TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
b.
b. Konsep Destinasi dan Kawasan Pariwisata di IndonesiaKonsep Destinasi dan Kawasan Pariwisata di Indonesia
Konsep destinasi dan kawasan pariwisata yang berlaku di Indonesia sudah ada dan tertuang dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Te ntang Kepariwisataan dan PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS). Terdapat beberapa konsep dan pengertian kawasan yang perlu diperhatikan yaitu Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Perwilayahan Pembangunan DPN itu sendiri meliputi:
1. DPN (Destinasi Pariwisata Nasional), yang dinyatakan dalam RIPPARNAS, yaitu terdiri dari 50 (limapuluh) Destinasi; dan
2. KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) yang berjumlah 88 (delapan puluh delapan) Kawasan; serta
3. KPPN (Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional) sejumlah 222 Kawasan.
Gambar 6 Gambaran Konsep Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Ripparnas Gambar 6 Gambaran Konsep Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Ripparnas
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
DPN adalah destinasi pariwisata yang berskala nasional. Perwilayahan DPN ini terdiri dari 50 DPN yang tersebar di seluruh Indonesia dan 88 KSPN yang tersebar di 50 DPN tersebut. Penetapan DPN ditentukan berdasarkan kriteria:
a) merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah provinsi dan/atau lintas provinsi yang di dalamnya terdapat kawasan-kawasan pengembangan pariwisata nasional, yang di antaranya merupakan KSPN;
b) memiliki Daya Tarik Wisata yang berkualitas dan dikenal secara luas secara nasional dan internasional, serta membentuk jejaring produk
wisata dalam bentuk pola pemaketan produk dan pola kunjungan wisatawan; c) memiliki kesesuaian tema Daya Tarik Wisata yang mendukung penguatan daya saing;
d) memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan infrastruktur yang mendukung pergerakan wisatawan dan kegiatan Kepariwisataan; dan
e) memiliki keterpaduan dengan rencana sektor terkait.
Dalam studi ini destinasi pariwisata prioritas adalah wilayah dengan batas jelas yang dimiliki property developer dan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah KSPN.
Definisi dan Kons
Definisi dan Konsep Kawasan Pariwiep Kawasan Pariwisata KPPN dalsata KPPN dalam Ripparnasam Ripparnas
Di dalam PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional menyebutkan adanya KPPN, selain menyebutkan tentang DPN dan KSPN. KPPN adalah suatu ruang pariwisata yang mencakup luasan area tertentu sebagai suatu kawasan dengan komponen Kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema produk wisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan kawasan tersebut. KPPN ini di antaranya juga termasuk KSPN dan tersebar di 50 DPN. KPPN berjumlah 222 kawasan (digolongkan berdasarkan Propinsi) dan tersebar di seluruh bagian Indonesia. Saat ini pengembangan KPPN dilakukan secara bertahap dengan minimal 34 KPPN dikembangkan di tahun 2015 dan minimal 66 KPPN di tahun 2016.
Definisi dan Kons
Definisi dan Konsep Kawasan Pariwiep Kawasan Pariwisata KSPN dalasata KSPN dalam Ripparnasm Ripparnas
KSPN adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Kawasan strategis ini menurut UU Kepariwisataan
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
f) memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
g) memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya, termasuk di dalamnya aspek sejarah dan kepurbakalaan;
h) memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat; i) memiliki kekhususan dari wilayah;
j) berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar wisatawan potensial nasional; dan
k) memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.
Permasalahan dengan definisi dari KSPN berdasarkan Ripparnas adalah tidak dimasukkan dengan eksplisit mengenai Elemen 3 A: Atraksi + Amenitas + Aksesibilitas dan tidak terdapat delineasi wilayah yang jelas sehingga terdapat konflik kewenangan pengelolaan daya elemen pariwisata. Selain itu tidak terdapat bauran produk pariwisata sehingga tidak menonjolkan keunikan dari KSPN yang dapat dijual ke pasar internasional.
Definisi dan Konsep
Definisi dan Konsep Kawasan KEK PariwisKawasan KEK Pariwisata Menurut UU KEK ata Menurut UU KEK
KEK adalah Kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk penyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK Berbasis Pariwisata:
“Zona pariwisata” adalah area yang diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk mendukung
penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran, serta kegiatan yang terkait (Penjelasan Atas UU 39 Tahun 2009 Pasal 3 Ayat [3] Huruf e). Saat ini terdapat 3 KEK Pariwisata yaitu KEK Morotai, KEK Mandalika dan KEK Tanjung Lesung dan 2 lagi yang dalam proses pembentukan KEK. Kriteria umum yang harus dipenuhi agar suatu lokasi dapat diusulkan untuk menjadiKEK :
a) Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan b) Tidak berpotensi mengganggu kawasan lindun g;
c) Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;
d) Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya
unggulan; dan
e) Mempunyai batas yang jelas.
Sementara untuk kriteria yang harus dipenuhi agar suatu lokasi dapat diusulkan untuk menjadi KEK pariwisata adalah selain memenuhi persyaratan KEK umum juga harus memenuhi kriteria lokasi pariwisata, yaitu:
a) Attractiveness : diutamakan yang berada pada KPPN. b) Area Coverage : memiliki luas minimal 100 Ha.
c) Accessibilities :memiliki aksesibilitas dan konektivitas dengan dukungan infrastruktur/infrastructure led .
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
Kawasan yang secara geografis memiliki batasan-batasan wilayah atau luasan tertentu dan memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang tercakup di dalamnya elemen 3A (Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas) yang bersifat menunjang kegiatan dan fungsi pariwisata. Atribut-atribut primer ini dipilih karena dapat dikontribusikan oleh Pemerintah Pusat dan didasarkan pada asumsi bahwa atribut primer bisa mentrigger tersedianya atribut sekunder. Hal ini juga terkait dengan tanggung jawab dari pemerintah pusat untuk masalah penyediaan barang publik dan masalah konektivitas dan aksesibilitas yang penting untuk disediakan agar dapat menarik investor ke kawasan.
Gambar 7 Ilustrasi KSPN+3A dengan Multicore Gambar 7 Ilustrasi KSPN+3A dengan Multicore
Selain itu, KSPN+3A bersifat berkelanjutan secara lingkungan, ekonomi dan sosial-budaya, dimana fokus utama adalah agar dapat menyebabkan dampak positif pariwisata yang sebesar-besarnya dan menimalisirkan dampak negatifnya. KSPN+3A memiliki delineasi geografis yang jelas sehingga memudahkan pertimbangan mengenai kepemilikan lahan dan koordinasi dengan pihak-pihak berkepentingan di kawasan tersebut.
Bagian terpenting dalam konsep kawasan ini adalah adanya bauran 3A yang menjadi fokus utama dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan. Kawasan pariwisata merupakan
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
dilengkapi mushola, serta dalam akomodasi ada fasilitas informasi signage kiblat. Semisal di dalam moda transportasi sebagai aksesibilitas dilengkapi dengan doa perjalanan. Bauran produk sebagai pelayanan total dari sejak wisatawan memesan paket wisata, berwisata, sampai kepulangan, perlu diperhatikan dengan seksama. Di kawasan ini terdapat produk pariwisata yang merupakan campuran sumber daya pariwisata yang dijual kepada konsumen dengan target segment tertentu. Kawasan pariwisata+3A akan bersaing dalam hal kualitas dan akan memiliki nilai jual dan status (value and
class) yang bersifat branding.
Tabel 5 Bauran Produk Pariwisata 3A dalam Konteks KSPN 3A Tabel 5 Bauran Produk Pariwisata 3A dalam Konteks KSPN 3A Atraksi Daya Tarik
Atraksi Daya Tarik AkesibilitasAkesibilitas AmenitasAmenitas Daya tarik alam
- Pantai * Pengelolaan pantai * Mitigasi bencana * Pusat studi - Bawah Laut * Konservasi * Pusat studi - Gunung * Mitigasi bencana * Konservasi * Pusat studi - Sungai * Konservasi - Karst * Konservasi Daya tarik budaya - Desa Wisata - Pertunjukan kesenian - Museum - Taman rekreasi Acara khusus - Festival - Konferensi - Pameran Perhubungan udara - Bandara hub transit - Bandara perintis - Penerbangan internasional - Penerbangan domestik - Layanan handling darat Perhubungan laut - PelabuhanCruise - Pelabuhan perintis cruise -Marina untuk Yacht dan Sailing
- Layanan Pelni - Layanan Cruise - Layanan logistik
-Layanan pengisian bahan bakar - Layanan pengisian air bersih - Layanan pengolahan limbah Perhubungan darat - Lahan parkir - Jalan raya - Jalan tol - Kereta api - Bis pariwisata - Bisshuttle - Pelayanan wisatawan * Layanan imigrasi
*Layanan informasi pariwisata *Pelayanan Fasilitas
perbankan (ATM, Money changer)
* Layanan Broadband dan Internet
* Layananlocker * Layanan shower * Layanan air bersih * Layanan toilet
* Layanan peralatan wisata * Layanan sewa kendaraan/Travel Biro * Layanan penerjemah - Pelayanan akomodasi * Hotel Bintang 1 * Hotel Bintang 2 * Hotel Bintang 3 * Hotel Bintang 4 * Motel * Homestay
- Pelayanan makan minum * Restaurant
* Café * Pasar * Mini market - Pelayanan umum
* Ruang publik terbuka * Layanan kesehatan * Layanan keselamatan dan
keamanan * Layanan komunikasi * Pengolahan sampah
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
Sumber: Hasil Analisa
Pengembangan KSPN+3A memiliki satu atau lebih core pengembangan yang dimana core tersebut merupakan pendekatan pengembangan properti. Core ini dapat berbentuk multy/single core dan dapat berada di dalam maupun di luar KSPN+3A namun harus masih dalam jarak yang berdekatan dan bersinggungan dengan KSPN+3A. Daya tarik wisata dapat berada di dalam maupun di luar core. Core KSPN+3A yang memenuhi syarat sebagai KEK dijadikan KEK. Disebut core karena pemusatan pengembangan di dalam kawasan yang dinilai dapat memberikan dampak besar untuk pengembangan pariwisata dalam konteks destinasi maupun nasional. Syarat utama pengembangan core ini adalah:
- Memiliki nilai kebersaingan secara internasional
- Memiliki diferensiasi baik dengan kawasan sejenis di Indonesia, maupun secara internasional
- Bersifat inovatif secara berkala
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
Gambar 9 Konsep Pengembangan KSPN+3A Gambar 9 Konsep Pengembangan KSPN+3A
Sumber: Hasil Analisa
Catatan:
Pengembangan destinasi pariwisata prioritas akan berbasis pada pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional dan menggunakan arahan Pengembangan dari Kawasan Pariwisata Prioritas
(KSPN+3A) yaitu:
• Membentuk bauran dari 3A dalam sebuah core pengembangan
• Core ini merupakan pengembangan properti /property business
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
2.3
KONSEP PENGELOLAAN KAWA SAN PARIWISATA PRIO RITAS
Dalam mengelola kawasan pariwisata prioritas perlu dipertimbangkan tipe sistem yang berlaku di kawasan tersebut. Sistem yang ada di kawasan pariwisata dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Berikut merupakan tabel dengan gambaran dua tipe sistem kawasan:
Tabel 6 Gambar Sistem Pengelolaan Terbuka dan Tertutup Tabel 6 Gambar Sistem Pengelolaan Terbuka dan Tertutup
Sistem Terbuka Sistem Tertutup
Pengelola harus menyinergiskan antar pihak yang berwenang, tidak ada kewenangan tunggal atas kawasan pariwisata karena adanya UU yang saling bertumpuk
untuk kawasan secara keseluruhan
Pengelola memiliki kewenangan tunggal atas kawasan pariwisata
Daya tarik/atraksi berada di luar core (kawasan resor/KEK pariwisata)
Daya tarik/atraksi berada di dalam core (kawasan resor/KEK pariwisata) Sumber: Hasil Analisa
Pada sistem kawasan yang terbuka ada interaksi dengan kegiatan pariwisata di berbagai daya tarik wisata yang terdapat dalam kewenangan institusi pengelola yang berbeda. Elemen 3 A (Amenitas, Aksesibilitas, Atraksi) yang dimanfaatkan tidak berada hanya di dalam core (kawasan resor/KEK Pariwisata, namun juga terdapat di luar core (kawasan resor/KEK pariwisata) tersebut. Kegiatan pariwisata mencakup atraksi
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
Tabel 7 Ilustrasi dan Tabel Kawasan, Atribut Produk, dan Pengelolaan Sistem Terbuka Tabel 7 Ilustrasi dan Tabel Kawasan, Atribut Produk, dan Pengelolaan Sistem Terbuka
Atribut
Atribut ProdukProduk Institusi PengelolaInstitusi Pengelola Attraction
Attraction Daya Tarik Wisata Taman Nasional Kementerian Kehutanan Daya Tarik Wisata Pantai Provinsi
Daya Tarik Wisata Taman Laut Kementerian Kehutanan Daya Tarik Wisata Air Terjun Provinsi
Daya Tarik Wisata Museum Kementerian Kebudayaan Amenities
Amenities Resort dan Leisure Badan Pengelola KEK Accessibilities
Accessibilities Pelabuhan & Jalur Kereta Kementerian Perhubungan
Jalan Kabupaten Pemerintah Kabupaten
Sumber: Hasil Analisa
Pada sistem kawasan yang tertutup kegiatan pariwisata terfokus di dalam kawasan pariwisata. Tidak ada interaksi oleh wisatawan dengan kawasan pariwisata yang lebih luas. Elemen 3A (Amenitas, Aksesibilitas, Atraksi) yang dimanfaatkan hanya di dalam kawasan resor/KEK Pariwisata, semua kebutuhan disediakan oleh pengelola di dalam kawasan tersebut.
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
Tabel 8 Ilustrasi dan Tabel Kawasan, Atribut Produk dan Pengelolaan Sistem Tertutup Tabel 8 Ilustrasi dan Tabel Kawasan, Atribut Produk dan Pengelolaan Sistem Tertutup
Jenis Kawasan
Jenis Kawasan ElemenElemen Institusi PengelolaInstitusi Pengelola
KEK Pariwisata Kawasan Badan Pengelola KEK
Hotel Ammenities Swasta
Theme Park Attraction Swasta
Shopping Mall Ammenities Swasta
Private Beach Attraction Swasta
Shuttle Bus Accesibilities Swasta
Train Station Accesibilities Kemenhub
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
2.4
SKEMA PENG ELOLA AN
PUBL IC PRIVATE PEOPLE PARTNERSHI PSkema pengelolaan kawasan pariwisata prioritas adalah melalui kerjasama Public – Private - People Partnership dimana masyarakat lokal dilibatkan dalam kegiatan pariwisata dan memiliki andil dalam memelihara dan mendukung kegiatan pariwisata di dalam kawasan.
Dalam pengadaan dan pengelolaan barang publik terdapat grey area, dimana pengadaan dan pengelolaan tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan dapat sebagian dilimpahkan dan dikelola oleh pihak privat. Grey area ini merupakan barang kepentingan publik yang memiliki keuntungan secara
komersial dan menarik bagi pihak privat untuk disediakan.
Di pemikiran tradisional pengadaan barang publik terdapat pembedaan yang jelas antara peran pemerintah dan peran pihak privat. Untuk pengadaan barang publik dewasa ini, dimana terdapat berbagai macam kebutuhan pendanaan sementara dana dari pemerintah yang ada terbatas pemikiran tersebut sudah lama ditinggalkan. Dalam pengadaan dan pengelolaan barang publik yang termasuk ke dalam grey area, pemerintah dan privat dapat bekerjasama untuk mengadakan barang tersebut. Pemerintah dapat berbagi peran dengan pihak privat sehingga barang publik dapat tersedia dengan kualitas yang baik.
Catatan:
Kawasan Pariwisata Prioritas, KSPN+3A perlu dikelola oleh suatu badan pengelola yang memiliki kewenangan untuk:
• Mengelola elemen-elemen 3A (Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas) di dalam kawasan
• Diberikan hak untuk memberikan perizinan usaha pariwisata
• Mengatur budget/pendanaan
• Mengatur segala hal yang berhubungan dengan sapta pesona pariwisata
Sapta Pesona Pariwisata terutama mengenai keamanan, ketertiban, keindahan dan kebersihan di dalam kawasan pariwisata prioritas dan lingkungan sekitarnya.
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
Gambar 10 Diagram Tradisional Perencanaan Barang Publik dan Pemerintah Gambar 10 Diagram Tradisional Perencanaan Barang Publik dan Pemerintah
Sumber: Pribadi, 2009
Salah satu preseden kerjasama pemerintah yang baik dengan masyarakat lokal/pihak privat adalah Michinoeki di Jepang. Michinoeki merupakan inisiatif pemerintah Jepang untuk menghidupkan ekonomi dan pariwisata di desa-desa yang berada di Jepang yang mengalami kelesuan ekonomi sebagai akibat dari urbanisasi. Michinoeki merupakan rest area yang berada di pinggir jalan tol yang disediakan oleh pemerintah di Jepang. Fungsi dari michinoeki adalah menghubungkan jaringan jalan raya dengan
masyarakat lokal (Yokota,2006).
Gambar 11 Diagram Perencanaan dan Penerapan dalam Kerjasama Publik dan Privat Gambar 11 Diagram Perencanaan dan Penerapan dalam Kerjasama Publik dan Privat
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
Gambar 12 Area Peristirahatan Onibei Edo-dokoro Gambar 12 Area Peristirahatan Onibei Edo-dokoro
Sumber: Baseel, 2014
Dalam konteks pariwisata Michinoeki dapat selain menjadi bagian amenitas juga berupa atraksi itu sendiri. Contohnya Hanyu rest area di Saitama Prefecture yang mana rest area tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai pemandangan kota di waktu periode Edo. Rest area ini dinamakan Onihei Edo-dokoro, Onehei merupakan tokoh utama dari penulis Shotaro Ikenami yang menceritakan keadaan di periode Edo Jepang. Suasana yang muncul sebagai akibat dari penataan pemandangan kota di Periode Edo adalah pengalaman seperti berada di zaman Edo waktu samurai masih ada di Jepang (Baseel, 2014).
TANJUNG KELAYANG
TANJUNG KELAYANG
Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia
Contoh lain kerja sama publik privat yang inovatif di Jepang adalah kasus penyediaan gedung kantor pemerintah No.7. Pemerintah Jepang memiliki lahan di kawasan bersejarah dengan nilai lahan yang tinggi namun tidak memiliki pendanaan yang memadai untuk membangun di lahan tersebut. Untuk membangun gedung di lahan tersebut pemerintah bekerjasama dengan swasta untuk membangun gedung diatas lahan tersebut. Gedung yang terbangun atas inisatif KPS ini merupakan gedung publik-privat berukuran besar pertama yang dibangun di Jepang. Atas hasil kerjasama ini dapat dibebaskan lahan tempat gedung pemerintah yang lama menjadi ruang terbuka yang juga meningkatkan nilai lahan dari gedung yang baru.
2.5