Selain itu media massa
juga berperan dalam memberikan informasi kepada masyarakat yang belum
memperoleh penyuluhan dari PLKB.
Sebelum berbicara lebih lanjut tentang program Keluarga Berencana dan
metode kontrasepsi, akan lebih baik bila dimulai dari pemahaman tentang
perkawinan dan hakekat sebuah keluarga. Nikah menurut pengertian lughoh
adalah berkumpul menjadi satu.1 Menurut istilahnya, pengertian perkawinan
adalah suatu akad (perjanjian) yang memperbolehkan persetubuhan dengan
menggunakan lafadh nikah atau kawin.2 Sedangkan dalam pasal 1
Undang-undang RI No. 1 tahun 1974, perkawinan dipahami sebagai ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami dan isteri dengan tujuan
1
Departemen Agama bekerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1993. Tuntunan Pendidikan Kehidupan Berkeluarga. Jakarta. hal. 5.
2
commit to user
3
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.3
Jika perkawinan merupakan langkah awal dari terbentuknya sebuah
keluarga, maka keluarga juga memiliki pemahaman tersendiri. Sebenarnya apa
yang dimaksud dengan keluarga? Keluarga merupakan unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-isteri dengan anaknya atau ayah dengan
anaknya atau ibu dengan anaknya.4 Keluarga lazimnya disebut rumah tangga
yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dalam pergaulan
hidup.
Bila perkawinan merupakan langkah awal dari terbentuknya sebuah
keluarga maka demikian pula dengan keluarga. Keluarga merupakan awal
terbentuknya suatu masyarakat yang pada akhirnya dapat membentuk sebuah
negara.
Dalam mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera, mengikuti
program Keluarga Berencana merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan
tersebut. Dengan mengikuti salah satu metode kontrasepsi yang ditawarkan, maka
dari sinilah sebuah keluarga telah berjalan menuju sebuah keluarga yang
berkualitas.
Terdapat beberapa jenis dan teknik kontrasepsi yang sering digunakan di
Indonesia dan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yakni: 1. Kontrasepsi
Hormonal, yang terdiri dari pil KB, suntikan, dan implant. 2. Kontrasepsi Non
Hormonal, terdiri dari kondom, IUD, tissue KB. 3. Metode Operasi, terdiri dari
3 Ibid.
4 BKkbN. 2009. Keluarga Sejahtera dan Kesehatan Reproduksi Dalam Pandangan
commit to user
4
MOP (vasektomi) dan MOW (tubektomi). 4. Metode Alamiah, terdiri dari
pantang berkala, senggama terputus, dan ASI eksklusif (MAL).5
Dari sekian banyak metode kontrasepsi yang ditawarkan, Metode Operasi
Pria (MOP) atau juga sering disebut dengan vasektomi merupakan salah satu
varian dari metode kontrasepsi yang ditawarkan dalam program keluarga
berencana. Lebih lanjut tentang MOP dalam buku Materi Konseling (untuk
membantu klien memilih jenis kontrasepsi dan mengatasi efek samping dan
komplikasi) mengatakan :
MOP atau vasektomi adalah cara mencegah kehamilan melalui operasi
kecil dilakukan pengikatan atau pemutusan saluran sperma/vas deferent sehingga sel mani atau sperma tidak dikeluarkan pada saat hubungan
seks sedangkan cairan mani tetap ada.6
Dalam masyarakat Indonesia pada umumnya menganggap metode
kontrasepsi MOP atau vasektomi merupakan sesuatu hal yang aneh, karena
mereka berpikir bahwa mengikuti program KB merupakan kewajiban dari seorang
istri. Demikian pula dengan masyarakat di Kelurahan Gilingan, pemahaman
masyarakat tentang MOP sangatlah minim. Akibat dari pemahaman yang minim
tersebut maka ketertarikan dan kesertaan Pasangan Usia Subur (PUS) untuk
mengikuti metode kontrasepsi tersebut sangat rendah.
Diantara bermacam macam metode kontrasepsi yang ditawarkan PLKB,
metode kontrasepsi hormonal jenis suntik menjadi pilihan dari sebagian besar
masyarakat Kelurahan Gilingan. Sedangkan untuk metode kontrasepsi operasi
5
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2003. Materi Konseling (untuk membantu klien memilih jenis kontrasepsi dan mengatasi efeksamping dan komplikasi). Jawa Tengah. hal 33
6
commit to user
5
jenis MOP menjadi metode kontrasepsi yang paling sedikit peminatnya, karena
metode ini memiliki efek secara psikologis dan efek secara medis. Bila dilihat dari
sudut pandang psikologis, MOP memiliki dampak pada rasa kepercayaan diri
akseptor tersebut. Dengan mengikuti MOP seorang pria akan merasa ada sesuatu
yang hilang dalam dirinya dan juga menjadi seseorang laki-laki yang kurang
sempurna, karena tidak dapat memiliki keturunan apabila ingin menikah lagi.
Selain dari sudut pandang psikologis, metode kontrasepsi ini juga
memiliki efek samping dan komplikasi secara medis yaitu :
Menimbulkan rasa nyeri, atau terjadi pendarahan setelah operasi (hematoma) yang ditimbulkan akibat beban yang terlalu berat dan duduk terlalu lama serta infeksi pada kulit scortum apabila operasinya tidak sesuai dengan prosedur. Disamping itu efek samping yang lainnya Granuloma Sperma, karena pada kedua ujung vas deferent timbul
benjolan kenyal dan nyeri.7
Penjelasan tersebut diatas mengilhami penulis untuk menghubungkan
antara keluarga sejahtera dan berkualitas dengan keikutsertaannya terhadap
metode kontrasepsi MOP atau vasektomi. Dalam hal ini adalah komunikasi
kesehatan yang dilakukan oleh PLKB sehingga dapat mempengaruhi perilaku
akseptor mantap MOP di Kelurahan Gilingan.
Sebagai cara untuk meningkatkan kesertaan kepala keluarga sebagai
akseptor mantap MOP, maka seorang PLKB harus memberikan penyuluhan
secara tersendiri kepada para laki-laki yang termasuk dalam PUS secara lebih
intensif.
Dalam penyuluhan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga
Berencana ini terdapat pesan yang berupa memberikan pemahaman kepada
7
commit to user
6
masyarakat tentang pentingnya mengikuti program keluarga berencana. Selain itu
juga akan ada penyuluhan tersendiri secara lebih efektif terhadap para calon
akseptor yang tertarik dengan program yang ditawarkan.
Penyuluhan yang dilakukan oleh PLKB memiliki tujuan guna merubah
cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh komunikator, dalam hal ini PLKB. Demikian pula dengan kegiatan
komunikasi bertujuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan, baik perubahan
pengetahuan, sikap ataupun tingkah laku. Untuk itu apakah penyuluhan yang
diberikan oleh PLKB dapat menciptakan perubahan-perubahan tersebut, terutama
untuk mendorong masyarakat untuk mengikuti vasektomi atau MOP.
Penyuluhan yang dilakukan oleh PLKB sebagai salah satu kegiatan yang
mempunyai visi dan misi dari pesan yang disampaikan pada khalayak. Yaitu
mampu membawa perubahan-perubahan tertentu dari pesan yang disampaikan.
Sebagai contoh, bila seseorang sering mengikuti penyuluhan melalui kegiatan
yang dilakukan oleh PLKB maupun melalui media yang lainnya, maka
pemahaman akan keluarga yang berkualitas akan melakat pada diri orang tersebut,
dan orang tersebut akan melakukan dalam kehidupannya.
Hal inilah yang juga dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga
Berencana di Kelurahan Gilingan. PLKB Kelurahan Gilingan memberikan
penyuluhan kepada warga untuk mensosialisasikan program Keluarga Berencana,
dalam hal ini penulis khususkan pada metode kontrasepsi MOP. Dengan
penyuluhan yang diberikan diharapakan dapat menciptakan perubahan-perubahan
commit to user
7
ketertarikan, dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti seperti apa yang
dikatakan PLKB.
Penyuluhan yang dilakukan di Kelurahan Gilingan tidak hanya dilakukan
satu kali dalam satu bulan, tetapi bisa lebih dari dua kali. Ini disebabkan PLKB
disana selalu berusahan untuk ambil bagian pada setiap pertemuan yang dilakukan
oleh warga, baik di tingkat RT/RW, baik itu perkumpulan ibu-ibu atau
bapak-bapak.
Pendekatan yang dilakukan tidak hanya terbatas pada menghadiri setiap
perkumpulan, tetapi juga pendekatan yang lebih personal pada setiap pasangan
usia subur yang merasa tertarik dengan program yang ditawarkan oleh PLKB.
Dengan pendekatan ini diharapkan pasangan tersebut memiliki rasa keingintahuan
yang lebih besar lagi dan memiliki ketertarikan yang kuat terhadap program yang
ditawarkan.
Sekalipun jumlah peminat MOP dan MOW di Kelurahan Gilingan,
Kecamatan Banjarsari relatif sangat sedikit, lain halnya dengan Kelurahan
Gilingan. Dalam kurun waktu satu tahun, yaitu pada tahun 2011 jumlah akseptor
mantap akseptor MOW ada lima orang sedangkan MOP dikelurahan ini ada tiga
orang. Jumlah akseptor mantab MOP ini merupakan jumlah yang paling banyak
apabila dibandingkan dengan dua belas kelurahan lain yang ada di Kecamatan
Banjarsari.
Jumlah akseptor mantab MOW lebih banyak dibandingkan dengan
commit to user
8
Indonesia masih memandang bahwa mengikuti program KB merupakan
kewajiban seoarang wanita atau istri.
Pendapat tentang mengikuti program KB merupakan kewajian seorang
wanita atau istri rupanya tidak berlaku di Kelurahan Gilingan. Dengan
keikutsertaan seorang kepala keluarga dalam program KB membuktikan adanya
kepedulian dari kaum lelaki untuk ikut bertanggung jawab dalam pembentukan
keluarga yang berkualitas dan sejahtera, serta ikut mensukseskan program
Keluarga Berencana Nasional.
Berangkat dari permasalahan tersebut diatas penulis berusaha untuk
menggali lebih dalam tentang komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh PLKB
di Kelurahan Gilingan, sehingga mampu untuk mempengaruhi seorang kepala
keluarga untuk menjadi akseptor mantab MOP atau vasektomi.
B. Identifikasi Masalah
Para Petugas Lapangan Keluarga Berencana memiliki tugas untuk
mensosialisasikan tentang Keluarga Berencana dengan berbagai macam
program-program yang ditawarkan di dalamnya. Penyuluhan atau sosialisasi dapat
dilakukan pada saat kegiatan Posyandu atau juga dapat dilakukan pada saat
terdapat pertemuan warga disetiap RT/RW. Selain itu juga dapat dilakukan
komunikasi yang lebih intens dengan cara kunjungan disetiap rumah warga. Hal
ini dilakukan dengan catatan calon akseptor tersebut sudah benar-benar merasa
commit to user
9
Disinilah letak permasalahan yang penulis lihat, tidak semua PLKB
melakukan cara-cara seperti yang penulis utarakan diatas. Tidak semua PLKB
mampu untuk memanfaatkan fasilitas yang ada, biasanya untuk dapat masuk
kedalam masyarakat suatu kelurahan maka seseorang harus melakukan
pendekatan terhadap pejabat Kelurahan setempat agar mendapatkan dukungan
dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
Dari permasalahan yang penulis utarakan tersebut penulis akan
mengamati cara pendekatan atau lebih tepatnya dilihat dari kacamata komunikasi
kesehatan, tentang apa yang dilakukan oleh para PLKB di Kelurahan Gilingan,
Kecamatan Banjarsari, sampai pada akhirnya mampu untuk masuk lebih dalam di
lingkungan Kelurahan dan dilanjutkan lagi dengan masuk kedalam masyarakat
kelurahan tersebut. Mulai dari masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu,
kemudian merasa tertarik dan akhirnya melakukan Program Keluarga Berencana
MOP yang ditawarkan oleh PLKB.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya akan melakukan penelitian di
Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari. Hal ini dikarenakan dalam kurun
waktu satu tahun, yaitu selama tahun 2011, dengan jumlah RW (Rukun Warga)
sebanyak 21 RW sudah terdapat tiga orang yang menjadi peserta KB MOP.
Penulis akan melihat Kelurahan tersebut dari komunikasi kesehatan yang
dilakukan oleh PLKB sehingga para pria yang termasuk dalam pasangan usia
commit to user
10
diketahui komunikasi kesehatan apa yang digunakan oleh PLKB untuk
mempengaruhi calon akseptor sampai memutuskan untuk mau mengikuti
vasektomi atau MOP.
D. Rumusan Masalah
Jumlah peserta MOP di Kecamatan Banjarsari pada tahun 2011 relatif
sedikit, tetapi diantara tiga belas kelurahan yang ada di Kecamatan Banjarsari,
jumlah peserta MOP di Kelurahan Gilingan relatif paling banyak.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi
kesehatan dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)
sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor KB mantab MOP di Kelurahan
Gilingan Kecamatan Banjarsari?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB) sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor mantab MOP
di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari Surakarta.
Dalam penelitian ini penulis akan melihat dari tiga aspek komunikasi
kesehatan, yaitu: 1. Segi komunikatornya, 2. Pesan yang disampaikan, 3. Media
yang digunakan oleh PLKB untuk menyampaikan pesan tersebut. Sehingga dari
ketiga aspek tersebut dapat kita ketahui komunikasi kesehatan yang diterapkan di
commit to user
11
F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini tidak hanya memiliki manfaat bagi
penulis saja, tetapi diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.Manfaat Teoritis
a. Memberi sumbangan pemikiran dalam pengembangan Ilmu
Komunikasi pada umumnya.
b. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan jawaban terhadap
permasalahan yang diteliti yaitu tentang komunikasi kesehatan (dilihat
dari aspek komunikator, pesan yang disampaikan, dan media yang
digunakan) dilakukan oleh PLKB sehingga dapat mempengaruhi
perilaku akseptor mantab MOP di Kelurahan Gilingan, Kecamatan
Banjarsari, Surakarta.
2.Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan kepada para pihak yang berkepentingan
dalam penelitian ini.
b. Untuk mengaplikasikan teori penelitian yang penulis dapatkan
dibangku kuliah.
c. Untuk melengkapi syarat akademis guna mencapai gelar Magister
Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
commit to user
12
BAB II
ORIENTASI TEORITIK
A. Deskripsi Teoritik
1. Komunikasi Kesehatan dalam Komunikasi Pembangunan
Definisi komunikasi kesehatan sebenarnya melekat pada hubungan
konseptual antara “komunikasi” dengan “kesehatan” sehingga konsep komunikasi
memberi peranan pada kata yang mengikutinya. Pengertian komunikasi kesehatan
menurut Health Communication Partnership`s M/MC Health Communication
Materials Database, 2004 adalah : 8
Seni dan penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi dan memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai peraturan ataupun sebagai organisasi dikalangan audiens yang mengatur perhatian terhadap kesehatan. Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh mungkin merubah dan membaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika.
Adapun cakupan komunikasi kesehatan antara lain: komunikasi
persuasif, analisis faktor-faktor psikologis individual yang mempengaruhi
persepsi terhadap kesehatan, pendidikan kesehatan, pemasaran sosial,
penyebarluasan informasi kesehatan melalui media, advokasi, resiko komunikasi,
komunikasi dengan pasien, dan lainnya.9
Setiap komunikasi dilakukan pastilah memiliki tujuan yang jelas,
sedangkan komunikasi kesehatan ini memiliki tujuan sebagai berikut: tujuan
8
Alo Liliweri. 2009. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta. hal. 47.
9
commit to user
13
strategis, relay information, enable informed decision making, promote healthy
behaviors, promote peer information exchange and emotional support, promote
self-care dan manage demand for health services; dan tujuan praktis:
meningkatkan pengetahuan-komunikasi kesehatan, dan mendesain komunikasi
kesehatan.10
Manfaat mempelajari komunikasi kesehatan adalah memahami interaksi
antara kesehatan dengan perilaku individu, meningkatkan kesadaran kita tentang
isu kesehatan, masalah atau solusi, menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan
antar etnik atau antar ras. Memperkuat infrastruktur kesehatan masyarakat dimasa
yang akan datang.11
Topik mengenai komunikasi kesehatan dapat dimasukkan ke dalam
komunikasi pembangunan (Development Communication). Hal ini dikarenakan
seorang komunikator dalam pembangunan kesehatan masyarakat adalah
merancang suatu proses komunikasi yang tepat sesuai dengan program tertentu.
Secara umum para komunikator komunikasi pembangunan yang diharapkan
adalah komunikator yang dapat berperan ganda-serentak untuk beberapa program.
Misalnya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan bagi komunikator sebagai
leader dalam kebijakan komunikasi kesehatan, sebagai perancang strategi dan
implementasi komunikasi, dan lain-lain.
Pelaksanaan pembangunan disuatu wilayah merupakan wujud eksistensi
pemerintah wilayah tersebut. Menurut Saul M Katz, pembangunan merupakan
perubahan yang berlangsung secara luas dalam masyarakat bukan hanya sekedar
10
Ibid. hal. 67.
11
commit to user
14
perubahan pada sektor ekonomi saja, tapi juga mencakup masalah-masalah
perubahan ekonomi, sosial dan politik dimana masalah-masalah tersebut saling
berhubungan antara satu dengan yang lain.12
Mardikanto menyatakan bahwa pembangunan, pada hakekatnya adalah
proses perubahan terencana yang merupakan interaksi antar banyak pihak, dalam
rangka mengupayakan perbaikan mutu hidup seluruh warga masyarakat, dengan
menggunakan teknologi yang terpilih. Sehingga komunikasi pembangunan dapat
diartikan sebagai proses interaksi seluruh pemangku kepentingan pembangunan
(yang terdiri dari aparat pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, pekerja sosial,
aktivis LSM, dan perseorangan atau kelompok/organisasi sosial) untuk
tumbuhnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan menggerakkan dan
mengembangkan partisipasi mereka dalam proses perubahan terencana demi
perbaikan mutu hidup segenap warga masyarakat secara berkesinambungan,
melalui optimalisasi sumber daya yang dapat dimanfaatkan, dengan menggunakan
teknologi atau menerapkan inovasi yang sudah terpilih.13
Sedangkan menurut Emil Salim, sebuah pembangunan mencakup tiga
hal, yaitu :14
1. Kemajuan lahiriah seperti pangan, sandang dan perumahan, dll
2. Kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan dan rasa
sehat.
12
Saul M Katz. 1989. Modernisasi Administrasi untuk Pembangunan Nasional Suatu Arahan. PT. Bina Aksan. Jakarta.
13
Opcit.hal.251.
14
commit to user
15
3. Kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam
perbaikan hidup berkeadilan sosial.
Bila dilihat dari konsep komunikasi pembangunan secara luas dan
terbatas, maka komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi
(sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) diantara semua
pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan; terutama antara masyarakat
dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan dan
penilaian terhadap pembangunan.15
Sedangkan dalam arti yang sempit, komunikasi pembangunan merupakan
segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan
ketrampilan-ketrampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai
pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan ini bertujuan agar
masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam
melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan.16
Seorang ahli bernama Goran Hedebro, menyebutkan peran komunikasi
dalam pembangunan ada tiga, yaitu:17
1. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang
untuk bertindak nyata.
2. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan ditengah kehidupan bermasyarakat.
15
Zulkarimen Nasution. 2009. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori Dan Penerapannya. Raja Grafindo. Jakarta. hal.106.
16
Ibid.
17
commit to user
16
3. Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi
program-program pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk.
Pendapat ini sesuai dengan pandangan Wilbur Schramm, yang
mengatakan peran komunikasi dalam proses pembangunan sosial adalah sebagai
instrumen untuk menciptakan pembaharuan dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang transformatif yang selalu berubah untuk menjadi berkembang
dan progresif.18
Tugas pokok komunikasi dalam proses transformasi sosial ada tiga
macam, yaitu :19
1. Menyampaikan informasi kepada masyarakat serta menjadi forum untuk
menciptakan ruang publik yang membahas apa saja informasi yang telah
diterima masyarakat.
2. Menciptakan ruang yang memberi kesempatan masyarakat ikut ambil
bagian dalam pengambilan keputusan.
3. Menciptakan social education (pendidikan sosial) bagi warga masyarakat
guna mewujudkan masyarakat terdidik yang berpandangan luas atau
intelek.
18
Ibid.
19
commit to user
17
2. Perubahan Sikap sebagai Dampak Komunikasi Kesehatan
Komunikasi dilakukan karena ada tujuan dan maksud tertentu, salah satu
tujuan dari komunikasi adalah mempengaruhi sikap komunikan, misalnya:
perubahan pikiran, pandangan, pendapat; perubahan afeksi dan perubahan
perilaku dan tindakan komunikan sebagaimana yang dikehendaki komunikator.
Dapat dikatakan bahwa komunikasi yang berdampak, sama dengan
komunikasi persuasif, karena dengan komunikasi ini pesan yang disampaikan
komunikator akan cepat sampai pada komunikan dan sedikit banyak akan
memberikan dampak pada komunikan.
Sebagian besar komunikasi bertujuan untuk mempengaruhi audiens
dengan menampilkan komunikator, rancangan pesan, media yang dapat
mempersuasikan komunikan. Dan metode persuasi dapat dilakukan dengan
banyak cara, misalnya kampanye, promosi, negosiasi, propaganda, periklanan,
penyuluhan, dll.
Metode persuasi yang lazim digunakan oleh para Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB) adalah penyuluhan. Dengan mengikuti penyuluhan
yang dilakukan PLKB diharapkan masyarakat melakukan perubahan perilaku
untuk mengubah perilakunya, dari yang semula tidak tertarik menjadi tertarik dan
akhirnya mau untuk melakukan suatu tindakan nyata.
Dalam perubahan perilaku yang terjadi pada diri komunikan juga
terdapat faktor penghalang dan faktor pendukung. Hal ini terjadi karena adanya
konsekuensi yang harus dihadapi oleh komunikan, khususnya akseptor mantab
commit to user
18
selain itu kesiapan mental dari akseptor sendiri juga dapat menjadi penghalang.
Maksud dari kesiapan mental adalah bagaimana seseorang mampu menghadapi
konflik yang ada dalam dirinya sendiri, mengetahui bahwa setelah mengikuti
MOP dia bukanlah seorang pria yang sempurna lagi.
Apabila seorang komunikan telah memahami tentang MOP berikut
dengan konsekuensi yang akan didapatkan, maka dari konsekuensi tersebut akan
menjadi penguat (reinforcer) untuk memutuskan mengikuti program tersebut atau
tidak.
Hal ini seperti yang telah dinyatakan dalam Health Belief Model (HBM),
menurut Lewin`s Field Theory (1935) memperkenalkan tentang konsep barriers
(penghalang) dan facilitators (pendukung) terjadinya perubahan perilaku.20 Selain
itu pada tahun 1950 an, konsep ini disempurnakan kembali oleh para psikolog
sosial melalui U.S. Public Health Service. Mereka berpendapat bahwa perubahan
perilaku yang terjadi pada diri komunikan karena adanya konsekuensi dari
perubahan perilakunya tersebut. Konsekuensi yang didapat berupa hukuman
(punishment), penghargaan (reward), atau bahkan penguat (reinforcer), pendapat
tentang adanya konsekuensi terdapat dalam Stimulis Response Theory.21
Dalam Cognitive Theory mengatakan bahwa lebih mudah untuk
mempengaruhi keyakinan dan harapan atau perkiraan mengenai sebuah situasi
untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku; daripada mencoba
mempengaruhi perilaku secara langsung. Hal inilah yang juga dilakukan oleh
PLKB, yaitu mempengaruhi keyakinan dan harapan dari akseptor mantab MOP
20Jones & Bartlett Publishers. 2008. Introduction To Health Behavior Theory. London.
The Department of Practice and Policy The School of Pharmacy, University of London. hal. 38.
21
commit to user
19
bahwa dengan mengikuti metode kontrasepsi tersebut akan dapat terbentuk
keluarga yang sejahtera dan berkualitas.
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, bahwa untuk dapat memutuskan
mengikuti metode kontrasepsi MOP, seseorang harus memiliki keyakinan dalam
dirinya bahwa dengan mengikuti program tersebut akan mendapatkan hasil yang
baik, yaitu sebuah keluarga yang berkualitas dan sejahtera.
Hal ini seperti diungkapkan dalam Health Belief Model, disana
diungkapkan bahwa ada empat komponen model dalam perubahan sikap yang
dilakukan seseorang. Keempat model tersebut adalah:22 1. Perceived
Susceptibility: seberapa yakin seseorang bahwa ia memiliki masalah kesehatan
tertentu. 2. Perceived Severity: seberapa yakin seseorang akan keseriusan masalah
kesehatan yang dimiliki. 3. Perceived Benefits: seberapa yakin seseorang terhadap
hubungan/manfaat perilaku yang disarankan untuk mengurangi resiko terkait
dengan masalah kesehatan yang dimilikinya. 4. Perceived Barriers: apa saja
aspek-aspek negatif yang berpotensi menghambat seseorang untuk melakukan
perilaku yang disarankan.
Selain keempat komponen model Health Belief Model, terdapat dua
model tambahan, yaitu :23Cues to Action: faktor-faktor yang membuat seseorang
berubah, atau mau berubah. Self-Efficacy: keyakinan seseorang bahwa ia akan
mampu atau berhasil untuk melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk
mendapatkan hasil.
22
Ibid.hal. 31-33.
23
commit to user
20
Dalam Health Belief Model memiliki asumsi dasar bahwa Orang percaya
atau yakin bahwa dengan melakukan suatu tindakan kesehatan spesifik yang
tersedia (available) baginya akan mencegah terjadinya penyakit. Dan yang kedua
adalah orang ingin menghindari penyakit atau ingin sembuh.
Perubahan perilaku yang dilakukan oleh komunikan dalam hal ini
akseptor mantab MOP setelah mengikuti bermacam-macam penyuluhan yang
dilakukan PLKB pastilah memiliki tujuan yang jelas. Tujuan utama mereka
mengikuti MOP supaya mereka tidak lagi memiliki keturunan dan dapat lebih
fokus untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga yang dimiliki sekarang, mulai
dari masalah gizi, pendidikan, dll. Dengan adanya pemikiran yang fokus tentang
masa depan dari keturunan yang dimiliki maka akan memiliki keturunan yang
lebih berkualitas, memiliki ketrampilan, dan juga daya saing yang baik bagi masa
depan.
Pembahasan tentang sebuah harapan dari perubahan perilaku yang
dilakukan oleh seseorang juga terdapat dalam Value-Expectancy Theory. Dalam
teori ini mengatakan bahwa terdapat tiga hal utama yang harus diperhatikan,
yaitu:24 1. Expectancy: individu percaya/yakin bahwa penambahan/peningkatan
usaha akan menghasilkan peningkatan kinerja. 2. Instrumentality: individu yakin
bahwa peningkatan kinerja akan menghasilkan hasil/imbalan yang pasti. 3.
Outcomes: individu selalu menghargai upah atau hasil (outcome/reward
orienteed).
24
commit to user
21
3. Komunikasi Pembangunan dalam Keluarga Berencana
Komunikasi pembangunan dalam sektor Keluarga Berencana ini agaknya
dapat disebut sebagai aktivitas yang paling serius hubungannya dengan
komunikasi. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan pada satu dekade belakangan ini
kegiatan komunikasi Keluarga Berencana merupakan aktivitas yang paling gencar
dan intensif dilakukan dimana saja di negara yang sedang berkembang. Ada
beberapa penyebab intensifnya kegiatan komunikasi dilapangan KB, yaitu:25
1. Belajar dari keberhasilan yang dicapai pada bidang yang lain, seperti
pertanian, pendidikan, dan sebagainya.
2. Mendesaknya prioritas masalah kependudukan bagi sebagian besar
negara yang sedang berkembang.
3. Tersedianya dana dan sumber (resources) yang bukan saja cukup, bahkan
berlimpah, dari badan-badan internasional, seperti Bank Dunia,
Population Council, Rockkefeller Foundation, dsb.
Secara garis besar, kegiatan komunikasi Keluarga Berencana berkisar
pada beberapa hal yang pokok, yaitu :26
1. Menanamkan pengertian bahwa jumlah anak perlu dikendalikan atau
direncanakan.
2. Mengubah presepsi bahwa semakin banyak anak berarti bertambah
banyak rejeki.
3. Mendidikkan ketrampilan menggunakan alat kontrasepsi.
4. Mengubah sikap dan perilaku yang berkenaan dengan usia perkawinan.
25Zulkarimen Nasution. 2009. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori Dan
Penerapannya. Raja Grafindo. Jakarta. hal. 178.
26
commit to user
22
Penerapan teori dan praktek komunikasi yang menyangkut implikasi
sosial pertumbuhan populasi dan implikasi personel kontrasepsi, menurut Echoles
dapat dikelompokkan ke dalam tiga fase, yaitu :27
Pertama, ketika tidak ada program ataupun dukungan, pada saat orang
menyadari adanya problem kependudukan dan berusaha untuk memperoleh
penerimaan bagi kontrasepsi.
Kedua, adalah fase ketika suatu keluarga berencana yang terbatas
dilakukan oleh sejumlah kecil orang yang membujuk klien agar datang, mendidik
mereka mengenai kontrasepsi dan memberikan pelayanan kepada klien tersebut.
Ketiga, merupakan tahapan ketika program ini telah mencapai suatu fase
yang memiliki program dan personil tersendiri untuk masing-masing aspek :
informasi dan edukasi, penyampaian pelayanan, klinik KB dan pusat kesehatan,
tindak lanjutan, latihan personil, program sosioekonomi yang mempromosikan
keluarga kecil, dan studi tentang keefektivan. Pada ketiga fase tersebut,
komunikasi kependudukan memainkan peranan penting bagi keberhasilan
program KB secara keseluruhan.
Menurut Worral, ada enam strategi komunikasi yang berkembang di
lingkungan aktivitas KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk KB, yaitu:28
1. Penggunaan saluran medis dan komunikasi tradisional.
commit to user
23 5. Penggunaan insentif dan disinsentif.
6. Pengintegrasian KB ke dalam issu pembangunan yang lebih luas.
4. Petugas Lapangan Keluarga Berencana
Dalam rangka mencapai tujuan pemerintah melalui program Keluarga
Berencana Nasional, pemerintah menggunakan para Petugas Lapangan Keluarga
Berencana atau juga sering disebut dengan PLKB untuk dapat mencapai sasaran
yang dituju. Oleh sebab itu mereka harus memiliki kemampuan, bakat, kecakapan,
dan sifat kepemimpinan, disamping menjalankan kegiatan-kegiatan, fungsi dan
tanggung jawab, dan hal inilah yang biasa disebut dengan kredibilitas.
Kredibilitas merupakan suatu image atau gambaran audiens mengenai
kepribadian komunikator. Seorang pendengar akan mendengarkan komunikator
yang dinilai mempunyai tingkat kredibilitas tinggi yang dicirikan oleh
variabel-variabel attractiveness, motives, similarity, trustworthiness, expertness, dan origin
of the message.29 Sedangkan arti dari kredibilitas itu sendiri adalah kualitas,
kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan.
Seorang Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana yang baik hendaklah
memiliki kredibilitas yang baik dihadapan para audiens atau para calon akseptor
yang mengikuti setiap penyuluhan yang dilaksanakan. Karena dengan memiliki
kredibilitas yang baik sebagai seorang komunikator KB, maka akan dapat lebih
mudah untuk mempengaruhi dan meyakinkan para komunikan untuk mau
mengikuti program Keluarga Berencana yang ditawarkan.
29
commit to user
24
Hal ini serupa dengan apa yang dikemukakan Kasali bahwa sumber
kekuatan sebuah kelompok atau organisasi tidak hanya ditentukan oleh knowledge
dan expertise setiap anggotanya, tetapi keberhasilan atau kegagalan tersebut lebih
ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam kelompok tersebut.30
Dalam penelitian ini seorang PLKB diumpamakan sebagai seorang
pemimpin dalam sebuah organisasi. Selain bertugas untuk menyampaikan pesan
tentang program Keluarga Berencana Nasional, Para PLKB juga memiliki tugas
sebagai motivator bagi masyarakat. Maka disini seorang PLKB juga memiliki
tanggung jawab yang besar akan keberhasilan atau kegagalan dari penyampain
pesan yang dilakukan kepada audiens.
Dengan tugas sebagai seorang motivator maka PLKB memiliki tujuan,
yaitu guna mempengaruhi cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku sesuai
dengan visi dan misi yang dimiliki oleh BKKBN. Hal serupa juga terjadi dalam
kegiatan komunikasi, yaitu bertujuan untuk menimbulkan suatu
perubahan-perubahan, baik perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Untuk itu
apakah dengan adanya Petugas Lapangan Keluarga Berencana dapat menciptakan
perubahan-perubahan tersebut, terutama dalam hal pengetahuan dan
pengaplikasian kedalam kehidupan sehari-hari.
Penyampaian pesan dari para Petugas Lapangan Keluarga Berencana ini
dapat dilakukan dengan cara penyuluhan-penyuluhan di Puskesmas ataupun juga
di Kelurahan-kelurahan tempat para PLKB ditempatkan. Selain dengan cara
penyuluhan secara bersama-sama, para PLKB juga melakukan pendekatan secara
30
commit to user
25
lebih personal kepada masyarakat dengan cara kunjungan ke setiap rumah disetiap
kelurahan.
Penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh para PLKB menggunakan
sistem KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi).31 Untuk dapat memahami tentang
pengertian KIE maka penulis akan menjabarkan pengertiannya secara satu
persatu, dimulai dari pengertian komunikasi, komunikasi disini lebih menitik
beratkan pada komunikasi kesehatan. Komunikasi kesehatan adalah usaha
sistematis untuk mempengaruhi perilaku positif dimasyarakat, dengan
menggunakan prinsip dan metode komunikasi baik menggunakan komunikasi
pribadi maupun komunikasi massa. Informasi adalah keterangan, gagasan
maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang disampaikan).
Edukasi adalah proses perubahan perilaku ke arah yang positif. Pendidikan
kesehatan merupakan kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan karena
merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan
pelayanan kesehatan.
Telah disebutkan diatas bahwa tugas dari PLKB adalah hanya sebagai
motivator, dalam memberikan motivasi ini para PLKB melakukannya dengan cara
konseling. Ada beberapa jenis konseling KB, yaitu :32
a. Konseling Awal
1. Bertujuan menentukan metode apa yang diambil.
2. Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membantu klien
untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya.
31 Rafless Bencoolen.2011. KIE dalam Pelayanan KB.Jakarta. 32
commit to user
26
Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini :
1. Menanyakan langkah yang disukai klien.
2. Apa yang diketahui tentang cara kerjanya, kelebihan dan
kekurangannya.
b. Konseling Khusus
1. Memberi kesempatan untuk bertanya tentang cara KB dan
membicarakan pengalamannya.
2. Mendapatkan informasi lebih rinci tentang KB yang
diinginkannya.
3. Mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang cocok dan
mendapatkan penerangan lebih jauh tentang penggunaannya.
c. Konseling Tindak Lanjut
1. Konseling lebih bervariasi dari konseling awal.
2. Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang serius
yang memerlukan rujukan dan masalah yang ringan yang dapat
diatasi di tempat.
Sedangkan tahapan konseling yang dilakukan oleh para Petugas
Lapangan Keluarga Berencana ada enam tahap, yaitu :33
a. Kegiatan KIE
1. Sumber informasi pertama tentang jenis alat atau metode KB dari
petugas lapangan KB.
33
commit to user
27
2. Pesan yang disampaikan :
· Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan
keluarga.
· Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang kaitannya
dengan cara kerja dan metode kontrasepsi).
· Jenis alat atau metode kontrasepsi, cara pemakaian, cara
kerjanya serta lama pemakaian.
3. Kegiatan Bimbingan
· Tindak lanjut dari kegiatan KIE dengan menjaring calon
peserta KB.
· Tugas penjaringan : memberikan informasi tentang jenis
kontrasepsi lebih objektif, benar dan jujur sekaligus meneliti
apakah calon peserta memenuhi syarat.
· Bila iya rujuk ke KIP/K
b. Kegiatan Rujukan
1. Rujukan calon peserta KB, untuk mendapatkan pelayanan KB.
2. Rujukan peserta KB, untuk menindaklanjuti komplikasi.
c. Kegiatan KIP/K(Komunikasi Interpersonal / Kelompok)
Dalam kegiatan KIP/K terdiri atas beberapa tahapan yaitu :
1. Menjajaki alasan pemilihan alat
2. Menjajaki apakah klien sudah mengetahui atau paham tentang
alat kontrasepsi tersebut.
commit to user
28
4. Bila belum, berikan informasi.
5. Memberi klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihannya
kembali.
6. Membantu klien mengambil keputusan.
7. Beri klien informasi, apapun pilihannya, klien akan diperiksa
kesehatannya.
8. Hasil pembicaraan akan dicatat pada lembar konseling.
d. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
1. Pemeriksaan kesehatan : anamnesis dan Px. Fisik .
2. Bila tidak ada kontra indikasi pelayanan kontrasepsi dapat
diberikan.
3. Untuk kontrasepsi jangka panjang perlu inform consent.
e. Kegiatan Tindak Lanjut
Petugas melakukan pemantauan keadaan peserta KB dan
diserahkan kembali kepada PLKB. Dalam melakukan tugasnya para
Petugas Lapangan Keluarga Berencana berpedoman pada “10 Langkah
Kerja PLKB/PKB”.34 Kesepuluh langkah tersebut adalah :
1. Pendekatan Tokoh Formal
Menumbuhkan hubungan kerjasama dengan para tokoh formal
seperti Camat, Kepala Desa atau Kelurahan untuk mendapatkan
dukungan operasional sesuai dengan peran masing-masing.
34 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa Tengan. Buku Kerja
commit to user
29
2. Pendataan dan Pemetaan
Suatu proses kegiatan-kegiatan pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, penganalisaan dan penyajian data yang bertujuan untuk
mengetahui situasi wilayah kerja sebagai bahan perencanaan
penggarapankegiatan KB.
3. Pendekatan Tokoh Informal
Melakukan hubungan kerjasama dengan tokoh informal seperti
tokoh agama, adat dan tokoh pemuda agar mereka memberikan
komitmen, dukungan operasional dan peran aktif dalam pelaksanaan
program KB Nasional.
4. Pembentukan Kesepakatan
Suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai
kesepakatan politis dan teknis penggarapan program KB Nasional
dari para tokoh formal dan informal.
5. Pemantapan Kesepakatan
Suatu proses untuk memantapkan tokoh formal dan informal agar
berperan aktif sesuai dengan hasil kesepakatan yang telah diputuskan
bersama dalam rakor KB.
6. KIE oleh Tokoh Masyarakat
Mempersiapkan tokoh masyarakat dalam rangka menanamkan
pengertian dan peningkatkan pengetahuan, ketrampilan agar mampu
commit to user
30
7. Penteladanan atau Pembentukan Group Pelopor
Suatu kegiatan menyeleksi dan memotivasi keluarga agar menjadi
teladan atau kader dan berperan aktif dalam pengelolaan Program
KB Nasional.
8. Pelayanan KB
Suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan
pelayanan teknis kepada sasaran, sesuai dengan jenis pelayanan yang
dibutuhkan oleh keluarga baik yang menyangkut kegiatan PUP
(Pendewasaan Usia Perkawinan), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
9. Pembinaan Keluarga
Pembinaan keluarga melalui kegiatan membimbing, mengarahkan,
mengaktifkan serta mengembangkan keluarga dalam melaksanakan
fungsi-fungsi keluarga melalui pembinaan kepada tokoh masyarakat
dan institusi masyarakat.
10.Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi
Kegiatan mencatat, melaporkan, dan mengevaluasi hasil-hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan disetiap wilayah sesuai dengan
pedoman dan ketentuan yang berlaku.
B. Penelitian yang Relevan
Sampai saat ini telah banyak penelitian yang bertemakan tentang
“PLKB”, mulai dari sistem kerja PLKB, keanggotaan PLKB, kinerja PLKB di
commit to user
31
faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap PLKB.
Faktor-faktor yang dibahas diantaranya adalah media promosi yang digunakan oleh
PLKB, cara menyampaikan informasi kepada masyarakat, dan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Hampir sama dengan tesis Tetty Susanty Sinaga, tesis Haniva Isti yang
berjudul Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Cara Pendekatan yang
Dilakukan PLKB (Studi di Kelurahan Sekaran Gunung Pati, Semarang), juga
membahas tentang cara-cara yang dilakukan oleh PLKB untuk menarik minat
masyarakat untuk mengikuti program KB.
Jurnal penelitian yang berjudul “Broadcast Media in Family Planning
Matters in Rural Nigeria: The Ebelle Scenario” , yang ditulis oleh Osakue
Stevenson Omoera, tahun 2010.35 Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
radio dan televisi, dengan program tertentu telah membentu dalam penyebaran
informasi yang relevan tentang Keluarga Berencana di pedesaan. Disana juga
dikatakan bahwa media penyiaran harus dikerahkan secara besar-besaran untuk
menyebarkan pesan-pesan yang relevan, seperti macam-macam alat kontrasepsi,
ukuran KB, MOW, penyakit menular kelamin, gizi buruk, dan hal-hal lain yang
dapat berpotensi menghambat kesejahteraan keluarga. Hasil dari penelitian ini
dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan keluarga di pedesaan
Nigeria.
Selanjutnya adalah dari jurnal penelitian yang berjudul “ Factors
influencing the choice of family planning among couples in Southwest Nigeria”,
35Osakue Stevenson Omoera. 2010.Broadcast Media in Family Planning Matters in
commit to user
32
yang dipublikasikan oleh OLAITAN, Olukunmi Lanre, 17 Juni 2011.36 Dalam
penelitian ini disimpulkan bahwa norma, status sosial ekonomi, agama dan
budaya tidak mempengaruhi pemilihan pasangan dan keterlibatan mitra menuju
pilihan perencanaan secara signifikan mempengaruhi pilihan Keluarga Berencana
diantara pasangannya. Setiap pasangan harus memiliki informasi tentang
pentingnya pilihan KB sehingga untuk meningkatkan kesehatan reproduksi
mereka dan ekonomi, standart hidup untuk mengurangi kematian ibu, dan
yang efektif untuk menyampaikan pesan tentang Keluarga Berencana, mereka
menjadi termotivasi untuk membahas masalah alat kontrasepsi dengan
pasangannya. Selain itu pemilihan media untuk mendukung penyampaian pesan
harus tepat, agar dapat menjangkau khalayak yang besar. Selain itu juga harus ada
saluran pendukung, seperti media cetak dan komunikasi inter personal. Hal ini
juga sangat memiliki hubungan yang positif dengan usia, tingkat pendidikan,
pendapatan, persetujuan mitra, dan membahas rencana keluarga dengan pasangan.
36
Olaitan, Olukunmi Lanre. 2011. Factors influencing the choice of family planning among couples in Southwest Nigeria. Department of Human Kinetics and Health Education, University of Ilorin, Ilorin, Kwara State, Nigeria.
37Srijana Pandey and Supendra Karki. 2010. The Impact of Mass Media in Using
commit to user
33
Yang keempat berasal dari jurnal internasional yang berjudul“ The
Involvement of Men in Family Planning An Application of Transtheoretical Model
in Wolaita Soddo Town South Ethiopia”, yang dipublikasikan 15 Maret 2010.38
Disini menyatakan bahwa tujuan menilai keterlibatan orang dalam preferensi
fertilitas dan kontrasepsi, maka dapat disimpulkan bahwa kurang lebih 96%
responden sudah mengetahui dan akrab paling tidak dengan satu alat kontrasepsi.
Perilaku pria dalam tahap menggunakan metode KB pria 26,7%.
Yang kelima adalah jurnal penelitian yang berjudul “Effective
organizational communication: a competitive advantage” yang dipublikasikan
oleh HR Magazine, Minggu, 1 Desember 2008.39 Disini disimpulkan bahwa, saat
sekarang ini untuk mencapai komunikasi yang efektif dalam dunia bisnis
bukanlah sesuatu yang mudah. Komunikasi yang transparan ditempat kerja,
kepercayaan dan rasa saling menghargai antara karyawan dan manajemen senior,
serta penggunaan saluran komunikasi yang tepat untuk memfasilitasi top-down
dan keatas komunikasi dalam perusahaan dan keterbukaan untuk pendapat para
karyawan.
C. Kerangka Pikir
Pembangunan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran yang merata telah mewajibkan pemerintah sebagai penyelenggara
negara untuk lebih berperan aktif dalam memberikan pelayanan yang lebih baik
38W. Abraham, A. Adamu and D. Deresse. 2010. The Involvement of Men in Family
Planning An Application of Transtheoretical Model in Wolaita Soddo Town South Ethiopia. Faculty of Medicine, Hawassa University College of Health Sciences, Ethopia.
39HR Magazine. 2008. Effective organizational communication: a competitive
commit to user
34
terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Pada saat sekarang ini,
masalah pertumbuhan penduduk yang sangat pesat seharusnya menjadi perhatian
utama bagi pemerintahan Indonesia. Dengan adanya permasalahan ini, maka
pemerintah pusat mengaktifkan kembali Program Keluarga Berencana, program
ini sebenarnya pernah mencapai kesuksesannya pada saat orde baru, tetapi bangsa
Indonesia tidak dapat mempertahankan apa yang telah diraih.
Dengan menghidupkan kembali Program Keluarga Berencana Nasional
maka diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk dan masyarakat
Indonesia menjadi sadar akan pentingnya sebuah keluarga yang sejahtera dan
berkualitas. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa penduduk merupakan modal
utama bagi kemajuan pembangunan suatu bangsa. Apabila suatu bangsa memiliki
penduduk yang berkualitas maka penduduk bangsa tersebut benar-benar menjadi
modal yang baik. Tetapi apabila penduduk yang dimiliki banyak namun tidak
berkualitas maka hanya akan menjadi hambatan bagi suatu negara untuk bergerak
maju, menuju pembangunan yang lebih baik.
Program-program Keluarga Berencana yang ditawarkan diantaranya ada
berbagai macam alat kontrasepsi yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan
akseptor. Terdapat beberapa jenis dan teknik kontrasepsi yang sering digunakan di
Indonesia dan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yakni: 1. Kontrasepsi
Hormonal, yang terdiri dari pil KB, suntikan, dan implant. 2. Kontrasepsi Non
Hormonal, terdiri dari kondom, IUD, tissue KB. 3. Metode Operasi, terdiri dari
MOP (vasektomi) dan MOW (tubektomi). 4. Metode Alamiah, terdiri dari
commit to user
35
Dari bermacam-macam jenis dan teknik kontrasepsi yang sering
digunakan di Indonesia, teknik kontrasepsi dengan Metode Oprasi Pria atau juga
sering disebut dengan vasektomi sangat sulit untuk berkembang dan sangat tidak
diminati oleh para kaum pria. Tetapi anggapan semacam ini tidak berlaku di
Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.
Di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari selama tahun 2011 tercatat
ada sebanyak tiga orang yang mengikuti program vasektomi, dan jumlah ini
merupakan jumlah terbanyak apabila dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan
yang lain yang ada di Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.
Melalui pencapaian yang dilakukan oleh Penyuluh Lapangan Keluarga
Berencana Kelurahan Gilingan inilah, maka Kelurahan gilingan menjadi
kelurahan yang memiliki akseptor KB mantap MOP paling banyak. Sebenarnya
langkah apa saja yang dilakukan oleh PLKB Kelurahan Gilingan sehingga mampu
untuk meyakinkan akseptornya untuk mau mengikuti MOP. Disini penulis akan
melihat dari segi komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh seorang PLKB,
sampai pada akhirnya mampu untuk mempengaruhi seseorang untuk merubah
commit to user
commit to user
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah lokasi atau tempat atau hal obyek yang akan
diteliti. Penelitian harus mengungkapkan alasan yang logis berkenaan dengan
pemilihan lokasi atau tempat, hal atau obyek yang menjadi sasaran penelitian.40
Disini penulis mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Gilingan
Kecamatan Banjarsari Kotamadya Surakarta. Karena berdasarkan data yang
penulis dapatkan kelurahan ini menduduki peringkat pertama dari 13 kelurahan
yang ada di Kecamatan Banjarsari. Selain itu para akseptor mantap MOP
sepanjang tahun 2011 merupakan akseptor terbanyak sekota Surakarta, yaitu tiga
orang. Dan untuk akseptor MOW di Kelurahan Gilingan merupakan akseptor
terbanyak sekecamatan Banjarsari, yaitu lima orang.
Selain alasan tersebut, masih banyak alasan lain mengapa penulis
memilih lokasi Kelurahan Gilingan. Alasannya adalah sebagai berikut : 1.
Dukungan kepala kelurahan dan perangkat kelurahan sangat baik, hal ini terbukti
dengan selalu hadirnya kepala kelurahan untuk mendampingi PLKB dalam
melakukan sosialisasi KB ditingkat RT/RW. 2. Adanya dukungan dari LPMK dan
tokoh masyarakat yang baik pula, hal ini terbukti dengan dimasukkannya
anggaran alokasi Dana Pembangunan Kelurahan (DPK) untuk kegiatan sosialisasi
KB dan kelompok Prio Utomo “Jalu Sejati”.3. Adanya komitmen PLKB dalam
40