• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Sumberdaya Manusia

5.1.2 Tahapan reparasi kapal

Proses reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI terdiri atas dua jenis reparasi, yaitu reparasi ringan dan reparasi berat. Reparasi ringan biasanya dilakukan untuk memperbaiki kapal yang mengalami kerusakan ringan seperti kebocoran. Reparasi berat biasanya dilakukan untuk mengganti bagian konstruksi kapal yang mengalami kerusakan berat, seperti: penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, dan linggi buritan. Kapal yang akan melakukan

36

reparasi berat diletakkan di bagian depan karena membutuhkan waktu reparasi yang lebih lama.

Secara umum kegiatan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI dilakukan dalam delapan tahapan kegiatan yang terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Tahapan reparasi disajikan pada Gambar 7.

Reparasi ringan Reparasi berat

Gambar 7 Diagram alir proses reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI.

Persiapan Pemeriksaan Pembersihan Pendempulan Pengecatan Pembakaran Pemakalan Pembersihan Penggantian kayu yang rusak berat (pecah, retak, lapuk)

Pembakaran

Pendempulan

Pengecatan Pemakalan

Selesai (kapal siap diturunkan)

37

Deskripsi setiap tahapan tersebut sebagai berikut:

1) Persiapan

Langkah awal untuk melakukan reparasi kapal yaitu dengan menaikkan kapal di atas lori yang terdapat pada slipway. Komponen yang dibutuhkan dalam proses penaikkan kapal yaitu:

a. Mesin penarik (Mitsubishi 6D 15 85 PK); b. Winch;

c. Sling; d. Lori;

e. Loper (kait ke lori);

f. Rantai (penghubung antar lori); dan g. Klem sling.

Gambar peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway. Sebelum dinaikkan posisi kapal tidak boleh miring, tangki-tangki perbekalan dalam keadaan kosong, dan perlengkapan kapal yang mudah bergerak diturunkan dari kapal. Pengosongan perbekalan melaut dimaksudkan untuk

Sling Winch Mesin Lori Rantai Bantalan

38

mengurangi beban dan menghindari terjadinya kecelakaan pada waktu reparasi. Langkah selanjutnya adalah persiapan landasan tarik (slipway) dengan kereta peluncur (lori) dan bantalan untuk menaikkan kapal ke atas galangan. Setelah itu, juru selam masuk ke dalam air untuk memasang loper ke lori. Kapal dinaikkan ke atas lori sesuai ukurannya. Sebagai contoh, apabila kapal dengan length over all (LOA) 15 meter yang akan dinaikkan maka jarak linggi buritan ke lori sebesar 0,5 meter dengan jarak antara lori depan dan belakang sebesar 6 meter dan disesuaikan dengan panjang kapal. Pengukuran ini didapatkan berdasarkan pengalaman yang diperoleh oleh pekerja galangan. Ilustrasi posisi kapal di atas slipway disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Posisi kapal di atas slipway.

Bagian haluan kapal diposisikan pada lori bagian depan. Lunas harus berada tepat di titik tengah lori agar kapal tidak terguling saat naik ke atas slipway. Ketika posisi lunas sudah tepat di tengah lori, kapal ditarik menggunakan mesin penarik, dan berhenti pada saat lori depan (bagian haluan) berada di atas permukaan air. Selanjutnya dilakukan pengganjalan pada lori depan agar posisi kapal tidak miring. Kemudian kapal ditarik lagi sampai bagian buritan kapal kandas pada lori belakang tepat di tengah lori dan dilakukan pengganjalan kembali. Setelah itu, kapal ditarik lagi sampai keseluruhan badan kapal berada di atas permukaan air. Penarikan kapal dihentikan dan kereta luncur (lori) dikunci setelah kapal berada di atas slipway. Posisi pengganjal diperbaiki

15 m

39

dan ditambah balok penyangga samping yang dipasang pada lambung kanan dan kiri kapal. Pengganjalan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan kapal dan menjaga keselamatan pekerja selama melakukan reparasi.

2) Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan dengan teliti terhadap konstruksi kapal secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi dan tingkat kerusakan konstruksi kapal baik di atas maupun di bawah garis air. Hasil pemeriksaan ini dijadikan dasar untuk tindakan pemeliharaan lebih lanjut dan menentukan kapal masuk dalam reparasi ringan atau reparasi berat. Blangko Pemeriksaan Kontruksi Kapal disajikan pada Lampiran 5.

3) Pembersihan

Pembersihan bertujuan untuk membersihkan badan kapal dari binatang laut, tumbuhan laut, dan sisa cat yang sudah rusak. Peralatan yang digunakan untuk proses pembersihan terdiri atas: sekrap (sekop kecil), sapu ijuk, sikat baja, sikat kuningan, dan gerinda mesin. Peralatan yang digunakan untuk proses pembersihan disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Peralatan yang digunakan dalam proses pembersihan.

Sekrap Sapu ijuk

Sikat kawat baja

40

Sekrap digunakan untuk menyekrap bagian-bagian yang berkarat, berteritip, atau untuk merontokkan cat-cat lama yang sudah rusak. Sapu ijuk digunakan untuk menyikat bagian-bagian tertentu yang tidak terjangkau dengan tangan. Sikat kawat baja digunakan untuk membersihkan bagian-bagian kapal yang berkarat. Sikat kuningan digunakan untuk menyikat bagian-bagian yang halus, misalnya as, baut kuningan, atau bagian-bagian yang lebih lunak dibandingkan dengan bahan baja. Gerinda mesin digunakan untuk membersihkan badan kapal dari teritip.

4) Penggantian kayu yang rusak berat

Reparasi berat biasanya dilakukan penggantian kayu pada bagian-bagian tertentu kapal seperti penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, linggi buritan, dan pondasi mesin. Kapal yang menjalani reparasi berat disajikan pada Gambar 11. Pada proses ini terdapat berbagai jenis operasi, diantaranya adalah:

a. Pemotongan; dilakukan untuk memotong kayu atau papan dengan menggunakan gergaji;

b. Pembengkokkan; dilakukan untuk membengkokkan papan yang digunakan untuk mengganti papan pada lambung kapal. Sebelum dilakukan pembengkokkan, dibuat pola menggunakan mal lengkung agar hasil pembengkokkan sesuai dengan yang dibutuhkan; dan

c. Penekanan/pendesakan; jenis operasi ini biasanya dilakukan pada saat proses penggantian papan lambung kapal.

41

5) Pemakalan

Pada permukaan lambung yang sudah bersih, akan terlihat bagian-bagian mana yang terdapat kerusakan sehingga perlu diadakan perbaikan. Proses pakal bermanfaat untuk menutup sambungan antar papan. Pemakalan dilakukan dengan cara memasukkan serat goni ke dalam celah-celah papan, baik papan lambung maupun papan geladak. Pada proses ini juga dilakukan penggantian paku yang sudah aus. Penggantian paku dilakukan dengan memaku tepat disamping bagian paku yang sudah aus. Pemasangan paku baru pada badan kapal, harus tembus ke gading-gading kapal. Jika lubang terlalu lebar, maka pada paku dililitkan ma’jun. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pemakalan adalah sebagai berikut:

a. Martil; digunakan untuk memasang paku baru pada badan kapal dan mengangkat bagian yang berkarat pada kapal;

b. Pahat besi; digunakan untuk memasang pakal pada sela-sela sambungan kayu geladak atau lambung;

c. Ma’jun; digunakan untuk mengisi celah antar papan serta melilitkan paku yang digunakan untuk mengganti paku yang sudah aus; dan

d. Bor listrik; digunakan untuk melubangi badan kapal sebagai tempat paku baru yang akan digunakan.

Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pemakalan disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Alat dan bahan pada proses pemakalan.

6) Pembakaran

Pembakaran menggunakan daun kelapa yang sudah kering atau karung yang direndam minyak tanah atau solar yang disambungkan ke pipa besi (10 karung = 20 liter solar). Selain dengan menggunakan alat tersebut, proses pembakaran juga

Bor listrik Martil Ma’jun

42

bisa menggunakan pipa yang dihubungkan ke tabung gas. Manfaat dari proses pembakaran ini adalah untuk menghilangkan kutu kayu (teritip) dan lumut yang masih menempel pada badan kapal. Proses pembakaran disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Proses pembakaran permukaan kayu pada badan kapal.

7) Pendempulan

Bagian-bagian yang telah dipakal dilapisi dengan dempul atau plamir. Pendempulan dilakukan dengan menggunakan serbuk dempul yang dicampur dengan solar secukupnya. Pendempulan pada bagian yang mengalami kerusakan berat menggunakan campuran semen putih dan lem kayu karena campuran tersebut memiliki daya rekat yang lebih tinggi. Tujuan dari proses pendempulan ini adalah untuk meratakan permukaan kayu. Proses pendempulan disajikan pada Gambar 14.

43

8) Pengecatan

Permukaan konstruksi kapal yang sudah bersih dapat dilakukan pengecatan. Proses pengecatan bertujuan untuk menutupi dan menjaga papan agar tidak tembus air serta untuk menjaga ketahanan badan kapal. Alat yang digunakan dalam proses pengecatan yaitu kuas cat dan kuas rol. Proses pengecatan disajikan pada Gambar 15. Prosedur dalam proses pengecatan adalah sebagai berikut: a. Cat yang digunakan khusus untuk kapal (marine paint);

b. Cat dasar berupa meni (anti karat);

Lapisan pertama untuk 1 liter cat kayu dapat digunakan untuk pengecatan seluas kurang lebih 4 m2, untuk lapisan kedua setiap 1 liter cat dapat digunakan mengecat permukaan seluas kurang lebih 7 m2.

c. Cat pelindung;

Cat ini dikenal dengan nama protektif (protective paint). Seperti halnya cat meni pengecatan ini pun menggunakan warna lain, sehingga memperoleh kepastian agar permukaan yang sudah dicat meni telah tertutup oleh cat pelindung ini.

d. Cat anti fouling; dan

Cat ini mempunyai formula khusus agar teritip tidak menempel, sehingga tepat digunakan pada bagian konstruksi di bawah garis air.

e. Cat luar

Cat luar dikenal dengan cat top side, digunakan untuk menutup konstruksi kapal yang sudah dicat dengan cat pelindung.

44

Pemilik atau pengurus kapal yang sudah melakukan reparasi kapal dapat mengambil Surat Keterangan Naik Dock (SKND) dari UPT BTPI. Persyaratan administrasi untuk memperoleh SKND, sebagai berikut:

1) Fotokopi surat-surat kapal (IUP, SPI, Pas tahunan) Tujuan dilampirkannya fotokopi surat-surat kapal adalah: a. Untuk menentukan besarnya retribusi alur dan fasilitas; b. Untuk mengetahui bahwa kapal tersebut tidak bermasalah; c. Untuk pendataan kapal yang melakukan kegiatan reparasi;

d. Untuk membantu mengingatkan para pemilik atau pengurus kapal agar segera memperpanjang surat-surat kapalnya apabila masa berlaku surat- surat kapal tersebut sudah habis; dan

e. Arsip.

2) Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal (STBLK) 3) Surat Pengantar Docking

Dokumen terkait