• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TANGGUNGJAWAB ORANG TUA YANG TELAH

B. Tanggung Jawab Orang tua Terhadap Anak Dalam Perkawinan

Anak merupakan seseorang yang sangat diharapkan kehadirannya ditengah- tengah keluarga. Kehadiran seorang anak dapat membuat ikatan sebuah keluarga menjadi lebih terikat dan harmonis. Anak berhak untuk mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya sejak ia dilahirkan sampai dewasa. Oleh karena orang tua memiliki kewajiban untuk memelihara dan mendidiknya. Orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab atas penghidupannya kelak sampai ia dewasa dan mampu berdiri sendiri.

Bentuk tanggung jawab orang tua dapat dilihat dalam kewajiban orang tua yang timbul akibat hukum. Kewajiban orang tua ini berlangsung sejak lahirnya seorang anak dalam suatu perkawinan antara suami istri.

Dalam sebuah keluarga perkawinan dapat menimbulkan hubungan hukum antara orang tua dengan anak-anak yang dilahirkan, maka selanjutnya timbul kedudukan anak yang dilahirkan yang diatur dalam hukum. Dari hubungan orang tua dengan anak yang masih dibawah umur timbul hak dan kewajiban. Hak dan

87Ian Brownlie, Dokumen-dokumen Pokok Mengenai Hak Azasi Manusia, Penerjemah

kewajiban orang tua terhadap anak yang masih dibawah umur diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yaitu Kekuasaan Orang Tua.

Kekuasaan orang tua adalah kekuasaan, kewajiban-kewajiban terhadap anak dan tak terbatas pada yang masih dibawah umur saja tetapi sampai anak tersebut dewasa dan juga sampai anak tersebut melangsungkan perkawinan. Kekuasaan dan kewajiban menyangkut tentang diri pribadi ataupun mengenai harta kekayaan selama selama perkawinan berlangsung.

Ketentuan hukum tentang kekuasaan orang tua terdapat dalam pasal 298-329 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Kekuasaan orang tua terhadap diri anak (pasal 298-306 KUHPerdata)

Dalam pasal 299 menentukan bahwa selama perkawinan orang tua masih berlangsung, maka anak-anak itu berada dalam kekuasaan orang tua sampai anak itu menjadi dewasa, selama kekuasaan itu tidak dicabut (ontzet) atau dibebaskan (ontheving). Sehingga dengan demikian orang tua memiliki kekuasaan tehadap anak-anaknya mulai dari anak itu lahir sampai ia menjadi dewasa, kecuali perkawinan orang tuanya bubar atau karena kekuasaan orang tuanya dicabut atau dibebaskan.

2. Kekuasaan orang tua terhadap harta benda anak (pasal 307-319 KUHPerdata) a. Pengurusan

Pasal 307 KUHPerdata menyebutkan bahwa barang siapa yang melakukan kekuasan orang tua terhadap anak minderjarig mempunyai hak pengurusan

pengurusan atas harta benda anak itu. Sehingga dengan demikian orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengurus harta anaknya sampai anaknya dewasa karena anak masih dianggap tidak cakap.

b. Menikmati hasil

Pasal 311 ayat 1 KUHPerdata menyatakan bahwa bapak atau ibu yang melakukan kekuasaan orang tua atau perwalian mendapat penikmatan atas hasil harta benda anak-anak. Selanjutnya ayat 2 menyatakan bahwa jika kedua orang tua dihentikan dari dari kekuasaan orang tua atau perwalian, maka ke dua orang tua yang berikutnya yang memperoleh kenikmatan hasil atas kekayaan anak-anakminderjarigitu.

Pasal 311 ayat 3 menyatakan bahwa jika salah satu orang tua meninggal dunia atau dicabut dari kekuasaan orang tua atau perwalian dan kemudian orang tua yang berikutnya yang melakukan kekuasaan orang tua di hentikan atau dibebaskan maka penghentian atau pembebasan itu tidak mempengaruhi kenikmatan hasilnya. Penikmatan keuntungan adalah suatu hak pribadi yang tidak dapat dipindah tangankan kepada orang lain dan merupakan suatu hak atas harta benda anak yang diperoleh orang tua, sedang isinya adalah apa yang dihasilkan oleh harta benda anak itu, sesudah dikurangi dengan beban-beban yang melekat pada harta benda.

3. Hubungan orang tua dan anak tanpa memandang umur anak dan tak terbatas pada orang tua itu saja, tetapi meliputi pula pihak nenek ayah dan ibu (pasal 320- 329 KUHPerdata).

Dalam hal suatu perkawinan memperoleh anak, maka perkawinan tersebut tidak hanya menimbulkan hak dan kewajiban antara suami istri saja tetapi juga menimbulkan hak dan kewajiban antara suami istri sebagai orang tua terhadap anak- anaknya. Hak dan kewajiban ini diatur dalam pasal 45-49 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.

Pasal 45 disebutkan bahwa orang tua wajib memelihara dan mendidik anak- anak mereka dengan sebaik-baiknya sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri.kewajiban itu berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Disamping kewajiban memelihara dan mendidik, orang tua juga menguasai anaknya yang belum 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan. Kekuasaan orang tua ini meliputi juga untuk mewakili anak yang belum dewasa ini dalam melakukan perbuatan hukum didalam atau diluar pengadilan (pasal 47). Kekuasaan orang tua ada batasnya, yaitu tidak boleh memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap milik anaknya yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan kecuali dalam hal kepentingan anak itu menghendakinya (pasal 48), maka hal tersebut dapat dilakukan. Kekuasaan orang tua dapat dicabut untuk waktu tertentu apabila ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anak atau ia berkelakuan buruk sekali. Dalam hal kekuasaan dicabut, orang tua tetap berkewajiban untuk memberikan biaya pemeliharaan anaknya tersebut (pasal 49).

C. Hak Pemeliharaan dan Kewajiban Menanggung Nafkah Anak Dalam Hal Terjadinya Perceraian Suami Isteri

Adanya perceraian orang tua, maka akan menimbulkan masalah mengenai siapakah yang paling berhak untuk melakukan pemeliharaan anak-anak dibawah

umur. Untuk menentukan siapa yang paling tepat diantara ayah dan ibu tidaklah mempertimbangkan kemampuan finansial saja tetapi harus dengan memperhatikan sifat, perilaku, dan kebiasaan, keadaan jasmani, rohani dan spritual, serta mempertimbangkan kesalahan siapa yang menyebabkan terjadinya perceraian.

Undang-undang Perkawinan mengatur hak dan kewajiban orangtua dan anak yang menyangkut beberapa hal, yang salah satunya bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua yang dimaksud berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, meskipun perkawinan kedua orang tua telah putus.88

Perceraian dari kedua orang tua tidak lantas menyebabkan kewajiban dari orang tua juga putus. Orang tua wajib untuk memelihara anak pasca perceraiannya, dalam hal hak pemeliharaan jatuh ketangan ibunya maka ayahnya wajib untuk memberikan nafkah kepada anak-anaknya.

Penetapan siapa yang berhak melakukan pemeliharaan anak pasca perceraian orangtuanya bukanlah suatu kompetisi untuk mencari pemenang diantara ayah dan ibu, namun untuk melakukan evaluasi danmonitoringatas pemeliharaan yang sedang dilakukan pihak yang ditentukan tersebut. Kepentingan anak-anak di bawah umur menjadi prioritas utama, apakah pemeliharaan anak tersebut diberikan kepada ayah atau ibunya harus dengan memperhatikan kondisi dari ayah dan ibunya tersebut agar perkembangan anak-anak di bawah umur tersebut tetap terjamin.

Bapak dan ibu wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka yang belum dewasa walaupun hak untuk memangku kekuasaan orang tua atau hak untuk menjadi wali menjadi hilang, tidaklah mereka bebas dari kewajiban untuk memberi tunjangan yang seimbang dengan penghasilan mereka untuk membiayai pemeliharaan dan pendidikan anaknya itu.89

Dalam pasal 49 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, memungkinkan orang tua yang lain melakukan pemeliharaan anak, maka pemeliharaan anak tersebut harus dilakukan oleh orang yang bisa merawat dan menerima anak tersebut dan yang merupakan kepada siapa anak tersebut menyerahkan dirinya. Artinya adalah apabila kedua orang tuanya tidak diserahi hak dan pemeliharaan anak pasca perceraian, maka hak pemeliharaan tersebut diberikan kepada orang tua lain atau kerabat terdekat.

Pada umumnya hak pemeliharaan anak di bawah umur jatuh ke tangan ibunya. Pilihan ini diberikan berdasarkan beberapa penilaian objektif yaitu :90

1. Apabila anak korban perceraian tersebut adalah anak yang masih kecil yang lebih membutuhkan kasih sayang ibunya, adalah lebih bijaksana memberikan hak pemeliharaan anak tersebut kepada ibunya.

2. Pada umumnya ibu lebih terikat pada tempat kediaman di banding dengan ayah yang karena kewajiban mencari nafkah lebuh banyak berada diluar rumah, sehingga kasih sayang ibu lebih besar dibanding ayah.

89

Hilman Hadikusuma,Hukum Perkawinan Indonesia,Mandar Maju, Bandung, 2007, hal 131. 90

F.J. Mank, A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Hadinoto, Psikologi Perkembangan, Pengantar Dalam BAERBAGAI Bagiannya,Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1992. Hal. 92.

Berdasarkan penilaian di atas, hak pemeliharaan anak jatuh ke tangan ibunya mengingat bahwa ibu adalah orang yang melahirkan dan merawat anaknya dari kecil, terutama anak-anak yang masi di bawah umur dan menyusui. Hal ini dilakukan demi menjaga tumbuh kembang anak tersebut.

Anak-anak yang hak pemeliharaannya jatuh ketangan ibunya, maka ayah dibebani kewajiban untuk memberikan nafkah kepada anak-anaknya. Besar kecilnya jumlah nafkah yang diberikan ayah harus melihat kepada kemampuan dan penghasilan dari ayahnya.91

Selain itu hak pemeliharaan anak diperkuat juga dengan adanya Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) - Anak Dibawah Umur Diserahkan kepada Ibu :92

1. YMA No. 126 K/Pdt/2001, Tanggal 28 Agustus 2003 Kaidah Hukum :

“Bila terjadinya perceraian, anak yang masih dibawah umur pemeliharaannya seyogyanya diserahkan pada orang terdekat dan akrab dengan si anak yaitu Ibu.” 2. MARI No.9 K/Sip/1956 tanggal 1 Agustus 1956 Kekuasaan Orang Tua Terhadap

Pribadi Anak Kaidah Hukum :

“Setiap orang tua berhak untuk menuntut dikembalikannya anaknya yang dibawah umur dari tangan siapapun juga, yang tidak dapat menyatakan haknya yang lebih tinggi dari hak orang tua tersebut, sepertinya lembaga pendidikan dari Pemerintah untuk anak-anak jahat dan sebagainya. “

Berdasarkan uraian yurisprudensi diatas bahwa pemeliharaan anak di bawah umur akan jatuh ke tangan ibunya. Hal ini dilakukan demi menjaga perkembangan kejiwaan anak yang masih di bawah umur yang lebih dekat dan akrab dengan ibunya,

91Hasil wawancara dengan Sherlywati, Hakim Pengadilan Negeri Medan, di Pengadilan

Negeri Medan, pada tanggal 1 Agustus 2012, pukul 10.00 WIB.

92http://rgs-yurisprudensi.blogspot.com/2008/09/yurisprudensi-mari-anak-dibawah umur.html,

selain itu dilakukan demi kepentingan anak tersebut agar tidak terlantar serta perkembangan jiwanya tidak terganggu. Ibu juga berhak menuntut pemeliharaan anak di bawah umur dari orang lain karena haknya sebagai ibu kandung jauh lebih tinggi.

Tabel 8

Anak dibawah umur diasuh oleh istri (ibu) :

n = 10 No Pendapat Responden Orang tua Laki-laki Orang tua

Perempuan Frekuensi Persen

1 Setuju 4 5 9 90

2 Tidak setuju 1 - 1 10

Jumlah 5 5 10 100

Sumber : Data Primer

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa anak diasuh oleh istri paling banyak menyetujui yaitu sebesar 90 % dan disusul yang tidak menyetujui yaitu sebesar 10 %.

Namun dalam prakteknya dilapangan dalam perkara perceraian adakalanya seorang ibu tidak ingin hak pemeliharaan anaknya jatuh ketangannya, si ibu malah menyerahkannya ketangan ayahnya disebabkan oleh karena si ibu merasa telah capek mengurus anaknya. Ayahnya mau menerima dan mengurus hak asuh anak tersebut, namun justru anaknya sendiri yang menolak di asuh oleh ayahnya oleh karena anak tersebut merasa tidak dekat dan kurang mengenal sosok ayahnya sebagai ayah yang baik dan bertanggungjawab, serta sering bertengkar dengan ibunya. Dalam hal ini, hakim memutuskan bahwa hak asuh anak tetap diserahkan kepada ayah secara hukum supaya ada status dari anak itu kemana karena nyata-nyata ibunya dalam persidangan menolak pengasuhan anak. Walaupun hak asuh anak jatuh ketangan ayah, nanti dia

tetap tinggal dan di asuh oleh ibunya, karena anak memiliki hak untuk bebas menentukan ikut ayah atau ibunya.93

Namun tidak menutup kemungkinan juga bagi seorang ayah untuk memiliki hak pengasuhan atas anak-anaknya. Hal ini disebabkan oleh karena hakim pengadilan memutuskan bahwa hak asuh anak-anak jatuh ketangannya dengan alasan-alasan bahwa ibunya berkelakuan buruk, sehingga hal tersebut dianggap dapat mengganggu perkembangan anak-anak, serta secara finansial ibunya tidak bekerja sehingga dikhawatirkan biaya hidup dan pendidikan anak-anak tidak terpenuhi.94

Inti dari perceraian adalah bahwa perceraian itu tidak boleh mengorbankan anak. Rasio dalam Undang-undang Perkawinan dalam perkara perceraian adalah anak harus mendapatkan perlindungan. Dalam pertimbangan selalu hakim harus membuat seperti itu, walaupun perkawinan telah putus oleh karena perceraian kedua orang tua wajib memberikan perlindungan hukum kepada anaknya, karena tidak ada yang namanya bekas anak. Bentuk perlindungannya ialah dalam hal pengasuhan anak dan nafkah anak.95

Anak yang orang tuanya bercerai mengalami nasib yang kurang beruntung apabila dibandingkan dengan dengan anak-anak lain yang orang tuanya masih bersatu. Bukan hanya kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya saja,

93Hasil wawancara dengan Sherlywati, Hakim Pengadilan Negeri Medan, di Pengadilan

Negeri Medan, pada tanggal 1 Agustus 2012, pukul 10.00 WIB.

94Ibid. 95Ibid.

melainkan juga dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup anak-anak akan menjadi sulit terpenuhi.

Anak harusnya memiliki hak untuk hidup bersama dengan keluarganya karena ada keterikaratan dengan keluarganya. Dari kekeluargaan dapatlah timbul berbagai hubungan, orang yang satu diwajibkan untuk memeliharaan atau alimentasi terhadap orang lain.96 Apabila perkawinan melahirkan anak, maka kedudukan anak serta bagaimana hubungan antara orang tua dengan anaknya itu menimbulkan persoalan sehingga memang dirasakan adanya aturan-aturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara mereka.97

Menurut RI Suharnin C, disebutkan bahwa demi pertumbuhan anak yang baik orang tua harus memenuhi kebutuhan jasmani seperti makan, minum, tidur, kebutuhan harga diri (adanya penghargaan) dan kebutuhan menyatakan diri baik secara tertulis maupun secara lisan.98 Selain itu M. Yahya Harahap menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hak pemeliharaan anak adalah :99

1. Tanggung jawab orang tua untuk mengawasi, memberikan pelayanan yang semestinya serta mencukupi kebutuhan hidup anak,

2. Pemeliharaan yang berupa pengawasan, pelayanan serta pencukupan nafkah anak tersebut adalah bersifat kontinyu (terus-menerus) sampai anak itu dewasa.

96Santi Dellyana,Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1998, hal.13. 97Bagong Suyanto,dkk, Tindak Kekerasan Terhadap Anak, Masalah dan Upaya

Pemantauannya, Hasil Lokakarya dan Pelatihan, Lutfhansah Mediatama, Surabaya, 2000, hal.1.

98Darwan Prints,Hak Asasi Anak : Perlindungan Hukum Atas Anak, Lembaga Advokasi Hak

Atas Anak Indonesia, Medan, 1999,hal.82.

99Bagong Suyatno, Krisis Ekonomi Pemenuhan Dan Penegakan Hak-Hak Anak, Tinjauan

Terhadap Kebijakan Pemerintah Dan Implementasinya Dalam Penegakan Hak-Hak Asasi Anak Di Indonesia,USU Press, Medan, 1999, hal.45.

Adapun kewajiban menanggung nafkah diatur dalam beberapa peraturan perundangan-undangan yaitu:

1. Berdasarkan Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 1) Pasal 41 menyatakan :

1. Baik bapak atau ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak- anaknya semata-mata berdasarkan kepentingan anak bilamana ada perselisahan mengenai penguasaan anak-anak pengadilan memberi keputusannya.

2. Bapak yang bertanggungjawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

Pasal 41 ayat (1) tersebut diatas hanya menjelaskan kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anaknya dan bila terjadi perselisihan mengenai penguasaan anak pengadilan akan memutusnya. Pasal ini tidak tegas memutuskan apakah ayah atau ibu yang seharusnya memelihara anaknya sehingga dapat menimbulkan perselisihan antara bekas suami dan istri. Umumnya hak pemeliharaan anak jatuh ketangan ibunya, hal tersebut dipertimbangkan oleh hakim mengingat kepentingan dan perkembangan anak di bawah umur yang lebih dekat dengan ibunya.

Sedangkan pasal 41 ayat (2) dengan telah tegas menyatakan bahwa ayah yang nenaggung nafkah anak-anaknya, namun ibu dapat ikut

memikul biaya nafkah anak dalam hal ayah tidak mampu secara ekonomi membiayai penghidupan anaknya yang disebabkan oleh karena ayah pengangguran, sementara ibu tmasih bekerja dan memiliki penghasilan yang cukup untuk membiayai segala keperluan anaknya, maka ibu yang dibebani tanggungjawab menafkahi anaknya.100

2) Pasal 45, menyatakan bahwa :

1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya,

2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara orang tua putus.

Pasal diatas menyatakan bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anaknya sampai anaknya tumbuh dewasa walaupun mereka telah bercerai. Kewajiban tersebut akan terus berlangsung sampai anak-anaknya dewasa atau sudah menikah.

Anak yang masih di bawah umur berhak untuk mendapatkan pengasuhan dari kedua orang tuanya walaupun orang tuanya sudah bercerai. Perceraian orang tuanya tidak memutus hubungan anak dengan kedua orang tuanya. Adanya putusan yang mejatuhkan hak pemeliharaan anak jatuh ketangan ibu tidak berarti anak tidak boleh tinggal bersama

ayahnya di kemudian hari, begitupun sebaliknya. Anak memiliki hak yang harus di dengar serta kebebasan ikut dengan siapa dia tinggal.101 2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Pasal 6 menyebutkan bahwa orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara fisik, jasmani, maupun sosial.

3. Berdasarkan Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 1) Pasal 26 bahwa orang tua yang berkewajiban dan bertanggungjawab untuk :

a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak,

b. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya,

c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Pasal 26 diatas menyatakan bahwa orang tau wajib mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak-anaknya serta menumbuhkembangkan anak sesuai dengan minat kemampuan, bakat dan minatnya agar kelak anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Hakim dalam menentukan hak pemeliharaan anak harus memperhatikan kepentingan anak kepada siapa dia layak diasuh, harus diperhatikan mengenai jaminan kehidupan sosial dan kesejahteraanya dimasa yang akan datang. Karena ada kalanya seorang ayah yang

berkewajiban menafkahi anaknya kadangkala lalai melaksanakannya oleh karena berbagai macam alasan diantaranya bahwa ayah merasa tanggungjawabnya sudah cukup. Selain ini orangtua juga berkewajiban mencegah terjadinya perkawinan oleh anak-anaknya yang masi dibawah umur, karena hal tersebut nantinya akan mempengaruhi psikologis anak- anak yang belum dewasa yang seharusnya masih dalam asuhan ibu dan ayahnya.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 24 huruf (b) bahwa kewajiban memberi nafkah anak tersebut tidak hanya setelah terjadinya perceraian, akan tetapi juga dapat ditentukan selama proses perceraian berlangsung. Ketentuan tersebut mengatur bahwa selama proses gugatan perceraian berlangsung, pengadilan dapat menentukan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin kepentingan dan pemeliharaan anak. Pemeliharaan kepentingan anak bukan hanya menyangkut masalah makan dan minum tetapi juga masalah pendidikan, moral dan agama. Anak harus terpelihara dengan baik oleh ayah atau ibu.

Adapun beberapa putusan yang mengatur mengenai hak asuh dan kewajiban nafkah anak ialah :

1. Putusan Pengadilan Negeri Medan atas perkara Nomor 132/Pdt. G/2011/PN.Mdn. antara Nyonya FS (penggugat) melawan Tuan A (tergugat). Berdasarkan pertimbangannya, maka Hakim memutuskan sebagai berikut: a. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian,

b. Menyatakan perkawinan Penggugat dan Tergugat sebagaimana yang terdaftar di Kantor Catatan Sipil Kota Medan sesuai dengan Kutipan Akta Perkawinan Nomor 1111/1992 tanggal 20 Nopember 1992 putus karena perceraian,

c. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Negeri Medan untuk mengirimkan salinan resmi putusan ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ke kantor Catatan Sipil dan Kependudukan Kota Medan agar Pegawai Pencatat mendaftarkan putusan ini kedalam daftar yang diperuntukkan untuk itu,

d. Menyatakan secara hukum Penggugat diberi hak pengasuhan atas ketiga anaknya yang bernama AKRS, MSS, dan ALS;

e. Menghukum Tergugat untuk membayar secara tunai pada awal bulan biaya nafkah hidup anak-anaknya sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap sampai anak-anaknya dewasa dengan perincian sebagai berikut :

1) AKRS, anak pertama per-bulan sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah), 2) MSS, anak kedua per-bulan sebesar Rp. 750.000 (tujuh ratus lima puluh

ribu rupiah),

3) ALS, anak ketiga per-bulan sebesar Rp 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

f. Menghukum Tergugat untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp. 251.000 (dua ratus lima puluh satu ribu rupiah)

Kaedah Hukumnya ialah :

Kaedah yang dirujuk dalam pertimbangan hukum diatas adalah ketentuan dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 39 ayat (2). Berdasarkan putusan dalam perkara ini, dapat diketahui bahwa dasar pertimbangan majelis hakim dalam memutus mengenai biaya nafkah anak adalah berdasarkan pertimbangan ekonomi orang tua laki-laki.

Hak pemeliharaan atas pengasuhan anak-anak di berikan kepada penggugat yaitu ibunya yaitu Nyonya FS (penggugat) sedangkan kewajiban menanggung nafkah dibebankan kepada ayah yaitu Tuan A (tergugat).

2. Putusan Pengadilan Negeri Medan atas perkara Nomor 398/Pdt. G/2011/PN.Mdn. antara Nyonya DP (penggugat) melawan Tuan BSM (tergugat). Berdasarkan pertimbangannya, maka Hakim memutuskan sebagai berikut:

a. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian,

b. Menyatakan perkawinan Penggugat dan Tergugat sesuai dengan Akta Nikah No. D.X/R.7/H.1/142-AN/VI/2009, tertanggal 15 Mei 1999 di Gereja HKBP Sei Putih Uli Ressort Medan III Kota Medan putus karena perceraian dengan segala akibat hukumnya,

c. Menetapkankan secara hukum Hak Perwalian atau Hak Asuh terhadap anak-

Dokumen terkait