• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pura Taman Ayun terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung atau sekitar 12 KM di arah barat daya Kota Denpasar. Pura ini terletak pada koordinat 8o 32’ 33.45” Lintang Selatan, 115o 10’ 20.48” Bujur Timur, dan pada ketinggian 125 meter di atas permukaan laut.

Nama Taman Ayun berasal dari dua kata yakni taman dan ayun. Kata ‘’Taman’’ berarti kolam atau kebun bunga, sedangkan ‘’Ayun’’ berarti kehendak atau indah. Jadi Taman Ayun berarti taman yang indah atau taman yang dapat memberikan apa yang dikehendaki sebagai pembangkit rasa keindahan. Pola tata ruang Pura Taman Ayun memanjang ke arah utara dan selatan sesuai arah gunung-laut. Pura ini dibagi menjadi tiga halaman yaitu: jeroan (uttama

mandala) sebagai halaman tersuci, jaba tengah (madya mandala), dan jabaan (nista mandala). Pada masing-masing halaman pura dipisahkan oleh

batas-batas tembok keliling. Antara satu halaman dan halaman lain dihubungkan dengan pintu masuk. Pintu masuk ke ruang jaba dan jaba tengah berbentuk

candi bentar, sedangkan pintu masuk ke ruang jeroan adalah paduraksa (kori agung). Ketiga halaman Pura Taman Ayun dengan lahan yang terdapat di

bagian belakang, kanan dan kiri berfungsi sebagai pertamanan. Pada bagian luar dikelilingi oleh kolam yang sangat luas, sehingga keadaan Pura Taman Ayun tampak berada di tengah kolam. Dalam hal ini kolam dapat dipandang sebagai simbol dari samudra.

Struktur pura yang demikian mengingatkan kita pada konsep kosmologi Hindu dalam tataran makrokosmos gunung adalah lingga sementara lautan yang mengitarinya adalah yoni. Filsafat gunung laut ini dijadikan acuan dalam konteks alam yang lebih kecil dalam suatu kawasan pura dimana kolam adalah simbol laut sedangkan pura (palinggih-palinggih) adalah simbol gunung. Penyatuan gunung dan laut ini dipercaya menimbulkan kesuburan.

Bangunan di Pura Taman Ayun berupa bangunan meru yang beratap tumpang dengan bentuk langsing dan menjulang tinggi makin ke atas makin mengecil. Struktur Pura Taman Ayun terdiri dari jeroan (uttama). Pada mandala ini terdapat pelinggih / bangunan Gedong Pedarman Puri dan dilengkapi dengan Ista Dewata lainnya sebagai persimpangan atau penyawangan dari beberapa Pura Khayangan Jagat di Bali termasuk untuk memuja Ida Dang Hyang Nirartha. Terdapat juga bangunan untuk memuja para leluhur raja yakni di Gedong Pedarman Paibon.

Pura Taman Ayun, Mengwi, Badung

Menurut babad Mengwi, Pura Taman Ayun dibangun oleh I Gusti Agung Putu yang merupakan pendiri kerajaan Mengwi pada tahun 1632 Masehi, dan selesai diplaspas pada tahun 1634 Masehi. Arsitektur bangunan Pura Taman Ayun dibuat oleh Ing Khang Ghoew yang biasa dipanggil I Kaco keturunan Cina dari Banyuwangi. I Gusti Agung Putu sebagai pendiri kerajaan Mengwi, merupakan keturunan I Gusti Agung Maruti. I Gusti Agung Maruti sendiri termasuk keturunan dari kerajaan Gelgel-Klungkung, yaitu Sri Kresna Kepakisan. Karena suatu masalah politik yang bersifat intern I Gusti Agung Maruti beserta keluarganya meninggalkan keraton Klungkung menuju kearah barat hingga ke Bukit Jimbaran dan kemudian ke Kapal (Wardi, 1999).

Berdasarkan data tersebut jelaslah bahwa Pura Taman Ayun tergolong pura Paibon atau Pedharman keluarga raja Mengwi. Pura ini berfungsi untuk memuja roh suci leluhur yang diwujudkan dengan dibangunnya sebuah gedong paibon. Di Pura Taman Ayun terdapat pula sejumlah pelinggih pesimpangan pura-pura

besar di Bali seperti Pesimpangan Batukaru (Meru tumpang 11), Pesimpangan Sakenan (Meru tumpang 11), pelinggih Pura Puncak Padangdawa, pelinggih untuk memuja Ida Dang Hyang Dwijendra, Pesimpangan Batur (meru tumpang 9), pesimpangan Gunung Agung (meru tumpang 11), Pesimpangan Beratan (meru tumpang 9), Pesimpangan Maspahit (meru tumpang 7), Pesimpangan Batuangus (meru tumpang 5), Pesimpangan Pesurungan (meru tumpang 3), dan pelinggih Pasek Badak yang disungsung oleh segenap bala putra teruna bata-batu (prajurit kerajaan). Bangunan penunjang yang terdapat di Pura Taman Ayun adalah wantilan, balai kulkul, balai mudra, dan balai pepelik. Dari struktur pura yang demikian tercermin kearifan lokal di bidang politik. Pura Taman Ayun sebagai Pura Kerajaan (Mengwi) mengakomodasi tokoh-tokoh yang dianggap berjasa dengan dibuatkan pelinggih khusus seperti Pelinggih Pasek Badak dan prajurit Kerajaan. Sebagai penguasa raja merangkul semua unsur yang berperan seperti para pejabat dan seluruh rakyat demi terciptanya rasa persatuan dan kesatuan yang diimplementasikan dalam wujud bangunan suci pura Taman Ayun.

Kesederhanaan Pura Taman Ayun ditampilkan dari bangunan atau arsitektur baik dari segi bahan, bentuk dan warna yang serba alami demikian pula hiasannya (ornamennya) yang mengambil unsur-unsur alam. Secara umum bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: untuk atap bangunan suci seperti pelinggih meru, paibon dan pelinggih Ratu Pasek Badak bahan-bahan bangunan diambil dari alam seperti ijuk; untuk atap bangunan penunjang seperti Balai Murda, wantilan bahan-bahan bangunan terbuat dari alang-alang; pada candi, candi bentar, kori agung, pelinggih Padma, pelinggih surya, rong tiga, pada pondasi atau bagian bawah bangunan pelinggih meru dan pelinggih-pelinggih lainnya menggunakan batu padas dan bata merah; sedangkan kayu dan bambu hanya untuk kontruksi bangunan tertentu. Warna yang alami dengan warna lingkungan alam sekitar ditampilkan dari bahan-bahan bangunan. Keselarasan dengan alam juga digambarkan secara simbolik baik secara horizontal yakni pola tata ruang menjadi tiga halaman dan secara vertikal dalam bentuk arsitektur bangunan yang dibagi menjadi tiga bagian (kaki/pondasi bangunan, badan, dan atap).

Hiasan atau ornamen bangunan pada masing-masing bangunan mengambil tema dari alam gunung atau hutan berupa relief dedaunan, karang betulu, karang asti (stiliran gajah), karang manuk (stiliran burung), karang tapel (kedok muka), karang sae (singa), relief binatang kera, ayam hutan, kura-kura, relief makhluk kahyangan (bidadari), relief manusia atau wayang. Keindahan Pura Taman Ayun juga dihiasi dengan patung-patung seperti patung dwarapala pada samping kanan dan samping kiri candi bentar, kori agung dan di depan pelinggih paibon.

Kesederhanaan dimensi arsitektural, penggunaan bahan dan hiasan yang mengambil dari unsur alam sesuai pula dengan strategi pengelolaan sumber air pada kompleks kolam di Pura Taman Ayun yang mencerminkan kearifan lingkungan. Pengelolaan air yang berimplikasi pada pelestarian lingkungan alam sekitar situs tampaknya bertujuan pula menjaga ketersediaan air untuk kegiatan pertanian. Hal ini diketahui berdasarkan sumber air yang ada di dua kolam di Pura Taman Ayun berasal dari aliran dua sungai yang berbeda. Air kolam di sekeliling pura berasal dari sungai sebelah timur dan

Hiasan pada salah satu pelinggih di Pura Taman Ayun

air kolam di luar pura berasal dari sungai sebelah barat. Setelah ditampung di kolam-kolam yang mengelilingi Pura Taman Ayun airnya dialirkan kembali untuk mengairi sawah di persawahan selatan kompleks Taman Ayun. Dengan demikian di samping untuk pelestarian lingkungan penataan dan pengelolaan bangunan beserta sumber air berimplikasi pula pada kesejahtraan masyarakat yang dulunya mengandalkan mata pencaharian di bidang pertanian.

Situs ini telah diinventarisasi oleh BP3, dan telah dilestarikan beberapa kali secara terintegrasi antara pemilik situs (puri Mengwi), pemerintah daerah dan masyarakat setempat.