• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Studi 3.2.1 Persiapan 3.2.1 Persiapan

Tahapan persiapan meliputi penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan kolokium yaitu mempresentasikan proposal penelitian dan mendapatkan masukan. Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan mengurus perizinan di lokasi penelitian dan dilakukan pencarian informasi umum mengenai lokasi penelitian, serta mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

3.2.2 Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data lanskap Keraton Surakarta dan data lanskap Kota Surakarta. Data Keraton Surakarta mencakup data primer dan sekunder yaitu data mengenai aspek kesejarahan, konsep ruang, desain/ragam hias dan ornamen pada elemen lanskap. Data yang diperlukan pada Kota Surakarta terdiri dari aspek kesejarahan, penggunaan lahan, struktur kota, elemen-elemen pembentuk kota, aspek legal dan juga pendapat/pandangan masyarakat Kota Surakarta terhadap lanskap Kota Surakarta. Data yang dibutuhkan pada penelitian akan dijabarkan pada Tabel 1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut :

a. Observasi : observasi merupakan pengamatan pada tapak guna mengetahui kondisi eksisting pada tapak. Observasi dilakukan dengan mengamati lanskap Keraton Surakarta dan lanskap Kota Surakarta yang meliputi lanskap permukiman, lanskap perkantoran dan perdagangan, lanskap fasilitas umum dan lanskap jalan.

b. Wawancara : wawancara dengan narasumber guna mengetahui informasi mengenai hal terkait. Tahapan wawancara juga diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai kondisi sosial budaya yang ada pada masyarakat sekitar yang tidak dapat dilihat secara langsung melalui tahapan observasi.

Wawancara dilakukan dengan berbagai narasumber, yaitu : 1. GPH Puger, Kepala Sasana Pustaka Keraton Surakarta

2. Mufti Raharjo, Kepala Bidang Pelestarian Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya (BCB) Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

3. Endah Sita Resmi, Kepala Bidang Perencanaan Tata Ruang Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

4. Keksi Sundari, kepala Bidang Sarana Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta

c. Kuisioner : Kuisioner digunakan sebagai media wawancara kepada masyarakat kota Surakarta. Kuisioner disebar kepada masyarakat kota guna mengetahui pandangan maupun pendapat masyarakat Kota Surakarta terhadap Keraton Surakarta dan keinginan masyarakat dalam penataan kota. Kuisioner disebar pada masyarakat yang bermukim di sekitar keraton dan masyarakat yang bermukim di berbagai kecamatan di Kota Surakarta, sehingga diharapkan dapat mewakili pendapat dari masyarakat Kota Surakarta.

d. Studi pustaka : Studi pustaka dilakukan guna mengetahui kondisi sosial budaya, maupun kesejarahan yang sudah tidak dapat dilihat karena bentukan fisik sudah hilang tergerus oleh perkembangan zaman. Studi pustaka juga dilakukan terhadap konsep dan sejarah perkembangan kota, dokumen-dokumen maupun peta dan juga kebijakan-kebijakan pemerintah.

Tabel 1. Data yang dibutuhkan pada penelitian

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

1 Lanskap

Keraton Surakarta

Sejarah Keraton Surakarta Arsip keraton,

observasi, studi pustaka dan wawancara Konsep dan filosofi Tata Ruang dan Lanskap

Keraton

Jenis, tata letak dan makna elemen-elemen keraton (hardscape dan softscape )

2 Lanskap

Kota Surakarta

Kondisi Umum BMG, observasi

lapang , kuisioner dan studi pustaka

Sejarah dan perkembangan kota Penggunaan lahan (landuse)

Struktur kota ( pusat kota hingga pinggir kota) Kondisi Biofisik ( iklim, topografi, hidrologi, vegetasi, satwa, tanah dan sirkulasi)

Elemen fisik : kantor-kantor pemerintahan, kantor swasta, bangunan dan fasilitas umum (pasar, taman, tempat peribadatan, sarana pendidikan) dan bangunan serta fasilitas komersil

Permukiman : Bangunan (arsitektur dan orientasi) dan halaman rumah (elemen hardscape dan softscape)

Tabel 1. Data yang dibutuhkan pada penelitian (Lanjutan)

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

2 Lanskap

Kota Surakarta

Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) BAPPEDA, Dinas Tata

Ruang Kota Surakarta, wawancara dan kuisioner Kebijakan pengembangan dan pembangunan

kota

Kebijakan mengenai pelestarian kota dan kawasan bersejarah

Persepsi masyarakat mengenai Keraton Surakarta

3.2.3 Analisis

Tahapan analisis meliputi tahap identifikasi dan analisis konsep lanskap Keraton Surakarta dan lanskap Kota Surakarta. Tahapan analisis dilakukan dengan metode analisis deskriptif kuantitatif, deskriptif kualitatif dan secara spasial. Analisis dilakukan melalui empat tahap, yaitu analisis konsep lanskap Keraton Surakarta, analisis perkembangan lanskap Kota Surakarta, analisis sebaran elemen lanskap dan analisis pola sebaran lanskap.

1. Analisis konsep lanskap Keraton Surakarta

Analisis konsep lanskap Keraton Surakarta dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis konsep lanskap Keraton Surakarta dilakukan guna mengetahui tatanan dan karakter lanskap dari Keraton Surakarta. Konsep lanskap pada Keraton Surakarta yang dikemukakan oleh Setiawan (2000) dalam tesis yang berjudul Konsep Simbolisme dalam Tata Ruang Luar Keraton Surakarta merupakan dasar dalam melakukan identifikasi dan analisis konsep lanskap keraton. Setiawan (2000) menyatakan bahwa ruang luar/lanskap pada Keraton Surakarta terdiri dari sejarah keraton, bangunan keraton, pandangan hidup dan adat istiadat, serta konsep tata ruang keraton. Identifikasi pada lanskap keraton juga dilakukan dengan cara observasi langsung dan juga wawancara dnegan pihak-pihak terkait. Hasil deskripsi lanskap Keraton Surakarta digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh/kesamaan pada lanskap Kota Surakarta.

2. Analisis Perkembangan Kota Surakarta

Analisis perkembangan lanskap kota Surakarta dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif dan spasial. Analisis dilakukan dengan menelusuri sejarah Kota Surakarta melalui periode pemerintahan sejak Keraton Surakarta hingga saat

ini. Analisis juga dilakukan dengan mengacu pada peta maupun sketsa denah lanskap kota dari berbagai periode pemerintahan. Analisis dilakukan guna mengetahui arah perkembangan kota serta karakteristik lanskap yang terbentuk pada Kota Surakarta.

3. Analisis pengaruh konsep lanskap Keraton Surakarta

Analisis pengaruh konsep lanskap keraton pada lanskap Kota Surakarta dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif, yaitu pemberian skor nilai pada lanskap kota. Menurut Lynch (1960) elemen penting dari suatu kota terdiri dari paths, nodes, district, landmarks dan edges. Sedangkan menurut Freeman (1974) suatu kota harus menyediakan berbagai fasilitas untuk seluruh warga. Sehingga penilaian jenis pengaruh konsep lanskap keraton terhadap lanskap kota dilakukan dengan penilaian pada empat elemen penting pada kota, yaitu:

a. lanskap permukiman

b. lanskap perkantoran dan perdagangan c. lanskap fasilitas umum

d. lanskap jalan.

Analisis skoring pada masing-masing elemen lanskap dilakukan dengan observasi/pengamatan langsung dan juga melalui penelusuran cagar budaya yang telah ditetapkan pada Surat Keputusan Walikota pada Tahun 1997 serta dengan melakukan identifikasi melalui bantuan dari google maps.

Metode ini dilakukan guna memetakan lanskap Kota Surakarta. Analisis skoring pada elemen-elemen lanskap kota akan dinilai berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang diungkapkan oleh Haris dan Dines (1988) mengenai asosiasi kesejarahan serta kriteria elemen bersejarah seperti pada Undang-Undang No.11 Tahun 2010 dan juga dengan menggunakan karakter lanskap keraton seperti yang diungkapkan oleh Setiawan (2000) seperti konsep tata ruang, arsitektur bangunan keraton, ragam hias dan elemen pendukung lanskap keraton lainnya. Kemudian skor penilaian akan dijumlahkan guna mengetahui apakah elemen-elemen lanskap pada Kota Surakarta masih mengikuti konsep lanskap yang digunakan pada keraton Surakarta. Selanjutnya setelah dihasilkan analisis skoring secara spasial, maka akan dihitung luasan setiap zona guna mengetahui besaran area pada masing-masing zona pengaruh.

Kriteria dalam penilaian terhadap masing-masing elemen disajikan pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4. Kriteria penilaian pada lanskap meliputi :

a. asosiasi kesejarahan b. konsep tata ruang c. jenis elemen

d. posisi/tata letak elemen e. desain elemen

f. ornamen atau ragam hias Keraton Surakarta.

Kriteria penilaian memiliki bobot penilaian yang berbeda-beda. Asosiasi kesejarahan memiliki bobot nilai terbesar, hal ini dikarenakan nilai sejarah merupakan elemen penting yang dapat menunjukan pengaruh dari Keraton Surakarta. Sedangkan kriteria lain memiliki bobot yang lebih rendah, karena pada kriteria-kriteria tersebut dianggap memiliki kepentingan yang sama.

Penilaian terhadap lanskap dihitung berdasarkan metode skoring yang digunakan oleh Slamet (Slamet, 1983 dalam Anggraeni, 2011) yaitu dengan rumus interval sebagai berikut :

g.

Tinggi = SMi + 2IK +1 sampai SMa

Sedang = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2IK) Rendah = SMi sampai SMi +IK

Tabel 2. Kriteria Penilaian Lanskap Permukiman

Kriteria

Skor

Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1) Asosiasi Kesejarahan (40%) Hubungan kesejarahan yang kuat dengan Keraton Surakarta Hubungan kesejarahan yang lemah dengan Keraton Surakarta Tidak memiliki hubungan kesejarahan dengan Keraton Surakarta Tata Ruang (10%) Tata ruang kawasan menyerupai tata ruang di Keraton Surakarta

Tata ruangkawasan sedikit menyerupai tata ruang di Keraton Surakarta

Tata ruangkawasan tidak menyerupai tata ruang di Keraton Surakarta Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) – Skor minimum (SMi)

Tabel 2. Kriteria Penilaian Lanskap Permukiman (Lanjutan) Kriteria

Skor

Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1) Arsitektur Bangunan (20%) Permukiman mengadopsi gaya arsitektur seperti pada Keraton Surakarta Permukiman mengadopsi beberapa gaya arsitektur, namun masih

mencerminkan gaya arsitektur masa lalu

Permukiman tidak dapat menunjukkan gaya arsitektur masa lalu Ornamen Bangunan (15%) Ornamen bangunan memiliki maupun menyerupai detail yang menunjukan ciri khas Keraton

Ornamen bangunan memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas masa lalu

Ornamen bangunan tidak memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas di masa lalu Kesamaan elemen hardscape dan softscape (15%) Elemen lanskap memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas Keraton Surakarta

Elemen lanskap masih memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas masa lalu

Elemen lanskap tidak memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas di masa lalu

Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi Tabel 3. Kriteria Penilaian Lanskap Perkantoran dan Perdagangan dan Lanskap

Fasilitas Umum Kriteria

Skor

Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1) Asosiasi

Kesejarahan (40%)

Hubungan kesejarahan yang kuat dengan Keraton Surakarta

Hubungan kesejarahan yang lemah dengan Keraton Surakarta Tidak memiliki hubungan kesejarahan dengan Keraton Surakarta Posisi terhadap Keraton Surakarta (20%)

Terletak pada konsep tata ruang Keraton Surakarta

Terletak pada konsep tata ruang lain

Tidak terletak pada konsep tata ruang Keraton Surakarta Arsitektur Bangunan (20%) Lanskap bangunan mengadopsi gaya arsitektur seperti pada Keraton Surakarta

Lanskap bangunan mengadopsi beberapa gaya arsitektur, namun masih mencerminkan gaya arsitektur tradisional Jawa Lanskap bangunan tidak mengadopsi gaya arsitektur tradisional Jawa Kesamaan jenis elemen lanskap (20%) Elemen lanskap memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas Keraton Surakarta dan banyak tersebar

Elemen lanskap masih memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas masa lalu dan tersebar cukup banyak

Elemen lanskap tidak memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas di masa lalu

Tabel 4. Kriteria Penilaian Lanskap Jalan Kriteria

Skor

Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1) Asosiasi

Kesejarahan (40%)

Hubungan kesejarahan yang kuat dengan Keraton Surakarta

Hubungan kesejarahan yang lemah dengan Keraton Surakarta Tidak memiliki hubungan kesejarahan dengan Keraton Surakarta Kesamaan elemen hardscape (30%) Elemen lanskap memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas Keraton Surakarta

Elemen lanskap masih memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas masa lalu

Elemen lanskap tidak memiliki detail yang dapat

menunjukan ciri khas di masa lalu Kesamaan

elemen softscape (30%)

Elemen lanskap memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas Keraton Surakarta

Elemen lanskap masih memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas masa lalu

Elemen lanskap tidak memiliki detail yang dapat

menunjukan ciri khas di masa lalu Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi

4. Analisis pola sebaran lanskap

Analisis spasial dilakukan guna mengetahui pola sebaran lanskap. Analisis dilakukan dengan menggunakan peta hasil analisis jenis pengaruh konsep lanskap keraton terhadap Kota Surakarta. Analisis pola sebaran lanskap dilakukan guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sebaran lanskap tersebut.

3.2.4. Konsep dan Arahan Pengembangan Lanskap

Setelah dilakukan analisis data didapatkan suatu hasil menyeluruh yang merupakan hasil analisis data baik analisis konsep lanskap keraton, analisis perkembangan Kota Surakarta, analisis sebaran jenis pengaruh lanskap maupun analisis pola sebaran lanskap. Pada tahap sintesis didapatkan formulasi mengenai pengaruh konsep lanskap keraton terhadap lanskap Kota Surakarta dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga didapatkan kebutuhan pengembangan yang dapat digunakan untuk pengembangan Kota Surakarta.

BAB IV