• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan Upt Btpi Muara Angke Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan Upt Btpi Muara Angke Jakarta"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN

UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA

ACHMAD FAUZAN

MAYORTEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(3)

ABSTRAK

ACHMAD FAUZAN. C44053774. Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI.

Dok Pembinaan UPT BTPI adalah salah satu galangan yang terletak di komplek UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Saat ini, galangan tersebut hanya melayani kegiatan reparasi bagi kapal-kapal yang ada di sekitar Muara Angke. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reparasi cukup lama, sehingga sering terjadi antrian kapal. Banyaknya permintaan untuk mereparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI, menjadi alasan perlunya meningkatkan kapasitas di galangan tersebut. Namun sebelum ditingkatkan, perlu dilakukan terlebih dahulu penilaian tingkat teknologi yang ada saat ini di galangan Dok Pembinaan UPT BTPI. Penilaian tingkat teknologi dilakukan dengan menghitung nilai TCC (technology contribution coefficient) dari komponen teknologi technoware (perangkat keras), humanware (perangkat pelaku), infoware (perangkat informasi), dan orgaware (perangkat organisasi). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 dengan menggunakan metode survei di Dok Pembinaan UPT BTPI, Muara Angke Jakarta. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mendeskripsikan teknik reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI. Selanjutnya, untuk menilai tingkat teknologi pada galangan digunakan model teknometrik dengan menilai kontribusi komponen teknologi yang diterapkan di galangan meliputi komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Tahapan reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Nilai kontribusi komponen orgaware memiliki nilai kontribusi terendah sebesar 0,347 sedangkan komponen humanware memiliki kontribusi tertinggi sebesar 0,600. Nilai TCC dari Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke sebesar 0,447 menunjukkan bahwa teknologi di galangan tersebut sudah wajar dan dapat dikatakan tingkat teknologi galangan kapal tersebut berada pada level semi modern.

(4)

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN

UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA

ACHMAD FAUZAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta

Nama : Achmad Fauzan

NRP : C44053774

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Yopi Novita, S.Pi., M.Si. Vita Rumanti K., S.Pi., M.T. NIP: 132 258 291 NIP: 132 312 486

Diketahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP: 131 578 799

(6)

KATA PENGANTAR

Skripsi dengan judul Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Yopi Novita, S.Pi., M.Si. dan Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi., M.T. selaku komisi pembimbing atas segala saran, arahan, perhatian, dan motivasi yang sungguh tidak ternilai harganya selama penelitian ini berlangsung;

2. Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP; 3. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. dan Retno Muninggar, S.Pi., ME.

selaku penguji tamu atas kesediaan waktu, serta saran, arahan, dan masukannya;

4. Pak Sidik, Pak Budijanto, Pak Mujono, dan seluruh staf UPT BTPI serta karyawan di Dok Pembinaan UPT BTPI atas seluruh bantuannya saat pengambilan data; dan

5. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

1. H. M. Mukim Chalifah dan Hj. Siti Aisyah atas kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran, dan ketabahannya;

2. Mba Nana, Mba Ririn, Amin, Ela, dan Zaza yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, dan motivasi agar selalu sabar menjalani hidup ini;

3. Aufa Hilliyun Aidha Syafril yang selalu memberi semangat sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditargetkan;

4. Teman-teman seperjuangan di Departemen PSP, khususnya Angkatan 42 atas kekompakkan dan kebersamaan yang indah selama ini;

5. Bramantyas Febriyansyah, M. Anggi Natapraja, dan Arief Mullah yang bersama penulis saling membantu saat pengambilan data di Muara Angke Jakarta; dan

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 7 Agustus 1987 dari pasangan H. M. Mukim Chalifah dan Hj. Siti Aisyah. Penulis adalah anak ke tiga dari enam bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 39 Jakarta pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di IPB sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dengan Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Selain mengikuti perkuliahan mayor, penulis juga mengikuti perkuliahan Minor Statistika Industri. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Pengembangan Minat dan Bakat HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) periode 2006-2007 dan anggota Departemen Kewirausahaan HIMAFARIN periode 2007-2008. Selain itu, penulis juga menjadi asisten mata kuliah Kapal Perikanan tahun 2008-2009.

Pada tahun 2008 hingga 2009, penulis melakukan penelitian dengan judul

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terminologi ... 4

2.1.1 Tradisional ... 4

2.1.2 Modern ... 4

2.1.3 Teknologi ... 4

2.2 Galangan Kapal ... 9

2.2.1 Lokasi galangan kapal ... 9

2.2.2 Aktivitas reparasi di galangan kapal ... 9

2.2.3 Jenis instalasi galangan ... 11

2.3 Model Teknometrik ... 11

2.3.1 Pengukuran komponen teknologi ... 12

2.3.2 Beberapa penelitian menggunakan model teknometrik ... 14

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

3.2 Jenis Data ... 15

3.3 Pengumpulan Data ... 15

3.4 Pengolahan Data ... 16

3.5 Analisis Data ... 16

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan ... 27

4.2 Organisasi ... 29

4.3 Sarana dan Prasarana ... 30

4.4 Sumberdaya Manusia ... 33

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI ... 34

5.1.1 Tata cara pelayanan reparasi ... 34

5.1.2 Tahapan reparasi kapal ... 35

(10)

ix 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 55

6.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(11)

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN

UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA

ACHMAD FAUZAN

MAYORTEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(13)

ABSTRAK

ACHMAD FAUZAN. C44053774. Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI.

Dok Pembinaan UPT BTPI adalah salah satu galangan yang terletak di komplek UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Saat ini, galangan tersebut hanya melayani kegiatan reparasi bagi kapal-kapal yang ada di sekitar Muara Angke. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reparasi cukup lama, sehingga sering terjadi antrian kapal. Banyaknya permintaan untuk mereparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI, menjadi alasan perlunya meningkatkan kapasitas di galangan tersebut. Namun sebelum ditingkatkan, perlu dilakukan terlebih dahulu penilaian tingkat teknologi yang ada saat ini di galangan Dok Pembinaan UPT BTPI. Penilaian tingkat teknologi dilakukan dengan menghitung nilai TCC (technology contribution coefficient) dari komponen teknologi technoware (perangkat keras), humanware (perangkat pelaku), infoware (perangkat informasi), dan orgaware (perangkat organisasi). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 dengan menggunakan metode survei di Dok Pembinaan UPT BTPI, Muara Angke Jakarta. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mendeskripsikan teknik reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI. Selanjutnya, untuk menilai tingkat teknologi pada galangan digunakan model teknometrik dengan menilai kontribusi komponen teknologi yang diterapkan di galangan meliputi komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Tahapan reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Nilai kontribusi komponen orgaware memiliki nilai kontribusi terendah sebesar 0,347 sedangkan komponen humanware memiliki kontribusi tertinggi sebesar 0,600. Nilai TCC dari Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke sebesar 0,447 menunjukkan bahwa teknologi di galangan tersebut sudah wajar dan dapat dikatakan tingkat teknologi galangan kapal tersebut berada pada level semi modern.

(14)

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN

UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA

ACHMAD FAUZAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta

Nama : Achmad Fauzan

NRP : C44053774

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Yopi Novita, S.Pi., M.Si. Vita Rumanti K., S.Pi., M.T. NIP: 132 258 291 NIP: 132 312 486

Diketahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP: 131 578 799

(16)

KATA PENGANTAR

Skripsi dengan judul Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Yopi Novita, S.Pi., M.Si. dan Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi., M.T. selaku komisi pembimbing atas segala saran, arahan, perhatian, dan motivasi yang sungguh tidak ternilai harganya selama penelitian ini berlangsung;

2. Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP; 3. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. dan Retno Muninggar, S.Pi., ME.

selaku penguji tamu atas kesediaan waktu, serta saran, arahan, dan masukannya;

4. Pak Sidik, Pak Budijanto, Pak Mujono, dan seluruh staf UPT BTPI serta karyawan di Dok Pembinaan UPT BTPI atas seluruh bantuannya saat pengambilan data; dan

5. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

1. H. M. Mukim Chalifah dan Hj. Siti Aisyah atas kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran, dan ketabahannya;

2. Mba Nana, Mba Ririn, Amin, Ela, dan Zaza yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, dan motivasi agar selalu sabar menjalani hidup ini;

3. Aufa Hilliyun Aidha Syafril yang selalu memberi semangat sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditargetkan;

4. Teman-teman seperjuangan di Departemen PSP, khususnya Angkatan 42 atas kekompakkan dan kebersamaan yang indah selama ini;

5. Bramantyas Febriyansyah, M. Anggi Natapraja, dan Arief Mullah yang bersama penulis saling membantu saat pengambilan data di Muara Angke Jakarta; dan

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 7 Agustus 1987 dari pasangan H. M. Mukim Chalifah dan Hj. Siti Aisyah. Penulis adalah anak ke tiga dari enam bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 39 Jakarta pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di IPB sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dengan Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Selain mengikuti perkuliahan mayor, penulis juga mengikuti perkuliahan Minor Statistika Industri. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Pengembangan Minat dan Bakat HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) periode 2006-2007 dan anggota Departemen Kewirausahaan HIMAFARIN periode 2007-2008. Selain itu, penulis juga menjadi asisten mata kuliah Kapal Perikanan tahun 2008-2009.

Pada tahun 2008 hingga 2009, penulis melakukan penelitian dengan judul

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terminologi ... 4

2.1.1 Tradisional ... 4

2.1.2 Modern ... 4

2.1.3 Teknologi ... 4

2.2 Galangan Kapal ... 9

2.2.1 Lokasi galangan kapal ... 9

2.2.2 Aktivitas reparasi di galangan kapal ... 9

2.2.3 Jenis instalasi galangan ... 11

2.3 Model Teknometrik ... 11

2.3.1 Pengukuran komponen teknologi ... 12

2.3.2 Beberapa penelitian menggunakan model teknometrik ... 14

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

3.2 Jenis Data ... 15

3.3 Pengumpulan Data ... 15

3.4 Pengolahan Data ... 16

3.5 Analisis Data ... 16

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan ... 27

4.2 Organisasi ... 29

4.3 Sarana dan Prasarana ... 30

4.4 Sumberdaya Manusia ... 33

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI ... 34

5.1.1 Tata cara pelayanan reparasi ... 34

5.1.2 Tahapan reparasi kapal ... 35

(20)

ix 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 55

6.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(21)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Penilaian kualitatif TCC ... 14

2 Kriteria pemberian skor derajat kecanggihan komponen teknologi ... 17

3 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi ... 18

4 Matriks penilaian kriteria komponen technoware... 19

5 Matriks penilaian kriteria komponen humanware ... 20

6 Matriks penilaian kriteria komponen infoware...20

7 Matriks penilaian kriteria komponen orgaware ... 21

8 Skala tingkat kepentingan relatif untuk menghitung intensitas kontribusi komponen ... 24

9 Penilaian kualitatif berdasarkan selang TCC ... 25

10 Tingkat teknologi TCC ... 25

11 Produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI dan produktivitas seluruh galangan yang ada di lingkungan UPT BTPI pada tahun 2007 ... 28

12 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal yang diteliti ... 31

13 Alokasi tenaga kerja di Dok Pembinaan UPT BTPI ... 33

14 Waktu pelayanan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI... 34

15 Matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware ... 45

16 Matriks hasil penilaian kriteria komponen humanware ... 47

17 Matriks hasil penilaian kriteria komponen infoware... 48

18 Matriks hasil penilaian kriteria komponen orgaware ... 49

(22)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Interaksi dinamis antara komponen teknologi ... 6 2 Prosedur penghitungan TCC menggunakan model teknometrik ... 26 3 Perbandingan produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI

(23)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Matriks hasil survei dan skoring kriteria komponen teknologi ... 59 2 Kuesioner penilaian intensitas kontribusi komponen teknologi ... 63 3 Data produktivitas bulanan Dok Pembinaan UPT BTPI tahun 2007 ... 64 4 Contoh Surat Keterangan Naik Dok ... 69 5 Contoh Blangko Pengecekan Perbaikan Kapal ... 70 6 Contoh penghitungan rating state of the art dan kontribusi komponen

(24)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapal ikan merupakan salah satu komponen pada unit penangkapan ikan, selain nelayan dan alat tangkap. Dalam penggunaannya, bagian kapal yang selalu berinteraksi dengan air laut sering mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut seperti korosi pada kapal besi dan pelapukan pada kapal kayu. Bahkan pada bagian kapal kayu yang sering terkena air laut biasanya ditempeli biota laut seperti teritip dan cacing Teredo navalis (hewan semacam kerang pengebor) yang dapat menyebabkan kerusakan pada badan kapal. Oleh karena itu, perlu adanya reparasi kapal untuk menjaga agar kapal tetap dalam keadaan baik dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu unit usaha penangkapan ikan. Pekerjaan reparasi yang harus dilakukan akan semakin banyak seiring bertambahnya usia kapal.

Pekerjaan reparasi dapat dilakukan di suatu tempat yang disebut galangan kapal. Galangan kapal tidak saja digunakan untuk mereparasi kapal, akan tetapi juga merupakan tempat untuk membangun kapal. Kemampuan galangan untuk membangun dan mereparasi kapal tergantung kepada teknologi yang dimilikinya. Galangan kapal di Indonesia umumnya didominasi oleh galangan kapal yang dikategorikan sebagai galangan tradisional. Dikategorikan sebagai galangan tradisional karena cara pembuatan kapal mengikuti tradisi yang dilakukan secara turun-temurun. Umumnya cara pembuatan kapal secara turun-temurun tidak dilengkapi dengan perencanaan dan perhitungan Naval Architect sebelumnya. Oleh karena itu, galangan tradisional merupakan galangan dengan tingkat teknologi yang tradisional.

(25)

2

memenuhi kebutuhannya sebagaimana yang dikemukakan Jaya (2004). Oleh karena itu, dalam penelitian ini tingkat teknologi dari suatu galangan akan dikaji dari empat komponen teknologi, yaitu: technoware (perangkat keras), humanware (perangkat pelaku), infoware (perangkat informasi), dan orgaware (perangkat organisasi).

Dok Pembinaan UPT BTPI adalah salah satu galangan yang terletak di komplek UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Saat ini, galangan tersebut hanya melayani kegiatan reparasi bagi kapal-kapal yang ada di sekitar Muara Angke. Kegiatan pembangunan kapal sudah tidak dilakukan lagi karena biaya yang tinggi dalam mendatangkan kayu untuk membangun kapal. Mahalnya biaya untuk mendatangkan kayu dari tempat asalnya membuat harga jual kapal kayu sangat tinggi sehingga pembeli beralih ke galangan kapal lain di daerah yang memiliki sumber kayu melimpah dengan harga yang relatif lebih murah. Dok Pembinaan UPT BTPI merupakan salah satu galangan yang menjadi tujuan kapal yang akan melakukan reparasi di Muara Angke. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reparasi cukup lama, sehingga sering terjadi antrian kapal yang akan melakukan reparasi. Banyaknya permintaan untuk mereparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI, menjadi alasan perlunya meningkatkan kapasitas di galangan tersebut. Sebelum dilakukan peningkatkan teknologi, perlu dilakukan terlebih dahulu penilaian tingkat teknologi yang ada saat ini di galangan Dok Pembinaan UPT BTPI.

1.2 Tujuan

1) Mendeskripsikan teknik reparasi kapal ikan di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta; dan

(26)

3

1.3 Manfaat

(27)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi

2.1.1 Tradisional

Susilo et al. (1992) menjelaskan bahwa tradisional adalah kebiasaan yang timbul dan berkembang serta melembaga dalam masyarakat dari masa ke masa untuk kurun waktu tertentu, sekurang-kurangnya sampai dua generasi. Tradisional juga dapat diartikan sebagai sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun atau menurut tradisi (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999). Namun dalam konteks reparasi kapal ikan, istilah tradisional tersebut tidak diartikan sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman atau sesuatu yang sudah tidak layak lagi untuk diterapkan. Cara reparasi kapal yang seolah-olah telah menjadi tradisi turun-temurun inilah yang kemudian memunculkan istilah tradisional di atas.

2.1.2 Modern

Modern dapat diartikan sebagai sikap dan cara berfikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999). Brinton (1981) menjelaskan bahwa modern berasal dari kata tambahan Bahasa Latin ”kemudian” yang berarti sekarang ini, dan dalam Bahasa Inggris berarti yang berlaku sekarang sebagai lawan kuno (ancient). Salah satu ciri dari kehidupan modern adalah kesadaran akan suatu cara hidup baru yang lebih baik dan dimiliki bersama serta berlainan dengan cara hidup nenek moyang. Oleh karena itu, manusia diharapkan mampu menghasilkan suatu cara, metode ataupun proses baru yang lebih baik dan berbeda dengan cara hidup generasi sebelumnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya sesuai dengan tuntutan zaman.

2.1.3 Teknologi

(28)

5

Salah satu cara yang dapat ditempuh manusia agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan tuntutan zaman adalah melalui penerapan dan pengembangan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Undang-Undang (UU) No.18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjelaskan bahwa teknologi adalah suatu cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Teknologi juga berarti kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang bersandarkan pada proses teknik atau sering disebut ilmu teknis (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999). Selain itu, Sewoyo (2001) vide Suryansyah (2005) juga mengemukakan bahwa teknologi dapat berupa teknik, metode atau cara serta peralatan yang dipergunakan untuk menyelenggarakan suatu rancangan transformasi input menjadi output dengan sasaran tertentu yang didasarkan atas hasil ilmu pengetahuan (science) dan rekayasa (engineering) tercapai.

Menurut Purwasasmita (2000), peta teknologi mengenal adanya empat komponen teknologi yang saling terkait yang dapat menjelaskan tingkat kecanggihan pemanfaatan suatu teknologi, yaitu: teknologi (technoware), organisasi (orgaware), tenaga kerja (humanware), dan informasi tentang teknologi yang dimiliki (infoware). Identifikasi tingkat kecanggihan suatu teknologi dapat dilakukan dengan melihat interaksi dinamis yang terjadi di antara komponen-komponen tersebut. Gambar interaksi dinamis antara komponen teknologi disajikan pada Gambar 1.

1) Technoware; teknologi yang melekat pada obyek (object embodied technology) meliputi seluruh fasilitas fisik yang diperlukan dalam operasi transformasi, seperti instrumen, peralatan, permesinan, alat pengangkutan, dan infrastuktur fisik;

(29)

6

keterampilan (skill), kebijakan (wisdom), kreativitas (creativity), dan pengalaman (experience);

3) Infoware; teknologi yang melekat pada dokumen (document embodied technology) mencakup seluruh fakta dan gambar-gambar yang diperlukan dalam operasi transformasi seperti informasi tentang proses (process), prosedur, teknik, metode, teori, spesifikasi, pengamatan (observation), serta keterkaitan (relation); dan

4) Orgaware; teknologi yang melekat pada kelembagaan (institution embodied technology) mencakup kerangka kerja yang diperlukan pada operasi transformasi seperti praktek manajemen (management practice), pertalian (linkage), dan pengaturan organisasi (organizational arrangement).

Sumber: Indrawati, 2003

Gambar 1 Interaksi dinamis antara komponen teknologi.

(30)

7

1) Teknologi tradisional

Menurut Suryana (2008), perkembangan teknologi dalam masyarakat tradisional tidak terlalu pesat, meskipun tidak selambat dalam masyarakat ladang berpindah apalagi masyarakat berburu dan meramu. Inovasi terpenting teknologi tradisional adalah dari sudut bahan dasar dan fungsi. Bahan dasar teknologi tradisional adalah dari logam, sementara dari fungsinya teknologi tradisional tidak hanya sebatas sebagai kepanjangan tangan saja, tetapi sudah menjadi kepanjangan seluruh tubuh.

2) Teknologi modern

Enam ciri teknologi modern menurut Suryana (2008), yaitu:

a. Teknologi modern adalah teknologi yang telah melepaskan dirinya dari pasokan energi alam (seperti air dan angin);

b. Teknologi modern lahir oleh hasrat menguasai alam;

c. Teknologi modern dicirikan oleh orientasi yang serba komersial;

d. Teknologi modern dicirikan oleh sistem hak individual yang dilegalisasikan oleh paten. Sistem kepemilikan pada teknologi modern adalah kompensasi biaya yang harus dikeluarkan dalam proses menemukan dan mengembangkan teknologi modern;

e. Teknologi modern memiliki nilai jual yang tinggi. Itulah sebabnya banyak yang tidak segan menginvestasikan modal untuk melakukan penelitian dasar agar berhasil menciptakan dan mengembangkan sebuah teknologi baru; dan

f. Teknologi modern menjadi salah satu faktor pendorong ekspansi perusahaan-perusahaan internasional yang telah melampaui kedaulatan negara. Berbagai penemuan dan pengembangan teknologi modern yang terkait dengan proses produksi memungkinkan berbagai perusahaan multinasional membuka pabrik di negara-negara Asia Tenggara setelah ia menerapkan sistem dan berjalan pada manajemen produksinya.

3) Penilaian teknologi

(31)

8

(dalam konteks bisnis saat ini dan di masa mendatang). Penilaian teknologi dapat berupa: melakukan pemeriksaan dan audit terhadap teknologi yang digunakan serta melakukan perbandingan dengan dasar bench-marking antara teknologi yang digunakan terhadap praktek industri terbaik. Penilaian teknologi menurut Lowe (1995) bertujuan untuk:

a. Menjelaskan dan menilai teknogi yang sedang digunakan;

b. Melakukan evaluasi biaya dan nilai tambah dari teknologi yang digunakan;

c. Melakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan dari operasi teknologi perusahaan;

d. Menunjukkan cara membangun atau meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan melalui pemanfaatan yang lebih baik dari teknologi yang ada;

e. Melakukan identifikasi teknologi yang ada dan tersedia yang dapat dimanfaatkan perusahaan dalam produk dan operasi bisnisnya;

f. Menentukan dampak dan nilai tambah dari suatu penggunaan teknologi baru (dampak teknologi yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat); dan

g. Menilai pilihan teknologi yang mungkin bagi perusahaan.

Audit teknologi merupakan proses identifikasi dan evaluasi kemampuan teknologi suatu perusahaan (Dussage, 1997). Audit ini sebagai proses analisis bisnis global suatu perusahaan yang dipusatkan pada identifikasi dan evaluasi kebutuhan serta kemampuan teknologi dan inovasinya. Audit teknologi bertujuan untuk:

a. Mendiagnosis kapasitas teknologi dan inovasi, kebutuhan dan peluang perusahaan, serta membantu perusahaan dalam mengembangkan dan meningkatkan persaingan;

b. Melakukan bench-marking antar perusahaan serta evaluasi posisi persaingan perusahaan dan mendorong peningkatan kinerja yang berkelanjutan; dan

(32)

9

sehingga mempunyai pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan riil perusahaan.

Audit teknologi dapat menggunakan beberapa pendekatan model, diantaranya adalah model teknometrik (UN-ESCAP,1989), model audit teknologi (GRACIA-ARREOLA), dan model audit teknologi (SELADA-VELOSO).

2.2 Galangan Kapal

Menurut Storch (1995) galangan kapal merupakan suatu industri yang berorientasi untuk menghasilkan suatu produk seperti kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore), dan bangunan terapung (floating plant) untuk kebutuhan pelanggan (owner, perusahaan, dan pemerintah). Selain sebagai tempat kegiatan membangun kapal, galangan kapal juga melayani kegiatan reparasi kapal.

2.2.1 Lokasi galangan kapal

Menurut Pulungan (1986), letak galangan kapal perikanan harus mempunyai nilai strategis untuk keperluan produksi. Oleh karena itu, pembangunan galangan harus direncanakan pada lokasi yang memenuhi syarat-syarat tertentu, diantaranya:

1) Di sekitar pinggiran pantai atau dekat muara sungai;

2) Di sekitar laut, dimana banyak beroperasi kapal-kapal perikanan;

3) Daerah yang dekat dengan pelabuhan ekspor-impor, agar transportasi peralatan yang diimpor semakin cepat penyediaannya; dan

4) Daerah yang penduduknya banyak dan mempunyai keterampilan dalam industri logam. Hal ini akan mempermudah dalam mendapatkan tenaga kerja, apabila mendapat banyak order.

2.2.2 Aktivitas reparasi di galangan kapal

Menurut Korniak (1970) vide Pulungan (1986), kebutuhan untuk reparasi kapal timbul karena:

1) Keusangan normal akibat umur kapal yang lanjut; 2) Kesalahan operasi dan prosedur pemeliharaan;

(33)

10

5) Bencana alam.

Perawatan kapal bertujuan agar kapal selalu dalam keadaan baik, bersih dan rapi. Sehingga bila sewaktu-waktu diperlukan kapal tetap dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Menurut Simbolon (1992) vide Fauziyah (1997), perawatan kapal baik untuk kapal kayu maupun kapal besi pada umumnya terdiri dari empat bagian utama, yaitu: pemeliharaan harian (pemeliharaan rutin), pemeliharaan tahunan (servis tahunan), dok besar (servis besar), dan pemeliharaan darurat (servis darurat). Penguraian keempat bagian tersebut sebagai berikut: 1) Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan setiap hari baik saat

kapal berada di pelabuhan maupun sedang berlayar atau berada di tengah laut. Perawatan tersebut meliputi:

a. Kebersihan dek (penyiraman dek) yang dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari;

b. Pembersihan dinding-dinding kapal dan bagian luar kapal lainnya; dan c. Pemeliharaan alat-alat perlengkapan kapal tetap, alat navigasi, alat

penangkap ikan, alat penolong dan alat lainnya yang bersifat mudah aus (korosif).

2) Pemeliharaan tahunan (servis tahunan) adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan seluruh bagian kapal baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan air serta pengecatan kapal. Periodenya adalah 10-12 bulan sekali. Perawatan itu meliputi:

a. Pembersihan buritan dan pengecatan seluruh bagian kapal; dan

b. Pemeriksaan kulit kapal, mesin induk dan mesin bantu, alat-alat navigasi, alat tangkap beserta alat bantunya, dan perlengkapan kapal tetap.

3) Dok besar (servis besar) dilakukan empat kali setahun. Perawatan itu meliputi: a. Pemeriksaan atau pengeboran kulit kapal dan penggantian kulit kapal bila

perlu;

b. Semua pekerjaan dalam servis tahunan; dan

c. Overhaul mesin induk, mesin bantu, dan peralatan lainnya.

(34)

11

Menurut Fauziyah (1997) perbaikan kapal pada umumnya antara lain: perbaikan jangkar, baling-baling, perkayuan, dan pengecatan. Klasifikasi perbaikan kapal perikanan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:

1) Badan kapal; meliputi perbaikan kapal pada umumnya (perbaikan jangkar, baling-baling, perkayuan, dan pengecatan);

2) Mesin kapal; meliputi perbaikan mesin utama dan mesin bantu, instalasi pipa, cerobong dan tangki-tangki, instalasi dan perawatan elektrik, serta peralatan pengukur; dan

3) Instalasi khusus; meliputi perbaikan alat penangkap ikan, peralatan navigasi dan penelitian, instalasi pendingin, instalasi pengangkutan, dan perlengkapan processing hasil tangkapan.

2.2.3 Jenis instalasi galangan

Jenis instalasi doking menurut UPT BTPI terdiri atas tiga macam, yaitu: 1) Dok kolam (graving dock); merupakan suatu bangunan dari beton bertulang

dengan bentuk seperti kolam dan dilengkapi dengan pintu kedap di mulut galangan dan pompa sebagai modal utama dalam pengoperasiannya;

2) Dok apung (floating dock); merupakan suatu bangunan dari baja berbentuk ponton dilengkapi pompa dan crane, cara pengoperasiannya dengan mengisi air dan membuang air di dalam tangki dengan alat utama pompa; dan

3) Landasan tarik (slipway); merupakan bangunan beton yang terdiri dari pondasi beton dan diberi rel memanjang dari darat ke laut dengan ukuran sesuai dengan ketentuan.

2.3 Model Teknometrik

(35)

12

Selanjutnya, Hany (2000) mengatakan bahwa teknologi merupakan alat yang sangat vital dan sangat berperan dalam suatu sistem produksi. Technoware membutuhkan humanware dengan kemampuan tertentu, begitu juga humanware harus ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan perkembangan technoware. Infoware sebagai suatu informasi yang memberikan pemahaman dan peningkatan kinerja juga perlu secara teratur diperbaharui, sedangkan orgaware perlu terus ditingkatkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi.

2.3.1 Pengukuran komponen teknologi

Model teknometrik mendefinisikan koefisien kontribusi teknologi (technology contribution coefficient) yang selanjutnya disebut TCC dalam suatu fasilitas transformasi dan diberikan menurut persamaan (UN-ESCAP 1989):

TCC = T βt × H βh× I βi× O βo

T, H, I, O adalah kontribusi dari masing-masing komponen teknologi dan β merupakan intensitas kontribusi dari masing-masing komponen terhadap koefisien TCC. TCC tidak memungkinkan bernilai nol karena tidak ada aktivitas transformasi tanpa keterlibatan seluruh komponen teknologi. Artinya, fungsi TCC tidak memungkinkan T, H, I, O bernilai nol.

Menurut UN-ESCAP (1989) vide Hany (2000) terdapat lima langkah untuk mengestimasikan nilai T, H, I, O, βt, βh, βi, βo, yaitu:

1) Estimasi derajat kecanggihan

Nilai derajat kecanggihan menunjukkan kecanggihan dari setiap komponen teknologi yang ada di galangan. Penentuannya dilakukan dengan cara:

a. Pengumpulan data derajat kecanggihan komponen teknologi dilakukan dengan pengamatan kualitatif komponen teknologi dan pengumpulan informasi teknologi yang relevan dengan penggunaan teknologi;

b. Identifikasi seluruh komponen technoware dan humanware pada fasilitas transformasi, sedangkan untuk infoware dan orgaware evaluasi dilakukan pada tingkat perusahaan; dan

(36)

13

2) Pengkajian state of the art

State of the art adalah tingkat kompleksitas dari masing-masing komponen teknologi. Selanjutnya Hany (2000) menyatakan bahwa penentuan status komponen teknologi terhadap state of the art-nya memerlukan pengetahuan teknis yang dalam. Pendekatan yang digunakan untuk mengkaji state of the art komponen teknologi didasarkan pada kriteria generik. Generik adalah kriteria yang dikembangkan dengan sistem rating state of the art keempat komponen teknologi. Setiap kriteria diberi skor 10 untuk spesifikasi terbaik dan skor nol untuk spesifikasi terendah yang diijinkan. Skor untuk nilai spesifikasi diantaranya dilakukan dengan bantuan interpolasi.

3) Penentuan kontribusi komponen

Kontribusi komponen ditentukan dengan menggunakan nilai-nilai yang telah diperoleh dari batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art. Nilai kontribusi merupakan nilai yang dapat digunakan untuk menduga besarnya kontribusi masing-masing komponen teknologi terhadap nilai TCC.

4) Pengkajian intensitas kontribusi komponen

Intensitas kontribusi komponen dapat dilakukan dengan bantuan matrik perbandingan berpasangan. Prosedur estimasinya sebagai berikut:

a. Keempat komponen teknologi diatur secara hierarki dengan urutan kepentingan meningkat. Nilai β yang berkaitan dengan komponen-komponen ini diatur dalam urutan kepentingan yang sama;

b. Nilai-nilai tersebut ditransformasikan ke dalam prosedur perbandingan berpasangan; dan

(37)

14

5) Penghitungan TCC

Berdasarkan nilai T, H, I, O dan nilai β-nya, koefisien kontribusi teknologi (TCC) dapat dihitung. Nilai TCC maksimum satu. Nilai TCC dari suatu perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi dari operasi transformasi total terhadap output. Menurut Wiraatmaja dan Ma’ruf (2004) nilai dari TCC dapat menunjukkan level teknologi pada suatu perusahaan seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Penilaian kualitatif TCC

Nilai TCC Klasifikasi

0,1 Sangat rendah

0,3 Rendah

0,5 Wajar

0,7 Baik

0,9 Sangat baik

1,0 Kecanggihan mutakhir

Sumber: Wiraatmaja dan Ma’ruf, 2004

2.3.2 Beberapa penelitian menggunakan model teknometrik

(38)

3 METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Nazir (2003) metode survei merupakan penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan yang faktual.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2008 hingga April 2009, mulai dari pengambilan data sampai pengolahan data. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2008 di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke, Jakarta. Pengolahan data dilakukan pada bulan Januari 2009 sampai April 2009.

3.2 Jenis Data

Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung di lapangan sesuai dengan tujuan studi. Data primer terdiri atas:

1) Data keadaan umum galangan kapal; 2) Data aktivitas reparasi kapal; dan

3) Data yang terkait dengan komponen teknologi technoware, humanware, infoware, dan orgaware di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari suatu sumber publikasi (pihak lain yang mengumpulkan dan mengolahnya). Data sekunder yang dikumpulkan berupa data produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI.

3.3Pengumpulan Data

(39)

16

orgaware dan infoware didapatkan dengan mewawancarai manajer galangan dan koordinator lapangan. Sedangkan data yang berhubungan dengan komponen humanware didapatkan dengan mewawancarai semua karyawan tetap galangan kapal sebanyak sembilan orang.

3.4Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokkan data hasil wawancara berdasarkan jenis komponen teknologi ke dalam tabel penilaian dasar komponen teknologi (tabulasi data). Hasil dari tabulasi data komponen teknologi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.5 Analisis Data

Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan teknik reparasi kapal ikan di Dok Pembinaan UPT BTPI. Tingkat teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta diukur menggunakan model teknometrik (UN-ESCAP 1989). Model ini menilai empat komponen pembentuk teknologi yang secara bersama-sama berperan memberikan kontribusi dalam suatu transformasi input menjadi output. Kriteria komponen teknologi yang diteliti mengacu pada kriteria yang digunakan oleh Wiraatmaja dan Ma’ruf (2004). Model teknometrik mendefinisikan koefisien kontribusi teknologi (technology contribution coefficient) dalam suatu fasilitas transformasi.

Terdapat lima langkah untuk mengestimasikan nilai TCC, yaitu: 1) Estimasi derajat kecanggihan;

2) Pengkajian state of the art; 3) Penentuan kontribusi komponen;

4) Pengkajian intensitas kontribusi komponen; dan 5) Penghitungan TCC.

1) Estimasi derajat kecanggihan

(40)

17

Tabel 2 Kriteria pemberian skor derajat kecanggihan komponen teknologi

Derajat Kecanggihan Komponen Teknologi

Skor

(41)

18

Nilai batas bawah menunjukkan tingkat kecanggihan (kerumitan) yang paling rendah (sederhana) pada masing-masing komponen teknologi. Sementara itu, nilai batas atas menunjukkan tingkat kecanggihan (kerumitan) yang paling tinggi (kompleks) pada masing-masing komponen teknologi. Sebagai contoh seperti pada Tabel 2, komponen technoware yang masih menggunakan fasilitas manual saja, tanpa dilengkapi fasilitas lainnya yang lebih kompleks memiliki nilai batas bawah 1 dan batas atas 3. Sedangkan untuk komponen technoware yang memiliki fasilitas manual tersebut dan dilengkapi dengan fasilitas tenaga penggerak maka nilai batas bawahnya adalah 1 dan nilai batas atasnya 4. Prosedur ini berlaku juga untuk ketiga komponen teknologi lainnya. Nilai batas bawah dan batas atas ini nantinya akan digunakan untuk menghitung nilai kontribusi masing-masing komponen teknologi. Nilai dari batas bawah dan batas atas kemudian dimasukkan ke dalam Tabel 3.

Tabel 3 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi

Komponen Limit

Lower Upper

Technoware LT: UT:

Humanware LH: UH:

Inforware LI: UI:

Orgaware LO: UO:

Keterangan:

(42)

19

2) Pengkajian state of the art (SOTA)

State of the art adalah tingkat kompleksitas dari masing-masing komponen teknologi. Sebelum dilakukan pengkajian terhadap rating state of the art setiap komponen, terlebih duhulu dilakukan penilaian terhadap masing-masing kriteria pada setiap komponen teknologi. Kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 4, 5, 6, dan 7.

Tabel 4 Matriks penilaian kriteria komponen technoware

No Kriteria Komponen

Technoware Keterangan Skor

1 Tipe mesin yang

Sederhana: hanya satu operasi diterapkan dalam tiap proses (2,5); kombinasi lebih dari satu operasi yang sama pada satu pekerjaan (5); kombinasi lebih dari satu operasi berbeda pada suatu pekerjaan (7,5); progresif: lebih dari satu operasi yang diselenggarakan paralel pada pekerjaan yang berbeda pos (10) 3 Tipe operasi yang

5 Frekuensi untuk perawatan mesin

Pemeliharaan preventif (10); sering tetapi tidak secara periodik (5); pemeliharaan pemulihan (0)

6 Keahlian teknis operator yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin

Tidak perlu keahlian teknis (10); perlu tingkat keterampilan tertentu (5); perlu keahlian teknis yang spesifik (0)

7 Pemeriksaan pada setiap pekerjaan

Pemeriksaan terkomputerisasi (10); pemeriksaan manual (5); tidak diperlukan pemeriksaan (0)

8 Pengukuran pada setiap pekerjaan

Kompleks dan terkomputerisasi (10); sederhana dan sketsa tangan (0)

9 Tingkat keselamatan dan keamanan kerja

Aman (10); wajar (5); bahaya (0)

(43)

20

Tabel 5 Matriks penilaian kriteria komponen humanware

No Kriteria Komponen

Humanware Keterangan Skor

1 Kesadaran dalam tugas Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0)

2 Kesadaran kedisiplinan dan tanggung jawab

4 Kemampuan memelihara fasilitas produksi tanggal jatuh tempo

100% (10); <50% (0)

Sumber: Wiraatmaja dan Ma’ruf, 2004

Tabel 6 Matriks penilaian kriteria komponen infoware

No Kriteria Komponen Infoware Keterangan Skor

1 Bentang informasi manajemen Bentang informasi termasuk perusahaan eksternal (10); informasi sebagian (5); bentang informasi tidak termasuk perusahaan eksternal (0)

2 Perusahaan menginformasikan masalah dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan

Selalu (10); tidak pernah (0)

3 Jaringan informasi di dalam perusahaan

Online (10); offline (0) 4 Prosedur untuk komunikasi

antara anggota di perusahaan

Mudah dan transparan (10); rumit (0)

5 Sistem informasi perusahaan untuk mendukung aktivitas perusahaan

Akses global (10); akses nasional (7.5); akses lokal (5); tidak ada (0)

6 Penyimpanan dan pengambilan informasi kembali

Terkomputerisasi (10); manual (5); tidak terarsip (0)

(44)

21

Tabel 7 Matriks penilaian kriteria komponen orgaware

No Kriteria Komponen Orgaware Keterangan Skor

1 Otonomi perusahaan Otonomi penuh (10); kontrol dari perusahaan induk (0) 2 Visi perusahaan Mengorientasi masa depan

(10); tidak ada (0) 3 Kemampuan perusahaan dalam

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan produktivitas

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

4 Kemampuan perusahaan untuk memotivasi karyawan dengan kepemimpinan yang efektif

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

5 Kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah dan permintaan eksternal

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

6 Kemampuan perusahaan untuk bekerjasama dengan supplier

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

7 Kemampuan perusahaan untuk memelihara hubungan dengan pelanggan

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

8 Kemampuan perusahaan untuk

mendapat dukungan

sumberdaya dari luar

Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)

Sumber: Wiraatmaja dan Ma’ruf, 2004

Penentuan skor pada Tabel 4,5,6, dan 7 adalah berdasarkan hasil identifikasi di lapangan dan wawancara. Penilaian kriteria dimana skornya tidak tertera pada acuan, maka dilakukan interpolasi dari nilai yang ada di atas dan bawahnya. Setelah dilakukan penilaian pada masing-masing kriteria sebagaimana dipaparkan di atas, maka pengkajian state of the art dapat dilakukan dengan menggunakan

kt = Jumlah kriteria komponen technoware Dimana t

(45)

22

lh = Jumlah kriteria komponen humanware Dimana h

ijadalah nilai kriteria ke-i dari humanware kategori j. Infoware

mf = Jumlah kriteria komponen infoware

Dimana fm adalah nilai kriteria ke-m dari infoware pada tingkat

no = Jumlah kriteria komponen orgaware Dimana O

n adalah nilai kriteria ke-n dari orgaware pada tingkat perusahaan

3) Penentuan nilai kontribusi setiap komponen:

Penentuan nilai kontribusi setiap komponen dilakukan dengan menggunakan nilai batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art yang diformulasikan dalam persamaan berikut:

(46)

23

I =

9 1

LI + SI(UI – LI) ………..………(7)

O =

9 1

LO + SO(UO – LO) ……….………(8) Keterangan:

LT = batas bawah technoware ST = SOTA technoware UT = batas atas technoware LH = batas bawah humanware SH = SOTA humanware UH = batas atas humanware

LI = batas bawah infoware SI = SOTA infoware UI = batas atas infoware LO = batas bawah orgaware SO = SOTA orgaware UO = batas atas orgaware

Nilai T menunjukan kontribusi dari komponen technoware, nilai H menunjukkan kontribusi dari setiap komponen humanware, nilai I menunjukkan kontribusi komponen infoware, serta nilai O menunjukkan kontribusi komponen orgaware. Pembagian dengan sembilan dilakukan agar kontribusi oleh setiap komponen pada state of the art bernilai satu.

4) Penilaian intensitas kontribusi komponen

(47)

24

Tabel 8 Skala tingkat kepentingan relatif untuk menghitung intensitas kontribusi komponen

Intensitas

Kepentingan Definisi Keterangan

1 Sama pentingnya

Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama terhadap sebuah tujuan

3 Agak lebih penting daripada

Suatu aktivitas terbukti lebih penting dibandingkan aktivitas lainnya, tetapi kelebihan tersebut kurang meyakinkan atau tidak signifikan

5 Lebih penting daripada

Terdapat bukti yang bagus dan kriteria logis yang menyatakan bahwa salah satu aktivitas memang lebih penting daripada aktivitas lainnya

7 Jauh lebih penting daripada

Salah satu aktivitas lebih penting dibandingkan aktivitas lainnya dapat dibuktikan secara meyakinkan 9 Mutlak lebih penting

daripada

Suatu aktivitas secara tegas memiliki kepentingan yang paling tinggi

2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua pendapat yang berdampingan

Dibutuhkan kesepakatan untuk menentukan tingkat

kepentingannya

Sumber: Saaty, 1991

Penghitungan nilai intensitas kontribusi menggunakan Software Criterium Decision Plus. Consistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbaikan penilaian kepentingan oleh manajer galangan dilakukan dengan konsisten atau tidak, dengan ketentuan sebagai berikut:

CR ≤ 0,1 : konsisten

0,1 < CR ≤ 0,15 : agak konsisten CR > 0,15 : tidak konsisten

5) Penghitungan TCC

Dengan menggunakan nilai T, H, I, O dan nilai β-nya, technology coefficient contribution (TCC) dapat dihitung menggunakan persamaan:

(48)

25

Keterangan:

TCC = technology contribution coefficient T = nilai kontribusi komponen technoware

βt = nilai intensitas kontribusi komponen technoware H = nilai kontribusi komponen humanware

βh = nilai intensitas kontribusi komponen humanware I = nilai kontribusi komponen infoware

βi = nilai intensitas kontribusi komponen infoware O = nilai kontribusi komponen orgaware

βo = nilai intensitas kontribusi komponen orgaware

Nilai TCC tidak memungkinkan nol karena tidak ada aktivitas transformasi tanpa keterlibatan seluruh komponen teknologi. Artinya, fungsi TCC tidak memungkinkan T, H, I, O bernilai nol. Nilai TCC maksimum satu. TCC dari suatu perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi dari operasi transformasi total terhadap output. Nilai TCC kemudian akan dibandingkan dengan Tabel 9 dan Tabel 10 yang merupakan modifikasi dari Tabel 1.

Tabel 9 Penilaian kualitatif berdasarkan selang TCC

Nilai TCC Klasifikasi

0<TCC≤0,1 Sangat rendah 0,1<TCC≤0,3 Rendah 0,3<TCC≤0,5 Wajar 0,5<TCC≤0,7 Baik 0,7<TCC≤0,9 Sangat baik

0,9<TCC≤1,0 Kecanggihan mutakhir

Tabel 10 Tingkat teknologi TCC

Nilai TCC Tingkat teknologi

(49)

26

Secara sistematis, prosedur penghitungan nilai TCC disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Prosedur penghitungan TCC menggunakan model teknometrik.

Kriteria penilaian state of the art

Penentuan derajat kecanggihan komponen teknologi

Penentuan kontribusi komponen teknologi

(T,H,I,O)

Penentuan intensitas kontribusi komponen

teknologi Kriteria penentuan

derajat kecanggihan

Penghitungan TCC Identifikasi

komponen teknologi

Penentuan state of the art komponen

(50)

4 KEADAAN UMUM GALANGAN

4.1 Produktivitas Galangan

Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki fungsi sebagai tempat membangun, merawat, dan memperbaiki kapal. Kegiatan membangun kapal sudah lama tidak dilakukan. Saat ini aktivitas yang dilakukan Dok Pembinaan UPT BTPI hanyalah mereparasi kapal. Sepinya order membangun kapal disebabkan tingginya biaya produksi. Kayu sebagai bahan baku pembuatan kapal didatangkan dari luar Jakarta, yang mengakibatkan harga kayu menjadi semakin mahal. Oleh karena itu banyak pembeli yang beralih untuk membuat kapal di daerah yang memiliki sumber kayu sehingga harga kapal menjadi lebih murah.

Kemampuan fasilitas galangan membatasi volume kapal yang dapat naik ke atas slipway. Sebuah kapal yang naik tidak boleh memiliki volume lebih dari 30 GT. Kapal yang biasanya direparasi adalah kapal yang terbuat dari kayu yang umumnya merupakan kapal perikanan. Galangan juga mampu melayani reparasi kapal fiber atau kapal kayu yang dilaminasi menggunakan fiber, selain mereparasi kapal kayu. Kapal-kapal di Muara Angke yang memiliki volume ≤ 30 GT biasanya tidak menggunakan bahan fiber atau laminasi fiber, sehingga tidak ada order untuk jenis kapal tersebut kepada galangan.

(51)

28

Tabel 11 Produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI dan produktivitas seluruh galangan yang ada di lingkungan UPT BTPI pada tahun 2007

No Bulan

BTPI Seluruh Galangan

1 s.d

Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2007

(52)

29

Gambar 3 Perbandingan produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI dengan produktivitas seluruh galangan di lingkungan UPT BTPI.

4.2Organisasi

Dok Pembinaan UPT BTPI merupakan satu dari empat galangan yang masih aktif melayani kegiatan reparasi kapal di Muara Angke. Galangan ini dipimpin oleh seorang Manajer yang bertanggung jawab kepada Kepala UPT BTPI (Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan). Sebagai dok pembina, pada tahun 2008 Dok Pembinaan UPT BTPI menjalankan tiga program kerja, yaitu:

1) Pembinaan petugas reparasi; 2) Pembinaan tukang pakal; dan

3) Pembinaan pelayanan reparasi khususnya untuk pengurus kapal.

Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki sembilan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tersebut terdiri dari manajer galangan, staf administrasi, koordinator lapangan, juru alur, juru mesin, juru cat, juru selam, dan juru kasko. Struktur organisasi Dok Pembinaan UPT BTPI disajikan pada Gambar 4.

0 10 20 30 40 50 60 70

Ju

m

lah

k

ap

al

Bulan

(53)

30

Gambar 4 Struktur organisasi Dok Pembinaan UPT BTPI.

Visi Dok Pembinaan UPT BTPI adalah ingin mengefektifkan teknologi sehingga dapat mempersingkat waktu reparasi. Saat ini sudah tidak ada hubungan kerjasama dengan pemasok (supplier). Hal ini karena seluruh kebutuhan untuk melakukan reparasi sudah ada di lingkungan UPT BTPI, sehingga pihak galangan menganggap bahwa tidak diperlukan adanya kerjasama dengan supplier. Fungsinya sebagai dok pembina bagi galangan lainnya membuat galangan tersebut tidak berorientasi bisnis sehingga tidak ada proses adaptasi dengan lingkungan bisnis yang berubah.

4.3 Sarana dan Prasarana

Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki rel ganda (slipway) dengan tiga buah jalur sepanjang 90 meter dengan kapasitas enam buah kapal. Saat ini kapasitasnya hanya mampu menampung lima kapal. Hal tersebut dikarenakan slipway pada bagian tengah kurang panjang sehingga hanya dapat menampung satu kapal. Kemiringan yang layak untuk landasan tarik adalah 12 . Kemiringan tersebut sengaja dibuat landai untuk memudahkan penarikan kapal ke atas slipway. Kemiringan yang landai diperoleh dengan memasang rel yang lebih panjang. Namun tepi pantai di bagian depan galangan (water front) memiliki kemiringan yang curam, sehingga pada tahun 2007 dilakukan penimbunan agar kemiringan landasan tarik tidak jauh lebih besar dari 12 .

Kepala UPT BTPI

Manajer Dok

Staf Administrasi

Koordinator Lapangan

(54)

31

Peralatan yang digunakan pada galangan kapal yang diteliti umumnya menggunakan tenaga manual dan tenaga penggerak. Penggunaan alat-alat modern yang menggunakan tenaga penggerak pada proses reparasi mempermudah pekerja untuk melakukan kegiatan reparasi. Beberapa peralatan yang digunakan pada galangan kapal yang diteliti, baik peralatan manual, tenaga penggerak, dan fasilitas serbaguna disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal yang diteliti

No Peralatan yang digunakan Jenis peralatan (manual/tenaga

penggerak/fasilitas sebaguna)

1 Palu Manual

2 Gergaji Manual

3 Sekrap Manual

4 Pahat Manual

5 Meteran Manual

6 Kuas cat Manual

7 Pahat besi Manual

8 Dongkrak hidrolik Tenaga penggerak

9 Mesin penarik Tenaga penggerak

10 Kapak Manual

11 Bor listik Tenaga penggerak

12 Gerinda mesin Tenaga penggerak

13 Komputer Fasilitas serbaguna

14 Alat pertukangan lainnya Manual

Perawatan yang dilakukan terhadap peralatan dalam fasilitas transformasi dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk menghindari kerusakan alat. Pengoperasian mesin tidak membutuhkan keahlian teknis tertentu sehingga seluruh pekerja dapat mengoperasikannya. Namun pada fasilitas serbaguna seperti komputer, dibutuhkan keahlian teknis tertentu untuk mengoperasikannya.

(55)

32

Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke, 2008

Gambar 5 Layout Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke.

Lahan yang digunakan merupakan milik Pemda DKI dengan luas area 4.500 m2. Galangan ini menggunakan landasan tarik, sehingga waktu penaikkan dan penurunan kapal menunggu air laut pasang. Hal ini menyebabkan waktu penaikkan dan penurunan kapal tidak pasti, sehingga pekerja galangan tidak memiliki jadwal mulai dan selesai bekerja yang pasti layaknya pekerja pada bidang usaha lainnya.

LABEL

Keterangan gambar: 1. Rumah mesin 2. Mesin penarik

3. Tali sling untuk menarik lori 4. Patok loper

5. Loper (pengatur sling) 6. Landasan tarik (slipway) 7. Lori

8. Rantai penghubung lori 9. Bantalan kapal 10 . Kapal di atas lori 11. Pelataran dok 12. Kolam galangan 13. Tembok pembatas galangan

(56)

33

4.4Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI terdiri atas berbagai macam latar belakang pendidikan. Manajer kapal memiliki latar belakang pendidikan tertinggi dengan pendidikan terakhir S1, bahkan pada saat ini manajer tersebut sedang menjalani pendidikan di level S2. Pendidikan terendah berada pada tingkat SD sebanyak tiga orang. Latar belakang pendidikan yang bervariasi, tidak mempengaruhi kemampuan seluruh karyawan untuk melakukan kerjasama dalam proses transformasi. Kesadaran dan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan serta kemampuan untuk berfikir kritis sudah cukup baik. Kemampuan tersebut tidak hanya mereka dapat dari pendidikan formal yang mereka telah jalani. Pelatihan-pelatihan soft skill yang diberikan oleh UPT BTPI sangat meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI. Pelatihan tersebut diantaranya yaitu: management team work dan pelatihan mengenai tata cara reparasi. Alokasi tenaga kerja pada galangan yang diteliti disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Alokasi tenaga kerja di Dok Pembinaan UPT BTPI

No Nama Pekerjaan Pendidikan

1 Budijanto Manajer S1

2 Andi Administrasi SMA

3 Mujono Koordinator lapangan SMP

4 Apid Awaludin Juru alur SMA

5 Abdurrachman Juru selam SMP

6 Nurudin Juru selam SD

7 Nursaman Juru kasko SD

8 Suherman Juru mesin SD

(57)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Teknik Reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI

5.1.1 Tata cara pelayanan reparasi

Secara umum proses reparasi di lingkungan UPT BTPI terdiri atas administrasi perizinan dan proses reparasi kapal. Pemilik kapal yang telah melakukan reparasi mendapat Surat Keterangan Naik Dock (SKND) dari galangan kapal. Surat Keterangan Naik Dock tersebut menjadi persyaratan untuk memperpanjang pas tahunan. Contoh SKND disajikan pada Lampiran 4. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk reparasi adalah sembilan hari, terhitung dari proses penaikkan sampai penurunan kapal. Perincian waktu reparasi disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Waktu pelayanan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI

No Kegiatan Waktu

1 Permohonan naik dock 1 hari

2 Surat persetujuan naik dock 1 hari 3 Reparasi kapal di atas dock 6 hari 4 Surat Keterangan Naik Dock 1 hari

Tahapan administrasi dalam kegiatan reparasi adalah sebagai berikut: 1) Pengurus atau pemilik kapal melapor ke pos terpadu dengan membawa:

a. Surat Penangkapan Ikan (SPI);

b. Ijin Usaha Penangkapan Ikan (IUP); dan c. Pas Tahunan Kapal.

2) Pos terpadu mengeluarkan surat pengantar docking sebanyak dua lembar; 3) Pengurus atau pemilik kapal menyerahkan surat pengantar docking yang asli

ke UPT BTPI sedangkan fotokopinya dibawa ke galangan kapal yang dituju; 4) Pemilik galangan mengajukan permohonan persetujuan naik dock kepada

UPT BTPI dengan melampirkan surat-surat kapal;

(58)

35

2006 tentang Retribusi Daerah, atau disesuaikan dengan Peraturan Daerah yang berlaku;

6) Setelah selesai reparasi, pemilik atau pengurus kapal membawa fotokopi surat pengantar docking yang sudah diketahui oleh galangan kapal ke UPT BTPI untuk memperoleh surat keterangan selesai docking; dan

7) Pengurus atau pemilik membawa surat keterangan docking kembali ke pos terpadu untuk memperoleh surat izin berlayar.

Secara ringkas, tahapan administrasi reparasi kapal di lingkungan UPT BTPI disajikan pada Gambar 6.

PEMILIK / TATA CARA DOCKING KAPAL IKAN DI KAWASAN UPT. BTPI DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PROPINSI DKI JAKARTA

6

Title

DASAR HUKUM :

1. SK. GUB. No. 105 TAHUN 2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA CARA KERJA UPT. BTPI DI LINGKUNGAN DINAS PEKANLA PROP. DKI JAKARTA 2. PERDA No. 1 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI BIDANG EKONOMI

Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2008

Gambar 6 Tata cara pelayanan reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI.

5.1.2 Tahapan reparasi kapal

(59)

36

reparasi berat diletakkan di bagian depan karena membutuhkan waktu reparasi yang lebih lama.

Secara umum kegiatan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI dilakukan dalam delapan tahapan kegiatan yang terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Tahapan reparasi disajikan pada Gambar 7.

Reparasi ringan Reparasi berat

Gambar 7 Diagram alir proses reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI.

Persiapan

Pemeriksaan

Pembersihan

Pendempulan

Pengecatan Pembakaran

Pemakalan

Pembersihan

Penggantian kayu yang rusak berat (pecah, retak, lapuk)

Pembakaran

Pendempulan

Pengecatan Pemakalan

(60)

37

Deskripsi setiap tahapan tersebut sebagai berikut:

1) Persiapan

Langkah awal untuk melakukan reparasi kapal yaitu dengan menaikkan kapal di atas lori yang terdapat pada slipway. Komponen yang dibutuhkan dalam proses penaikkan kapal yaitu:

a. Mesin penarik (Mitsubishi 6D 15 85 PK); b. Winch;

c. Sling; d. Lori;

e. Loper (kait ke lori);

f. Rantai (penghubung antar lori); dan g. Klem sling.

Gambar peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway. Sebelum dinaikkan posisi kapal tidak boleh miring, tangki-tangki perbekalan dalam keadaan kosong, dan perlengkapan kapal yang mudah bergerak diturunkan dari kapal. Pengosongan perbekalan melaut dimaksudkan untuk

Sling

Winch

Mesin

Lori

Rantai Bantalan

(61)

38

mengurangi beban dan menghindari terjadinya kecelakaan pada waktu reparasi. Langkah selanjutnya adalah persiapan landasan tarik (slipway) dengan kereta peluncur (lori) dan bantalan untuk menaikkan kapal ke atas galangan. Setelah itu, juru selam masuk ke dalam air untuk memasang loper ke lori. Kapal dinaikkan ke atas lori sesuai ukurannya. Sebagai contoh, apabila kapal dengan length over all (LOA) 15 meter yang akan dinaikkan maka jarak linggi buritan ke lori sebesar 0,5 meter dengan jarak antara lori depan dan belakang sebesar 6 meter dan disesuaikan dengan panjang kapal. Pengukuran ini didapatkan berdasarkan pengalaman yang diperoleh oleh pekerja galangan. Ilustrasi posisi kapal di atas slipway disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Posisi kapal di atas slipway.

Bagian haluan kapal diposisikan pada lori bagian depan. Lunas harus berada tepat di titik tengah lori agar kapal tidak terguling saat naik ke atas slipway. Ketika posisi lunas sudah tepat di tengah lori, kapal ditarik menggunakan mesin penarik, dan berhenti pada saat lori depan (bagian haluan) berada di atas permukaan air. Selanjutnya dilakukan pengganjalan pada lori depan agar posisi kapal tidak miring. Kemudian kapal ditarik lagi sampai bagian buritan kapal kandas pada lori belakang tepat di tengah lori dan dilakukan pengganjalan kembali. Setelah itu, kapal ditarik lagi sampai keseluruhan badan kapal berada di atas permukaan air. Penarikan kapal dihentikan dan kereta luncur (lori) dikunci setelah kapal berada di atas slipway. Posisi pengganjal diperbaiki

15 m

Gambar

Gambar 1  Interaksi dinamis antara komponen teknologi.
Tabel 1.
Tabel 2  Kriteria pemberian skor derajat kecanggihan komponen teknologi
Tabel 3  Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja (Pokja) III Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Jaya Tahun Anggaran 2014 dengan paket Pekerjaan

a) Tenaga Guru dan Pegawai Madrasah Ibtidaiyah Kalisidi 02 kec. Ungaran Barat Kab. Semarang yang terlibat dalam proses belajar mengajar dan pendidikan di

Hal hal yang harus dilakukan untuk membuat RPP Kurikulum 2013 adalah guru memetakan dahulu KD dengan menetapkan tema apa yang akan dibahas dan menjabarkannya ke dalam

Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi, dengan standar minimal yang ditetapkan

Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam teknik analisa data kualitatis deskriptif (pemaparan) dari data yang telah diperoleh baik melalui dokumentasi, observasi,

Dimana apabila menunjukan status tersedia dari sebuah sarana pada suatu tanggal tertentu itu artinya sarana tersebut masih bisa untuk dilakukan pemesanan karena

Pada bagian latar belakang ini akan menjadi dasar perumusan masalah untuk menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan dan sisi

Dalam proses analisis ditetapkan beberapa kriteria yaitu kriteria ekonomi, ekonometrika dan statistik, serta dilakukan uji validasi dengan membandingkan nilai root mean