• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Pengembangan Lanskap .1 Konsep Pengembangan Lanskap .1Konsep Pengembangan Lanskap

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Ragam hias ular naga

4.5 Usulan Pengembangan Lanskap .1 Konsep Pengembangan Lanskap .1Konsep Pengembangan Lanskap

Perkembangan lanskap Kota Surakarta dimulai semenjak keberadaan Keraton Surakarta yang membuat segala aktivitas masyarakat berpusat pada wilayah disekeliling keraton dan perkembangan permukiman menuju kearah barat. Masa penjajahan Belanda memberi pengaruh pada perkembangan lanskap kota dengan dibangunnya infrastruktur kota. Keberadaan infrastruktur kota seperti sarana transportasi membuat lanskap kota berkembang mengikuti pola linier. Analisis sebaran lanskap pada Kota Surakarta dilakukan dengan analisis skoring pada lanskap permukiman, lanskap perkantoran dan perdagangan, lanskap fasilitas umum dan lanskap jalan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh Keraton Surakarta pada lanskap hanya tersebar pada wilayah selatan kota dengan presentase 41%. Sedangkan pada elemen lanskap dengan pengaruh sedang dengan presentase 35%. Pengaruh rendah sebesar 24% yang berada di Kecamatan Banjarsari dan Jebres. Pengaruh kuat dari Keraton Surakarta terpusat pada bagian selatan kota yang meliputi Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon dan beberapa wilayah di Kecamatan Banjarsari. Sehingga pada kawasan tersebut dapat dikatakan sebagai kota lama dari Surakarta.

Hasil analisis menyatakan bahwa nilai pengaruh dari Keraton Surakarta hanya sebesar 41%, sehingga diperlukan adanya suatu konsep untuk menjaga dan mempertahankan karakter budaya dari Keraton Surakarta. Konsep yang diusulkan guna pengembangan lanskap kota adalah dengan meningkatkan dan mempertahankan karakter budaya yang dimiliki oleh Kota Surakarta dalam penataan dan pelestarian lanskap kota guna keberlanjutan Kota Surakarta sebagai kota pusaka. Upaya meningkatkan karakter budaya pada lanskap kota dilakukan dengan penataan pada lanskap kota agar terbentuk suatu lanskap yang dapat menjadi suatu identitas kota. Sedangkan upaya dalam mempertahankan karakter lanskap kota dilakukan dengan melindungi, memelihara dan memperbaiki peninggalan sejarah budaya yang terdapat pada Kota Surakarta. Penataan dan pelestarian pada lanskap kota membutuhkan adanya suatu kebijakan dari pemerintah kota dan juga partisipasi aktif dari masyarakat Kota Surakarta.

4.5.2 Arahan Pengembangan Lanskap Kota Surakarta

Berdasarkan hasil analisis terhadap sebaran lanskap pada Kota Surakarta diketahui bahwa pengaruh kuat Keraton Surakarta terpusat pada bagian selatan kota dan semakin menuju utara maka nilai pengaruh dari lanskap keraton menjadi semakin rendah. Pengaruh Keraton Surakarta terhadap lanskap kota berada pada bagian selatan memiliki nilai sejarah penting bagi Kota Surakarta. Pengembangan kota tidaklah bijak apabila tidak memperhatikan kawasan lama yang merupakan cikal bakal dari terbentuknya kota.

Dari hasil analisis didapatkan tiga zona pengaruh yaitu, pengaruh kuat, pengaruh sedang dan pengaruh rendah. Pada zona pengaruh kuat meliputi Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan beberapa bagian dari Kecamatan Banjarsari. Zona pengaruh kuat memiliki nilai kesejarahan yang kuat dari Keraton Surakarta dan masih banyak elemen-elemen lanskap yang mencerminkan adanya pengaruh dari Keraton Surakarta. Pada zona pengaruh kuat dilakukan penguatan karakteristik keraton dengan melestarikan dan memberdayakan area dan elemen bersejarah yang memiliki kaitan dan karakteristik lanskap keraton. Pengaruh kuat yang berada di selatan kota dapat diklasifikasikan menjadi zona inti yang merupakan “Kota Lama Surakarta” yang dahulu merupakan awal perkembangan kota dan pusat pemerintahan Keraton Surakarta (Hadi,2001). Pada zona inti dapat dimunculkan kembali karakter-karakter dari kawasan lama seperti Pecinan, Kauman maupun Loji Wetan yang memiliki ciri khas tersendiri. Wilayah Surakarta lama disajikan pada Gambar 37.

Zona pengaruh sedang meliputi beberapa wilayah di Kecamatan Laweyan, Serengan, Jebres dan Banjarsari. Tindakan pelestarian yang dapat dilakukan pada zona dengan nilai pengaruh sedang adalah sebagai zona penyangga guna menyangga zona inti dengan zona pengembangan. Pada zona pengangga dilakukan penguatan karakter keraton dengan meningkatkan nilai karakter dari keraton dilakukan dengan melestarikan dan memberdayakan area dan elemen bersejarah yang memiliki kaitan dan karakteristik lanskap keraton serta penataan dan perbaikan lanskap pada kawasan ini guna meningkatkan nilai sejarah dan budaya kawasan.

Gambar 37. Kota Lama Surakarta

Sedangkan zona pengaruh rendah diklasifikasikan sebagai zona pengembangan yang meliputi Kecamatan Jebres dan Banjarsari yang berada pada bagian utara kota. Kawasan ini merupakan wilayah pemekaran kota, sehingga memiliki pengaruh yang rendah dari keraton. Pada kawasan ini masih banyak terdapat lahan-lahan kosong yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga pada kawasan ini dapat menjadi bagian baru dari Kota Surakarta.

4.5.3 Arahan Penataan Lanskap Kota Surakarta

Dalam menjaga dan menciptakan suatu lanskap yang memiliki nilai budaya tinggi, perlu adanya dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat kota. Masyarakat kota memiliki peran penting dalam membentuk lanskap kota, sehingga perlu dilakukan dengan memunculkan kembali aktifitas maupun kesenian tradisional yang dapat meningkatkan nilai budaya setempat. Dari hasil kuisioner, diketahui bahwa hanya sedikit masyarakat yang memahami mengenai konsep lanskap keraton, sehingga diperlukan suatu penyuluhan atau himbauan yang informatif mengenai nilai budaya maupun peninggalan sejarah yang merupakan potensi bagi kota. Penyuluhan maupun himbauan ini diharapkan dapat membuat masyarakat dapat berpartisipasi dalam tindakan pelestarian.

Pada zona lanskap dengan nilai pengaruh yang kuat, banyak terdapat objek dan elemen bersejarah yang kondisinya sudah tidak baik lagi. Sehingga diperlukan tindakan pelestarian berupa revitalisasi pada elemen lanskap seperti pada Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul Keraton Surakarta. Revitalisasi pada alun-alun Keraton Surakarta adalah upaya memperbaiki kualitas fisik guna mengembalikan fungsi semula alun-alun sebagai ruang terbuka hijau sesuai dengan kondisi masa kini tanpa meninggalkan karakter sejarah dan budaya dari alun-alun. Perbaikan kualitas fisik pada alun-alun dapat dilakukan dengan perbaikan infrastruktur, pemeliharaan pada vegetasi rumput, menghilangkan atau mengganti vegetasi yang tidak sesuai dengan karakater alun-alun, perbaikan pada perkerasan, serta meningkatkan nilai aktivitas yang dapat menunjang kegiatan sosial, ekonomi dan pariwisata. Ilustrasi pentaan ulang alun-alun utara disajikan pada Gambar 38.

(a) Sebelum penataan (b) Setelah penataan Gambar 38. Penataan lanskap pada Alun-alun utara

Keraton Surakarta yang merupakan cikal bakal dari kota Surakarta, saat ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan. GPH Puger menyatakan bahwa sebesar 85% bangunan di keraton sudah rusak, sehingga perlu dilakukan rekonstruksi pada bangunan keraton agar tercipta kembali Keraton Surakarta yang dapat menunjukkan kemegahan pada masa lalu.

Pengembangan kota sudah sepatutnya diselaraskan dengan melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah dari masa lalu. Diperlukan suatu kebijakan dari pemerintah Kota Surakarta hingga petunjuk teknis dalam melestarikan lanskap sejarah budaya, partisipatif dari masyarakat dalam menjaga dan menata kota, dukungan pelestarian dan pemberdayaan pada area dan elemen bersejarah dan adanya suatu guideline dalam pengembangan lanskap kota. Berikut terdapat

beberapa rekomendasi penataan lanskap yang dapat digunakan sebagai guideline dalam penataan kota. Guideline disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Guideline penataan lanskap kota Komponen Karakteristik Rumah Tinggal Kantor/fasilitas umum Taman Kota/RTH Lanskap Jalan

Tata Ruang/ layout

Arsitektur Bangunan Ornamen Bangunan Desain elemen Vegetasi Penamaan dengan aksara jawa

Pada lanskap permukiman dapat diadopsi gaya arsitektur seperti bangunan keraton, baik dari konsep ruang maupun dapat digunakan bentuk atap tradisional. Selain itu penerapan konsep bangunan keraton pada rumah tinggal dan penggunaan ornamen bercirikan keraton. Pada lanskap perkantoran dan perdagangan dapat diterapkan konsep tata ruang keraton pada bangunan kantor dan juga penggunaan ornamen, softscape, dan hardscape yang bercirikan keraton. Fasilitas publik yang belum menerapkan konsep lanskap keraton perlu menggunakan ornamen, softscape, dan hardscape yang bercirikan keraton. Penataan pada lanskap jalan dengan menggunakan site furniture seperti lampu jalan, pergola, tempat sampah, atau paving yang mengadopsi gaya atau ornamen yang bercirikan keraton serta penanaman tanaman lokal, seperti beringin, sawo kecik, tanjung, atau kepel. Berikut terdapat beberapa ilustrasi pada penataan lanskap jalan yang disajikan pada Gambar 39.

(a) Sebelum penataan (b) Setelah penataan Gambar 39. Penataan lanskap pada jalur pejalan kaki

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN