• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep tarah hidup dapat dilihat dari kebutuhan hidup (Fargomeli 2014). Taraf hidup atau kebutuhan hidup dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik terdiri dari barang dan jasa seperti konsumsi (makan, pakaian, perumahan) maupun keperluan sosial (sanitasi, transportasi, kesehatan dan pendidikan) (Esmara 2004). Menurut penelitian Ardini (2014), perubahan-perubahan yang terjadi karena pengembangan ekowisata telah merubah strategi nafkah nelayan. Strategi nafkah ini bertujuan untuk menyiasati penurunan perekonomian rumah tangga. Tingkat perekonomian rumah tangga dapat diukur dari tingkat pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Tingkat perekonomian rumah tangga dan kondisi sarana prasarana yang dimiliki rumah tangga nelayan dapat menggambarkan tingkat taraf hidup mereka.

Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Nelayan

Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan adalah besarnya pendapatan rumah tangga nelayan yang disumbang oleh seluruh anggota keluarga rumah tangga nelayan. Pada penelitian ini, penulis membatasi sumber pendapatan dari sektor nelayan tangkap, nelayan wisata, dan pendapatan lain selain dari pinjaman dan bantuan. Penghitungan total pendapatan tahunan dihitung berdasarkan pendekatan asumsi-asumsi tertentu berdasarkan penghitungan kalender musim nelayan di Karimunjawa (Tabel 23).

Keadaan Nelayan Tangkap

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Banyak √ √ √

Biasa √ √ √ √ √

Paceklik √ √ √ √

Keadaan Nelayan Wisata

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Banyak √ √ √ √ √ √

Biasa √ √ √

Paceklik √ √ √

Pendapatan sektor nelayan tangkap dihitung dari pendapatan dari aktivitas menangkap ikan terakhir (trip terakhir). Hitungan pendapatan bersifat harian atau trip terakhir dalam seminggu terakhir sebelum responden diwawancarai. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden tersebut, penulis menggunakan asumsi-asumsi sederhana untuk menghitung total pendapatan tahunan rumah tangga nelayan. Hasil penghitungan mengenai tingkat pendapatan rumah tangga nelayan dapat dilihat pada Tabel 24.

Pendapatan dari sektor wisata sengajar diambil secara khusus untuk melihat pengaruh sektor wisata terhadap tingkat pendapatan rumah tangga nelayan. Pendapatan dari sektor nelayan wisata dihitung berdasarkan hitungan satu minggu terakhir. Penghitungan ini berdasarkan pertimbangan kedatangan wisatawan mengikuti hari libur sehingga sulit untuk menentukan pendapatan sektor wisata secara harian. Pendapatan nelayan tahunan dari sektor wisata dihitung menggunakan pendekatan asumsi-asumsi sederhana seperti kalender musim dan asumsi lain. Sedangkan pendapatan sektor lain dihitung dari pendapatan rumah tangga nelayan selain dari sektor nelayan tangkap dan nelayan wisata.

Pendapatan Keluarga (Rp/tahun) Nelayan Tangkap Nelayan Wisata Sektor Lain n % n % n % 1. < 10.0000.000 11 27.5 13 32.5 29 72.5 2. 10.000.000 – 19.999.999 5 12.5 10 25 6 15 3. 20.000.000 – 29.999.999 7 17.5 5 12.5 1 2.5 4. 30.000.000 – 39.999.999 3 7.5 3 7.5 2 5 5. 40.000.000 – 49.999.999 4 10 4 10 1 2.5 6. 50.000.000 – 100.000.000 7 17.5 5 12.5 1 2.5 7. > 100.000.0000 3 7.5 0 0 0 0 Total 40 100 40 100 40 100

Sektor pendapatan dari hasil menangkap ikan berasal dari memancing, nembak, bubu, dan jaring gillnet. Mayoritas nelayan (27.5%) berpenghasilan dibawah Rp 10.000.000,00/tahun. Penghasilan ini dihitung berdasarkan UMK sebesar Rp 800.000,00/bulan atau Rp 9.600.000,00/tahun. Sedangkan nelayan dengan pendapatan lebih dari Rp 40.000.000,00/tahun ada 35 persen. Sektor wisata menyumbang pendapatan yang cukup signifikan. Rumah tangga nelayan dengan pendapatan lebih dari Rp 40.000.000,00/tahun mencapai 22.5 persen. Pendapatan sektor nelayan yang tinggi ini diperoleh dari pekerjaan sebagai tour guide, nahkoda kapal, menyewakan kapal dan peralatan perlengkapan wisata seperti baju apung dan alat snorkeling, berjualan di sektor wisata, serta bekerja sebagai tenaga kebersihan di resort/hotel dan penginapan/homestay.

Sektor wisata menyumbang 35 persen dari total pendapatan rumah tangga nelayan (Gambar 15). Angka ini cukup bagus mengingat wisata merupakan sumber pendapatan alternatif. Jika dirata-rata, per tahunnya, satu rumah tangga nelayan memperoleh pendapatan sampai lebih dari Rp 23.900.000,00. Jumlah ini bahkan 2 kali lipat lebih banyak daripada standar upah minimum kabupaten Jepara (Rp 9.600.000,00/tahun).

Gambar 15 Distribusi pendapatan rumah tangga nelayan berdasarkan sumber Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan Karimunjawa mayoritas rendah (37,5%) (Gambar 16). Jumlah rumah tangga responden yang memiliki tingkat pendapatan tinggi mencapai 27,5 persen. Meskipun mayoritas berpenghasilan rendah, penghasilan rumah tangga nelayan masih lebih tinggi dari standar upah minimum per tahun Kabupaten Jepara. Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan dikatakan rendah jika total pendapatan rumah tangga nelayan kurang atau sama dengan dari Rp 44.040.144,00/tahun. Sedangkan tingkat pendapatan rumah tangga nelayan digolongkan dalam tingkat pendapatan tinggi jika total pendapatan rumah tangga lebih dari atau sama dengan Rp 94.345.656,00/tahun.

Gambar 16 Jumlah rumah tangga nelayan menurut tingkat pendapatan Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan

Selain mengukur tingkat pendapatan, tingkat perekonomian rumah tangga nelayan dapat diukur dari tingkat pengeluaran rumah tangga. Tingkat pengeluaran dapat diukur berdasarkan pengeluaran sektor konsumsi dan pengeluaran sektor non-konsumsi. Dalam penelitian ini, sektor pengeluaran konsumsi dihitung

berdasarkan pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi harian, seperti sembako dan minyak untuk memasak. Sedangkan sektor pengeluaran non-konsumsi diukur dari pengeluaran rumah tangga untuk pembayaran listrik, air, dan pulsa. Kedua variabel pengukuran ini dinilai penulis sebagai variabel yang berhubungan langsung dengan sektor produktif dan juga pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Pengeluaran sektor non-konsumsi dihitung secara mingguan. Semua hasil pengeluaran rumah tangga tersebut dihitung menggunakan pendekatan sederhana dan asumsi-asumsi tertentu sehingga diperoleh pengeluaran tahunan rumah tangga. Tingkat pengeluaran rumah tangga nelayan Desa Karimunjawa dapat dilihat pada Tabel 25. Pengeluaran Keluarga (Rp/tahun) Konsumsi Non-Konsumsi n % n % 1. < 10.0000.000 1 2.5 40 100 2. 10.000.000 – 19.999.999 22 55 0 0 3. 20.000.000 – 29.999.999 8 20 0 0 4. > 30.000.000 9 22.5 0 0 Total 40 100 40 100

Berdasarkan hasil survei yang sudah dilakukan, pengeluaran rumah tangga nelayan per hari untuk konsumsi lebih banyak (55%) berada pada kisaran Rp 10.000.000 – Rp 19.999.999,00/tahun. Tidak ada rumah tangga nelayan yang jumlah pengeluarannya melebihi Rp 100.000,00 per hari. Hanya 2.5 persen rumah tangga yang pengeluarannya kurang dari Rp 10.000.000,00/tahun.

Gambar 17 Jumlah rumah tangga nelayan menurut tingkat pengeluaran Jika seluruh sektor pengeluaran ini ditotalkan, terlihat rumah tangga nelayan di Desa Karimunjawa mayoritas memiliki tingkat pengeluaran sedang, yaitu 16 responden (35%) (Gambar 18). Rumah tangga dengan pengeluaran dibawah atau sama dengan Rp 20.461.847,00/tahun digolongan ke dalam tingkat pengeluaran

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Rendah Sedang Tinggi

J um la h Respo nd en Tingkat Pengeluaran

rendah. Sedangkan rumah tangga dengan pengeluaran di atas atau sama dengan Rp 28.810.753,00/tahun digolongkan ke dalam rumah tangga dengan tingkat pengeluaran tinggi. Rumah tangga dengan pengeluaran diantara itu termasuk dalam tingkat pengeluaran sedang. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga responden, semakin tinggi pula taraf hidupnya. Hal ini dikarenakan kebutuhan-kebutuhan dasar sudah terpenuhi sehingga pengeluaran rumah tangga akan lebih banyak diarahkan pada sektor sekunder. Meskipun demikian, ukuran pengeluaran tidak menggambarkan ukuran kesejahteraan sebenarnya.

Kondisi Sarana Prasarana Rumah Tangga Nelayan

Rumah merupakan salah satu unsur pokok dari kebutuhan dasar selain dari sandang dan pangan. Rumah tidak lagi menjadi tempat tinggal semata, tetapi juga memiliki fungsi sebagai gaya hidup dan simbol yang menunjukan identitas pemiliknya. Kualitas bahan bangunan yang digunakan dapat dijadikan tolak ukur kesejahteraan penghuninya. Selain itu, barang-barang atau fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menjadi patokan apakah rumah tangga tersebut termasuk dalam rumah tangga sejahtera atau belum.

Secara umum, kepemilikan rumah, bahan bangunan, serta fasilitas yang digunakan dalam rumah atau yang menunjang aktivitas sehari-hari digolongkan dalam kondisi sarana prasarana rumah tangga. Tingkat kondisi sarana prasarana rumah tangga nelayan dapat dilihat dari status kepemilikan rumah, jenis atap penutup bagian atas, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas MCK, sumber penerangan, sumber perolehan air minum, jenis bahan bakar, dan kepemilikan barang elektronik dan kendaraan. Hasil survei penulis mengenai tingkat kondisi kondisi sarana prasarana rumah nelayan Desa Karimunjawa dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Kondisi sarana prasarana rumah nelayan Karimunjawa Kondisi Sarana Prasarana Rumah Tangga

Status Kepemilikan

Rumah Jumlah Persentase (%)

Rumah Sendiri 38 95.00

Milik Orang Tua/Saudara 2 5.00

Total 40 100.00

Jenis Atap Rumah Jumlah Persentase (%)

Genteng 32 80.00

Asbes 8 20.00

Total 40 100.00

Jenis Lantai Jumlah Persentase (%)

Tanah 4 10.00

Kayu Murah 3 7.50

Keramik 31 77.50

Lainnya 2 5.00

Total 40 100.00

Jenis Dinding Jumlah Persentase (%)

Kayu Kualitas Rendah 2 5.00

Tembok Bata 23 57.50

Tembok Karang 15 37.50

Total 40 100.00

Fasilitas MCK Jumlah Persentase (%)

WC Umum 8 20.00 WC bersama tanah/semen 1 2.50 WC bersama keramik 1 2.50 WC pribadi tanah/semen 5 12.50 WC pribadi keramik 23 57.50 Lainnya 2 5.00 Total 40 100.00

Sumber Penerangan Jumlah Persentase (%)

Listrik non-PLN 40 100.00

Total 40 100.00

Sumber Air Minum Jumlah Persentase (%)

Mata Air 1 2.50

Sumur, ledeng eceran 1 2.50

Ledeng meteran 32 80.00

Sumur bor/pompa 1 2.50

Air minum kemasan 5 12.50

Total 40 100.00

Jenis Bahan Bakar Jumlah Persentase (%)

Kayu bakar dan gas 8 20.00

Gas 32 80.00

Berdasarkan hasil survei penulis, terlihat sebagian besar rumah tangga nelayan sudah memiliki fasilitas yang baik. Kualitas yang baik itu ditunjukan oleh status rumah yang milik sendiri, penutup genteng, lantai keramik, dan tembok bata. Penggunaan tembok karang masih jamak digunakan sebelum ada larangan dari TN Karimunjawa. Dibeberapa lokasi perumahan nelayan, terutama rumah yang didirikan di atas laut (rumah panggung), WC yang digunakan adalah WC bersama. Hal ini dipengaruhi oleh budaya suku bajo yang gemar membangun rumah panggung di atas laut. Listrik di Karimunjawa disediakan oleh pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang dikelola oleh pemerintah daerah. Sedangkan, sumber air Karimunjawa sebenarnya masih layak konsumsi dari mata air. Akan tetapi, masuknya swasta menyebabkan pengelolaan sumber air tidak lagi menjadi sumber daya open access.

Setelah dihitung secara menyeluruh, ternyata tingkat kondisi sarana dan prasarana rumah tangga nelayan mayoritas tergolong tinggi. Hal ini dapat menguatkan dugaan penulis bahwa taraf hidup rumah tangga nelayan sudah baik. Tingkat kondisi sarana prasarana rumah tangga nelayan Desa Karimunjawa dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Jumlah rumah tangga nelayan menurut tingkat kondisi sarana prasarana

Ikhtisar

Taraf hidup rumah tangga nelayan setidaknya dapat diukur berdasarkan tiga indikator, yaitu tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, serta tingkat kondisi sarana prasarana rumah tangga nelayan. Tingkat pendapatan nelayan secara siginifikan dipengaruhi oleh sektor wisata, dimana sumbangan pendapatan dari sektor wisata memiliki peranan penting. Wisata menyediakan beberapa alternatif potensi sumber pendapatan selain dari nelayan tangkap. Hasil temuan penulis sesuai dengan penelitian Ardini (2014) yang menyatakan bahwa perubahan- perubahan akibat pengembangan wisata telah merubah strategi nafkah nelayan. Perubahan ini sebagai bentuk adaptasi terhadap kemungkinan penurunan tingkat

0 5 10 15 20 25

rendah Sedang Tinggi

ekonomi. Secara umum, tingkat pendapatan rumah tangga nelayan termasuk dalam kategori sedang.

Tingkat pengeluaran rumah tangga diperoleh melalui indikator pengeluaran sektor konsumsi dan non-konsumsi. Pengeluaran sektor konsumsi meliputi pengeluaran untuk makan seluruh anggota rumah tangga. Sedangkan pengeluaran sektor non-konsumsi meliputi pengeluaran untuk pembayaran listrik, air, dan pulsa. Ternyata, tingkat pengeluaran rumah tangga nelayan cenderung rendah ke sedang.

Kondisi sarana prasarana rumah tangga meliputi status kepemilikan rumah, jenis atap penutup bagian atas, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas MCK, sumber penerangan, sumber perolehan air minum, jenis bahan bakar, dan kepemilikan barang elektronik dan kendaraan. Seara umum, tingkat kondisi sarana prasarana rumah tangga nelayan tergolong tinggi. Secara umum, dapat diartikan bahwa taraf hidup rumah tangga nelayan tergolong sedang dan baik. Berbagai strategi nafkah yang dilakukan oleh nelayan lebih cenderung bertujuan untuk meningkatkan tarf hidup daripada mempertahankan kehidupan.

Dokumen terkait