• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANFAAT EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA ALAM GUNUNG PANANJAKAN 1 TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU AMALIA INSHAN FADILAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANFAAT EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA ALAM GUNUNG PANANJAKAN 1 TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU AMALIA INSHAN FADILAH"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

MANFAAT EKONOMI DAN ANALISIS

STAKEHOLDER

WISATA ALAM GUNUNG PANANJAKAN 1 TAMAN

NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

AMALIA INSHAN FADILAH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manfaat Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata Alam Gunung Pananjakan 1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Amalia Inshan Fadilah

(4)
(5)

iii

ABSTRAK

AMALIA INSHAN FADILAH. Manfaat Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata Alam Gunung Pananjakan 1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan DANANG PRAMUDITA.

Kegiatan wisata alam merupakan upaya yang dilakukan taman nasional untuk mengatasi permasalahan trade-off antara kepentingan ekologi dan ekonomi. Salah satu taman nasional di Indonesia yang menerapkan upaya ini adalah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Lokasi wisata alam yang sudah dikembangkan salah satunya adalah Gunung Pananjakan 1 yang berada di bawah tanggung jawab Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan. Pelaksanaan dan pemenuhan kebutuhan kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1 melibatkan berbagai stakeholder. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengestimasi nilai manfaat ekonomi wisata alam bagi masyarakat sekitar Gunung Pananjakan 1, mengestimasi kontribusi kegiatan wisata alam dalam memenuhi kebutuhan pelestarian TNBTS, dan mengidentifikasi peran stakeholder dalam kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1. Metode yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis stakeholder (aktor grid), dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan estimasi manfaat ekonomi wisata alam Gunung Pananjakan 1 bagi masyarakat memberikan rata-rata pendapatan wisata sebesar Rp 2,598,648.29 per bulan. Kegiatan wisata memberikan kontribusi tinggi terhadap pendapatan total (61.93%) dan kontribusi sangat tinggi terhadap

covering pengeluaran rumah tangga (123.53%). Estimasi manfaat ekonomi wisata alam bagi pelestarian TNBTS menunjukkan apabila Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat digunakan secara langsung, kegiatan wisata alam mampu memberikan kontribusi sangat tinggi dalam memenuhi kebutuhan pelestarian TNBTS (167.83%). Secara umum, stakeholder kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1 sudah mendukung kegiatan wisata alam yang memberikan manfaat ekonomi dan ekologi, namun masih terdapat beberapa stakeholder yang perlu meningkatkan peran dan kapasitas.

(6)

iv

ABSTRACT

AMALIA INSHAN FADILAH. Economic Benefit and Stakeholders Analysis of Natural Tourism in Pananjakan 1 Bromo Tengger Semeru National Park. Supervised by METI EKAYANI and DANANG PRAMUDITA.

Natural tourism activities are made to overcome the problems of trade-offs between ecological and economic interests in national park. One of the national parks in Indonesia that implement this scheme is the Bromo Tengger Semeru National Park (BTSNP). One of natural tourism sites that already developed is Pananjakan 1 which under Resort Management of Pananjakan Mountain National Park’s responsibility. Limited human resources and infrastructures encourage the involvement of other stakeholders in conducting natural tourism. The aim of this study are to estimate the economic benefits of natural tourism for the surrounding communities of Pananjakan 1, to estimate the contribution of natural tourism activities to covering the needs of BTSNP sustainability, and to identify the role of natural tourism stakeholder activities in Pananjakan 1. The study was conducted by using income analysis, stakeholders analysis (actor grid), and qualitative descriptive analysis. The result of this study indicated the economic benefits of natural tourism in Pananjakan 1 gave the average tourism revenue amount to IDR 2,598,648.29 per month. The contribution of natural tourism was high to the total income (61.93%) and very high on covering of household expenditures (123.53%). When non-tax revenue can be used directly, the economic benefits of natural tourism can provide very high contribution on covering the needs of BTSNP sustainability (167.83%). Basically, stakeholders of natural tourism in Pananjakan 1 supported natural tourism that provide economic and ecological benefits. However, there are some stakeholders who need to enhance the role and capacity.

(7)

v

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

MANFAAT EKONOMI DAN ANALISIS

STAKEHOLDER

WISATA ALAM GUNUNG PANANJAKAN 1 TAMAN

NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

AMALIA INSHAN FADILAH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 ini ialah Manfaat Ekonomi dan Analisis Stakeholder Wisata Alam Gunung Pananjakan 1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta yaitu Ayah Kirta Suherman dan Ibu Atik Lismayanti serta adik-adik tercinta yaitu Mentari Salma Fauziah dan M. Arasy Nafis Sya’ban yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dan dukungan kepada penulis.

2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Danang Pramudita, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak

Bahroin Idris Tampubolon, SE, M.Si selaku dosen penguji wakil departemen atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan selama penulis menjalankan kuliah.

5. Seluruh dosen dan staf Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL.

6. Pihak pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Resort

Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan, masyarakat sekitar, serta

stakeholder terkait yang telah memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data.

7. Rekan-rekan bimbingan skripsi yaitu Hacika, Ayu, Erlina, Fathiya, Silvia, Nurul, dan Ade atas semangat, saran, dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman di Departemen ESL Rifqi, Remy, Aziz, Nella, Ririn, Rahayu, Astrid, Ulfah, dan teman-teman ESL 49 lainnya atas kebersamaan, semangat, dan bantuannya.

9. Muhamad Rafei yang telah memberikan semangat, saran, dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2016

(12)
(13)

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 4

1.3 Tujuan Penelitian………... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian………7

II TINJAUAN PUSTAKA ... ..9

2.1 Taman Nasional………... 9

2.2 Wisata Alam……….. 12

2.3 Manfaat Ekonomi Wisata ... 14

2.4 Pendapatan Wisata ... 14

2.5 Stakeholder……….15

2.6 Penelitian Terdahulu……….. 16

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

IV METODOLOGI PENELITIAN... 23

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian……… 23

4.2 Jenis dan Sumber Data………... 23

4.3 Metode Pengambilan Contoh………. 23

4.4 Metode Analisis Data………. 25

4.4.1 Definisi Konseptual………. 25

4.4.2 Analisis Pendapatan……….27

4.4.3 Covering Biaya Konservasi………. 29

4.4.4 Analisis Stakeholder………. 29

4.4.5 Analisis Deskriptif Kualitatif………...33

V GAMBARAN UMUM ... 35

5.1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru………. 35

5.2 Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan……… 37

5.3 Profil Desa Wonokitri……… 40

5.4 Karakteristik Responden……… 40

5.4.1 Karakteristik Responden Pelaku Usaha...... 40 Halaman

(14)

xii

5.4.2 Karakteristik Responden Stakeholder Wisata... 42

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

6.1 Estimasi Nilai Manfaat Ekonomi Wisata Gunung Pananjakan 1……….. 45

6.1.1 Share Pendapatan Wisata Terhadap Total Pendapatan Masyarakat……….………...45

6.1.2 Covering Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat dari Kegiatan Wisata……….………...51

6.2 Estimasi Nilai Kontribusi Wisata Terhadap Pelestarian TNBTS……….. 56

6.3 Analisis Stakeholder Kegiatan Wisata Gunung Pananjakan 1 ... 58

6.3.1 Identifikasi Stakeholder... 58

6.3.2 Identifikasi Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder... 59

6.3.3 Kondisi Pemetaan Stakeholder Terkait Manfaat Ekonomi dan Ekologi Kegiatan Wisata Alam di Gunung Pananjakan 1 ... 69

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 75

7.1 Simpulan ... 75

7.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 81

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor

1 Penelitian terdahulu ... 17

2 Jumlah responden penelitian ... 24

3 Matriks metode analisis data ... 25

4 Penilaian tingkat kepentingan... 31

5 Penilaian tingkat pengaruh ... 32

6 Jalan masuk dan perhubungan menuju Gunung Bromo TNBTS ... 36

7 Tarif tiket masuk kawasan TNBTS ... 37

8 Karakteristik responden pemilik usaha dan tenaga kerja di Gunung Pananjakan 1 ... 41

9 Karakteristik key person stakeholder wisata alam Gunung Pananjakan 1 .... 43

10 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total pemilik usaha jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 47

11 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total tenaga kerja jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 49

12 Covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT pemilik usaha jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 52

13 Covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT tenaga kerja jasa wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 54

14 Kegiatan konservasi BBTNBTS tahun 2015 ... 57

15 Covering biaya konservasi TNBTS tahun 2015 ... 58

16 Stakeholder kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 58

17 Tingkat pengaruh stakeholder kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 60

18 Tingkat kepentingan stakeholder kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 60

DAFTAR GAMBAR

Nomor 1 Jumlah wisatawan TNBTS tahun 2011-2015 ... 4

2 Skema kerangka alur berpikir ... 21

3 Aktor grid ... 30

4 Atraksi wisata Gunung Pananjakan ... 37 Halaman Halaman

(16)

xiv

5 Sarana dan prasarana RPTN Gunung Pananjakan ... 38 6 Persentase kontribusi pendapatan wisata terhadap pendapatan total

pemilik usaha ... 48 7 Persentase kontribusi pendapatan wisata terhadap pendapatan total

tenaga kerja ... 50 8 Persentase covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT

pemilik usaha ... 53 9 Persentase covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT tenaga

kerja ... 55 10 Plot pengaruh dan kepentingan stakeholder kegiatan wisata alam di

Gunung Pananjakan 1 ... 61 11 Skema tata kelola kegiatan wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 71

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1 Kuesioner manfaat ekonomi wisata alam GunungPananjakan 1 ... 83 2 Kuesioner stakeholder wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 86 3 Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan RT pemilik usaha jasa wisata

alam Gunung Pananjakan 1... 90 4 Penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan RT tenaga kerja jasa wisata

alam Gunung Pananjakan 1... 94 5 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total pemilik usaha jasa

wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 96 6 Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total tenaga kerja jasa

wisata alam Gunung Pananjakan 1 ... 98 7 Covering pengeluaran RT pemilik usaha jasa wisata alam Gunung

Pananjakan 1 ... 99 8 Covering pengeluaran RT tenaga kerja jasa wisata alam Gunung

Pananjakan 1 ... 101 9 Pendapatan wisata, pendapatan non wisata, pendapatan total, pengeluaran

RT, share wisata, dan covering pengeluaran RT masyarakat sekitar

Gunung Pananjakan 1 ... 102 10 Kegiatan konservasi TNBTS tahun 2015... 103

(17)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati hutan dan perairan tinggi sehingga dinobatkan sebagai salah satu dari mega-biodiversity country di dunia. Sebagian besar dari keanekaragaman hayati tersebut, khususnya yang endemik, langka atau dilindungi dan unik, terdapat di dalam 50 taman nasional yang letaknya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Perkembangan taman nasional di Indonesia sendiri merupakan bagian dari wacana perlindungan hutan dan pelestarian alam bersamaan dengan isu lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan (Putro et al. 2012).

Taman nasional memiliki peran dalam konservasi keanekaragaman hayati karena melingkupi 60% kawasan konservasi di Indonesia. Salah satu peran taman nasional adalah mempertahankan keseimbangan keanekaragaman hayati di dalamnya serta mempertahankan keseimbangan antara berbagai bentuk permintaan dan tekanan terhadap kualitas ekosistem alam (Putro et al. 2012). Menurut Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, taman nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Penetapan kawasan konservasi salah satunya taman nasional, bertujuan untuk mencapai kelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistem sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat sekitar sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistem kawasan konservasi oleh masyarakat sekitar dikategorikan menjadi dua, yaitu pemanfaatan hasil hutan yang sifatnya dapat dinikmati atau dikonsumsi secara langsung dan yang sifatnya tidak langsung menunjang keberlangsungan hidup manusia (Hallsworth 1982). Saat ini pemanfaatan kawasan konservasi lebih ditujukan untuk pemanfaatan tidak langsung, sehingga permasalahan dengan masyarakat sekitar seperti perambahan kawasan sering

(18)

2

terjadi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya alternatif pemanfaatan lain yang dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar (Sunarminto 2005).

Ekayani et al. (2014) mengemukakan taman nasional sebagai bagian dari kawasan konservasi memiliki trade-off antara kepentingan ekologi dan ekonomi. Kepentingan ekologi yang dimaksud berupa kegiatan untuk memulihkan kembali fungsi ekologis kawasan (konservasi), sedangkan kepentingan ekonomi berupa pemanfaatan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan perekonomian. Lebih lanjut, pemanfaatan kawasan oleh masyarakat sekitar secara ilegal dapat menjadi ancaman besar bagi kelestarian kawasan. Sunarminto (2005) dan Ekayani

et al. (2014) mengemukakan kegiatan wisata alam yang dikelola dengan baik dan benar mampu menjadi alternatif kegiatan pemanfaatan kawasan konservasi yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar.

Ernawati (2010) mengemukakan pergeseran trend wisata menjadi wisata yang memperhatikan konservasi lingkungan, kehidupan masyarakat tradisional, wisata spiritual, dan wisata alam mengalami peningkatan secara global. Kondisi tersebut menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mengembangkan dan mempromosikan kegiatan wisata alam di kawasan konservasi (Sunarminto 2005). Manfaat dari kegiatan wisata antara lain meningkatkan penerimaan devisa negara, memperluas dan mempercepat kesempatan berusaha dan kerja, mempercepat pemerataan pendapatan, serta mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah yang memiliki potensi alam terbatas (Yoeti 2008a).

Sudarmadji dan Widyastuti (2014) mengemukakan pengembangan kegiatan wisata dan pembangunan dapat dilihat dalam bentuk manfaat (sisi positif) dan bentuk kerugian atau permasalahan yang ditimbulkan (sisi negatif). Manfaat adanya kegiatan wisata adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Adapun kerugian yang ditimbulkan antara lain mengancam kelestarian sumber daya alam yang ditawarkan sebagai objek wisata, menurunkan kualitas lingkungan akibat pembangunan sarana dan prasarana wisata, mengubah kondisi sosial dan budaya masyarakat, serta menghilangkan kearifan lokal.

Alikodra (2012) mengemukakan pengembangan kegiatan wisata di kawasan konservasi menimbulkan dampak lingkungan yang dikategorikan

(19)

3

menjadi dua kategori. Pertama, dampak yang ditimbulkan karena pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung seringkali mengubah pola lansekap, membuka hutan, dan menebang pohon, sehingga dapat mengubah kondisi bentang alam kawasan. Kedua, dampak yang ditimbulkan karena interaksi antara pengunjung dan lingkungan, misalnya menimbulkan gangguan terhadap habitat satwa, merusak tumbuhan khas atau langka, vandalisme, dan membuang sampah sembarangan.

Pengembangan wisata menjadi sebuah industri melibatkan kepentingan berbagai pihak sehingga berpengaruh luas terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan budaya. Mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 85 Tahun 2014 tentang Tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, pengembangan wisata khususnya di taman nasional juga melibatkan berbagai pihak, yakni kelembagaan atau mitra terkait pengembangan wisata alam berupa kerjasama promosi, pembangunan sarana dan prasarana wisata alam, pembangunan pusat informasi dan pembinaan masyarakat. Lebih lanjut lagi, Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam mengemukakan dalam upaya memenuhi permintaan layanan barang dan jasa pariwisata, pemerintah mengizinkan adanya pengusahaan pariwisata berupa penyelenggaraan sarana pariwisata di taman nasional yang dikelola oleh masyarakat, lembaga, atau mitra.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang mengembangkan kegiatan wisata alam. Berdasarkan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Tahun 2015-2024, TNBTS memiliki peran dalam menjaga dan memelihara fungsi kawasan konservasi yang selaras dengan upaya pelestarian kawasan dan mampu memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan Balai Besar TNBTS adalah pengelolaan wisata berdasarkan prinsip ekowisata, yaitu pengembangan wisata alam yang mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal, dan menghargai penduduk lokal (Nugroho 2011). Pengembangan wisata di TNBTS

(20)

4

yang melibatkan berbagai pihak terkait khususnya masyarakat sekitar kawasan bertujuan untuk mewujudkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) berada pada 4 wilayah administratif, yaitu Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Kawasan TNBTS dikelilingi oleh 64 desa penyangga termasuk 2 desa enclave yang tersebar di 18 kecamatan dan 4 kabupaten. Kondisi tersebut menyebabkan interaksi masyarakat sekitar dengan kawasan TNBTS cukup tinggi karena dukungan aksesibilitas tinggi. Aksesibilitas menuju TNBTS dapat dijangkau melalui 4 pintu masuk, yaitu Probolinggo (Sukapura, Cemorolawang), Pasuruan (Wonokitri, Pananjakan), Malang (Tumpang, Ngadas), dan Lumajang (Senduro, Burno).

Sebagai kawasan konservasi, TNBTS memiliki fungsi pemanfaatan kawasan yang didominasi oleh kegiatan wisata. Bentuk wisata yang berkembang di TNBTS bersifat massal karena didorong oleh target pendapatan yang masih mengandalkan jumlah kunjungan. Objek wisata utama yang mampu memberikan pendapatan hanya terbatas pada empat lokasi, yaitu Cemorolawang, Pananjakan, Tumpang, dan Ranu Pani. Trend jumlah wisatawan TNBTS tahun 2011-2015 ditampilkan pada Gambar 1.

Sumber: BBTNBTS (2015a)

Gambar 1 Jumlah wisatawan TNBTS tahun 2011-2015

Gambar 1 menunjukkan kunjungan wisata mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai 2013, sedangkan dari tahun 2013 sampai 2015 mengalami penurunan. Penurunan pada tahun 2013 sampai 2015 terjadi karena TNBTS mengalami perubahan rayon dari Rayon III menjadi Rayon II sehingga terjadi

2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah wisatawan (orang) 125,471.00 275,874.00 552,644.00 536,338.00 474,056.00 100,000.00 200,000.00 300,000.00 400,000.00 500,000.00 600,000.00

(21)

5

peningkatan tarif masuk kawasan. Pertumbuhan jumlah wisatawan berpengaruh terhadap penerimaan TNBTS, semakin tinggi jumlah kunjungan maka semakin tinggi jumlah penerimaan. Tingginya jumlah kunjungan juga menimbulkan berbagai dampak negatif terutama dampak terhadap objek dan daya tarik wisata. Berdasarkan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) TNBTS periode 2015-2024, kerusakan objek dan daya tarik wisata akan merugikan usaha jasa wisata yang kekuatannya terletak pada kealamian dan keutuhan objek dan kawasan (BBTNBTS 2014). Selain itu, permasalahan juga timbul karena masih terbatasnya pelayanan di bidang wisata, baik dari segi sumber daya manusia (SDM) maupun sarana dan prasarana pendukung wisata. Terbatasnya SDM yang dimiliki menjadikan fungsi perlindungan dan pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya menjadi prioritas kedua setelah sebagian tenaga fokus pada pengelolaan wisata (BBTNBTS 2014).

Mengacu pada RPJP TNBTS periode 2015-2024, pengelolaan wisata TNBTS dibagi menjadi tiga ruang, yaitu kawasan yang sudah berkembang, kawasan yang sedang berkembang, dan kawasan potensial untuk dikembangkan. Salah satu daerah tujuan wisata di kawasan sudah berkembang adalah Gunung Pananjakan 1. Gunung Pananjakan 1 merupakan view point dalam atraksi wisata di Gunung Pananjakan. Atraksi wisata di Gunung Pananjakan 1 adalah pemandangan matahari terbit (sunrise) dengan latar belakang pemandangan Kaldera Tengger dan puncak Gunung Semeru.

Kondisi sarana dan prasarana pendukung wisata alam di Gunung Pananjakan 1 masih terbatas dan mengalami kerusakan (RPTN Gunung Pananjakan 2015). Sumber daya manusia yang dimiliki jumlahnya terbatas, yaitu 5 orang pegawai negeri sipil (PNS) dan 2 orang tenaga upah. Pengelolaan wisata di Gunung Pananjakan 1 yang berada di bawah tanggung jawab Resort

Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan dibantu oleh stakeholder lain yang didominasi oleh masyarakat sekitar. Keterlibatan masyarakat berupa pelayanan distribusi tiket, pengamanan pengunjung dan kawasan, serta pelayanan penyediaan jasa wisata.

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata sesuai dengan prinsip yang dianut oleh TNBTS antara lain prinsip konservasi, ekonomi, dan peran aktif

(22)

6

masyarakat (BBTNBTS 2014). Maksud dari prinsip tersebut yaitu pemanfaatan keanekaragaman hayati dan ekosistem oleh pengelola kawasan, penyelenggara wisata, masyarakat sekitar, dan stakeholder terkait yang mampu memberikan keseimbangan antara manfaat ekonomi dan manfaat ekologi kawasan. Keterlibatan masyarakat saat ini diduga telah memberikan manfaat ekonomi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat.

Berdasarkan pemaparan di atas, manfaat ekonomi kegiatan wisata yang sudah berkembang di Gunung Pananjakan 1 perlu diestimasi nilainya untuk mengetahui besarnya share pendapatan wisata terhadap pendapatan total dan

covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran kebutuhan rumah tangga masyarakat sekitar. Selain itu, manfaat ekonomi wisata bagi pelestarian TNBTS juga perlu diestimasi untuk mengetahui covering penerimaan wisata terhadap pelestarian TNBTS. Selanjutnya, stakeholder yang terlibat dalam kegiatan wisata di Gunung Pananjakan 1 perlu diidentifikasi perannya untuk mengetahui sejauh mana keterlibatannya dalam kegiatan wisata. Pemaparan tersebut kemudian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana manfaat ekonomi wisata alam bagi masyarakat sekitar Gunung Pananjakan 1?

2. Bagaimana kontribusi kegiatan wisata alam dalam memenuhi kebutuhan pelestarian TNBTS?

3. Bagaimana peran stakeholder kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Mengestimasi nilai manfaat ekonomi wisata alam bagi masyarakat sekitar Gunung Pananjakan 1.

2. Mengestimasi kontribusi kegiatan wisata alam dalam memenuhi kebutuhan pelestarian TNBTS.

3. Mengidentifikasi peran stakeholder kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1.

(23)

7

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Bagi pemerintah dan para pihak terkait, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengembangan sektor wisata alam di kawasan konservasi.

2. Bagi Balai Besar TNBTS, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam membuat tata kelola kegiatan wisata alam yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar dan mampu menjaga kelestarian kawasan.

3. Bagi para pelaku usaha jasa wisata alam, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi untuk memperoleh prospek dan peluang usaha jasa wisata alam di TNBTS.

4. Bagi akademisi, sebagai bahan tambahan dan rujukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

5. Bagi penulis, sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana di Institut Pertanian Bogor.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Manfaat ekonomi yang diteliti merupakan manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan sebagai pemilik usaha dan tenaga kerja jasa wisata.

2. Analisis pendapatan merupakan analisis pendapatan tunai karena komponen biaya yang digunakan hanya biaya tidak tetap (variable cost).

3. Penerimaan non wisata merupakan penerimaan non wisata bersih yang diterima oleh pelaku usaha diluar kegiatan wisata.

4. Kontribusi kegiatan wisata dalam memenuhi kebutuhan pelestarian TNBTS dilihat dari penerimaan tiket masuk kawasan.

5. Analisis stakeholder dilakukan untuk mengetahui aktor serta peran berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1.

(24)
(25)

9

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional

Definisi taman nasional secara resmi tercantum pada peraturan perundang-undangan mengenai konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yaitu Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 Bab 1 Pasal 1 Ayat 11 sebagai berikut: “….kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.”

Taman nasional di Indonesia harus memenuhi kriteria sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam yang meliputi:

1. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik.

2. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh.

3. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami.

4. merupakan wilayah yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan.

Pengelolaan taman nasional bertujuan untuk mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam rangka mencegah kepunahan spesies, melindungi sistem penyangga kehidupan, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati secara lestari sebagaimana tercantum dalam PP RI Nomor 28 Tahun 2011 Pasal 2 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Tujuan taman nasional bervariasi tergantung kondisi kawasan dan latar belakang serta alasan utama penetapan kawasan taman nasional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56 Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional, pengelolaan taman nasional dilakukan melalui sistem zonasi yang didasarkan pada potensi dan fungsi kawasan dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya. Penetapan zona taman nasional telah diatur dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor

(26)

10

56 Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Putro et al. (2012) mengemukakan peruntukan masing-masing zona taman nasional sebagai berikut. 1. Zona inti untuk perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas

beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan penunjang budidaya. 2. Zona rimba untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam

dan lingkungan bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran, menunjang budidaya, dan mendukung zona inti. 3. Zona pemanfaatan untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa

lingkungan, pendidikan, penelitian, dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan dan budidaya.

4. Zona tradisional untuk pemanfaatan potensi tertentu taman nasional oleh masyarakat setempat secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

5. Zona rehabilitasi untuk mengembalikan ekosistem kawasan yang rusak menjadi atau mendekati kondisi ekosistem alamiahnya.

6. Zona religi, budaya, dan sejarah untuk memperlihatkan dan melindungi nilai-nilai hasil karya, budaya, sejarah, arkeologi maupun keagamaan, sebagai wahana penelitian, pendidikan, serta wisata alam sejarah, arkeologi, dan religius.

7. Zona khusus untuk kepentingan aktivitas kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut sebelum ditunjuk atau ditetapkan sebagai taman nasional dan sarana penunjang kehidupan, serta kepentingan yang tidak dapat dihindari berupa sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi, dan listrik.

Sebagai bagian dari kawasan konservasi, taman nasional menghadapi tantangan yang berasal dari masyarakat berupa keterbatasan pemahaman masyarakat terhadap konservasi. Konservasi banyak dipahami masyarakat sebagai aturan yang membatasi kegiatan manusia untuk memanfaatkan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sehingga seringkali masyarakat melakukan perlawanan agar tetap bisa memanfaatkan sumberdaya alam hayati dan ekosistem untuk memenuhi kebutuhan perekonomiannya (Alikodra 2012). Lebih lanjut lagi,

(27)

11

Alikodra (2012) mengemukakan fenomena tersebut terjadi karena masyarakat tidak merasakan adanya keuntungan atau manfaat dari kegiatan konservasi, bahkan sebaliknya merasa banyak dirugikan karena akses terhadap kawasan dibatasi oleh adanya aturan.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, taman nasional memberikan solusi berupa pemanfaatan kawasan yang mampu meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sekitar (Alikodra 2012). Solusi untuk menyeimbangkan antara kepentingan taman nasional (konservasi) dan masyarakat (ekonomi) salah satunya melalui kegiatan wisata (Alikodra 2012; Ekayani et al. 2014). Kegiatan wisata di taman nasional dapat dilakukan di zona rimba, zona pemanfaatan, serta zona religi, budaya, dan sejarah. Berdasarkan UU RI Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 31 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pemanfaaatan untuk kegiatan wisata dilakukan tanpa mengurangi fungsi pokok taman nasional. Selain itu, pembangunan sarana wisata harus tercantum dalam rencana pengelolaan taman nasional.

Berdasarkan UU RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pengelolaan taman nasional dilaksanakan oleh pemerintah dan dapat melibatkan masyarakat. Selanjutnya, dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pariwisata adalah sebagai pelaku pengusahaan pariwisata. Hal tersebut terjadi karena masyarakat telah mendapatkan hak atas pengusahaan di zona pemanfaatan taman nasional. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 85 Tahun 2014 tentang Tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Pasal 5 menyebutkan kegiatan pariwisata di taman nasional dapat bekerjasama dengan mitra lainnya, yaitu badan usaha, lembaga internasional, dan pihak lainnya seperti instansi pemerintah atau lembaga negara, kelompok masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, perorangan, lembaga pendidikan, atau yayasan. Lebih lanjut lagi, pada Pasal 11 disebutkan bahwa kerjasama yang dapat dilaksanakan adalah kerjasama dalam hal pengembangan wisata alam berupa kerjasama promosi, pembangunan sarana dan prasarana wisata alam, pembangunan pusat informasi dan pembinaan masyarakat.

(28)

12

2.2 Wisata Alam

Definisi wisata dijelaskan pada Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab 1 Pasal 1 Ayat 1, yaitu: “….kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara”. Selanjutnya, UU RI Nomor 10 Tahun 2009 mengemukakan berbagai kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah dinamakan pariwisata. Menurut Yoeti (2008b), pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Definisi wisata alam tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 48 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam Pasal 1 Ayat 4 yang berbunyi:

“Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.”

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 48 Tahun 2010, segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk usaha pemanfaatan objek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait dengan wisata alam dinamakan dengan pariwisata alam. Definisi pengusahaan pariwisata khususnya di zona pemanfaatan taman nasional tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam yakni berupa kegiatan untuk menyelenggarakan usaha sarana pariwisata berdasarkan rencana pengelolaan.

Jenis pengusahaan pariwisata yang dapat dilaksanakan tercantum dalam PP RI Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam,

(29)

13

yaitu: 1) akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan, penginapan remaja, 2) makanan dan minuman, 3) sarana wisata tirta, 4) angkutan wisata, 5) cinderamata, dan 6) sarana wisata budaya. Selanjutnya, jenis pengusahaan pariwisata diperluas lagi menjadi dua kategori sebagaimana tercantum dalam PP RI Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Wisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, yaitu:

1. Usaha penyediaan jasa wisata alam, yaitu jasa informasi pariwisata, jasa pramuwisata, jasa transportasi, jasa perjalanan wisata, dan jasa makanan dan minuman.

2. Usaha penyediaan sarana wisata alam, yaitu wisata tirta, akomodasi, dan sarana wisata petualangan.

Persyaratan untuk mendirikan usaha sarana pariwisata tercantum dalam PP RI Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, yaitu: (a) luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam maksimum 10% dari luas zona pemanfaatan taman nasional yang bersangkutan, (b) bentuk bangunan bergaya arsitektur budaya setempat, dan (c) tidak mengubah bentang alam yang ada. Mengacu pada PP RI Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Wisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam Pasal 8, pengusahaan pariwisata ini diselenggarakan oleh koperasi, badan usaha, dan perorangan.

Salah satu upaya pengembangan kegiatan wisata alam berupa pengusahaan pariwisata oleh instansi pemerintah, swasta, atau masyarakat tentunya memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat. Sunarminto (2005) mengemukakan pengembangan kegiatan wisata alam di kawasan konservasi mampu memberikan dampak positif (manfaat) berupa peningkatan dana bagi kawasan, penyediaan kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat sekitar, serta pendidikan lingkungan bagi pengunjung.

(30)

14

2.3 Manfaat Ekonomi Wisata

Manfaat ekonomi dibagi menjadi dua macam yaitu, manfaat ekonomi langsung dan manfaat ekonomi tidak langsung (Fauzi 2014). Manfaat ekonomi langsung memiliki sifat tangible, yaitu nilainya dapat dihitung secara moneter, sedangkan manfaat ekonomi tidak langsung memiliki sifat intangible, yaitu nilainya sulit atau tidak dapat dihitung secara moneter. Manfaat ekonomi tangible

yang dapat dirasakan dalam pemanfaatan kawasan taman nasional antara lain berupa penerimaan bagi pihak yang terlibat dalam kegiatan wisata.

Menurut Ashley et al. (2007) kegiatan wisata memberikan manfaat bagi perekonomian dan pengurangan kemiskinan. Manfaat tersebut dikategorikan oleh

The ODI World Bank sebagai berikut.

1. Manfaat langsung pariwisata (direct effect), yaitu upah dan penerimaan bagi masyarakat yang berpartisipasi langsung dalam kegiatan pariwisata, baik pekerja maupun pemilik usaha.

2. Manfaat tidak langsung (indirect effect) dihasilkan dari rantai nilai pariwisata yang melibatkan sektor lainnya dalam kegiatan pariwisata, seperti penyedia bahan baku makanan, transportasi, konstruksi, furnitur, dan lain-lain.

3. Manfaat dinamis (dynamic effect), yaitu pengaruh pariwisata terhadap strategi

livelihood masyarakat lokal, strategi pengembangan usaha mikro, pembangunan infrastruktur, dan penguatan posisi perempuan untuk mendapatkan penerimaan dari kegiatan pariwisata.

Penelitian yang dilaksanakan di Gunung Pananjakan 1 bertujuan untuk mengestimasi manfaat ekonomi langsung kegiatan wisata alam, yaitu berupa penerimaan wisata bagi pemilik dan tenaga kerja jasa wisata. Penerimaan wisata merupakan salah satu komponen yang diperlukan untuk mengestimasi manfaat ekonomi dengan metode analisis pendapatan.

2.4 Pendapatan Wisata

Partisipasi langsung masyarakat dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan wisata bagi pengunjung memberikan manfaat berupa penerimaan. Penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi 2006). Penerimaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

(31)

15

penerimaan yang diterima masyarakat yang berperan sebagai pemilik usaha maupun tenaga kerja. Adapun penerimaan yang diterima oleh pemilik usaha berasal dari pengeluaran belanja pengunjung terhadap konsumsi barang dan jasa wisata seperti makanan, cinderamata, ataupun jasa angkutan jeep dan ojeg, sedangkan penerimaan bagi tenaga kerja berupa upah yang diterima secara rutin sesuai kesepakatan dengan pemilik usaha.

Nugroho (2002) mengemukakan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha dalam menyediakan kebutuhan barang dan jasa wisata dapat dikategorikan berdasarkan obyek pengeluaran, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja atau upah, biaya listrik, biaya transportasi, dan biaya retribusi. Lebih lanjut lagi, Soekartawi (2006) mengkategorikan biaya menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap (fix cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya relatif tetap dan terus dikeluarkan meskipun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, misalnya biaya sewa lahan dan pajak. Adapun biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Soekartawi (2006) mengemukakan selisih antara penerimaan dan biaya dinamakan pendapatan. Pendapatan masyarakat sekitar kemudian dikategorikan berdasarkan kondisi di lokasi penelitian, yaitu pendapatan wisata dan pendapatan non wisata. Pendapatan wisata merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan wisata, sedangkan pendapatan non wisata merupakan pendapatan yang diperoleh diluar kegiatan wisata, misalnya dari kegiatan pertanian. Penelitian yang dilaksanakan di Gunung Pananjakan 1 bertujuan untuk mengestimasi manfaat ekonomi dengan menggunakan analisis pendapatan terhadap pemilik dan tenaga kerja yang tergabung dalam paguyuban usaha. Paguyuban usaha di Gunung Pananjakan 1 merupakan stakeholder wisata yang memiliki peran dalam pelaksanaan kegiatan wisata alam yang mampu memberikan manfaat ekonomi.

2.5 Stakeholder

Nastran (2014) mengemukakan stakeholder adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Vibol et al. (2001) mengemukakan stakeholder merupakan organisasi

(32)

16

yang memiliki kesepakatan bersama dengan berbagai institusi yang mencakup komunitas lokal, institusi pemerintah, dan kelompok kepentingan lainnya.

Stakeholder dalam kegiatan wisata didefinisikan oleh Damanik dan Weber (2006) sebagai kelompok usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk itu. Stakeholder yang dimaksud terdiri dari pemerintah, masyarakat lokal, dan lembaga swadaya masyarakat.

Keterlibatan berbagai stakeholder dalam suatu pemanfaatan sumber daya alam selanjutnya dapat diidentifikasi dengan menggunakan analisis stakeholder

(Candrea dan Bouriaud 2009). Analisis stakeholder ini mampu mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam suatu kegiatan dan mampu mengidentifikasi tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam suatu kegiatan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian untuk mengestimasi nilai manfaat ekonomi dari adanya kegiatan wisata di suatu kawasan bagi masyarakat sekitar dan mengidentifikasi stakeholder

yang terlibat dalam kegiatan wisata telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian terdahulu mengenai manfaat ekonomi dapat dilihat dari hasil penelitian Sultika (2010) dan Rifki (2013), sedangkan penelitian mengenai analisis stakeholder dapat dilihat dari hasil penelitian Handayani (2014) dan Vidya (2014). Penelitian terdahulu disajikan dalam Tabel 1.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah (1) estimasi nilai manfaat ekonomi diperoleh dengan menggunakan analisis pendapatan dan diidentifikasi kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga pemilik dan tenaga kerja usaha, (2) manfaat ekonomi bagi TNBTS diestimasi untuk mengetahui covering biaya konservasi TNBTS apabila Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dapat digunakan secara langsung, (3) analisis stakeholder bertujuan untuk mengetahui aktor dan peran berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingan dalam kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1, dan (4) estimasi manfaat ekonomi dan hasil analisis stakeholder

diidentifikasi lebih lanjut untuk mengetahui hubungan koordinasi, hubungan instruksi, dan hubungan aliran dana.

(33)

17

Tabel 1 Penelitian terdahulu No Nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian

1 Muhammad Rifki (2013)

Nilai dan Manfaat Ekonomi

Pengembangan Taman Wisata Alam bagi Konservasi dan Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat)

Manfaat ekonomi TWA Rimbo Panti bagi konservasi diperoleh melalui segmentasi wisata dan penetapan tarif sesuai Willingness To pay (WTP) pengunjung di tiap segmen. Manfaat bagi konservasi adalah menurunnya tekanan pengunjung terhadap Taman Wisata Alam Rimbo Panti yang berarti mengurangi potensi ancaman bagi kelestarian cagar alam. Penurunan pengunjung tersebut justru dapat meningkatkan pendapatan pengelola. Estimasi pendapatan dengan penetapan tiket di tiap segmen wisata akan meningkatkan pendapatan pengelola dari Rp 88,180,000 menjadi Rp 283,305,998 yang dapat dialokasikan untuk dana konservasi cagar alam. 2 Lalis Yuliana Sultika (2010) Analisis Pendapatan dan Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat (Studi Kasus: Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)

Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui pendapatan petani dari pemanfaatan hutan rakyat dan di luar hutan rakyat serta untuk mengetahui kontribusinya terhadap pendapatan total petani. Rata-rata pendapatan dari hasil hutan rakyat sebesar Rp 7,928,117.00/tahun/petani dan kontribusinya adalah 33.02%. Pendapatan diluar hasil hutan rakyat rata-rata sebesar Rp 16,082,550.00/tahun/petani dan kontribusinya adalah 66.98%. 3 Nurul Handayani (2014) Mekanisme Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona

Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo

Pengelolaan wisata alam di zona

pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo melibatkan 12 stakeholder.

Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam berdasarkan kepentingan dan pengaruh terdiri dari: (a) key player yaitu TNAP, Disparbud BWI, PT WPA, PT PIW, PT PEL, PT WWAH, (b) subject yaitu biro perjalanan, (c) context setter yaitu Direktorat PJLKKHL, dan (d) tidak ada crowd.

4 Vidya (2014) Dampak Ekonomi dan Analisis Stakeholder

Wisata Pantai Gondoriah Sumatera Barat

Identifikasi tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder wisata Pantai Gondoriah menggunakan analisis

stakeholder. Analisis tersebut menunjukkan bahwa kuadran A terdiri atas 4 aktor, kuadran B terdiri atas 4 aktor, kuadran C terdiri atas 2 aktor, dan kuadran D terdiri atas 3 aktor. Peranan masing-masing stakeholder

belum terlaksana dengan baik sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan.

(34)
(35)

19

III KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan Pernyataan Menteri Pertanian Nomor 736 Tahun 1982, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ditetapkan pada tanggal 14 Oktober 1982 oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia. Kawasan seluas 50,276.3 ha ini mencakup sebagian Kabupaten Malang, Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang, Jawa Timur. Sebagai kawasan konservasi, TNBTS memiliki dua kepentingan, yaitu kepentingan ekologi dan kepentingan ekonomi. Kepentingan ekologi yang dimaksud berupa fungsi pokok taman nasional yang berperan dalam perlindungan dan pengawetan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Adapun kepentingan ekonomi yang dimaksud berupa pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya oleh masyarakat sekitar, salah satunya melalui kegiatan wisata alam. Candrea dan Bouriaud (2009) mengemukakan kegiatan wisata dan keanekaragaman hayati memiliki hubungan kuat yang dapat bersifat positif dan negatif. Lebih lanjut lagi, Tapper dan Cochrane (2005) mengemukakan kegiatan wisata dapat menurunkan kualitas keanekaragaman hayati, namun di sisi lain dapat menjadi alasan untuk melindungi keanekaragaman hayati tersebut.

Kegiatan wisata di TNBTS yang sudah berkembang salah satunya berada di Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan dengan view point

yaitu Gunung Pananjakan 1. Pelaksanaan kegiatan wisata di Gunung Pananjakan 1 saat ini melibatkan masyarakat sekitar yang berasal dari desa penyangga TNBTS. Keterlibatan masyarakat ini memberikan manfaat ekonomi berupa pendapatan wisata. Manfaat ekonomi wisata dapat diestimasi nilainya dengan menggunakan analisis pendapatan. Analisis pendapatan digunakan untuk mengestimasi share

pendapatan wisata terhadap pendapatan total masyarakat sekitar dan untuk mengestimasi covering pengeluaran rumah tangga masyarakat sekitar.

Lebih lanjut lagi, pemanfaatan kawasan untuk kegiatan wisata juga memberikan manfaat bagi TNBTS berupa penerimaan dari tiket masuk. Saat ini, target penerimaan TNBTS masih bergantung pada jumlah kunjungan (BBTNBTS 2014). Semakin banyak jumlah kunjungan wisata maka semakin tinggi penerimaan TNBTS. Keterbatasan SDM menjadikan kegiatan perlindungan dan pengawetan sumberdaya alam hayati dan ekosistem menjadi prioritas kedua

(36)

20

setelah kegiatan wisata. Meski demikian, Candrea dan Bouriaud (2009) mengemukakan kegiatan wisata yang dikelola secara berkelanjutan dapat menjadi sumber penerimaan potensial untuk mendukung kegiatan perlindungan dan pengawetan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Manfaat kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi dapat diketahui dengan mengestimasi covering

penerimaan wisata terhadap biaya konservasi. Estimasi covering biaya konservasi dilakukan secara keseluruhan, artinya tidak terbatas hanya di kawasan Gunung Pananjakan 1 saja. Hal ini dilakukan karena kegiatan konservasi dilakukan berdasarkan kebutuhan masing-masing resort, tidak terbatas pada resort yang menyumbangkan penerimaan wisata cukup tinggi.

Keterbatasan SDM yang dimiliki oleh TNBTS menjadikan pemanfaatan kawasan untuk kegiatan wisata memerlukan keterlibatan dari berbagai stakeholder

terkait. Penelitian ini menggunakan analisis stakeholder untuk mengetahui aktor yang berperan dalam kegiatan wisata di Gunung Pananjakan 1. Penggunaan metode ini dilakukan untuk mengidentifikasi peran aktor berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingan dalam kegiatan wisata. Estimasi manfaat ekonomi wisata bagi masyarakat sekitar menjadi salah satu dasar dalam menentukan ketergantungan stakeholder terhadap kegiatan wisata. Selanjutnya, peran

stakeholder tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Luaran yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah terciptanya tata kelola kegiatan wisata alam yang mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar dan mampu menjaga kelestarian TNBTS. Berdasarkan pemaparan tersebut, alur berpikir penelitian dituangkan dalam Gambar 2.

(37)

21

Gambar 2 Skema kerangka alur berpikir PNBP bagi BBTNBTS Manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar

Pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya untuk

kegiatan wisata alam Kepentingan

ekonomi

Upaya konservasi TNBTS

Analisis pendapatan

Penetapan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di sebagian Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Malang, dan Pasuruan

Kepentingan ekologi

Perlindungan dan pengawetan sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya

Kebutuhan biaya konservasi

Analisis stakeholder

(aktor grid)dan analisis deskriptif kualitatif

Tata kelola kegiatan wisata alam yang mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar dan mampu menjaga kelestarian TNBTS

Covering biaya konservasi Share pendapatan wisata Covering pengeluaran RT Keterangan: Keterlibatan stakeholder lain (masyarakat) Dampak negatif Dampak positif Kepentingan dan pengaruh stakeholder multipihak

Metode yang digunakan Ruang lingkup penelitian

(38)
(39)

23

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan studi kasus di Gunung Pananjakan 1. Gunung Pananjakan 1 merupakan

spot utama wisata yang berada di Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan dan termasuk ke dalam kawasan wisata TNBTS yang sudah berkembang. Daya tarik wisata berupa pemandangan matahari terbit (sunrise) dengan latar belakang pemandangan Kaldera Tengger dan puncak Gunung Semeru. Pemilihan lokasi juga mempertimbangkan ketersediaan responden yaitu pelaku usaha yang hanya ada di Gunung Pananjakan 1. Penelitian dilakukan pada Bulan Februari-Maret tahun 2016.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang dibutuhkan berupa karakteristik pemilik usaha dan tenaga kerja, jumlah penerimaan pemilik unit usaha dan tenaga kerja, jumlah pengeluaran pemilik usaha dalam menjalankan usaha, jumlah pengeluaran rumah tangga pemilik usaha dan tenaga kerja, serta peranan stakeholder terkait kegiatan wisata alam. Data sekunder diperoleh dari Balai Besar TNBTS, Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan, Kantor Desa Wonokitri, stakeholder terkait kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan 1, jurnal ilmiah, dan karya tulis ilmiah lainnya. Data sekunder yang dibutuhkan berupa jumlah unit usaha yang ada di Gunung Pananjakan 1, struktur organisasi, serta tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dari stakeholder terkait kegiatan wisata alam.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh untuk pemilik unit usaha dan tenaga kerja dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling. Teknik pengambilan contoh yaitu purposive sampling, artinya responden dipilih sesuai

(40)

24

kriteria tertentu. Pertimbangan kriteria untuk pemilik unit usaha dan tenaga kerja adalah keterwakilan jenis usaha dan pekerjaan terkait kegiatan wisata alam. Responden stakeholder dipilih dengan metode non-probability sampling. Masing-masing stakeholder diwakilkan oleh key person yang dipilih dengan menggunakan teknik snowball sampling. Pemilihan key person dengan snowball sampling pada mulanya mengambil sampel pada sejumlah kecil sampel, kemudian sampel-sampel tersebut memilih anggota-anggotanya, dan seterusnya hingga diperoleh jumlah yang diperlukan (Sulaiman dan Kusherdyana 2013). Pemilihan

key person diawali dari Balai Besar TNBTS, kemudian dilanjutkan pada

stakeholder selanjutnya. Jumlah responden penelitian selanjutnya disampaikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah responden penelitian

No Responden Jumlah (orang)

1 Pemilik usaha jasa wisata

a) Asongan 3

b) Ojeg 10

c) Penyewaan jeep 10

d) PKL cinderamata dan makanan 8

e) PKL cinderamata dan penyewaan jaket 1

f) PKL cinderamata 1

g) PKL makanan 2

h) Pemandu wisata 3

Jumlah 38

2 Tenaga kerja jasa wisata

a) Driver jeep 8

b) Koordinator paguyuban jeep 2

c) Penjaga kios 2

d) Volunteer 16

Jumlah 28

3 Key person stakeholder wisata

a) Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru 1

b) Resort Pengelolaan Taman Nasional Gunung Pananjakan 1

c) Desa Wonokitri 1

d) Local Working Group (LWG) Bromo Tengger Sejahtera 1

e) Paguyuban jeep 1

f) Paguyuban ojeg 1

g) Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) 1

h) Volunteer 1

Jumlah 8

(41)

25

4.4 Metode Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menampilkan data yang dikumpulkan oleh peneliti ke dalam bentuk yang mudah diinterpretasikan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Matriks metode analisis data Tujuan penelitian Data yang diperlukan Jenis

data

Sumber data

Metode analisis data

Mengestimasi nilai manfaat ekonomi wisata bagi masyarakat sekitar Gunung Pananjakan 1 1. Karakteristik pelaku usaha 2. Karakteristik usaha 3. Penerimaan wisata 4. Pengeluaran wisata 5. Pendapatan non wisata 6. Pengeluaran rumah tangga Primer Pemilik usaha dan tenaga kerja Analisis pendapatan: 1. Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total 2. Covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT Mengestimasi kontribusi kegiatan wisata dalam memenuhi pelestarian TNBTS 1. PNBP wisata TNBTS 2. Biaya konservasi TNBTS

Sekunder BBTNBTS Analisis pendapatan:

covering biaya konservasi Mengidentifikasi peran stakeholder kegiatan wisata Gunung Pananjakan 1 1. Aktor 2. Peran 3. Tingkat pengaruh dan kepentingan Primer dan sekunder Key person stakeholder Analisis stakeholder

(aktor grid) dan analisis deskriptif kualitatif

4.4.1 Definisi Konseptual

1. Penerimaan wisata adalah penerimaan yang diterima oleh pemilik usaha dan tenaga kerja dari kegiatan wisata. Penerimaan wisata pemilik usaha berasal dari pengeluaran wisata pengunjung, seperti pembelian makanan dan cinderamata, penyewaan jaket, serta penggunaan jasa angkutan jeep dan ojeg. Adapun penerimaan wisata tenaga kerja berasal dari upah rutin dari pemilik usaha serta uang tip pengunjung yang menggunakan toilet umum dan jasa memandu wisata.

2. Pengeluaran wisata adalah biaya yang dikeluarkan pemilik usaha untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa wisata. Pengeluaran wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh pemilik usaha saat usahanya beroperasi seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, transportasi, gas, listrik, retribusi, kebersihan, dan keamanan.

(42)

26

3. Pendapatan wisata adalah selisih antara penerimaan wisata dan pengeluaran wisata. Pendapatan wisata yang dihitung berasal dari pendapatan wisata responden pelaku usaha ditambah dengan pendapatan wisata anggota keluarga dalam satu rumah tangga.

4. Pendapatan non wisata adalah selisih penerimaan dan pengeluaran usaha di luar kegiatan wisata, yaitu pertanian, pegawai negeri sipil, pedagang, pengepul, dan guru honorer. Pendapatan wisata pada penelitian ini nilainya sama dengan penerimaan bersih non wisata.

5. Pendapatan total adalah penjumlahan antara pendapatan wisata dan pendapatan non wisata.

6. Pengeluaran rumah tangga adalah biaya yang dikeluarkan anggota rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Komponen pengeluaran rumah tangga yaitu biaya listrik, gas, pangan, transportasi, pendidikan, kesehatan, air, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta pajak kendaraan. Adapun biaya pangan dan transportasi selama melakukan usaha wisata di Gunung Pananjakan 1 termasuk ke dalam perhitungan pengeluaran rumah tangga.

7. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) wisata adalah salah satu komponen PNBP yang berasal dari kegiatan wisata, yaitu pungutan masuk pengunjung dan kendaraan.

8. Biaya konservasi adalah biaya yang dikeluarkan pengelola kawasan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan konservasi langsung seperti pemulihan kawasan hutan terdegradasi, peningkatan populasi terancam punah, penurunan jumlah hotspot, dan lain-lain.

9. Volunteer resmi adalah tenaga pembantu yang bekerja untuk mendukung kegiatan konservasi di dalam kawasan dan sudah mendapatkan gaji tetap dari pihak pengelola. Volunteer resmi berperan dalam mendistribusikan tiket, menjaga keamanan, menjaga kebersihan kawasan, sarana, dan prasarana pendukung wisata.

10. Volunteer non resmi adalah relawan dari masyarakat sekitar kawasan yang bertugas untuk menjaga keamanan serta kebersihan kawasan, sarana, dan prasarana pendukung wisata, namun belum mendapatkan gaji tetap dari pihak pengelola.

(43)

27

4.4.2 Analisis Pendapatan

Manfaat ekonomi langsung (tangible) dari kegiatan wisata alam dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar dalam bentuk penerimaan wisata. Estimasi nilai manfaat ekonomi dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan. Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui share pendapatan wisata terhadap pendapatan total pelaku usaha, covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran RT pelaku usaha, dan covering biaya konservasi TNBTS.

Soekartawi (2006) mengemukakan pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan berikut.

………...(1)

Keterangan:

π = Pendapatan (Rp/bulan) TC = Total biaya (Rp/bulan) TR = Total penerimaan (Rp/bulan)

Pendapatan pelaku usaha di Gunung Pananjakan 1 terdiri atas dua macam, yaitu pendapatan wisata dan pendapatan non wisata. Pendapatan wisata merupakan selisih antara penerimaan wisata dan biaya usaha wisata yang dikeluarkan oleh pelaku usaha. Biaya usaha wisata merupakan biaya operasional yang dikeluarkan selama usaha berlangsung, antara lain biaya bahan baku, tenaga kerja, kebersihan, retribusi, keamanan, bensin, listrik, dan gas. Adapun pendapatan non wisata merupakan pendapatan yang diterima pelaku usaha diluar kegiatan wisata, misalnya pendapatan yang diperoleh dari pertanian. Selanjutnya, pendapatan wisata dan pendapatan non wisata diakumulasikan untuk memperoleh pendapatan total rumah tangga pelaku usaha sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan berikut.

………..………...(2)

Keterangan:

= Pendapatan total rumah tangga (Rp/bulan) = Pendapatan wisata (Rp/bulan)

= Pendapatan non wisata (Rp/bulan)

4.4.2.1 Share Pendapatan Wisata Terhadap Pendapatan Total

Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total rumah tangga pelaku usaha dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Sundari et al. 2012).

(44)

28

...(3)

Keterangan :

Kp = Kontribusi pendapatan wisata Pk = Pendapatan wisata tunai Prt = Pendapatan keluarga pelaku usaha n = Jumlah sampel penelitian Persamaan tersebut digunakan untuk menghitung kontribusi pendapatan wisata dari seluruh pelaku usaha yang menjadi sampel. Penelitian ini menghitung kontribusi pendapatan wisata dengan mengkategorikannya berdasarkan jenis usaha dan curahan waktu kegiatan wisata. Persamaan kontribusi pendapatan wisata tersebut kemudian disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga diperoleh formula sebagai berikut.

...(4)

Keterangan :

S = Share pendapatan wisata terhadap pendapatan total (%) = pendapatan wisata (Rp/bulan)

= pendapatan total rumah tangga (Rp/bulan)

Nilai persentase share pendapatan wisata terhadap pendapatan total rumah tangga pelaku usaha dapat diartikan sebagai berikut (Sundari et al. 2012).

1. Kategori sangat rendah, yaitu jika persentase share pendapatan wisata <25% pendapatan rumah tangga pelaku wisata.

2. Kategori rendah, yaitu jika persentase share pendapatan wisata 25%-49% pendapatan rumah tangga pelaku wisata.

3. Kategori tinggi, yaitu jika persentase share pendapatan wisata 50%-75% pendapatan rumah tangga pelaku wisata.

4. Kategori sangat tinggi, yaitu jika persentase share pendapatan wisata >75% pendapatan rumah tangga pelaku wisata.

4.4.2.2 Covering Pengeluaran Rumah Tangga

Manfaat ekonomi wisata alam selanjutnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga pemilik usaha dan tenaga kerja. Covering

terhadap pengeluaran rumah tangga pemilik usaha dan tenaga kerja dapat dilihat dari persamaan berikut.

(45)

29

Keterangan:

I = Covering pengeluaran RT (%) B = Pengeluaran RT (Rp/bulan) = Pendapatan wisata (Rp/bulan)

Nilai persentase covering pendapatan wisata terhadap pengeluaran rumah tangga pelaku usaha dapat diartikan sebagai berikut.

1. Kategori sangat rendah, yaitu jika persentase covering pengeluaran RT <25%. 2. Kategori rendah, yaitu jika persentase covering pengeluaran RT 25%-49% . 3. Kategori tinggi, yaitu jika persentase covering pengeluaran RT 50%-75% . 4. Kategori sangat tinggi, yaitu jika persentase covering pengeluaran RT >75%.

4.4.3 Covering Biaya Konservasi

Manfaat kegiatan wisata juga dirasakan oleh TNBTS, yaitu berupa penerimaan dari tiket masuk kawasan. Penerimaan ini menjadi sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang cukup tinggi bagi TNBTS. Kontribusi kegiatan wisata alam dalam memenuhi kebutuhan konservasi TNBTS dapat diestimasi melalui covering biaya konservasi yang ditunjukkan oleh persamaan berikut.

...(6)

Keterangan:

Q = Covering biaya konservasi TNBTS (%) C = Biaya konservasi (Rp/tahun) P = Penerimaan BBTNBTS (Rp/tahun)

Nilai persentase covering biaya konservasi dapat diartikan sebagai berikut. 1. Kategori sangat rendah, yaitu jika persentase covering biaya konservasi

<25%.

2. Kategori rendah, yaitu jika persentase covering biaya konservasi 25%-49% . 3. Kategori tinggi, yaitu jika persentase covering biaya konservasi 50%-75% . 4. Kategori sangat tinggi, yaitu jika persentase covering biaya konservasi >75%.

4.4.4 Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder adalah analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan memetakan stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya dalam suatu sistem (Mumtas dan Wichien 2013). Tujuan akhir dari analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aktor

Gambar

Gambar 1 Jumlah wisatawan TNBTS tahun 2011-2015
Gambar 2 Skema kerangka alur berpikir
Tabel 2 Jumlah responden penelitian
Tabel 3 Matriks metode analisis data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, perlu dikaji sebe- rapa besar manfaat ekonomi kegiatan wisata alam yang diperoleh pihak-pihak yang memberikan jasa kelestarian ekosistem dan

Badan Meteorologi dan Geofisika (2007), menyatakan bahwa wilayah Jawa Timur termasuk didalamnya KWGB, secara umum termasuk dalam wilayah rawan bahaya petir sedang dengan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Manfaat ekonomi dari kegiatan wisata alam Curug Cigamea lebih besar dirasakan oleh pelaku usaha dan tenaga kerja regular

Manfaat penggunaan sumberdaya alam hayati dari hutan dirasakan biasa saja oleh masyarakat karena mereka hanya mengambil kayu bakar dari pohon yang telah mati

Fokus penelitian yaitu (1) persepsi wisatawan terhadap kuliner yang disajikan di destinasi pariwisata TNBTS, (2) Faktor pendukung dan penghambat yang terdapat pada

- Menyiapkan petugas sebanyak 1 personil untuk mengatur kendaraan pengunjung/wisatawan yang akan masuk ke Bromo melalui pintu masuk Coban Trisula dan Jemplang

Anggrek epifit yang ada di Hutan Coban Trisula keragaman jenisnya dan jumlahnya melimpah sesuai yang diperoleh saat penelitian yaitu 18 genus, dan 42 spesies

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 variabel daya tarik wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung wisatawan pada Taman Nasional Bromo Tengger