C. Kondisi Eksternal
C.3. Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi
Pesatnya perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu ciri utama perkembangan global di abad 21. Siap atau tidak siap hal itu merupakan satu realitas yang harus dihadapi dengan kualitas sumber daya manusia dengan daya saing unggul. Menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kualitas keberdayaan yang lebih efektif agar mampu mengatasi berbagai tantangan yang timbul. Pada tatanan global seluruh umat manusia di dunia dihadapkan pada tantangan yang bersumber dari perkembangan global sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dalam era globalisasi setiap orang dituntut untuk mampu mengatasi berbagai masalah yang kompleks sebagai akibat pengaruh perubahan global. Menurut Marquardt (1996) memasuki Abad ke-21 ada empat kecenderungan perubahan yang akan mempengaruhi pola-pola kehidupan yaitu; 1.) perubahan lingkungan ekonomi, sosial dan pengetahuan dan teknologi 2.) perubahan dalam lingkungan kerja, 3.) perubahan dalam harapan pelanggan 4.) perubahan harapan para pekerja. Demikian halnya menurut Robert B Tucker (2001) mengidentifikasi adanya sepuluh tantangan di abad 21 yaitu 1.) kecepatan (speed), 2.) kenyamanan (convinience), 3.) gelombang generasi (age wave), 4.) pilihan (choice), 5.) ragam gaya hidup (life style) 6.) kompetisi harga (discounting), 7.) pertambahan nilai (value added) 8.) pelayanan pelanggan (customer service), 9.) teknologi sebagai andalan (techno age), 10.) jaminan mutu (quality control). Dari semua identifikasi tersebut, Untag Surabaya harus mampu mewujudkan dan menjadi bagian utama unsur pengembangan.
Di era globalisasi, adanya kemajuan teknologi informasi dan industri yang amat cepat dan ketat menjadikan setiap negara harus berbenah diri, dan berlomba lomba meningkatkan sumber daya manusia dalam rangka memenangkan persaingan global. Tidak terkecuali lembaga pendidikan tinggi, harus sigap membangun diri agar tidak tersingkirkan dalam persaingan global tersebut.Era Globalisasi ekonomi menuntut peningkatan kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen, sumber daya manusia serta upaya terus menerus dalam mengembangkan inovasi dan menciptakan efisiensi cost sehingga mampu berkompetisi dalam persiapan dunia tanpa batas (bordeless). Pendidikan tinggi sebagai wadah penggemblengan sumber daya manusia tentunya harus berdiri paling depan untuk menawarkan kemampuan untuk memenuhi syarat-syarat kompetensi itu. Menurut Joseph
Stiglitz ( Making Globalization Work ), tak ada satu pun negara yang bisa menghindarkan
diri dari globalisasi. Konsekuensinya, tidak ada pilihan bahwa setiap negara harus masuk dalam pusaran dinamika dunia, baik dinamika budaya, politik, keamanan, termasuk dalam pusaran ekonomi global. Lembaga pendidikan tidak bisa lagi berdiri dengan arogansinya. Tetapi harus mampu menjadi rujukan yang dinamis akan kebutuhan masyarakat. Lembaga pendidikan harus memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan secara cepat sebagaimana kebutuhan masyarakat dan tepat sasaran.
Saat ini, Indonesia dan Untag Surabaya ada dalam pusaran kompetensi regional yaitu AEC yang tidak bisa dihindari dan harus disambut dengan segala persiapan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kebutuhan pendidikan tinggi untuk menjadikan penguat dalam persaingan global maupun Asia harus disediakan. Kecepatan respon terhadap perubahan harus menjadi
tersebut akan menjadi penonton dan tertinggal dalam persaingan tersebut. oleh karenanya lembaga pendidikan harus memiliki Blue Print sistem pendidikan secara menyeluruh dan dijalankan dengan komitmen yang tinggi.
Sesuai tuntutan globalisasi, lembaga pendidikan tinggi didorong untuk dapat menghasilkan lulusan berkualitas Internasional yang dilengkapi dengan keterampilan profesional, keterampilan bahasa dan keterampilan antar budaya. Liberalisasi perdagangan jasa pendidikan merupakan kesempatan bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk menyambut mahasiswa asing terutama dari negara-negara anggota ASEAN. Namun pada dasarnya institusi pendidikan tinggi harus meningkatkan kualitas program studi, kurikulum dan fasilitasnya untuk memenuhi standar internasional. Sisi lain, pendidikan tinggi juga dituntut dapat mengembangkan keterampilan melalui kerja sama dengan institusi atau pihak lain maupun dengan pengembangan unit kegiatan mahasiswa.
Menurut Khaerudin Kurniawan (1999), tantangan pendidikan tinggi era global adalah : 1). Tantangan untuk meningkatkan nilai tambah atau produktivitas kerja, 2). Tantangan untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap terjadinya era reformasi dan transformasi struktur masyarakat (tradisional-agraris ke modern-industrial dan informasi-komunikasi), 3). Mampu meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, 4). Tantangan munculnya invasi dan kolonialisme baru dibidang Iptek.
Semua tantangn ini tentunya menuntut adanya SDM yang berkualitas dan berdaya saing dibidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh kedepan (visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan yang memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar.
c.3.1. Peluang
Pola pikir masyarakat khususnya dalam memenangkan persaingan di era globalisasi ini dipastikan akan bermuara pada kompetensi dirinya sendiri, baik secara keilmuan maupun kemampuan kerja (skill). Kondisi ini tentunya merupakan peluang besar bagi Untag Surabaya sebagai lembaga pendidikan tinggi. Masyarakat angkatan kerja, yang merupakan konsumen Untag Surabaya, berkeinginan mendalami berbagai keilmuan sebagai modal berkompetisi. Sedangkan Untag Surabaya telah memiliki banyak program studi yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk mendalami keilmuan tersebut.
c.3.2. Ancaman
Banyaknya pendidikan tinggi yang dapat dipilih oleh masyarakat merupakan tantangan tersendiri bagi Untag Surabaya. Dengan pemikiran yang sama, bahwa pendidikan tinggi harus menyiapkan diri dan mampu menyediakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Satu hal yang dapat menjadikan sebuah lembaga pendidikan sebagai pemenang adalah kecepatan perwujudan. Semakin cepat membangun kemampuan kebutuhan stakeholders maka peluang untuk menjadi pemenang (leader) dalam pendidikan tinggi semakin besar.
c.3.3. Rekomendasi Strategi Pengembangan
Keberadaan dalam era globalisasi tentunya bukan sebuah pilihan tapi suatu kondisi yang memang harus dihadapi. Harus ada persiapan dan penguatan kemampuan untuk dapat ikut bersaing di era global secara baik. Dibutuhkan tata kelola yang baik, diikuti dengan program kerja yang sangat terencana, dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Sistem Penjaminan Mutu dalam berbagai bidang disiapkan secara baik dan diimplementasikan dengan sungguh-sungguh, sehingga dapat membangun pola pengembangan yang berkelanjutan.
Dengan tantangan era globalisasi ini, semua komponen penguatan lembaga pendidikan harus mendapat perhatian pengembangan secara baik. Tidak diharapkan pengembangan yang terjadi parsial, tapi harus memiliki pergerakan yang sama untuk bisa menuju pada satu yaitu kekuatan eksistensi lembaga.
BAB III VISI, MISI, TUJUAN,
KEBIJAKAN STRATEGIS, DAN SASARAN PROGRAM.