• Tidak ada hasil yang ditemukan

V GAMBARAN UMUM

5.1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Berdasarkan Pernyataan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/82 tanggal 14 Oktober 1982, kawasan Bromo Tengger Semeru, komplek Pegunungan Tengger dan Jambangan atau Semeru ditetapkan sebagai kawasan taman nasional. Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, kawasan seluas 58,000 ha terdiri dari Cagar Alam Laut pasir (5,247.53 ha), Cagar Alam Ranu Kumbolo (1,403 ha), Taman Wisata Laut Pasir Tengger (2.67 ha), Taman Wisata Ranu Pane dan Ranu Regulo (96 ha), Taman Wisata Darungan (380 ha), hutan lindung dan hutan produksi terbatas (43,210 ha). Selanjutnya, pada tahun 1997 luas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengalami perubahan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 278/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 menjadi 50,276.3 ha, terdiri dari daratan seluas 50,266.05 ha dan perairan (danau) seluas 10.25 ha.

Secara administratif

,

kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) berada di Provinsi Jawa Timur. TNBTS ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.178/Menhut-II/2005 tanggal 29 Juni 2005 seluas 50,276.20 ha yang meliputi wilayah 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo (3,600.37 ha), Pasuruan (4,642.52 ha), Malang (18,692.96 ha), dan Lumajang (23,340.35 ha). Letak kawasan secara astronomis terletak pada 7o54’-8o55’13” LS dan 112o51’-113o04’ BT dengan batas kawasan TNBTS sebagai berikut:

1. Barat : Kabupaten Malang yaitu Kecamatan Wajak, Tirtoyudo, Tumpang, Poncokusumo, dan Jabung.

2. Timur : Kabupaten Lumajang yaitu Kecamatan Gucialit dan Kecamatan Senduro, serta Kabupaten Probolinggo yaitu Kecamatan Sumber. 3. Utara : Kabupaten Probolinggo yaitu Kecamatan Lumbang dan Sukapura,

serta Kabupaten Pasuruan yaitu Kecamatan Tutur, Tosari, Lumbang, dan Puspo

4. Selatan : Kabupaten Malang yaitu Kecamatan Ampelgading dan Tirtoyudo, serta Kabupaten Lumajang yaitu Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro.

36

Aksesibilitas menuju kawasan TNBTS dapat ditempuh melalui empat pintu masuk utama. Rute dan sarana angkutan menuju Gunung Bromo sebagai objek wisata utama TNBTS disampaikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jalan masuk dan perhubungan menuju Gunung Bromo TNBTS

No Rute Jarak (Km) Sarana angkutan Keadaan/ kondisi jalan Waktu tempuh (menit) Keterangan

1 Surabaya – Malang 89 Umum Aspal 90 Bis/taksi Malang – Tumpang 18 Umum Aspal 30 Taksi Tumpang –

Gubugklakah

12 Umum Aspal 30 Jeep/taksi Gubugklakah – Ngadas 16 Sewa Aspal/cor 40 Jeep Ngadas – Jemplang 1 Sewa Beton/cor 10 Jeep Jemplang – Bromo 10 Sewa Tanah/pasir 60 Jeep/kuda 2 Surabaya – Pasuruan 40 Umum Aspal/baik 45 Bis/taksi

Pasuruan – Warungdowo 4 Umum Aspal/baik 15 Bis/taksi Warungdowo – Tosari 36 Umum Aspal/baik 60 Taksi Tosari – Wonokitri 3 Sewa Aspal/baik 15 Jeep/taksi Wonokitri – Dingklik 6 Sewa Aspal/baik 25 Jeep Dingklik – Pananjakan 4 Sewa Aspal/baik 20 Jeep Dingklik - Laut Pasir 3 Sewa Aspal/baik 20 Jeep Laut Pasir – Bromo 4 Sewa Pasir 20-60 Kuda/jeep 3 Surabaya - Probolinggo

(Tongas)

100 Umum Aspal/baik 120 Bis/taksi Tongas – Sukapura 16 Umum Aspal/baik 30 Bis/taksi Sukapura –

Cemorolawang

27 Umum Aspal/baik 60 Bis/taksi Cemorolawang – Bromo 2.5 Sewa Batu/pasir 40 Kuda

Sumber: BBTNBTS (2014)

Berdasarkan Tabel 6, kondisi jalan masuk kawasan, khususnya Gunung Bromo, sebagian sudah bagus dan mudah dilewati, namun sebagian lain kondisinya belum mendukung, yakni berupa tanah yang cukup sulit dilewati. Sarana transportasi di pintu-pintu masuk sudah mulai memadai dan angkutan umum sudah banyak tersedia, misalnya di Probolinggo. Namun, di sebagian pintu masuk seperti di Malang sarana dan prasarana transportasi belum memadai sehingga pengunjung harus menyewa kendaraan khusus, yaitu mobil jeep.

Sebagai kawasan konservasi, TNBTS menjadikan kegiatan wisata sebagai sumber penerimaan utama dalam memenuhi target pendapatan. Kegiatan wisata yang dilakukan berupa kegiatan wisata massal yang tergolong ke dalam kegiatan

37

wisata alam. Kegiatan wisata alam tersebut dilaksanakan pada zona pemanfaatan, salah satunya Gunung Pananjakan 1 yang berada di Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan. Besarnya tarif untuk memasuki kawasan ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Tarif tiket masuk kawasan TNBTS

No Jenis tiket masuk Hari kerja (senin-jumat) Hari libur (sabtu-minggu) Biaya (Rp) Satuan Biaya (Rp) Satuan 1 Wisatawan nusantara 27,500.00 Orang/hari 32,500.00 Orang/hari 2 Wisatawan mancanegara 217,500.00 Orang/hari 317,500.00 Orang/hari 3 Kendaraan roda dua 5,000.00 Unit 5,000.00 Unit 4 Kendaraan roda empat 10,000.00 Unit 10,000.00 Unit

5 Sepeda 2,000.00 Unit 2,000.00 Unit

Sumber: Data primer (2016)

5.2 Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan

Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Gunung Pananjakan

merupakan salah satu Resort yang berada dibawah tanggung jawab Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I dan berada pada wilayah administratif Kabupaten Pasuruan. Luas kawasan Gunung Pananjakan adalah 3,150.54 ha dengan empat spot wisata utama, yaitu Gunung Pananjakan 1, Bukit Setia atau Bukit Kingkong, Bukit Cinta, dan Simpang Dingklik. Kawasan ini berada pada zona rimba, pemanfaatan intensif, dan rehabilitasi, serta memiliki sepuluh desa penyangga yang tersebar pada empat kecamatan. Penelitian hanya dilaksanakan di Gunung Pananjakan 1 sebagai spot utama dalam atraksi wisata di Gunung Pananjakan. Atraksi wisata di Gunung Pananjakan 1 berupa pemandangan matahari terbit dengan latar belakang Kaldera Tengger dan Puncak Gunung Semeru sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

(a) Matahari terbit di Gunung Pananjakan (b) Pemandangan dari Gunung Pananjakan Sumber: Data primer (2016)

38

Aksesibiltas menuju Gunung Pananjakan dapat ditempuh melalui 3 pintu masuk utama sebagaimana telah disampaikan pada Tabel 6. Namun, aksesibilitas paling cepat dapat ditempuh melalui pintu utama dari arah Pasuruan-Warungdowo-Tosari-Wonokitri-Dingklik-Pananjakan yang berjarak 53 km, dengan lama perjalanan 1.45 jam. Perjalanan menuju Gunung Pananjakan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi sampai pos 1 (berada di Desa Wonokitri) dan selanjutnya diganti dengan kendaraan jeep menuju Gunung Pananjakan. Kondisi medan yang berat dan dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitar, maka angkutan pengunjung dari pos 1 menuju Gunung Pananjakan harus menggunakan angkutan wisata berupa jeep yang dikelola oleh masyarakat (BBTNBTS 2013).

(a) Pos pelayanan tiket (b) Mushalla BSM (c) Pos informasi

(d) Tribun view point (e) Toilet (f) Kantor RPTN Sumber: Data primer (2016)

Gambar 5 Sarana dan prasarana RPTN Gunung Pananjakan

Gambar 5 menunjukkan sarana dan prasarana di RPTN Gunung Pananjakan. Berdasarkan blok kawasan, RPTN Gunung Pananjakan memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut.

1. Blok Pananjakan Bawah (BSM), terdiri atas parkiran, gazebo, mushalla, toilet, tempat wudhu, pos portal, gapura BSM, dan tempat sampah. Kondisi sarana dan prasarana di blok ini masih baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan staf RPTN Gunung Pananjakan, sarana dan prasarana di blok ini merupakan hasil kerjasama dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) sehingga untuk biaya operasional ditanggung oleh pihak BSM.

39

2. Blok Pananjakan (warung), terdiri atas tempat parkir, mushalla, pos jaga, portal, tempat sampah, dan toilet. Pos jaga dan portal berada dalam kondisi baik, sedangkan sisanya mengalami kerusakan dan tidak digunakan lagi. 3. Blok Pananjakan View Point, terdiri atas tribun, gazebo, shelter, pos saar,

tower repiter, toilet, gapura, dan tempat sampah. Kondisi sarana dan prasarana

yang mengalami kerusakan adalah tribun sehingga tidak dapat digunakan untuk duduk dan dapat mengganggu kenyamanan pengunjung.

4. Blok Wonokitri, terdiri atas pondok kerja, pos informasi, toilet, pos masyarakat peduli api (MPA), dan gapura. Sarana dan prasarana berada pada kondisi baik. Blok ini digunakan sebagai pos distribusi tiket masuk dan tempat tinggal bagi volunteer yang berasal dari luar Desa Wonokitri.

5. Blok Dingklik, terdiri atas pos jaga, gapura, shelter, papan rute wisata, petunjuk arah, grafik atau papan vandalisme, dan tempat sampah. Sarana dan prasarana yang berada dalam kondisi baik hanya gapura. Kerusakan sarana dan prasarana pendukung wisata ini membuat informasi wisata tidak tersampaikan dengan baik dan kenyamanan pengunjung cukup terganggu. 6. Blok Pakis Bincil, hanya terdapat tempat sampah dan gapura. Kedua sarana

dan prasarana tersebut mengalami kerusakan dan tidak dapat digunakan lagi. 7. Blok Nongkojajar, hanya ada pondok kerja. Berdasarkan hasil wawancara

dengan staf RPTN Gunung Pananjakan, pondok kerja tersebut baru selesai direnovasi pada tahun 2015 dan saat ini belum digunakan untuk mendukung aktivitas wisata maupun konservasi.

Pengelolaan RPTN Gunung Pananjakan dilakukan oleh 5 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2 orang tenaga upah. Keterbatasan SDM ini kemudian dibantu oleh volunteer yang berasal dari masyarakat sekitar. Saat ini, volunteer berjumlah 18 orang. Berdasarkan tugasnya, volunteer di RPTN Gunung Pananjakan terdiri atas 5 orang tenaga pendukung retribusi tiket, 2 tenaga upah yang bertugas di bidang keamanan dan kebersihan kawasan, 2 orang volunteer yang menjaga mushalla BSM, dan 9 orang relawan yang bertugas di bidang kebersihan dan pelayanan pengunjung.

40