• Tidak ada hasil yang ditemukan

No. Sektor Usaha Kecil Jumlah

1 Perdagangan 6.105

2 Industri 3.393

3 Jasa 4.167

4 Aneka Usaha 1.049

Jumlah 14.714

Sumber : Dinas Koperasi, UMKM,dan Perdagangan DKI Jakarta, 2015 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan usaha yang digolongkan menjadi 2 bagian jenis usaha yaitu jenis usaha yang bergerak di bidang kuliner dan non kuliner.

Tabel 1.6

Data UMKM Yang Mendapat Bantuan Sertifikat Halal Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta

No. Wilayah UMKM Tahun 2013 UMKM Tahun 2014 1 Jakarta Utara 78 169 2 Jakarta Timur 73 194 3 Jakarta Selatan 99 226 4 Jakarta Barat 30 79 5 Jakarta Pusat 39 82 Jumlah 319 750

10

Data tersebut diatas merupakan jumlah UMKM yang mendapat bantuan sertifikat halal yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta bekerjasama dengan Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi terkait, melalui program pengembangan UMKM melalui pameran wisata kuliner di wilayah DKI Jakarta. Usaha pemberian sertifikat halal ini bertujuan untuk membantu UMKM di bidang usaha kuliner dalam mempromosikan produknya dan meningkatkan jumlah konsumen, namun dari jumlah UMKM yang ada di wilayah DKI Jakarta tidak seluruhnya UMKM yang bergerak di bidang kuliner atau makanan mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat halal dari Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta karena terbatasnya informasi.

Di Wilayah Jakarta Barat terdapat UMKM dibidang industri kuliner atau makanan yaitu terdapat sentra produsen tempe tahu terbesar di DKI Jakarta serta Tingkat Nasional yaitu pada kawasan Semanan, Kalideres, dimana kawasan relokasi sentra produksi tempe dan tahu ini dibangun pada tahun 1992 dari hasil relokasi para produsen tempe yang berada di Tambora I dan Tambora II, Kebon Jeruk, Cengkareng, serta Grogol.

Tabel 1.7

Rekapitulasi Pendataan Pengrajin Tempe dan Tahu Wilayah Kota Jakarta Barat Tahun 2014

Kecamatan Kelurahan Jenis Produksi Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Kedelai Jumlah Tenaga Kerja Tempe Tahu Kebon Jeruk Kebon Jeruk 2 - 20 3.320 108 Duri Kepa 10 8 Tambora Angke 22 - 30 2.650 82 Jembatan Besi 8 - Palmerah Slipi 11 - 14 1.560 55 Tomang 3 - Kembangan Kembangan 25 2 53 4.500 169 Kedoya 21 5 Cengkareng Kapuk 13 - 74 15.680 334 Rawabuaya 52 9 Kalideres Semanan 1.160 13 1.222 64.705 2.462 Tegal Alur 49 - Jumlah 1.376 37 1.413 92.415 3.210

Sumber :Prikompti Swakerta, 2015

Berdasarkan data tersebut dan hasil wawancara dengan Bapak Handoko selaku Pengurus PRIMKOPTI Swakerta, khusus wilayah Semanan, Kalideres, kebutuhan bahan baku kedelai produsen tempe dan tahu sebesar 61.910 kilogram per hari, sehingga dengan jumlah produsen tempe dan tahu 1.173, maka kebutuhan kedelai tiap produsen tempe dan tahu yaitu 53 kilogram per hari, sedangkan jumlah tenaga kerja khusus wilayah Semanan, Kalideres dalam UMKM ini dapat menyerap 2.315 tenaga kerja. (Sumber : Bapak Handoko selaku Pengurus PRIMKOPTI di Jl. H. M. Asenie No. 2

12

RT.006/011, Kelurahan: Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, pada hari Sabtu, 21 Februari 2015 Pukul 10.25)

Tempe dan tahu merupakan makanan yang paling sering dikonsumsi oleh Masyarakat Indonesia, sehingga tempe dapat dikatakan makanan khas Masyarakat Indonesia, makanan khas yang berbahan baku kedelai ini selain makanan yang bergizi tinggi karena mengandung protein pengganti daging sapi, tempe dan tahu juga termasuk makanan dengan harga yang terjangkau, sehingga tempe dan tahu menjadi pilihan masyarakat Indonesia baik kalangan menengah kebawah maupun menengah keatas untuk dikonsumsi.

Tempe dan tahu yang menjadi makanan khas Masyarakat Indonesia tersebut akan berpengaruh pada tingkat konsumsi kedelai di Indonesia, ini terbukti di tahun 2013 konsumsi kedelai meningkat menjadi sekitar 2,5 juta ton. Padahal produksi kedelai nasional di tahun yang sama hanya 0,8 juta ton, sehingga kekurangannya 1,7 juta ton atau sekitar 70% dari total konsumsi nasional harus dipenuhi dengan kedelai impor. Perlu dicatat bahwa impor kedelai Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada akhir era Orde Baru, tahun 1997, impor kedelai hanya 0,6 juta ton, pada tahun 2013, impor kedelai telah membengkak menjadi 1,7 juta ton, hamper tiga kali lipat dari impor tahun 1997.

(http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/06/30/kedelai-titik-rawan-ketahanan-pangan-indonesia-670490.html)

Dengan konsumsi kedelai yang terus meningkat, tentu Indonesia harus memproduksi bahan baku tempe dan tahu yaitu kedelai lebih besar dibandingkan dengan jumlah konsumsi kedelai secara nasional, namun pada nyatanya, Indonesia harus mengimpor kedelai dari beberapa Negara penghasil kedelai terbesar di dunia untuk memenuhi kebutuhan pokok industri tempe dan tahu di Indonesia. Berikut adalah Negara pengimpor kedelai terbesar secara nilai transaksi ke Indonesia pada Januari 2014, yaitu:

1. Amerika Serikat dengan nilai transaksi sebesar 84,12 Juta USD 2. Ukraina dengan nilai transaksi sebesar 783,63 Ribu USD 3. Malaysia dengan nilai transaksi sebesar 759 Ribu USD 4. Kanada dengan nilai transaksi 2,60 Juta USD

5. Negara lain dengan nilai transaksi sebesar 66,59 juta USD

(http://m.liputan6.com/bisnis/read/2021461/ironis-ri-impor-kedelai-dari-negara-miskin)

Dalam memproduksi tempe dan tahu yang menjadi makanan khas Masyarakat Indonesia yang berbahan baku kedelai ini, pemerintah harus mengimpor kedelai dari negara lain sehingga harga kedelai sangat fluktuatif tergantung dengan faktor – faktor ekonomi lainnya, sehingga produsen tempe dan tahu rentan mendapatkan permasalahan dalam mengembangkan usahanya, pada khususnya di wilayah sentra produsen tempe dan tahu terbesar di tingkat nasional dan wilayah DKI Jakarta yang terletak di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Oleh karena itu, sejak pemerintahan orde

14

baru, dalam membantu sentra – sentra UMKM dalam pengembangan usahanya, pemerintah membentuk koperasi sebagai usaha untuk mengembangkan sentra – sentra UMKM tersebut, yang kemudian koperasi ini diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Pengkoperasian, kemudian diperbarui di Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Pengkoperasian.

Pada tingkat kota administrasi, Koperasi untuk produsen tempe dan tahu disebut sebagai Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) – Swakerta. Di wilayah Semanan, Kalideres, Jakarta Barat ini, PRIMKOPTI – Swakerta berfungsi sebagai wadah produsen tempe dan tahu diharapkan mampu menampung segala aspirasi produsen dan menjadi wadah dalam pengembangan produsen tempe dan tahu selain menjalankan usahanya sebagai penyalur kedelai untuk memenuhi kebutuhan produksi anggota produsen tempe dan tahu, yang kemudian dalam pelaksanaannya untuk mengembangkan UMKM produsen tempe dan tahu baik dalam hal pemasaran, kemudahan akses pasar dan promosi produk, serta permodalan, PRIMKOPTI – Swakerta bekerjasama dengan pemerintah tingkat Kota Administrasi Jakarta Barat, yaitu Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat dalam melakukan pemberdayaan untuk pengembangan UMKM.

Pada tahap observasi awal, peneliti melakukan wawancara dengan produsen tempe, yaitu Bapak Prasetyo menyebutkan kurang optimalnya koperasi dalam menjalankan tugasnya sebagai wadah dari produsen tempe

dan tahu di Semanan, Kalideres untuk membantu pengembangan usaha, yaitu pada permasalahan permodalan, koperasi tidak lagi menghimpun dana dari produsen atau biasa disebut simpan pinjam, sehingga produsen mencari modal sendiri, serta pada pemasaran hasil produksi, produsen mencari akses pasar sendiri dalam memasarkan tempe dan tahu. (Sumber : hasil wawancara dengan Bapak Prasetyo selaku produsen tempe di wilayah sentra produsen tempe PIK KOPTI RT/RW : 009/ 011 Kelurahan, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, pada hari Minggu, 19 Oktober 2014 Pukul 10.00)

Selain melakukan wawancara dengan Bapak Prasetyo sebagai produsen tempe di Semanan, pada tahap observasi awal, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Suharto sebagai Ketua PRIMKOPTI – Swakerta, bahwa hampir 90% kedelai di PRIMKOPTI memang di impor dari Amerika Serikat, dan pernyataan tersebut kemudian dibenarkan oleh Bapak Handoko selaku Pengurus PRIMKOPTI – Swakerta Semanan, Kalideres bahwa semua kedelai yang dipasok berasal dari impor yaitu dari Amerika, sekarang tidak lagi ada kedelai lokal dan tentu harga kedelai impor pun lebih murah dengan kedelai lokal, meskipun kadang harga kedelai tidak menentu namun jika dalam keadaan baik kedelai impor dikatakan dapat lebih murah dibandingkan dengan kedelai lokal, selain itu pada permasalahan simpan pinjam, koperasi memang selama satu tahun ini yaitu tahun 2014 tidak berjalan untuk sementara ini saja karena produsen tempe dan tahu dirasa kurang antusias dengan program simpan pinjam (Sumber : hasil wawancara dengan Bapak Suharto selaku Ketua PRIMKOPTI dan Bapak Handoko selaku

16

SekretarisPRIMKOPTI di Jl. H. M. Asenie No. 2 RT.006/011, Kelurahan: Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, pada hari Kamis, 23 Oktober 2014 Pukul 11.00).

Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, peneliti menemukan masalah yang melatarbelakangi adanya penelitian ini, yaitu: Pertama, PRIMKOPTI Swakerta sebagai sentra UMKM dan wadah bagi produsen tempe dan tahu di Semanan, Kalideres dirasa kurang optimal oleh produsen tempe dan tahu dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan usaha produsen tempe dan tahu, yaitu masalah simpan pinjam dana yang dihimpun koperasi tidak berjalan selama tahun 2014, sehingga koperasi hanya melakukan usaha perdagangan kedelai saja, maka diperlukan kerjasama antara pemerintah daerah dalam hal ini Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan dalam memberikan pemberdayaan baik kepada koperasi untuk membantu produsen maupun produsen tempe dan tahu itu sendiri.

Kedua, Terbatasnya akses pasar dan jaringan usaha yang menyebabkan produsen tempe dan tahu harus mencari pasar sendiri. Dan Ketiga, Terbatasnya modal usaha bagi produsen tempe dan tahu yang membuat usaha produsen tempe dan tahu dengan skala kecil ini sulit berkembang.

Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk mencapai kesejahteraan umum, serta menciptakan masyarakat yang mampu bersaing dalam tataran global dan siap menjadi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dalam hal ini yaitu UMKM produsen tempe dan tahu di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, tentu

tidak dapat terlepas dari campur tangan pemerintah khususnya pemerintah pada tingkat daerah yaitu dalam hal ini adalah Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat dalam melakukan pemberdayaan kepada UMKM produsen tempe dan tahu agar usahanya dapat semakin berkembang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. PRIMKOPTI – Swakerta sebagai wadah UMKM dirasa kurang optimal oleh produsen tempe dan tahu dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan usahanya yaitu pada masalah simpan pinjam yang tidak berjalan.

2. Terbatasnya akses pasar dan jaringan usaha yang menyebabkan UMKM harus mencari pasar sendiri.

3. Terbatasnya modal usaha yang membuat perkembangan UMKM ini sulit berkembang.

18

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini banyak masalah yang muncul.Namun agar lebih terfokus pada masalah penelitian maka peneliti membatasi masalah pada Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada khususnya Produsen Tempe dan Tahu di Semanan, Kalideres.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka peneliti merumusakan rumusan masalah yaitu Bagaimana pemberdayaan yang dilakukan oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Koperasi Kota Administrasi Jakarta Barat kepada produsen UMKM tempe dan tahu di Semanan, Kalideres dalam mengembangkan usahanya?

1.5 Tujuan Penelitian

Tanpa adanya tujuan penelitian, maka seorang peneliti tentunya akan mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pemberdayaan yang dilakukan oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat kepada Usaha Mikro Kecil Menengah dalam meningkatkan usahanya.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian yang berjudul Pemberdayaan UMKM oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat yaitu terdiri dari manfaat teoritis dan praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan keilmuan, pengetahuan, dan wawasan yang terkait dengan masalah tersebut yang berkaitan dengan Pemberdayaan UMKM oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat.

2. Manfaat Praktis

Bagi Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat yang bersangkutan dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang terkait dengan pemberdayaan UMKM khususnya pada UMKM produsen tempe dan tahu di Semanan, Kalideres. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu – ilmu yang telah dipelajari selama mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.Serta karya peneliti ini juga dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya.

20

BAB II

Dokumen terkait