BAB IV %/$&.3(0%(178.³1(:&20081,7<´
4.4. Target Djarum BLACK
Dalam penyelenggaraan sebuah event, dapat dipastikan tidak terlepas dengan
konsep rancangan yang ingin dihadirkan. Konsep menjadi sebuah pijakan dasar yang
sangat vital untuk menentukan tingkat kesuksesan atas suatu event, terutama jika
kesuksesan itu dikaitkan dengan adanya ideologi yang menyertai dalam event
tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa kesuksesan event yang dirancang melalui
sebuah konsep yang matang akan memberikan keberhasilan dalam memasukkan
ideologi ke publik sebagai sasarannya. Beroperasinya ideologi dibalik event, tidak
dapat dipisahkan dari mekanisme ketersembunyian (invisibility) dan ketidaksadaran
(unconsciousness), yang merupakan kondisi dari keberhasilan sebuah ideologi.
Artinya, ideologi itu menyusup dan menanamkan pengaruhnya lewat media dalam
bentuk event BLACK yang dilakukan secara tersembunyi (tidak terlihat dan halus),
dan secara tidak sadar akan berdampak mengubah pandangan maupun perilaku
publik.
commit to user
136
Ideologi BLACK sebagai target event tersebut dikemas sangat menarik
dengan mengeksploitasi materialisme dan mengkomoditaskan tubuh perempuan,
sehingga memenuhi kenyamanan bagi publik dan sekaligus mudah dalam
mencernanya. Ideologi BLACK adalah pembebasan hasrat (freedom of desire), yang
mana hasrat (anaclictic desire) merupakan fondasi kultural utama konsumerisme
yang dilembagakan lewat ekonomi kapitalisme. Pembebasan hasrat tersebut
direpresentasikan ke dalam event dengan terbentuknya banalisasi ruang publik (event)
dan produksi simbol yang diberi muatan tanda dan makna (mewah, eksklusif, trendy,
modern), terkait dengan tagline yang digunakan sebagai konsep dalam event BLACK
yaitu ³+REE\ +LS 3HRSOH +DQJ 2XW´ yang hanya menciptakan budaya hasrat
duniawi (pemuasan libido).
Terkait dengan penggunaan ideologi sebagai landasan dalam penyelenggaraan
event BLACK, hal tersebut tidak dapat dilepaskan karena adanya pengaruh hegemoni
korporat. Menurut Antonio Gramsci, konsep hegemoni tidak hanya menjelaskan
dominasi lewat kekuatan (force), akan tetapi yang lebih penting lewat kepemimpinan
intelektual dan moral (intellectual and moral leadership). Dalam hal ini yang
dimaksud kepemimpinan intelektual dan moral adalah korporat dalam penciptaan dan
pengelolaan brand BLACK tidak hanya menggunakan kekuatan iklan saja, tetapi
menggunakan pola-pola pendekatan ³JHULO\D´XQWXNPHQ\HQWXKZLOD\DKWDUJHW\DQJ
lebih luas, penelitian konsumen dipakai untuk pendekatan ³gerilya´ ini, praktek yang
dilakukan adalah dengan cara mengamati, mencari data dan menganalisis consumer
insight. Hal inilah yang dilakukan oleh divisi Research and Development (R&D)
commit to user
137
korporat untuk mencari tahu bagaimana kondisi ³medan pertempuran´ \DQJ DNDQ
dihadapinya. Kegiatan R&D inilah yang akan menghasilkan strategi branding
BLACK, dengan diterapkannya strategi branding ini di lapangan maka korporat lebih
mudah membidik target konsumen dengan media event.
Event sebagai bagian dari ruang publik, yang di dalamnya, bahasa dan simbol
diproduksi dan disebarluaskan, hal ini event diciptakan sebagai salah satu ruang di
antara sekian banyak ruang yang lain untuk memperebutkan penerimaan publik atas
gagasan ideologis yang diperjuangkan korporat melalui strategi branding. Perebutan
penerimaan publik ini dilangsungkan dengan cara perang simbol (symbolic battle
field), untuk memenangkan simbol BLACK sebagai citra eksklusif dibuktikan dengan
menguasai komunitas BLACK.
4.4.2. Target efek skala kecil
Di dalam strategi marketing dikenal adanya consumer insight, istilah ini dapat
dijelaskan dengan isi benak konsumen, maksudnya adalah di bawah wilayah
imanensi manusia yang tidak tampak (kesadaran yang tidak disadari) terdapat asakan
dan emosi. Penjelasan kedua wilayah di bawah imanensi tersebut adalah: (1) Asakan
adalah hasrat keinginan yang ditekan karena belum ada ruang dan waktu yang tepat
untuk tersalurkan; (2) Emosi adalah reaksi psikologis yang tidak terkendali dalam
wilayah ketidaksadaran (unconsciousness). Wilayah asakan itulah ekspektasi
individu, apabila ada sekelompok individu/ publik maka hal itu dapat diartikan
sebagai ekspektasi publik (public expectation).
commit to user
138
Public expectation yang ditangkap melalui consumer insight inilah yang di
analisis oleh divisi R&D Djarum dan diolah untuk menghasilkan strategi branding
BLACK. Strategi branding tersebut telah menggunakan strategi baru yang dinamakan
strategi ³New Wave´, yang menggunakan prinsip horizontal, bottom-up, peer-to-peer
dan community.Low budget high impact PHQMDGLSUDNWHNVWUDWHJL³1HZ:DYH´ yang
dilakukan oleh Djarum karena untuk menekan biaya iklan yang tinggi, maka dari itu
Djarum membutuhkan komunitas untuk mendistribusikan brand produknya.
Kelompok yang direkrut VHEDJDL ³pasukan bayaran´ tersebut agar dapat
memberikan garansi loyalitas terhadap korporat, maka kelompok tersebut dibawa
menuju puncak ³WDPDV\D KDVUDW´. Ketika kelompok tersebut mengharapkan wadah
sebagai ajang prestisius, maka secara RWRPDWLV ³QHZ FRPPXQLW\´ EHUGLUL karena
didukung oleh corporate. BLACK Community dengan segala atributnya di-BKO-kan
(Bawah Kendali Operasi) untuk mendukung event-event yang digelar BLACK.
Selama event berlangsung komunitas BLACK tersebut juga ikut serta dalam lomba
mendampingi lomba utama yaitu lomba yang modifikasi yang diikuti oleh berbagai
kelas kendaraan baik mobil maupun motor pada acara tersendiri dalam event yang
sama. Target efek dalam skala kecil ini adalah ³QHZ FRPPXQLW\´ ²Black Car
Community dan Black Motor Community² yang selanjutnya akan diposisikan
VHEDJDL³SDVXNDQHOLWWDNWLV´dan selalu siap sedia diterjunkan ke medan pertempuran
commit to user
139
4.4.3. Target efek skala besar
Djarum sebagai kelompok elit mengaplikasikan strategi brand ke dalam event
dan pengelolaan community, prinsip cara kerja strategi ini termasuk sebagai brand
resonansi (brand resonance), yang mana cara kerja awalnya adalah penyelenggaraan
event yang ditujukan sebagai pemicu adanya gaya hidup baru dan efeknya bergaung
dan menyebar ke berbagai arah. Efek gaung yang terjadi disebabkan oleh kegiatan
community sebagai partisipan dan pengunjung event yang didukung pula oleh word of
mouth, kegiatan yang dilakukan secara sporadis tersebut pada akhirnya menimbulkan
efek hingga keluar dari wilayah event.
Di luar wilayah event tersebut yang mencapai hingga publik marjinal, akibat
dari efek tersebut publik marjinal mengimitasi dari apa yang dilihat dan didengar
terkait dengan kegiatan dalam event akbar yang diikuti participant community. Pada
waktu-waktu tertentu dimana event tersebut digelar, dimana publik marjinal tersebut
memiliki kesamaan identifikasi diri dengan identifikasi korporat maka publik
marjinal tadi terdorong untuk datang menghadiri event tersebut. Publik marjinal yang
ikut masuk juga ikut merasakan kemewahan dan kemeriahan yang semakin diperkuat
oleh sugesti karena dukungan situasi, sehingga akan memperkuat daya imitasinya.
Dalam suasana event yang terkesan mewah dan meriah tersebut menyuguhkan
citraan-citraan semu, hal ini disebut sebagai rancangan imagologi. Imagologi adalah
penggunaan citra-citra tertentu dalam rangka menciptakan sebuah imaji tentang
realitas, yang pada titik tertentu ia dianggap merupakan realitas itu sendiri, padahal
semuanya tak lebih dari sebuah fatamorgana (false sign) (Piliang, 2004).
commit to user
140
Dengan demikian publik marjinal yang cenderung kategori kelompok yang
memiliki status sosio-ekonomi yang rendah dan ingin mencapai tingkat kepuasan
yang sama, maka publik tersebut untuk mendapat kenyamanan cukup hanya dengan
membeli produk yang sesuai dengan kemampuan finansial publik tersebut. Sehingga
disaat publik marjinal membeli produk Djarum BLACK sama halnya dengan publik
tersebut membeli sebuah citra kemewahan dan eksklusif.
Bagan 4. Brand resonance Djarum BLACK
Dalam dokumen
STRATEGI BRANDING DJARUM BLACK DALAM MEMBENTUK PSIKO KOMUNAL NEW COMMUNITY
(Halaman 156-161)