• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tao Ditinjau dari Definisi Komunitas ( Community )

Dalam dokumen T2 752011001 BAB III (Halaman 51-60)

3.4. Ajaran Agama Tao

3.4.4. Tao Ditinjau dari Definisi Komunitas ( Community )

Antara Khonghucu dengan Tao sama-sama tergabung dalam Tridharma sebagai satu organ kesatuan hanya ada di Indonesia. Tridharma tidak pernah mempunyai hubungan ke negara lain. Tridharma lahir karena dahsyatnya misi- misi Agama Nasrani yang berorientasi menyedot Umat Buddha keturunan Tionghoa pada akhir abad 19. Kwee Tek Hoay mendirikan Sam Kauw Hwee setelah Tiong Hoa Hwee Koan gagal memelihara dan mengembangkan ajaran Khong Hu Cu dan Beliau menganggap Khong Kauw Hwee yang didirikan di Solo pada tahun 1918 dan di kota-kota lain kurang memasyarakat atau kurang memberikan harapan.

Ong Kie Tjay membentuk Tempat Ibadat Tri Dharma karena klenteng- klenteng di Jawa Timur terancam punah sebagai akibat dari persepsi yang kurang lengkap dari Penguasa Perang Daerah terhadap klenteng yang dianggapnya sebagai Lembaga Kecinaan yang non agama pasca G30S/PKI tahun 1965. Tahun 1954 lahir di Bogor Persatuan Pemuda Pemudi Sam Kauw Indonesia (P3SKI) yang kini menjadi Pemuda Tridharma Indonesia. Salah satu pendirinya adalah Souw Tjiang Poh atau lebih dikenal dengan nama Yogamurti bermukim di Bandung.

Istilah Tridharma (3 agama) adalah nama baru dari Sam Kauw (dari bhs. Hokkian: Sam = tiga, Kauw = agama, maklum nama yang berbau Cina harus ganti nama). Sam Kauw Hwee didirikan pada Mei 1934 oleh Kwee Tek Hoay, dengan tujuan untuk membendung Kristenisasi pada orang-orang Tionghoa. Karena

kebudayaan Tionghoa oleh orang Tionghoa sendiri. Dalam pandangan Sam Kauw Hwee, tiga agama ini dapat disebut sebagai agama Tionghoa.

“itoe Sam Kauw aken mendjadi satoe philosofie agama jang paling

lengkep dan memberi faedah besar bagi manoesia, teroetama bangsa Tionghoa

jang leloehoernja soedah kenal itoe tiga peladjaran sadari riboean taon laloe”.

(tulisan Kwee Tek Hoay di Sam Kauw Gwat Po edisi Feb 1939).

Konsep Tridharma/SamKauw/Sanjiao/Tiga Agama bukan hanya ada di Indonesia, tetapi sudah berakar mulai abad ke-12 di Tiongkok. Ditambah dengan sifat bangsa Tionghoa yang suka mencampur adukkan ajaran agama (sinkretisme) yang ada. Banyak bagian kebudayaan Tionghoa yang sudah tercampur-baur dengan unsur dari ketiga agama ini.

Tridharma (Hanzi: hanyu pinyin: sanjiao) adalah sebuah kepercayaan yang tidak dapat digolongkan ke dalam agama apapun. Tridharma disebut Samkau dalam dialek Hokkian, berarti harfiah tiga ajaran. Tiga ajaran yang dimaksud adalah Taoisme, Buddhisme dan Konfusianisme.

Tridharma lebih tepat disebut sebagai salah satu bentuk kepercayaan tradisional masyarakat Tionghoa sebagai hasil dari sinkretisme ketiga filsafat yang mempengaruhi kebudayaan Tionghoa dan sejarah Tiongkok sejak 2500 tahun lalu.

Tridharma adalah Sam Kauw / San Jiao.

Sam Kauw / San Jiao adalah Tiga Agama/Ajaran yang merupakan keimanan yang dianut secara merata umum oleh orang Tionghoa yang oleh orang orang Barat dikatakan sebagai Chinese Religion atau Agama Tionghoa. Bila sampai saat ini banyak orang di luar mengatakan bahwa Tridharma itu bagian dari Buddha maka

secara organisatoris memang benar bahwa organisasi Tridharma berada di bawah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Kementerian Agama RI.

Lao Tze mengajarkan bahwa Tao adalah sumber misteri, kedalaman dasar dari ada. Konsep Tao tersebut mempunyai makna metafisik sebagai kebenaran absolut, realitas terakhir, dasar yang kekal dari ada. Dalam Konfusianisme konsep Tao mempunyai makna etis. Konfusianisme, Taoisme dan Buddhisme, ketiga agama tersebut hidup berdampingan saling melengkapi dan isi mengisi, disamping memang sejalan dengan praktek kesalehan Cina. Seorang penganut Konfusianisme, misalnya, akan meminta seorang pendeta agama Buddha untuk membacakan doa bagi orang yang mati karena Buddha memberikan perspektif yang menarik tentang orang mati. Selain itu ia juga akan mempraktekan ajaran- ajaran Tao untuk menentukan tempat penguburan yang baik. Konfusianisme mengajarkan bagaimana belajar menjadi manusia yang sebenarnya. Dalam dunia filsafat, inilah yang merupakan inti dari ajaran etika.

Community yakni umat yang bersama-sama memiliki Creed, Code, dan Cult yang sama. Adanya kenyataan suatu umat (komunitas) yang terkait dalam kepercayaan itu. Secara organisatoris, umat Tao di Kota Semarang dipimpin oleh pengurus yayasan Sinar Tao yang sudah mengalami beberapa kali perubahan kepengurusan. Pada awal berdirinya, yayasan Sinar Tao ini diajukan oleh beberapa orang tokoh agama Tao ke Kantor Notaris Roekiyanto, SH tertanggal 3 Desember 2001. Tokoh Umat Tao tersebut adalah Amen Wahyudi Tairas, Dede Leota, Lie Ka Moh, Tan I Ming, dan Andi Sandjojo Tairas. Keenam orang tokoh

Yayasan Sinar Tao yang berkedudukan di Kota Semarang. Dewan pendiri tersebut mengangkat beberapa orang pengurus yang terdiri atas ketua yaitu Thomas Susanto, wakil ketua yaitu Hardjo Subagyo Suprapto, sekretaris yaitu Slamet Sugiyo, wakil sekretaris yaitu Robert Athur Wijaya, bendahara yaitu Adhitama Nugraha S, wakil bendahara yaitu Handrijana Hardha, humas yaitu Harry Kristianto dan wakil humas yaitu Sugiyanto Nitisastro. Semua pengurus tersebut beretnik Tionghoa dan bertempat tinggal di Kota Semarang.

Kemudian pengurus Yayasan Sinar Tao melakukan perubahan kepengurusan baru yang ditetapkan oleh akte notaris tertanggal 01 April 2010, sebagai berikut:

Penasehat : Pimpin Lika Ketua Umum : Hadi Sugiyono

Sekretaris I : Hardjo Subagio Suprapto Bbendahara I : Nyonya Debbie Wijaya Bendahara II : Nyonya Titik Sianiwati

Kemudian pada tahun 2013 diadakan pergantian kepengurusan baru yang dipimpin oleh Oey Taw Ping (Hadi Sugiyono). Dalam menjalankan kepemimpinan nya, ia dibantu oleh seorang wakil ketua bernama Liem Cheik Tiong dan dua orang sekretaris bernama Paw Ping Gwan dan Tao Hok Nguan. Sebagai bendahara adalah Song Mei Juan dan Jessica Movin Hadi. Mereka disebut sebagai pengurus harian dalam kepengurusan ini. Kemudian mereka dibantu oleh pengurus-pengurus lainnya, yakni: seksi rumah tangga adalah Siaw Sin Chen dan Oei Gwan Tjing; Pembantu muda adalah Tan I Ming, Hoo Ming

Mei, dan Ong Sioe Gwat; Seksi konsumsi adalah Kho Lioe Hwa dan Law Jen Sion; seksi keamanan adalah Teng Paw Kwok; seksi upacara dan ritual adalah Khow Tjuan Hok dan Go Sow They; seksi kerohanian/litbang adalah They Kien Tjong dan Tan I Ming.

Secara kelembagaan, kelenteng Sinar Tao ini dibina oleh dua majelis, yang keduanya di bawah naungan Bimas Budha Kementerian Agama RI. Sebagai tempat ibadat Tridharma (TITD), Kelenteng Sinar Tao ini terdaftar sebagai lembaga keagamaan Buddha sehingga mendapat pembinaan langsung dari Bimas Buddha Kementerian Agama Kota Semarang. Di sisi lain, Kelenteng Sinar Tao ini mendapat pembinaan keagamaan, secara khusus agama Tao dari Majelis Tridharma Indonesia (MTI) yang berpusat di Lampung. Perlu diketahui bahwa

MTI ini berbeda dengan organisasi keagamaan Tao yang dibentuk oleh “Taosu Kusumo” pada tahun 1974 di Medan, Sumatera Utara. Organisasi ini

dideklarasikan oleh simpatisan Tao pada tahun 1992 di Jakarta, dengan nama Majelis Tao Indonesia (MTI).

Di Jawa Tengah, telah terbentuk sebuah lembaga keagamaan Dewan Pimpinan Wilayah Majelis Tridharma Indonesia Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Tengah, dengan susunan pengurus sebagai berikut:

Ketua : Adi Sandjoyo Tairas Wakil Ketua : Thomas Susanto

Sekretaris : Harjo Subagyo Suprapto Bendahara : Handrijana Hardha

Humas : Slamet Sugiyo

Semua pengurus tersebut adalah umat agama Tao yang aktif di kelenteng

“Sinar Tao” Semarang. Pada umumnya, mereka adalah orang-orang keturunan

etnik Tionghoa yang sibuk dengan urusan bisnis. Meskipun demikian, mereka biasanya dapat berkumpul di kelenteng pada hari pemujaan/sembahyang tanggal 1 dan 15 bulan Imlek dan atau pada hari-hari kebesaran, seperti Hari Kebesaran Maha Dewa Lao Zi. Dilihat dari personilnya, sebagian diantara mereka memiliki rangkap jabatan dalam organisasi di lingkungan kelenteng Sinar Tao. Hal ini terlihat pada beberapa orang yang duduk di organisasi Yayasan Sinar Tao, namun sebagian ada yang duduk di organisasi Paguyuban Umat Tao Indonesia (PUTI), dan sebagian ada yang duduk di organisasi Majelis Tridharma Indonesia (MTI).

Berdirinya Paguyuban Umat Tao Indonesia, banyak mendapatkan respon terutama dari kalangan Taoyu. Banyak timbul pertanyaan mengenai keberadaan PUTI ini merupakan sebagai sebuah ekspresi sikap untuk mengetahui lebih banyak dan dalam mengenai PUTI. Dalam kesempatan ini, sekretariat PUTI PUSAT berusaha menginformasikan hal-hal mengenai PUTI ini terutama untuk kalangan Taoyu. PUTI didirikan dengan latar belakang inisiatif beberapa aktifis Taoyu yang merasakan perlunya sebuah badan (organisasi) Tao untuk mengantisipasi perkembangan Tao kita yang semakin besar dan memerlukan sebuah wadah resmi untuk menampung semua aspirasi gerak serta menjadi perwakilan dalam berhubungan keluar, baik dalam aspek sosial maupun dalam aspek hukumnya. PUTI adalah sebuah organisasi yang berbentuk Paguyuban, sehingga bersifat sangat kekeluargaan dan bebas dalam menjadi wadah bagi

seluruh umat Tao di Indonesia. Oleh karena itu secara otomatis semua umat Tao dapat menjadi anggotanya. PUTI adalah organisasi yang bersifat sosial (bukan politik) selain itu PUTI tidak mencampuri urusan para anggotanya dalam permasalahan ibadah (siutao)nya. PUTI hanya berusaha menjadi sebuah wadah tempat bernaung serta bersatunya umat Tao di Indonesia. Berdirinya PUTI dengan kepengurusan Pusatnya di Jakarta ini, sampai saat ini telah disukung para Taoyu di berbagai daerah dengan berdirinya PUTI Daerah, antara lain:

1. PUTI Daerah Jakarta, tanggal 10 Oktober 2000 2. PUTI DaerahLampung, tanggal 28 Oktober 2000 3. PUTI Daerah Mojokerto, tanggal 14 November 2000 4. PUTI Daerah Jombang, tanggal 8 Desember 2000 5. PUTI Daerah Surabaya, tanggal 21 Desember 2000 6. PUTI Daerah Jambi, tanggal 24 Desember 2000 7. PUTI Daerah Bali, tanggal 11 Januari 2001 8. PUTI Daerah Kediri, tanggal 21 Januari 2001 9. PUTI Daerah Semarang, tanggal 3 Februari 2001 10.PUTI Daerah Kedu, tanggal 4 Februari 2001

Secara umum, organisasi keagamaan Tao di Semarang ini memiliki kegiatan-kegiatan, antara lain:

a. Bidang Pendidikan

hari minggu dan diikuti sekitar 20 – 25 orang. Peserta kajian kebanyakan diikuti oleh para remaja agama Tao, namun ada sebagian umat yang berusia tua. Sedangkan orang yang mengajar kajian ini (pembina) adalah tokoh-tokoh agama Tao, seperti: Iwan Budiwiyono, Adhi Sandjojo, dan Amen Wijaya. Adapun materi yang dikaji adalah hal-hal yang berkenaan moralitas dan budi pekerti, seperti berbakti kepada kedua orang tua, setia kepeda negara, mawas diri, dan sebagainya.

b. Bidang Sosial

Dalam bidang sosial, umat agama tao seringkali mengadakan kegiatan sosial kepada masyarakat sekitar. Kegiatan ini berbentuk bakti sosial dan donor darah. Kegiatan bakti sosial dilakukan sebanyak 2 – 3 kali dalam setahun. Dalam kegiatan ini, sasarannya adalah panti asuhan dan anak yatim, panti jompo, panti wreda, fakir miskin, dan anak-anak sekolah, bahkan korban bencana alam. Khusus kegiatan bakti sosial yang diberikan kepada masyarakat sekitar, biasanya dilakukan pada saat menjelang hari Raya Lebaran. Adakalanya, kegiatan ini diberikan dalam bentuk santunan sosial, bantuan pendidikan, dan bazar atau pasar murah. Sementara itu, kegiatan donor darah dilakukan dengan mengundang PMI ke kelenteng Sinar Tao, yang biasanya dilakukan menjelang peringatan Hari Kebesaran Mahadewa di Kelenteng Sinar Tao. Seluruh rangkaian kegiatan ini, dikoordinir oleh Tan I Ming, seorang ketua organisasi Paguuban Umat Tao Indonesia (PUTI) Cabang Kota Semarang.

c. Hubungan Umat Beragama

Dalam hal ini, hubungan umat beragama yang dimaksud adalah hubungan intern dan antar umat beragama. Dalam hubungan intern umat beragama terlihat pada peringatan hari Kebesaran di lingkungan kelenteng- kelenteng di Kota semarang. Biasanya, setiap kelenteng saling memberi undangan selaku anggota Perkumpulan Tempat Ibadah Tri Dharma (PTITD) ketika sedang mengadakan perayaan hari kebesaran. Pada saat ini, para ketua TITD berkumpul dan saling berinteraksi antara satu sama lain. Diantara pimpinan kelenteng di Semarang yang saling mengundang, antara lain: Kelenteng Tay Kak Sie Gang Lombok, Kelenteng Xuan Tian Shang Grajen, Kelenteng Sinar Samodra di Jalan Gang Pinggir, Kelenteng Siu Hok Bio di Jalan Wotgandul, dan Kelenteng See Hoo Kiong di jalan Sebandaran, dan Kelenteng Tri Setia Bakti di Jalan Tanggul Raya.

Dalam hubungan antar umat beragama, umat agama Tao seringkali mendapat undangan sembahyang arwah yang diselenggarakan oleh yayasan

Perkumpulan Sosial “Boen Hian Tong” Rasa Dharma, yang terletak di jalan

Gang Pinggir 31 Semarang. Yayasan ini merupakan perkumpulan warga etnik Tionghoa yang diyakini tertua di Semarang, sebab perkumpulan ini berdiri sejak tahun 1876. Dengan perkumpulan ini, sesama warga etnik Tionghoa merasakan suasana keakraban karena seringnya berkumpul bagi warga etnik Tiongghoa di Yayasan Rasa Dharma ini.

Keakaraban etnik Tionghoa dengan etnik Jawa juga tercermin pada kegiatan Barongsai. Pentas seni Barongsai biasanya diselenggarakan pada hari raya Imlek. Pemain Barongsai tidak hanya etnik Tionghoa namun etnik Jawa juga ikut memainkan Liong. Gerakan meliuk-meliuk di atas kayu sebagai tempat pijakan untuk melompat dengan iringan bunyi-bunyian gendering khas Tionghoa. Dengan sambutan ini, etnik Tionghoa yang beragama apapun, termasuk agama Tao dapat merayakan Imlek kembali secara terbuka.

Dari uraian tersebut, aktivitas sosial yang melibatkan umat beragama yang berbeda-beda adalah sembahyang arwah. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini diikuti oleh tujuh umat beragama, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Khonghucu dan Tao. Perlu diketahui bahwa ketujuh umat beragama ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni enam umat beragama telah diakui sebagai agama yang sah kepemelukannya (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha), sedangkan sebuah agama (Tao) yang belum diakui sebagai agama yang sah kepemelukannya. Masing-masing umat beragama tersebut berkumpul dan mendoakan para arwah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini dapat dilakukan oleh masing-masing umat beragama karena dilandasi dengan semangat dalam membangun kerukunan antar umat beragama di daerah ini.

3.5. Pencantuman Agama Tao Dalam KTP Terkait Status Kewarganegaraan

Dalam dokumen T2 752011001 BAB III (Halaman 51-60)