2016-2020
Tema :
“Peningkatan Daya Saing Internal,
Untuk Menuju Universitas Berkelas Nasional”
TAHAP I - RENCANA INDUK PENGEMBANGAN 2016-2035
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Sebagai perguruan tinggi yang berdiri sejak tahun 1958, hingga saat ini Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya telah berhasil melewati masa pasang-surut dari berbagai perubahan situasi internal dan eksternal. Pada tahun 2018, UNTAG Surabaya genap berusia 60 tahun. Dalam usia tersebut diharapkan menjadi pemacu untuk memantapkan langkah menuju Universitas bertaraf Internasional (International Standardized University-ISU). atau Universitas Berkelas Dunia (World Class University). Untuk mencapai pada posisi tersebut diatas, ada 4 (empat) tahapan perencanaan yang akan dijalankan UNTAG Surabaya yang dituangkan dalam Renstra lima tahunan yaitu :
1. Renstra 2016-2020, mengambil Tema “Peningkatan daya saing internal, untuk menuju universitas berkelas NASIONAL”
2. Renstra 2021-2025mengambil Tema “Peningkatan daya saing nasional untuk menuju universitas berkelas ASEAN”
3. Renstra 2026-2030 mengambil Tema “Peningkatan daya saing Asean, untuk menuju universitas berkelas ASIA”
4. Renstra 2031-2035mengambil Tema “Peningkatan daya saing ASIA, untuk menuju universitas berkelas DUNIA”
Proses dan hasil yang dicapai melalui empat tahapan di atas akan dievaluasi pada setiap akhir periode di tahun 2020, 2025, 2030, dan 2035. Hasil evaluasi pada setiap tahap akan digunakan untuk mengetahui keberhasilan proses pemberdayaan dan pengembangan kerjasama (empowering and networking) berbagai sumberdaya Universitas demi terwujudnya UNTAG Surabaya yang berkelas dunia (World Class University).
Rencana strategis 20162020 ini berisi analisis internal dan eksternal untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh UNTAG Surabaya. Analisis ini berguna untuk menentukan strategi yang tepat untuk mewujudkan Visi, melaksanakan Misi, dan mencapai Tujuan. Rencana Strategis ini dilengkapi dengan Program Kerja, Indikator Kinerja Utama (IKU) serta Target dalam setiap tahunnya (milestones).
Akhir kata diharuskan seluruh elemen UNTAG Surabaya menjadikan Renstra ini sebagai acuan kerja dalam lima tahun ke depan.
Surabaya, 16 Oktober 2015 Rektor,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB. I PENDAHULUAN ……… 1
A. Sistematika Rencana Strategis ……….. 2
B. Latar Belakang ……….. 2
C. Landasan Pengembangan ……….……. 3
c.1. Landasan Yuridis ………... 3
c.2. Landasan Filosofi ………. 4
c.3. Landasan Pembangunan Bangsa ………. 4
c.3.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025………. 4 c.3.2. Cetak Biru Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif 2025…... 6 c.3.3. Potensi dan Keunggulan Wilayah ………... 7
c.3.4. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah …… 8
c.4. Landasan Perkembangan Masyarakat Global ……….… 9
c.4.1. Keanekaragaman Kebutuhan Masyarakat ………. 9
c.4.2. Kemajuan Ilmu dna Teknologi……….. 9
c.4.3. Tuntutan Masyarakat Era Globalisasi (Arah Pendidikan Masa Depan) ……….. 10
BAB. II ANALISA KONDISI INTERNAL DAN EKSTERNAL ……… 12
A. Kondisi Umum Untag Surabaya ………. 12
B. Kondisi Internal Untag Surabaya..……….. 12
B.1. Dosen ……….. 12
B.2. Tenaga Kependidikan ………. 17
B.3. Sarana Penunjang Pendidikan ……….. 19
B.4. Prasarana ………... 25
B.5. Mahasiswa dan Kemahasiswaan ………... 27
B.6. Penelitian, Karya Inovasi dan Pengabdian Masyarakat …… 33
B.7. Kerjasama dalam dan luar negeri………... 38
B.8. Perpustakaan……….. 40
B.9. Lingkungan………. 43
B.10. Akreditasi Prodi……… 44
B.11. Proses Pembelajaran……….. 45
C. Kondisi Eksternal……… 48
C.1. Harapan Masyarakat Terhadap Pendidikan Tinggi…………. 48
C.2. Harapan Stakeholders Terhadap Kualitas Lulusan…………. 50
C.3. Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi………. 51
BAB. III VISI, MISI, TUJUAN, KEBIJAKAN STRATEGIS, DAN SASARAN PROGRAM………... 55 A. Visi……… 55 B. Misi……….. 61 C. Tujuan………. 61 D. Sasaran……… 61 E. Kebijakan Strategis………... 62 F. Program Strategis……….. 64
A. Arah Kebijakan Pengembangan………. 66
a.1. Keadaan Internal……… 66
a.2. Keadaan Eksternal………. 68
1. Perkembangan Global………... 68 2. Perkembangan Regional………. 68 3. Perkembangan Nasional………. 69 4. Perkembangan Lokal……… 69 B. Strategi Pengembangan……….. 70 b.1. Bidang Pendidikan……… 70 b.2. Bidang Penelitian………... 70
b.3. Bidang Pengabdian Masyarakat………. 71
b.4. Bidang Tata Kelola………. 71
b.5. Sistem Penjaminan Mutu………... 71
b.6. Sistem Informasi Manajemen……….. 72
b.7. Bidang SDM………... 72
b.8. Bidang Pelayanan………... 72
b.9. Bidang Sarana dan Prasarana………. 73
b.10. Lingkungan………... 73
b.11. Bidang usaha ………... 74
b.12. Bidang Kerjasama Dalam dan Luar Negeri………. 74
BAB. V PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA……… 75
A. Program Kerja………... 75
1. Bidang Pendidikan……… 75
2. Bidang Penelitian………. 77
3. Bidang Pengabdian Masyarakat……… 77
4. Bidang Tata Kelola……….. 78
5. Bidang Pelayanan……… 80
6. Sistem Penjaminan Mutu……… 80
7. Sistem Informasi Manajemen………. 81
8. Bidang Sumber Daya Manusia……….. 81
9. Bidang Sarana dan Prasarana……….. 82
10. Lingkungan………... 83
11. Bidang Kerjasama Dalam dan Luar Negeri………. 83
12. Bidang Usaha……… 84
B. Indikator Kinerja………... 85
BAB. VI SASARAN PROGRAM PER UNIT KERJA……… 94
A. Tingkat Universitas……… 94
B. Fakultas dan Program Studi………. 96
C. LPPM……… 97 D. BPP……….. 99 E. BPM………. 99 F. BPA……….. 100 G. BOK………. 101 H. KUK………. 102 I. BSI……….. 102 J. Bagian Keuangan………. 103 K. Bagian Perpustakaan……… 103 L. Bagian Ketenagaan……… 104 M. Bagian Kemahasiswaan……… 104
N. Bagian Admisi dan Registrasi………... 105
O. Bagian Humas………... 105
R. BAgian CC (Counceling Center)………. 107
BAB. VII PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI……….. 108
A. Mekanisme Penyusunan Renstra……… 108
B. Mekanisme Implementasi………. 109
C. Mekanisme Keberhasilan………. 110
BAB VIII PENUTUP……… 113
LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 114
Lampiran : Keterangan “Standar” Indikator Kinerja………. 114
Lampiran Tim Penyusun……….. 119
BAB I. PENDAHULUAN
Banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh bangsa ini untuk menghadapi ketatnya persaingan era globalisasi, yang memasuki dalam segala lini kehidupan dan tidak ketinggalan bidang pendidikan tinggi, sering menjadi topik perdebatan yang tiada henti. Adanya tanda tanda ketertinggalan bangsa ini dalam menyiapkan dirinya untuk mampu menjadi pelaku penting dalam era globalisasi semakin dirasakan, dan menjadi kekawatiran banyak pihak. Bagaimana pendidikan tinggi menempatkan dirinya menjadi agen perubahan bangsa, tentunya sudah sering kali terdengar namun sampai saat ini keunggulan yang diharapkan masih sangat jauh dibandingkan dengan pendidikan tinggi yang ada di negara-negara lain, sekalipun negara tetangga kita se ASEAN. Memasuki millennium ketiga, pembuat kebijakan bidang pendidikan sudah menetapkan bahwa strategi pengembangan pendidikan tinggi diarahkan pada pemberian peluang kepada seluruh perguruan tinggi yang mempunyai potensi dan kapasitas untuk mengembangkan dirinya meraih dan eksis pada keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan akademik (academic excellence). Peran dan fungsi perguruan tinggi di era global dalam mempersiapkan daya saing bangsa sudah tidak bisa ditawar lagi. Perguruan tinggi harus memiliki dan mau membangun kekuatan untuk terlibat langsung sebagai agen perubahan atau agent of change pada kehidupan masyarakat.
Menempatkan sebuah perguruan tinggi dalam barisan perguruan tinggi yang terbaik membutuhkan perubahan mendasar (fundamental) dalam berbagai hal, sehingga mempunyai kekuatan bersaing. Perguruan tinggi dituntut “harus” memiliki strategi praktis (strategic intent). Sehingga mampu membangun komunitas akademik yang bersifat kolegial dan menjunjung tinggi nilai-nilai akademik (academic values). Strategi yang dapat merevitalisasi peran perguruan tinggi secara optimal dalam mewujudkan keunggulan akademik untuk pendidikan (academic excellence for education), keunggulan dalam membangun keselarasan industrial (industrial relevance), membangun kontribusi keilmuan baru (contribution for new knowledge), dan mampu memperdayakan (empowerment) sumber daya yang ada secara baik.
Terdapat tiga prasyarat penting sebuah perguruan tinggi dapat berkiprah dalam persaingan global. Yaitu, 1). Penyelarasan atau penyesuaian program dan sumber daya dengan perilaku civitas akademika. Ini dilakukan dalam rangka mencapai kinerja yang ditargetkan (performance standard). Diharapkan dan dipastikan, setiap civitas akademika berkomitmen terhadap target mutu, ketepatan waktu, dan efektivitas program 2). Selalu menegakan dan mengarahkan proses akademik pada pelayanan dan kepuasan stakeholders.
3). Kekuatan untuk menerapkan manajemen yang baik (best practice) dalam pengelolaan perguruan tinggi sehingga menjadi Good University Governance.
A. Sistematika Rencana Strategis
Naskah Renstra ini disusun dengan sistematika mencakup latar belakang, landasan penyusunan Renstra (yuridis, filosofis, landasan pembangunan bangsa, landasan perkembangan masyarakat global), tuntutan masa depan (globalisasi), kondisi saat ini Untag Surabaya, kondisi yang diharapkan/diidamkan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan, isu dan kebijakan strategis, sasaran program, arah kebijakan, strategi pengembangan, program dan indikator kinerja, dan tahapan-tahapan pelaksanaan. Diharapkan Renstra ini memberikan arahan yang jelas dan pasti untuk setiap langkah pengembangan yang akan dilakukan Untag Surabaya.
B. Latar Belakang
Renstra Untag Surabaya disusun dengan mengacu pada program jangka panjang yang dituangkan dalam Rencana Induk Pengembangan (RENIP) Untag Surabaya 2016-2035 menuju pada universitas berkelas dunia, dengan tingkat kemodernan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan, dunia industri, maupun kebutuhan masyarakat saat itu. Dijelaskan, pada Rencana Induk Pengembangan (RENIP) dimulai dari kondisi awal yang terjadi saat ini (2016) yaitu Untag Surabaya telah terpilih menjadi universitas swasta unggulan 10 besar Jawa Timur. Secara garis besar RENIP Untag Surabaya berjenjang sebagai berikut.
Tahapan I, pencapaian yang dicanangkan yaitu di akhir tahun 2020 sudah menjadi universitas unggulan 5 besar PTS di Jawa Timur, dan 50 besar Perguruan Tinggi di Indonesia.
Tahapan II, Untag Surabaya mencapai posisi sebagai universitas unggulan perguruan tinggi (negeri dan swasta) 20 besar Indonesia, dan sudah diperhitungkan menjadi universitas unggulan 100 besar Asia Tenggara (Asean), dan 200 besar Asia.
Tahapan III, dicanangkan menjadi universitas unggulan 10 besar Perguruan Tinggi Indonesia, serta sebagai universitas unggulan 50 besar Asean dan 100 besar Asia.
Tahapan IV, Untag Surabaya diharapkan sudah menjadi Universitas unggulan 30 besar Asean, 60 besar Asia, dan sudah diperhitungkan ditingkat dunia sebagai universitas kelas dunia 500 besar dunia.
Impian besar ini akan dicapai dengan kerangka pelaksanaan yang disusun pada sebuah RENSTRA. Paparan pada sebuah Renstra akan ditegaskan ke salah satu bidang yang harus dikuatkan pada tahapan tersebut, yang dijadikan TEMA pengembangan universitas. Tema pengembangan pada setiap tahapan Renstra adalah :
1. Renstra 2016-2020 “Peningkatan daya saing internal, untuk menuju universitas berkelas NASIONAL”
2. Renstra 2021-2025 “Peningkatan daya saing nasional untuk menuju universitas berkelas ASEAN”
3. Renstra 2026-2030 “Peningkatan daya saing ASEAN, untuk menuju universitas berkelas ASIA”
4. Renstra 2031-2035 “Peningkatan daya saing ASIA, untuk menuju universitas berkelas DUNIA (WCU)”
C. Landasan Pengembangan c.1. Landasan Yuridis
Penyusunan Rencana Strategis 2016-2020 didasarkan atas landasan-landasan hukum sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); c. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);
d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5339) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2005;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5007);
h. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 24);
i. Statuta Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya;
c.2. Landasan Filosofi
Para pendiri Untag Surabaya memiliki tujuan agar Untag Surabaya menghasilkan lulusan yang kompeten dan memiliki nilainilai:
1. Kebangsaan (Nationality); 2. Kejujuran (Honesty); 3. Kreativitas (Creativity); 4. Kecerdasan (Smart);
5. Kesadaran akan Keberagaman (Diversity Awareness).
Seluruh nilainilai itu terimplikasikan secara inheren dan komprehensif dalam seluruh kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
c.3. Landasan Pembangunan Bangsa
c.3.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (UU 17/2007) menetapkan bahwa visi Indonesia tahun 2025 adalah: “Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur.” Lebih jauh lagi, UU 17/2007 juga mencanangkan idaman-idaman kemajuan pada tahun 2045 sebagai berikut, yaitu: “Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar dunia pada tahun 2025 dan 8 besar dunia pada tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan.” UU 17/200 juga menyatakan bahwa untuk mewujudkan visi tersebut ditempuh melalui 8 misi pembangunan nasional sebagai berikut: (1) mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, (2) mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, (3) mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum, (4) mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu,(5) mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan, (6) mewujudkan Indonesia asri dan lestari, (7) mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan
yang mandiri,maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, dan (8) mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Berdasarkan visi dan misi RPJPN 2025 tersebut disusunlah empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) sebagai berikut:
1. RPJMN 2005-2009 menata kembali NKRI, dan membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik; 2. RPJMN 2010-2014 memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM), dan membangun kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memperkuat daya saing perekonomian;
3. RPJMN 2015-2019 memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
4. RPJMN 2020-2024 mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan dan perluasan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.
Gambar 1. Tahapan Rencana Jangka Panjang Pembangunan Nasional 2005-2025 (UU no 7 tahun 2007)
Karena pendidikan nasional merupakan salah satu sektor pembangunan nasional, maka pengembangan dan pembangunan yang dilakukan oleh Untag Surabaya setidaknya mengacu pada tahapan-tahapan pembangunan nasional tersebut. Dari rencana
pembangunan jangka panjang nasional terlihat bahwa terdapat 4 tahapan besar yang ditempuh untuk mencapai cita-cita bangsa, seperti terlihat pada Gambar 1 diatas.
Berpijak pada RJPN tahap ke tiga yaitu 2015-2019 dimana menegaskan akan arah pembangunan bangsa dengan memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melihat dari rencana ini, tentunya Untag Surabaya harus mampu mengambil bagian penting dalam rangka ikut mendorong perwujudan dari rencana tersebut. Sebagai lembaga pendidikan, tentunya kita bisa menggerakan perubahan tersebut dari berbagai sisi. Beberapa bagian yang dapat diambil sebagai penekanan dalam pengembangan pada rentang tahap ini, agar sejalan dengan rencana pembangunan bangsa adalah ikut membangun tumbuhnya para pengusaha-pengusaha baru dari kalangan mahasiswa, sehingga mampu memperkuat daya saing perekonomian bangsa terhadap perkembangan perekonomian bangsa lain. Bidang lain yaitu mengembangkan dan memberikan peluang untuk meningkatkan kemampuan akademis dan skill dari dosen dan staf kependidikan, sehingga memiliki kualitas tinggi guna bisa ikut membangun SDM bangsa dalam rangka memperkuat daya saing di era globalisasi ini.
c.3.2. Cetak Biru Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif 2025
Berdasarkan rencana pembangunan nasional 2005-2025 tersebut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Kementerian Ristek Dikti) telah menyusun rencana induk pembangunan pendidikan nasional yang disebut Cetak Biru Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif 2025,yang dituangkan dalam tahapan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) bidang pendidikan sebagai berikut:
1. RPJMN 2005-2009 menekakan peningkatan kapasitas dan modernisasi; 2. RPJMN 2010-2014 menekankan penguatan pelayanan;
3. RPJMN 2015-2019 menekankan peningkatan daya saing regional; dan 4. RPJMN2020-2024 menekankan peningkatan daya saing internasional.
Mengacu pada tahapan tersebut, agar langka Untag Surabaya sejalan maka program pengembangan dan pembangunan Untag Surabaya seyogyanya lebih ditekankan pada peningkatan daya saing regional sebagai pondasi untuk memasuki tahapan berikutnya yaitu peningkatan daya saing internasional. Dalam peningkatan tersebut, tentunya kemampuan internal universitas dalam berbagai bidang harus menjadi perhatian utama dalam program-program selanjutnya.
c.3.3. Potensi dan Keunggulan Wilayah (Jawa-Bali)
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2015-2019), dalam agenda pembangunan wilayah, yang dikeluarkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2014, yang menyampaikan arah pembangunan wilayah difokuskan pada 3 (tiga) sektor unggulan yaitu industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran serta pertanian. Industri pengolahan berkontribusi sebesar 26,6 persen terhadap perekonomian wilayah Jawa Bali, Komoditas industri pengolahan mencangkup industri makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi (otomotif, perkapalan, dan alutsista), telematika, kimia dasar serta logam dasar (alumina dan besi baja). Sector ini telah menyerap banyak tenaga kerja yang semakin tahun semakin meningkat, dan memberikan angka pendapatan masyarakat yang semakin tinggi.
Tabel 1.
Sasaran Tingkat Pengangguran Wilayah Jawa Bali per Propinsi Tahun 2015-2019
Tabel 2.
Sasaran Tingkat Kemiskinan Wilayah Jawa Bali per Propinsi Tahun 2015-2019
Tabel 3.
Dari tabel 1, 2, dan 3 diatas terlihat bahwa peluang Untag Surabaya untuk berdiri di depan membantu mengembangkan dan meningkatkan keilmuan dan skill masyarakat kawasan atau bangsa ini secara keseluruhan masih sangat besar. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh Untag Surabaya, untuk mendampingi pemerintah membangun kawasan atau bangsa ini. Dengan menyelaraskan program Untag Surabaya dengan program pemerintah, diharapkan mampu meningkatkan eksistensi Untag Surabaya dihadapan pemerintah khususnya masyarakat sebagai konsumen.
c.3.4. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Jawa-Bali
Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Jawa-Bali diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis sektor industri dan jasa nasional, pusat pengembangan ekonomi kreatif, serta sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia, diarahkan untuk pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, telematika, kimia, alumina dan besi baja.
Melihat dari arah kebijakan ini, Untag Surabaya harus mampu mempersiapkan potensi internal, melakukan pembenahan secara menyeluruh dengan komitmen kuat untuk mengambil bagian dalam pengembangan wilayah tersebut. Khususnya kemampuan dosen, yang merupakan modal besar bagi Untag Surabaya untuk mengambil bagian dalam perwujudan pengembangan wilayah Jawa Bali, serta akan menghasilkan lulusan-lulusan yang menjadi tuan rumah di rumahnya (wilayah) sendiri. Perlu ada perlakuan dan program yang kuat dari Untag Surabaya sehingga mampu menghasilkan lulusan dengan kemampuan untuk memberdayakan dan mengolah potensi wilayah yang berbasis pada komoditi unggulan wilayah.
Dengan adanya komitmen bangsa dalam peningkatan kemampuan SDM, tentunya peluang besar yang dapat diambil Untag Surabaya untuk menjadi tempat pembinaan dan pembekalan dalam rangka memperkuat daya saing kawasan.
c.4. Landasan Perkembangan Masyarakat Global c.4.1. Keanekaragaman Kebutuhan Masyarakat
Keanekaragaman tuntutan masyarakat tentunya akan menjadi perhatian universitas, sebagai lembaga pendidikan yang menjual jasa dan melayani kebutuhan masyarakat dan bangsa. Dengan memahami dan menganalisi kebutuhan dan harapan stakeholders dalam
Untag Surabaya harus mempersiapkan diri untuk mewadahi kebutuhan tersebut, yaitu dengan mendirikan program studi baru dan atau aktivitas pendidikan maupun pelatihan lainnya yang sesuai. Kebutuhan masyarakat tentunya akan menjadi semakin komplek sehubugan dengan semakin tingginya persaingan yang muncul untuk menyambut dan memenuhi kebutuhan globalisasi. Agar Untag Surabaya tetap bisa berkiprah dan eksis dimata masyarakat, tentunya keanekaragaman kebutuhan ini harus mendapatkan perhatian khsusus dan menjadi point penting dalam setiap program-program pengembangannya.
c.4.2. Kemajuan Ilmu dan Teknologi.
Kemajuan keilmuan dan teknologi yang terjadi baik didalam negeri maupun diluar negeri tentunya harus tetap menjadi perhatian Untag Surabaya. Sebagaimana disampaikan UNESCO (1992) memprediksi bahwa perubahan teknologi akan menuntut lembaga pendidikan untuk melakukan de-skilling dalam berbagai bidang disatu sisi dan menumbuhkan serta mengembangan kemampuan multi-skilling. Kondisi ini menunjukan bahwa perubahan harus tetap terjadi kalau Untag Surabaya mengharapkan tetap berperan dalam bidang pendidikan. Perubahan tersebut tentunya difokuskan pada pembangunan kemampuan SDM Untag Surabaya kedepan sehingga bisa menyesuaikan dengan kebutuhan kemajuan ilmu dan teknologi. Perubahan tersebut juga bisa dilakukan melalui perencanaan Kurikulum yang berbasis kebutuhan stakeholders.
UNESCO menyarankan pada perencanaan kurikulum dapat membangun nilai-nilai multi-skilling, flexibility, retrainability,entrepreneurship,credit transfer, dan continuing education. Melihat kondisi ini, perubahan yang harus dilakukan oleh Untag Surabaya meliputi perubahan berbagai sisi yaitu peningkatan kompetensi lulusan, penyesuaian kurikulum, pengefektifan proses belajar mengajar, penilaian prestasi belajar, kemampuan pendidik (dosen) dan tenaga kependidikan, kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana, penguatan pembiayaan, peningkatan efektif dan efisiensi sistem administrasi serta peningkatan kekuatan tata kelola.
c.4.3. Tuntutan Masyarakat Era Globalisasi (Arah Pendidikan Masa Depan)
Sebagai mana disampaikan Jacques Delors(1) selaku ketua Komisi Internasional tentang Pendidikan Abad 21 PBB menyatakan bahwa ada 7 macam ketegangan yang terjadi pada abad 21 dan menjadi ciri dan tantangan pendidikan abad 21, yaitu
1. Ketegangan antara global dan lokal;
2. Ketegangan antara universal dan individual; 3. Ketegangan antara tradisi dan kemodernan;
4. Ketegangan antara pertumbuhan jangka panjang dengan jangka pendek; 5. Ketegangan antara perlunya kompetisi dengan kesamaan kesempatan;
6. Ketegangan antara perluasan pengetahuan dengan kemampuan mencernakannya; 7. Ketegangan antara spiritual dan material
Dari sekian ketegangan yang terjadi, Untag Surabaya harus mampu menyikapi dengan membuat kebijakan-kebijakan yang membangun keharmonisan dari kedua kutub tersebut.
Pada era globalisasi ini, kecendrungan pendidikan masa depan yaitu :
1. Tingginya pertumbuhan bidang informasi dan komunikasi serta revolusi informasi, (Rapid increase in the growth of information and communication, Information revolution);
2. Produk baru dan jasa ditemukan setiap saat, (New products and services are invented every minute);
3. Lokasi pasar dunia (Global market place) dan penggunaan Bahasa global (Global language is spoken);
4. Penggunaan computer dan internet semakin luas (Computers and internet will be widely used);
5. Ilmu baru dan berbagai kompetensi dibutuhkan (New knowledge and competencies needed);
6. Paham teknologi dan pengaruhnya merupakan kemampuan dasar (Technology literacy and fluency is a basic skill);
7. Lebih banyak tekanan hidup (More stressful life). Kemampuan mengatur emosional inteligen dan spiritual diperlukan (Emotional intelligence and spiritual intelligence are needed), dan spiritualitas dan nilai-nilai serta standar norma dilaksanakan (Spirituality and new values and norm standard applied).
Untuk membekali terjadinya pergeseran orientasi pendidikan di era global dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, diperlukan strategi pengembangan pendidikan, antara lain:
1. Mengutamakan model perencanaan pendidikan (partisipatif) yang berdasarkan pada need assessment dan karakteristik masyarakat.
2. Pemerintah berperan sebagai katalisator, fasilitator dan pemberdaya masyarakat.
4. Pemanfaatan segala sumber daya dan potensi yang ada, baik di dalam maupun di luar
5. Memperkuat kolaborasi dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak, dalam maupun luar negeri.
6. Menciptakan soft image pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar belajar, sebagai masyarakat belajar seumur hidup.
7. Pemanfaatan teknologi informasi dalam segala bidang.
Dari tuntutan dan arah perkembangan pendidikan era global ini ada hal penting untuk dijadikan pertimbangan dalam pengembangan Untag Surabaya yaitu target proses pendidikan yang selama ini berpatokan pada kurikulum, telah bergeser menjadi nilai-nilai kompetensi yang terukur dan kemampuan produksi. Untag Surabaya harus segera berbenah dan mengikuti pola-pola perkembangan yang terjadi dengan selalu mengingatkan diri bahwa lembaga ini harus mampu mengikuti pergeseran perkembangan pendidikan modern di masa-masa yang akan datang.
BAB II
ANALISA KONDISI INTERNAL DAN EKSTERNAL
A. Kondisi umum Untag Surabaya
Sampai saat ini (tahun 2015) Untag Surabaya telah mampu menduduki posisi ke 6 sebagai kampus unggulan kopertis wilayah 7. Dengan berbagai pembenahan dan perkembangan yang dilakukannya, Untag Surabaya ingin memposisikan diri sebagai kampus unggulan dengan peringkat lebih baik serta mampu berkiprah di tingkat nasional maupun internasional. Dengan penguatan internal dan membangun jejaring internasional, diharapkan Untag Surabaya telah ada pada jalan menuju Word Class University (WCU).
Dengan jumlah dosen 290 orang dan tingkat pendidikan yang cukup baik memberikan kekuatan yang besar untuk memposisikan diri sebagai sebuah perguruan tinggi swasta yang besar. Diikuti dengan jumlah strata pendidikan yang lengkap (S1, S2, dan S3) dengan 25 program studi yang dimiliki, untuk sementara potensi ini diharapkan sudah mampu menjawab dengan baik tuntutan kebutuhan masyarakat dibidang pendidikan dan pengembangan skill sumber daya manusia kawasan maupun bangsa Indonesia secara keseluruhan.
B. Kondisi Internal Untag Surabaya
Dalam bahasan ini, kondisi internal Untag Surabaya akan menunjukan seberapa besar kekuatan (strenghtness) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki guna mewujudkan impiannya menjadi universitas sebagaimana dituangkan dalam visi dan misi-nya.
b.1. Dosen :
Dalam perkembangannya, Untag Surabaya telah melakukan banyak hal untuk menjaga eksistensi institusi di mata masyarakat. Salah satunya adalah memenuhi jumlah dan menyesuaikan standar kompetensi dosen dengan lebih baik. Hal ini dilakukan terkait dengan komitmen institusi dan Yayasan agar bisa memberikan pelayanan dan proses pendidikan dengan lebih baik pula.
Jumlah dosen tetap yang sudah dimiliki sampai akhir tahun 2015 sebanyak 290 orang dengan jenjang pendidikan 238 pendidikan S2 dan 52 sudah memiliki pendidikan S3. Melihat kondisi tersebut, Untag Surabaya harus berperan aktif mendorong dan membantu dosen-dosennya untuk melanjutkan studi ke S3. Hal ini harus dilakukan agar tingkat kemampuan persaingan yang dimiliki Untag Surabaya semakin kuat, lihat gambar 2. Kekuatan ini semakin besar ketika dilihat dari tingkat linieritas keilmuan yang dimiliki oleh dosen cukup besar, yaitu
257 dosen dengan latar belakang keilmuan yang linier, dan hanya 33 dosen yang memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda, lihat gambar 3.
Untuk jabatan fungsional (ja-fung) dosen sebagian besar masih ada pada posisi Lektor. Kondisi ini tentunya sudah cukup bagus, namun tetap harus ditingkatkan menjadi jabatan fungsional yang lebih tinggi. Tentunya universitas tetap memberikan perhatian agar dosen bersedia meningkatkan kepangkatannya. Diakui ataupun tidak, tingkat kepangkatan dosen akan sangat berpengaruh terhadap kualitas tridharma perguruan tinggi. Salah satu cerminan akan keaktifan dosen dalam menjalankan tugasnya. Dari gambar 4, perlu ada usaha agar dosen jab-fung Lektor segera menjadi Lektor Kepala, demikian juga untuk jumlah guru besar harus segera dicanangkan agar bertambah. Sampai tahun ini jumlah dosen yang sudah memiliki ja-fung adalah 49,65% sedangkan lektor kepala adalah 21,4% dan Guru Besar hanya 3,8%, sebagaimana diperlihatkan gambar 4.
Demikian pula jumlah penerima serdos. Dari jumlah dosen yang sudah mendapatkan serdos sekitar 67,9%, sedangkan yang belum sekitar 33,1% lihat Gambar 5. Dosen yang sudah lolos seleksi penerimaan serdos sudah cukup besar yaitu 67%. Namun demikian seyogyanya penerima serdos harus 100% karena itu merupakan penghargaan pemerintah terhadap peran dan fungsi dosen untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Karenanya perlu ada pengarahan dan pembimbingan dari universitas agar dosen penerima serdos secepatnya mencapai 100%. Perbandingan penerima serdos disampaikan pada gambar 5.
238
52
Pendd S2 Pendd S3
Jenjang Pendididkan Dosen
257
33 Dosen (Ln) Dosen (NLn)
Linierisasi Pendidikan Dosen
(Ln = Linier; NLn = Non Linier)
Gambar 3. Linierisasi Pendidikan Dosen (sampai 2015) Gambar 2. Jenjang Pendidikan
Dalam pengembangan universitas, jumlah dosen pensiun juga menjadi perhatian, karena berkaitan dengan pengaruh proses pembelajaran yang dijalankan. Sampai tahun 2020, universitas harus merekrut dosen baru sebesar 32 orang dari berbagai program studi. Proses penggantian dan penambahan dosen harus ada persiapan yang baik.
Gambar 6. Jumlah dosen pensiun pertahun.
Kondisi yang lebih penting adalah bagaimana pengganti tersebut mampu menjaga keberlanjutan proses dan pengembangan keberlanjutan dari sebuah profesionalime program studi. Kondisi pensiun dosen diperlihatkan pada Gambar 6. Keberlangsungan aktivitas program studi harus menjadi perhatian utama, sehingga penggantian dosen pensiun harus dipersiapkan secara baik.
Melihat dari rasio dosen dengan mahasiswa yang masih cukup besar, tentunya Untag 27 46 144 62 11 TP AA L LK GB
Kepangkatan
194 96 Sudah BelumSerdos
1 5 5 3 8 10 10 Th 2015 2016Th 2017Th 2018Th 2019Th 2020Th 2021ThJumlah Dosen Pensiun pertahun
Gambar 4. Kepangkatan dosen (sampai 2015)
Gambar 5. Penerima serdos dosen (sampai 2015)
mahasiswa mencukupi sesuai dengan peraturan Kemenristekdikti. Sampai akhir tahun 2015, rasio dosen–mahasiswa diperlihatkan pada gambar 7. Terdapat 7 dari 25 prodi yang masih memiliki rasio melebihi ketentuan. Untuk memenuhi rasio tersebut baik di prodi eksak maupun di non eksak dibutuhkan sekitar 80 orang dosen baru.
Gambar 7. Rasio dosen-mahasiswa per akhir tahun 2015 setiap prodi.
b.1.1. Kekuatan
Melihat dari data diatas, sesuai dengan tuntutan ketentuan kemnristekdikti, Untag Surabaya memiliki jumlah dosen yang belum memenuhi rasio secara keseluruhan. Namun kondisi tersebut hanya terjadi pada beberapa program studi saja. Secara keseluruhan jumlah dosen tetap (Yayasan dan DPK) sudah cukup besar dan menjadi modal baik dalam pengembangan Untag Surabaya. Jumlah tenaga dosen yang sudah menempuh pendidikan S2 sebagai syarat minimal tenaga pendidik adalah 82%, dan selebihnya sudah berpendidikan S3, lihat Gambar 2. Demikian pula kelinieran pendidikan yang dimiliki sudah cukup bagus, walaupun harus ada usaha lagi untuk menjadikan yang belum linier menjadi linier. Melihat kepangkatan dosen posisi terbanyak ada pada posisi lektor, yang secara umum sudah cukup mumpuni untuk memperkuat kemampuan bersaing Untag Surabaya, khususnya di daerah regional.
b.1.2. Kelemahan
Mengupas kelemahan, melihat kondisi dosen yang dimiliki, maka ada beberapa dosen yang masih memiliki keilmuan yang belum linier didorong dan diarahkan agar menjadi linier.
31,6 16,5 52,4 19,017,7 42,348,741,9 6,4 23,029,9 9,610,4 37,146,0 61,9 27,4 42,1 88,3 51,3 53,2 13,211,523,117,1
Butuh komitmen dalam perubahan itu baik dari universitas maupun diri dosen itu sendiri. Secara prosentase jumlahnya cukup kecil yaitu 11,4%. Namun ini tetap menggangu karena dalam transfer keilmuan pada proses pembelajaran berkualitas dibutuhkan kepakaran dosen.
Pendidikan yang sudah dimiliki oleh dosen, walaupun secara kebutuhan minimal sudah terpenuhi dengan baik, yaitu berpendidikan S2, tetapi tetap harus ada program yang mampu mendorong keinginan dan semangat dosen untuk meningkatkan keilmuannya ke level S3. Selama ini universitas belum memliki program yang jelas untuk meningkatkan strata pendidikan dosen ke jenjang lebih tinggi. Masih mengandalkan dari kesadaran dosen itu sendiri. Meningkatnya jumlah dosen berpendidikan S3, akan memberikan peluang yang besar untuk menjadi guru besar, dan kondisi tersebut sangat menguntungkan universitas dan sebagai kekuatan untuk berkompetensi di era globalisasi ini.
Demikian halnya tentang posisi jabatan fungsional dosen yang sebagian besar ada di level Lektor. Untuk meningkatkannya perlu campur tangan universitas membantu dan memfasilitasinya, dimana selama ini masih dirasakan kurang. Kenaikan ja-fung itu masih diserahkan kepada pribadi dosen yang bersangkutan.
Kelemahan lain adalah adanya penggantian dosen yang akan pensiun dengan jumlah yang cukup besar yaitu sekitar 32 orang dalam kurun waktu 5 tahun kedepan. Proses pensiun dosen selama ini tidak menjadi perhatian, baik dari universitas maupun fakultas itu sendiri. Hal ini tentunya akan berakibat kurang baik, khsusunya dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
b.1.3. Rekomendasi Strategi Pengembangan
Universitas harus memiliki komitmen yang kuat untuk mendukung dan membantu para dosen melanjutkan studi ke jenjang S3, dengan selalu mengarahkan kelinieran keilmuannya. Demikian juga dalam kenaikan jabatan fungsional dosen perlu mendapatkan perhatian lebih, khususnya dari bagian ketenagaan, agar tidak banyak dosen yang tertinggal. Semakin tinggi kepangkatan maupun jabatan fungsional dosen, maka semakin besar kekuatan universitas. Hal ini pastinya memberikan kontribusi yang besar dalam berkompetisi antar perguruan tinggi serta sangat bermanfaat pada penilaian akreditasi, baik di program studi maupun di institusi.
Mengingat tugas dosen yang semakin berat dalam menopang eksistensi universitas, maka perlu dipertimbangkan adanya unit tersendiri yang bertugas menangani kepangkatan dan jabatan fungsional dosen. Perlu diingat bahwa kepangkatan dan jabatan fungsional tersebut bukan semata-mata merupakan kepentingan dan urusan pribadi yang bersangkutan tetapi sudah menjadi kepentingan lembaga. Kerugian yang cukup besar akan diterima oleh
Untag Surabaya kalau dosen-dosennya banyak yang masih memiliki jabatan fungsional rendah.
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi akibat dosen pensiun, maka perlu ada penggatian dosen dengan merekrut dosen baru secara baik dan terencana, dalam rentang waktu tertentu. Diharapkan, kejadian pensiun dosen bukan berarti juga menghilangkan kemampuan akademik lembaga (prodi-universitas). Pensiunnya dosen tersebut tentunya kepakaran keilmuannya tetap dimiliki oleh prodi atau universitasnya. Kondisi ini penting yang harus tetap dijaga agar prodi (universitas) tetap pada proses perkembangan yang berkelanjutan. Akan menjadi buruk bagi universitas apabila dosen pensiun membawa kepakarannya sehingga berpengaruh pada menurunnya kemampuan prodi atau universitas dibidang ilmu tersebut.
Keilmuan/kemampuan yang dimiliki oleh dosen pensiun harus ditularkan atau diteruskan (regenerasi) ke dosen pengganti atau ke dosen lain yang lebih muda sesegera mungkin. Perlu ada dokumen keilmuan yang sudah dikuasai oleh dosen pensiun, dan disimpan sebagai referensi pengembangan ilmu bagi dosen penerusnya. Sehingga kepakaran keilmuan yang dimiliki oleh dosen tersebut tetap hidup dan berkembang di prodi. Hal ini untuk menjaga agar kemampuan universitas (secara kelembagaan) tetap berlanjut. Perlu ada karya-karya tulis dosen yang menjadi dokumen pengembangan ilmu pada program studi ataupun di universitas.
b.2. Tenaga Kependidikan
Jumlah tenaga kependidikan adalah 271 orang, dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 23 orang, S1 sebanyak 93 orang, SMA dan sederajat sebanyak 98 orang, SMP sebanyak 32 orang, kondisi ini dapat dilihat pada gambar 8. Sedangkan golongan yang dimiliki oleh tenaga kependidikan didominasi oleh golongan 3 yaitu sebesar 41%, kemudian golongan 1 sebesar 32,5% dan golongan 2 sebesar 21,8%. Keadaan ini diperlihatkan pada gambar 9.
Banyaknya tenaga kependidikan yang masih berpendidikan rendah (SMP kebawah) diharapkan tidak menggangu kinerja yang sedang dikembangkan. Dari data, terlihat bahwa penggunaan tenaga kerja yang siap pakai yaitu lulusan sekolah vokasi, masih sangat kecil yaitu sekitar 1,85%. Untuk kedepan, penggunaan tenaga kependidikan dari vokasi perlu mendapatkan pertimbangan.
Berdasarkan dari kondisi tenaga kependidikan yang dimiliki Untag Surabaya sudah lebih dari cukup dan memiliki kemampuan untuk ikut menopang mengantarkan Untag Surabaya menjadi universitas dengan kualitas pelayanan keadministrasian yang baik. Untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menjalankan tugas-tugas harus ada program kerja atau perlakuan yang harus diberikan, terkait dengan peningkatan kemampuan kerja yang semestinya dimiliki, dan disesuaikan dengan tugas dan fungsinya.
b.2.1. Kekuatan
Mengamati tingkat pendidikan dan golongan kerja yang dimiliki oleh tenaga kependidikan dapat dikategorikan cukup baik, dan siap untuk dimanfaatkan sebagai modal dalam memperkuat pelayanan bidang keadmisnitrasian. Dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi, yaitu lulusan S1 cukup banyak serta beberapa sudah berpendidikan S2 tentunya siap untuk diajak membangun sistem yang lebih baik sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan penjaminan mutu yang ada. Dengan pendidikan yang cukup baik ini, tentunya tidak terlalu sulit untuk menjadi penggerak perubahan keadminsitrasian (pelayanan) yang semestinya dijalankan.
Pada sisi lain, pendidikan tenaga kependidikan yang SMA/sederajat merupakan yang paling banyak, dan ini sebenarnya juga menjadi modal besar untuk ditingkatkan dan dikembangkan kemampuannya, walaupun hanya berfungsi sebagai pelaksana.
b.2.2. Kelemahan
Terkadang dalam penanganan sebuah pekerjaan pimpinan masih kebingungan untuk SD SMP SMA D2 S1 S2 20 32 98 5 93 23
Pendidikan
Non I II III IV 9 88 59 111 4Golongan
Gambar 8. Tingkat pendidikan tenaga kependidikan
Gambar 9. Golongan tenaga kependidikan
masih belum terpetakan secara baik kemampuan-kemampuan tenaga kependidikan tersebut. Hal ini bisa terjadi karena belum dibudayakan atau belum adanya aturan yang mengharuskan tenaga kerja sebelum menjalankan tugasnya dibekali kemampuan yang dibutuhkan.
Dengan keanekaragaman pendidikan dan belum dikelola secara baik dan maksimal, maka terkadang tingkat pendidikan tersebut tidak terlalu berarti dalam pembangunan dan pengembangan sistem tata kelola. Pada suatu kondisi terkadang jumlah tenaga kependidikan tersebut menjadi beban lembaga karena secara peran belum maksimal.
b.2.3. Rekomendasi Strategi Pengembangan
Berdasarkan dari apa yang dimiliki Untag Surabaya, maka perlu melakukan pemetaan ulang terhadap skill dan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kependidikan dan melakukan pelatihan atau workshop yang dapat menghasilkan skill-skill baru yang dibutuhkan oleh universitas. Pemetaan ini tentunya menjadi awal dalam penempatan tenaga kependidikan pada posisi dan lingkup yang sebenarnya. Penempatan orang disesuaikan dengan kemampuan kerjanya. Dengan pemetaan ini juga menjadi dasar dalam pengembangan tenaga kependidikan, sehingga pelatihan dan kemampuan tersebut menjadi terarah. Dalam peningkatan kompetensi kerjanya, seyogyanya lembaga memiliki program secara rutin untuk memberikan pendidikan/pelatihan sehingga sesuai dengan kebutuhan perkembangan jaman.
B.3. Sarana Penunjang Pendidikan b.3.1. Perkuliahan
- Ruang kelas
Sarana pendidikan yang telah dimiliki oleh Untag Surabaya masuk kategori cukup. Ini ditinjau dari proses perkuliahan yang dilakukan tidak mengalami gangguan dan keluhan yang terjadi tergolong kecil, sehingga proses pembelajaran tersebut berjalan dengan baik.
Setiap kelas ruang kuliah sudah dilengkapi LCD, AC (rata-rata jumlah 4 PK per kelas), papan tulis whiteboard, dan jaringan internet. Ruang kelas yang dipergunakan memiliki rasio luas dengan jumlah mahasiswa sebesar 1,6. Nilai ini tentunya masuk kategori cukup untuk sebuah ruang kelas perkuliahan. Kelas perkuliahan secara pengelolaan terbagi menjadi dua yaitu ruang perkuliahan yang dipergunakan secara umum (common used) dan yang dipergunakan hanya untuk program studi atau fakultas. Pembagian ini akan memberikan keleluasaan bagi program studi untuk menggunakan ruangan tersebut semaksimal mungkin sebelum mengalihkan ke ruangan kelas umum.
Melihat penggunaan ruang kelas yang sudah ada selama ini, ternyata dengan jumlah mahasiswa dan jumlah mata kuliah yang dirancang belum menjadikan ruang kelasnya
terpakai secara optimal. Kondisi ini terlihat pada Gambar 10, bahwa penggunaan ruang kuliah pada semester gasal 2015/2016 baru berkisar 70% – 80% untuk pelaksanaan malam hari, sedangkan untuk pagi hari justru lebih kecil dengan penggunaan paling besar dibawah 60%. Kondisi ini masih memungkinkan untuk meningkatkan jumlah kelas ataupun jumlah mahasiswa aktif.
Gambar 10. Jumlah pemakaian seluruh ruang kelas untuk perkuliahan pagi dan sore
b.3.1.1. Kekuatan
Jumlah kelas yang dimiliki Untag Surabaya sudah melebihi dari cukup, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Proses penyusunan perkuliahan per semester dengan kebutuhan kelas tidak menjadi masalah. Kelengkapan standar yang diperlukan dalam proses pembelajaran, tentunya sudah terpenuhi dengan baik. Namun tidak cukup demikian karena kelengkapan tersebut harus mengikuti perkembangan teknologi dan kualitas peralatan penunjang yang harus dipergunakan dalam berproses.
b.3.1.2. Kelemahan
Kelemahan yang dimiliki adalah masih sedikitnya ruang kuliah yang sudah siap dipegunakan sebagai sistem pembelajaran modern. Dimana pada proses ini, ruang kuliah diharapkan sudah mampu dan siap dipergunakan setiap saat sebagai ruang multimedia. Mengingat perkembangan Teknologi informasi yang sangat cepat, maka sangat tidak layak apabila tempat proses pembelajaran belum menggunakan teknologi tersebut secara baik.
Untuk mensejajarkan posisi Untag Surabaya dengan Perguruan Tinggi lainnya yang 52,0% 55,4% 59,6% 51,0%
36,6%
25,9% 71,5% 70,3% 74,4% 75,7% 71,0%
38,9%
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU
Pemakaian Ruang Kuliah
diabaikan begitu saja. Untuk menuju world class university (WCU), tentunya kemodernan sarana pembelajaran menjadi bagian penting dalam berproses. Keadaan ini harus mulai direncanakan dan ditata dengan baik sehingga proses pembelajaran berjalan dan mampu mencapai target-target sebagaimana ditetapkan.
b.3.1.3. Rekomendasi Strategi Pengembangan
Sebagai alngkah awal dalam pembangunan proses pembelajaran secara baik dan berkualitas, perlu ada manajemen pemeliharaan alat/sarana secara baik dengan mengikuti aturan yang ada. Dibutuhkan sebuah konsep pengembangan ruang kelas yang modern dan berkualitas, dengan harapan mampu menciptakan suasana akademik yang lebih baik.
Dalam penggunaan ruang kelas, perlu ada SOP yang mengatur para pengguna, baik dosen maupun mahasiswa sehingga ruang kelas selalu ada pada kondisi baik dan siap dipakai. Disamping sarana penunjang proses pembelajaran yang harus mulai dilengkapi, perlu juga ada pengkondisian ruang kelas menjadi terbuka dan serasa menyatu dengan lingkungan. Penyegaran ruang kelas dengan menghadirkan tanaman dan ornament pendukung yang mampu memberikan kenyamananperlu dihadirkan.
b.3.2. Laboratorium
laboratorium merupakan sarana pendukung proses pembelajaran untuk menghasilkan keseimbangan antara teori dan praktek. Akan sangat bermanfaat dan sangat berperan dalam pembangunan kemampuan kerja (skill) mahasiswa bila Laboratorium yang dimiliki bukan skala penelitian, tetapi sudah berskala industri (produksi). Laboratorium diharapkan mampu mendekatkan kondisi industri atau kondisi nyata didalam dunia kampus. Kahadiran laboratorium yang berskala industri/implementasi lapangan akan sangat berguna sebagai tempat latihan mahasiswa sebelum terjun ke lapangan. Laboratorium mampu memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa walaupun masih ada dalam proses perkuliahan. Keadaan ini akan bisa mewujudkan lulusan yang siap kerja maupun siap membangun lapangan kerja (membuka usaha).
Sejauh ini setiap program studi memiliki laboratorium yang cukup banyak. namun secara kualitas dan usia peralatan masih cukup memprihatinkan. Khususnya di program studi eksakta, kualitas alat yang rendah dan usia peralatan yang cukup lama memberikan beban yang cukup besar dalam memacu peningkatan mutu hasil pembelajaran. Kualitas dan kemodern peralatan akan memberikan dampak pada semangat dan motivasi belajar, yang pada akhirnya memberikan dampak baik pada hasil pembelajaran.
Standar luas ruang kerja praktek (laboratorium) diharapkan memiliki rasio 2 (dua) m2 per mahasiswa. Melihat dari standar ini, Untag Surabaya telah memiliki rasio yang baik. Rasio ini merupakan modal yang baik dalam menjalankan proses pembelajaran, sehingga mampu menghasilkan kualitas pembelajaran sebagaimana standar. Rasio ini juga sangat berperan
Perlu ada dorongan bahwa proses perkuliahan tidak hanya dilakukan di dalam ruang kelas, tapi juga bisa diarahkan ke dalam ruang ruang laboratorium. Pembelajaran yang menyatu antara teori dan praktek akan memberikan percepatan dalam proses pemahaman materi.
b.3.2.1. Kekuatan
Dalam proses pembelajaran, keberadaan laboratorium memiliki perananan yang penting. Jumlah Laboratorium yang dimiliki oleh prodi cukup banyak, dan diharapkan menjadi pendukung utama dalam meningkatkan kompetensi lulusan. Secara fisik keberadaan laboratorium sudah memadai dan siap untuk diberdayakan secara optimal.
b.3.2.2. Kelemahan
Secara fungsi, keberadaan Laboratorium belum mampu digunakan dengan maksimal sebagai penunjang utama peningkatan kompetensi lulusan, maupun sarana pengembangan keilmuan dosen. Laboratorium belum diposisikan sebagai wadah pengembangan dan pengayaan keilmuan baik untuk mahasiswa maupun dosen itu sendiri. Kondisi ini terjadi karena belum dibudayakannya penggunaan laboratorium sebagai wadah pengembangan ilmu dan kreativitas baik oleh dosen maupun mahasiswa itu sendiri.
Beberapa jenis laboratorium sudah memiliki kondisi yang tidak layak pakai. Ini ditinjau dari usia peralatan dan jenisnya. Usia peralatan yang sudah terlalu lama sehingga tingkat keakurasian tidak bisa dijamin, dan jenis peralatan yang sudah ketinggalan perkembangan teknologi. Untuk menjadikan laboratorium sebagai penunjang dalam proses pembelajaran tentunya kemodern dan peremajaan peralatan menjadi hal penting.
b.3.2.3. Rekomendasi Strategi Pengembangan
Laboratorium harus dijadikan bagian penunjang yang terintegrasi dengan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran untuk menghasilkan keseimbangan antara teori dan praktek harus diwujudkan dengan menyediakan sarana/peralatan dan sumber daya lainnya pada laboratorium secara baik dan terencana.
menghasilkan lulusan yang berkualitas, dengan mengacu pada standar kebutuhan pasar. Gairah akademik harus dimunculkan mulai dari laboratorium-laboratorium dengan membangun kreativitas dan inovasi yang terkait keilmuan.
Pada sisi lain, laboratorium harus diposisikan sebagai partner industri atau unit usaha lain sehingga menjadi wadah berkumpulnya mahasiswa maupun dosen untuk melakukan kajian-kajian dari permasalahan yang dihadapi oleh industri atau unit usaha tersebut.
b.3.3. Ruang Pertemuan/diskusi/rapat
Untag Surabaya memiliki ruang rapat atau ruang pertemuan yang cukup banyak, dan sudah dilengkapi dengan sarana yang umumnya diperlukan dalam kegiatan rapat. Ruang rapat ada di tingkat universitas maupun ditingkat fakultas. Ruang pertemuan ditingkat universitas ada 3 (tiga) buah, dimana masing-masing memiliki daya tampung 50 orang, 60 orang dan 700 orang. Selama ini kebutuhan ruang rapat ditingkat universitas tidak menjadi masalah. Demikian juga yang ada ditingkat fakultas, secara penggunaan diperuntukan untuk ruang rapat program studi maupun fakultas itu sendiri. Bahkan beberapa prodi memiliki ruang pertemuan kecil untuk koordinasi ditingkat program studi.
Untuk sarana kelengkapan yang harus disediakan dalam ruang rapat sudah cukup baik dan memadai. Hanya saja yang masih kurang adalah dukungan internet yang masih kecil. Keberadaan internet sangat penting karena sering dalam pertemuan-pertemuan tersebut membutuhkan data secara online sebagai data tambahan yang mendukung kualitas rapat.
b.3.3.1. Kekuatan
Keberadaan ruang rapat atau ruang pertemuan sudah mencukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dan penggunaan ruang rapat ini sudah diatur dengan baik sehingga tidak terjadi benturan jadwal. Untuk pemeliharaan, selama ini telah berjalan dengan baik dengan sistem control yang ketat.
b.3.3.2. Kelemahan
Kelemahan yang dirasakan dalam penggunaan ruang rapat adalah ketercukupan fasilitas internet. Besaran bandwide yang masih kecil yang dipasangkan pada ruang rapat memberikan dampak pada kelancaran proses rapat tersebut yang menggunakan data-data online.
b.3.3.3. Rekomendasi Strategi Pengembangan
Ruang rapat merupakan bagian penting dalam proses pengelolaan sebuah institusi (perguruan tinggi). Berawal dari rapat semua perencanaan ataupun program dijalankan. Sudah saatnya ruang rapat dijadikan ruang multimedia yang menggunakan teknologi informasi modern. Hal ini diharapkan akan memberikan tambahan penguatan dalam penciptaan suasana akademik (academic atmosphere) dilingkungan kampus. Keberadaan ruang rapat bukan sekedar dipergunakan untuk rapat ataupun pertemuan manajemen semata, tetapi akan dipergunakan sebagai ruang diskusi akademik, seminar ataupun pengkajian keilmuan lainnya.
b.3.4. Kapasitas Internet
Dijaman globalisasi dan era internet ini, keberadaan internet sudah memasuki level kebutuhan pokok setiap manusia. Internet sudah memasuki berbagai lini kehidupan manusia. Banyak kemudahan yang diciptakan oleh adanya internet, serta keberadaannya sudah tidak membatasi antara ruang dan waktu. Era ini telah menjadikan kehidupan diberbagai belahan dunia sebagai satu kesatuan yang secara ruang sangat sempit dan waktu sudah sangat singkat/cepat.
Informasi dan kebutuhan lain manusia dapat diakses atau diberitahukan serta dikomunikasikan dengan mudah dan cepat. Banyak perubahan yang terjadi akibat berkembangnya internet. Tidak terlepas sistem pembelajaran yang dilakukan dikampus-kampus. Metode lama atau sistem pembelajaran konvensional sudah tidak menjadi acuan mutlak. Banyak metode pembelajaran yang dikembangkan guna dapat memanfaatkan kecangggihan internet secara optimal dan berdaya guna baik. perubahan metode ppembelajaran ini tetap memberikan hasil dan kualitas yang ditetapkan dalam standar.
Untuk menjadikan kampus ini sebagai kampus moderen yang mengacu pada standar internasional, maka keberadaan dan kemampuan akses internet tidak bisa diabakan begitu saja. Banyak proses dan aktivitas manajemen maupun akademik sudah sangat memanfaatkan keberadaan internet ini. Oleh karena itu, perlu ada perhitungan kapasitas bandwide yang mengacu pada jumlahnya pengguna.
b.3.4.1. Kekuatan
Sarana internet dilingkungan kampus Untag Surabaya sudah cukup memadai, dan menjangkau ke seluruh wilayah kampus. Sehingga keberadaan jaringan ini sudah memungkinkan penggunaan internet di seluruh tempat oleh seluruh warga Untag Surabaya.
b.3.4.2. Kelemahan
Belum optimalnya besaran kapasitas internet telah memberikan hambatan dalam penggunaan. Masih lambannya proses akses telah memberikan dampak dalam kelancaran proses manajemen maupun akademik sebagaimana diharapkan. Dalam penggunaan pada kondisi-kondisi tertentu masih menggunakan sistem buka-tutup. Dan kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan karena mempengaruhi kinerja bagian lainnya.
b.3.4.3. Rekomendasi Strategi Pengembangan
Untuk mendorong proses manajemen dan akademik yang berbasis online, maka keberadaan dan kapasitas internet tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kemampuan dan kecepatan akses internet telah menjadi prioritas utama. Untuk mendapatkan kondisi terbaik tersebut maka rasio pengguna dan kapasitas internet harus menjadi tolak ukur penyediaan kapasitas bandwide internet. Besarnya bandwide harus dihitung berdasarkan pada jumlah mahasiswa, karyawan dan dosen.
B.4. Prasarana - Ruang Perkuliahan
Dalam pembahasan prasarana ini lebih ditujukan pada gedung perkuliahan, dan tempat aktivitas administrasi. Ruang perkuliahan yang dimiliki oleh Untag Surabaya untuk seluruh program studi yang dimiliki saat ini, dan seluruh mahasiswa aktif sekitar 11.000 orang masih mampu menjalankan proses pembelajaran dengan baik. Kondisi ini dapat dipahami dari penggunaan ruang kuliah setiap semester seperti pada gambar 11. Bahwa, penggunaan ruang di pagi hari baru berkisar 60%, sedangkan yang di malam hari mencapai 75%. Kondisi ini menunjukan kalau penggunaan ruang masih belum optimal. Masih mengalami penumpukan jadwal kuliah pada jam-jam tertentu, yaitu antara 08.00-11.00 di pagi hari, dan 17.00 – 20.00 di malam hari. Tidak terdistribusinya jadwal perkuliahan secara merata juga mempengaruhi peluang mahasiswa untuk mengambil mata kuliah. Hal ini disebabkan banyak mata kuliah yang akan diambil ada pada jadwal yang sama.
Gambar 11. Prosentase pemakaian ruang kuliah antara kelas pagi dan sore
- Ruang Administrasi
Ketersediaan ruang administrasi baik ditingkat fakultas, unit-unit dan universitas sudah cukup memadai. Yang perlu menjadi perhatian adalah suasana ruang kerja yang mampu memberikan semangat dan kenyamanan dalam bekerja. Penataan ruang administrasi perlu dilakukan dan sebanyak mungkin mencerminkan kemudahan dalam berproses maupun pemantauan. Memasuki era globalisasi dan kemajuan IT, tentunya ruang kerja pada pimpinan maupun staf sama-sama menggunakan fasilitas tersebut, dan dikembangkan serta dikondisikan untuk memanfaatkan keunggulan fasilitas tersebut menjadi penambah nilai kinerja.
b.4.1. Kekuatan
Jumlah ruang kuliah yang dimiliki sudah mencukupi pelaksanaan proses perkuliahan yang melayani jumlah mahasiswa sebanyak 11.000 orang. Apalagi proses perkuliahan dilakukan pada siang dan malam hari, sehingga jumlah ruang kuliah lebih dari cukup.
Demikian juga ruang kerja yang disediakan untuk proses manajemen dan administrasi (baik untuk pimpinan maupun staf) sudah disediakan dengan baik. Kelengkapan yang disediakan juga cukup memadai untuk menjalankan proses adminsitrasi/manajemen dengan standar kerja yang diharapkan.
b.4.2. Kelemahan
Baik ruang kelas/kuliah maupun ruang kerja manajemen perlu mendapatkan perhatian khususnya untuk meningkatkan rasa nyaman baik untuk kuliah maupun di ruang kerja.
52,0% 55,4% 59,6% 51,0%
36,6%
25,9% 71,5% 70,3% 74,4% 75,7% 71,0%
38,9%
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU
Pemakaian Ruang Kuliah
PAGI SOREKhusus ruang kerja administrasi, perlu mendapatkan sentuhan ke modernan suasana agar membangun pola kerja yang professional.
b.4.3.Rekomendasi Strategi Pengembangan
Penyediaan ruang merupakan bagian penting dalam pembangunan dan pengembangan sebuah institusi termasuk perguruan tinggi. Untuk ruang perkuliahan, menciptakan suasana ruang yang nyaman dan memberikan nuansa akademik perlu diciptakan. Membangun ruang kuliah yang memberikan suasana monoton akan memberikan pengaruh pada kejenuhan mahasiswa, dan menghambat munculnya inovasi dan kreativitas berfikir dari mahasiswa maupun dosen itu sendiri. Memberikan suasana ruang perkuliahan yang mendukung proses tentunya sangat bermanfaat dalam mencapai target pembelajaran dengan baik.
Ruang manajemen yang nyaman dan modern, tentunya akan memberikan pengaruh pada kenyamanan dan keseriusan kerja para staf. Suasana yang baik tentunya akan memberikan kualitas kinerja yang baik pula. Pembangunan ruang yang ala kadarnya harus ditinggalkan karena disamping pemborosan juga tidak akan memberikan kebanggan bagi yang menempati.
B.5. Mahasiswa dan Kemahasiswaan b.5.1. Mahasiswa
Penerimaan mahasiswa baru dari tahun 2010/2011 menunjukan kecendrungan perkembangan yang semakin meningkat.
Gambar 12. Kecendrungan jumlah pendaftar dan yang diterima pertahun (mulai Th 2010/2011 – Th 2014/2015). 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 Th 10/11 Th 11/12 Th 12/13 Th 13/14 Th 14/15 Pendaftar Diterima
Ini sebagai tolak ukur akan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin besar. Sebagai modal untuk mengembangkan program studi ataupun sisi lain dalam pendidikan. Sudah dilakukan proses seleksi penerimaan mahasiswa baru walaupun masih sangat kecil yaitu dengan nilai keketatan persaingan 9%. Hal ini dapat dilihat pada gambar 12 diatas.
Gambar 13. Jumlah mahasiswa aktif (S1) selama 4 (empat) tahun terakhir
Jumlah mahasiswa aktif yang dimiliki Untag Surabaya semakin tahun semakin meningkat, lihat gambar 13. Sebagai petunjuk bahwa keberadaan Untag Surabaya telah menjadi pilihan masyarakat dalam menempuh pendidikan tinggi, khususnya di kota Surabaya. Keadaan yang sudah terbangun ini tentunya merupakan kekuatan yang harus dijaga dan ditingkatkan sehingga Untag Surabaya menjadi salah satu perguruan tinggi swasta pilihan pertama masyarakat.
Dari kelulusan, rata-rata IPK lulusan selama 4 (empat) tahun terakhir memberikan hasil yang cukup menggembirakan yaitu diatas 3. Namun masih dibutuhkan usaha yang lebih besar lagi untuk semua prodi agar IPK lulusan menjadi lebih baik lagi. Yang perlu menjadi perhatian adalah menjadikan IPK untuk benar-benar menjadi cerminan kualitas lulusan kita. Kondisi IPK lulusan per fakultas dapat dilihat pada gambar 14.
3061 2568 3599 3116
4870 4474 7031
6251
8977 8794 10066
GASAL GENAP GASAL GENAP GASAL GENAP GASAL GENAP GASAL GENAP GASAL GENAP 2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016
Gambar 14. Rata-rata IPK Lulusan 4 (empat) tahun terakhir untuk S1
Jumlah mahasiswa aktif sampai semester ganjil tahun 2015/2016 seluruhnya mencapai 10.772 mahasiswa, yang terbagi menjadi mahasiswa fakultas teknik dan fakultas sosial. Jumlah mahasiswa seluruh fakultas teknik adalah 4139 dengan rasio mahasiswa-dosen sebesar 51,1. Jumlah mahasiswa yang ada di fakultas sosial berjumlah 6633 dengan rasio jumlah mahasiswa-dosen rata rata 32,4. Melihat dari rasio tersebut perlu ada penambahan dosen-dosen baru dilingkungan fakultas teknik, sehingga besarnya rasio sesuai dengan aturan yang ditetapkan Dirjen DIKTI.
Gambar 15. Jumlah mahasiswa aktif di Fakultas Teknik per ganjil 2015/2016 3,21 3,17 3,10 3,12 3,01 3,08 Fisip FE FH FT F Psi FS
Rata-rata IPK Lulusan
15 15 9 15 10 17 4 556 690 557 411 421 1504 205 37,1 46,0 61,9 27,4 42,1 88,5 51,25
Industri Mesin Sipil Arsitektur Elektro Informatika Magister Teknik Sipil
FAKULTAS TEKNIK
DOSEN MHS RASIOTOTAL MHS = 4139 RASIO RATA = 51,1
Secara rata-rata, rasio di fakultas sosial dan humaniora sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Namun demikian ada beberapa program studi yang masih membutuhkan tambahan dosen yaitu Ilmu Komunikasi, Akuntansi dan Psikologi. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 16 dan 17 dibawah.
Gambar 16. Jumlah mahasiswa aktif di Fakultas Sosial per ganjil 2015/2016 (1)
Gambar 17. Jumlah mahasiswa aktif di Fakultas Sosial per ganjil 2015/2016 (2)
10 8 13 6 6 33 24 7 9 7 316 132 681 114 106 1397 1168 293 58 161 31,6 16,5 52,4 19 17,7 42,3 48,7 41,9 6,4 23
FAKULTAS SOSIAL
DOSEN MHS RASIO TOTAL MHS = 6633 RASIO RATA = 32,4 19 7 5 17 6 6 15 7 569 67 52 905 79 69 346 120 29,9 9,6 10,4 53,2 13,2 11,5 23,1 17,1 IlmuHukum MagisterIlmu Hukum
Doktor Ilmu Hukum
Psikologi Magister
Psikologi MagisterProfesi Inggris Jepang
FAKULTAS SOSIAL
DOSEN MHS RASIO TOTAL MHS = 6633
b.5.1.1. Kekuatan
Jumlah mahasiswa yang cukup besar tentunya akan menjadi modal yang cukup kuat untuk menjadikan Untag Surabaya sebagai perguruan tinggi besar. Memang sangat tergantung dengan pengelolaan yang dilakukan. Melihat dari nilai IPK lulusan yang cukup baik, tentunya proses pembelajaran yang dilakukan berjalan cukup baik. lulusan yang besar dengan nilai IPK yang cukup membanggakan diharapkan akan menjadi corong perguruan tinggi kemasyarakat dan membuktikan kalau apa yang dilakukan dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik.
b.5.1.2. Kelemahan
Sejauh ini belum ada pembuktian yang menunjukan semua lulusan diterima dengan baik oleh para pengguna, sehingga masih ada pertanyaan yang harus dijawab terkait dengan kesesuaian kompetensi lulusan dengan kebutuhan pengguna.
Terkait dengan besarnya rentang kemampuan dasar mahasiswa, telah menjadikan kesulitan tersendiri dalam proses pembelajaran. Banyak hambatan yang harus dihadapi setiap dosen untuk bisa menjadikan lulusan berkualitas dan mempunyai derajat kemampuan yang seragam.
b.5.1.3. Rekomendasi Strategi Pengembangan
Untag Surabaya sebagai perguruan tinggi swasta sejauh ini tidak memiliki kemampuan untuk memilih mahasiswa yang berkemampuan tinggi. Hal ini juga disebabkan karena masyarakat masih berharap bisa menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri. Mahasiswa yang memilih PTS tentunya sebagian besar memiliki pemahaman terhadap keilmuan dalam rentang rata-rata. Oleh karena itu diperlukan metode dan perlakuan yang beragam agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik. Untuk meningkatkan kualitas keilmuan mahasiswa perlu ada kombinasi proses yang menyeimbangkan antara teori dengan praktek. Pemahaman keilmuan berdampingan dengan penerapan keilmuan tersebut, diharapkan mampu memberikan tingkat pemahaman terhadap teori lebih baik.
Pada suatu saat diharapkan proses penerimaan mahasiswa baru sudah mengikuti tahapan-tahapan yang baik agar mampu menyaring mahasiswa yang diterima memiliki pemahaman keilmuan yang lebih seragam.
b.5.2. Kemahasiswaan
Sebagai bagian pengembangan dan pembentukan eksistensi Untag Surabaya, aktivitas kemahasiswaan memegang peranan penting. Sangat diharapkan, aktivitas
mahasiswa di luar kampus akan menjadi corong dan agen pembuktian kualitas universitas di mata masyarakat. Program aktivitas mahasiswa harus dicanangkan dengan baik dan menjadi satu kesatuan dalam program universitas sehingga kegiatan mahasiswa menjadi terarah dan mempunyai target yang jelas.
Jumlah kegiatan kemahasiswaan masih belum mempunyai progress pengembangan yang baik, terlihat dari gambar 18. Terlihat bahwa perkembangan dari kegiatan masih naik turun dari tahun ke tahun. Jumlah kegiatan mahasiswa non akademik selama 5 (lima) tahun terakhir sebesar 105 kegiatan dengan jumlah mahasiswa yang terlibat 84 orang. Melihat dari jumlah mahasiswa yang terlibat dibandingkan dengan jumlah mahasiswa aktif, tentunya masih sangat sedikit yaitu 0,008%. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian Untag Surabaya, melalui bagian kemahasiswaan agar keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan akademik dan non akademik di luar kampus untuk ditingkatkan. Perlu ada dukungan dari lembaga, baik berupa pembimbingan dari Dosen Pembina secara intensif, maupun dukungan dana untuk bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tingkat nasional maupun internasional.
Gambar 18. Jumlah kegiatan kemahasiswaan
b.5.2.1 Kekuatan
Dengan jumlah mahasiswa yang cukup besar, tentunya kemampuan keterlibatan dalam kegiatan ekstra diluar kampus memiliki peluang yang besar pula. Apalagi banyak ekstrakurikuler yang dibina oleh Untag Surabaya, merupakan modal untuk mengasah kemampuan mahasiswa berperan aktif dalam kegiatan tersebut.
8 10 49 9 7 22 105 6 3 13 44 4 14 84 3 3 4 1 2 5 18 2 0 4 1 1 6 14 0 5 10 5 3 7 30 3 2 31 2 1 4 43 2010 2011 2012 2013 2014 2015 TOTAL
Kegiatan Kemahasiswaan
Non Akademik
JUMLAH KEGIATAN JUMLAH PESERTA JUARA I JUARA II JUARA III JUARA LAIN-LAIN