• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata cara RUPO

Dalam dokumen Prospectus CAP Bonds I 2016 (Halaman 185-188)

Halaman ini sengaja dikosongkan

APPROVAL OF CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS

XVI. KETERANGAN MENGENAI OBLIGASI

16.2 Keterangan Obligasi Yang Akan Diterbitkan

16.2.10 Tata cara RUPO

Untuk penyelenggaraan RUPO, kuorum yang disyaratkan, hak suara dan pengambilan keputusan, berlaku ketentuan-ketentuan di bawah ini, tanpa mengurangi peraturan Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia serta peraturan Bursa Efek.

i. RUPO diadakan untuk tujuan antara lain :

a. Mengambil keputusan sehubungan dengan usulan Perseroan atau Pemegang Obligasi bersifat utang mengenai perubahan jangka waktu Obligasi, Pokok Obligasi, suku Bunga Obligasi, perubahan tata cara atau periode pembayaran Bunga Obligasi, dan ketentuan lain dalam Perjanjian Perwaliamanatan;

b. Menyampaikan pemberitahuan kepada Perseroan dan/atau Wali Amanat, memberikan pengarahan kepada Wali Amanat, dan/atau menyetujui suatu kelonggaran waktu atas suatu kelalaian berdasarkan Perjanjian Perwaliamanatan serta akibat-akibatnya, atau untuk mengambil tindakan lain sehubungan dengan kelalaian;

c. Memberhentikan Wali Amanat dan menunjuk pengganti Wali Amanat menurut ketentuan Perjanjian Perwaliamanatan;

d. Mengambil tindakan yang dikuasakan oleh atau atas nama Pemegang Obligasi termasuk dalam penentuan potensi kelalaian yang dapat menyebabkan terjadinya kelalaian sebagaimana dimaksud dalam poin 16.2.9 di atas dan Peraturan No. VI.C.4, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-412/BL/2010 tanggal 6 September 2010 tentang Ketentuan Umum dan Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat Utang (“Peraturan No.VI.C.4”); dan

e. Wali Amanat bermaksud mengambil tindakan lain yang tidak dikuasakan atau tidak termuat dalam Perjanjian Perwaliamanatan atau berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

ii. RUPO dapat diselenggarakan atas permintaan:

a. Pemegang Obligasi baik sendiri maupun bersama-sama yang mewakili paling sedikit lebih dari 20% (dua puluh persen) dari jumlah Obligasi yang belum dilunasi tidak termasuk Obligasi yang dimiliki oleh Perseroan dan/atau Afiliasinya, mengajukan permintaan tertulis kepada Wali Amanat untuk diselenggarakan RUPO dengan melampirkan asli KTUR. Permintaan tertulis dimaksud harus memuat acara yang diminta, dengan ketentuan sejak diterbitkannya KTUR tersebut, Obligasi yang dimiliki oleh Pemegang Obligasi yang mengajukan permintaan tertulis kepada Wali Amanat akan dibekukan oleh KSEI sejumlah Obligasi yang tercantum dalam KTUR tersebut. Pencabutan pembekuan Obligasi oleh KSEI tersebut hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan secara tertulis dari Wali Amanat;

b. Perseroan; c. Wali Amanat; atau d. OJK.

iii. Permintaan sebagaimana dimaksud dalam butir ii huruf a, huruf b dan huruf d wajib disampaikan secara tertulis kepada Wali Amanat dan paling lambat 30 (tiga puluh) Hari Kalender setelah tanggal diterimanya surat permintaan tersebut Wali Amanat wajib melakukan panggilan untuk RUPO.

iv. Dalam hal Wali Amanat menolak permohonan Pemegang Obligasi atau Perseroan untuk mengadakan RUPO, maka Wali Amanat wajib memberitahukan secara tertulis alasan penolakan tersebut kepada pemohon dengan tembusan kepada OJK, paling lambat 14 (empat belas) Hari Kalender setelah diterimanya surat permohonan.

v. Pengumuman, pemanggilan, dan waktu penyelenggaraan RUPO:

a. Pengumuman RUPO wajib dilakukan melalui 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional, dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) Hari Kalender sebelum pemanggilan.

b. Pemanggilan RUPO dilakukan paling lambat 14 (empat belas) Hari Kalender sebelum RUPO, melalui paling sedikit 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional.

c. Pemanggilan RUPO kedua atau ketiga dilakukan paling lambat tujuh Hari Kalender sebelum RUPO kedua atau ketiga dilakukan dan disertai informasi bahwa RUPO sebelumnya telah diselenggarakan tetapi tidak mencapai korum.

d. Pemanggilan harus dengan tegas memuat rencana RUPO dan mengungkapkan informasi antara lain:

- tanggal, tempat, dan waktu penyelenggaraan RUPO; - agenda RUPO;

- pihak yang mengajukan usulan RUPO;

- Pemegang Obligasi yang berhak hadir dan memiliki hak suara dalam RUPO; dan - korum yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengambilan keputusan RUPO. e. RUPO kedua dan ketiga diselenggarakan paling cepat 14 (empat belas) Hari Kalender dan

paling lambat 21 (dua puluh satu) Hari Kalender dari RUPO sebelumnya.

vi. Tata cara RUPO :

a. Pemegang Obligasi, baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri RUPO dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah Obligasi yang dimilikinya. b. Pemegang Obligasi yang berhak hadir dalam RUPO adalah Pemegang Obligasi yang

namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Rekening pada tiga Hari Kerja sebelum tanggal penyelenggaraan RUPO yang diterbitkan oleh KSEI.

c. Pemegang Obligasi yang menghadiri RUPO wajib menyerahkan asli KTUR kepada Wali Amanat.

d. Seluruh Obligasi yang disimpan di KSEI dibekukan sehingga Obligasi tersebut tidak dapat dialihkan/dipindahbukukan sejak tiga Hari Kerja sebelum tanggal penyelenggaraan RUPO sampai dengan tanggal berakhirnya RUPO yang dibuktikan dengan adanya pemberitahuan dari Wali Amanat atau setelah memperoleh persetujuan dari Wali Amanat. Transaksi Obligasi yang penyelesaiannya jatuh pada tanggal-tanggal tersebut, ditunda penyelesaiannya sampai 1 (satu) Hari Kerja setelah tanggal pelaksanaan RUPO.

e. Setiap Obligasi sebesar Rp1 (satu Rupiah) berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dalam RUPO, dengan demikian setiap Pemegang Obligasi dalam RUPO mempunyai hak untuk mengeluarkan suara sejumlah Obligasi yang dimilikinya.

f. Suara dikeluarkan dengan tertulis dan ditandatangani dengan menyebutkan Nomor KTUR, kecuali Wali Amanat memutuskan lain.

g. Obligasi yang dimiliki oleh Perseroan dan/atau Afiliasinya tidak memiliki hak suara dan tidak diperhitungkan dalam korum kehadiran.

h. Sebelum pelaksanaan RUPO :

- Perseroan berkewajiban untuk menyerahkan daftar Pemegang Obligasi dari Afiliasinya kepada Wali Amanat.

- Perseroan berkewajiban untuk membuat surat pernyataan yang menyatakan jumlah Obligasi yang dimiliki oleh Perseroan dan Afiliasinya.

- Pemegang Obligasi atau kuasa Pemegang Obligasi yang hadir dalam RUPO berkewajiban untuk membuat surat pernyataan yang menyatakan mengenai apakah Pemegang Obligasi memiliki atau tidak memiliki hubungan Afiliasi dengan Perseroan. i. RUPO dapat diselenggarakan di tempat Perseroan atau tempat lain yang disepakati antara

Perseroan dan Wali Amanat. j. RUPO dipimpin oleh Wali Amanat.

k. Wali Amanat wajib mempersiapkan acara RUPO termasuk materi RUPO dan menunjuk Notaris untuk membuat berita acara RUPO.

l. Dalam hal penggantian Wali Amanat diminta oleh Perseroan atau Pemegang Obligasi, maka RUPO dipimpin oleh Perseroan atau wakil Pemegang Obligasi yang meminta diadakan RUPO tersebut. Perseroan atau Pemegang Obligasi yang meminta diadakannya RUPO tersebut diwajibkan untuk mempersiapkan acara RUPO dan materi RUPO serta menunjuk Notaris untuk membuat berita acara RUPO.

vii. Dengan memperhatikan ketentuan dalam poin vi huruf g diatas, kuorum dan pengambilan keputusan :

a. Dalam hal RUPO bertujuan untuk memutuskan mengenai perubahan Perjanjian Perwaliamanatan diatur sebagai berikut:

1) Dalam hal RUPO bertujuan untuk memutuskan mengenai perubahan perjanjian Perwaliamanatan sebagaimana dimaksud dalam poin 16.2.10 (i) diatur sebagai berikut. (i) dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 3/4 (tiga per empat)

bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO.

(ii) dalam hal korum kehadiran sebagaimana dimaksud dalam butir (i) di atas tidak tercapai, maka wajib diadakan RUPO yang kedua.

(iii) RUPO kedua dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO.

(iv) dalam hal korum kehadiran sebagaimana dimaksud dalam butir (iii) di atas tidak tercapai, maka wajib diadakan RUPO yang ketiga.

(v) RUPO ketiga dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO.

2) Apabila RUPO dimintakan oleh Pemegang Obligasi atau Wali Amanat maka wajib diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut:

(i) dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO.

(ii) dalam hal kuorum kehadiran sebagaimana dimaksud dalam butir (i) di atas tidak tercapai, maka wajib diadakan RUPO yang kedua.

(iii) RUPO kedua dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO. (iv) dalam hal kuorum kehadiran sebagaimana dimaksud dalam butir (iii) di atas tidak

tercapai, maka wajib diadakan RUPO yang ketiga.

(v) RUPO ketiga dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO

3) Apabila RUPO dimintakan oleh OJK maka wajib diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut :

(i) dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasidan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO.

(ii) dalam hal korum kehadiran sebagaimana dimaksud dalam butir (i) di atas tidak tercapai, maka wajib diadakan RUPO yang kedua.

(iii) RUPO kedua dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO.

(iv) dalam hal korum kehadiran sebagaimana dimaksud dalam butir (iii) di atas tidak tercapai, maka wajib diadakan RUPO yang ketiga.

(v) RUPO ketiga dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO.

b. RUPO yang diadakan untuk tujuan selain perubahan Perjanjian Perwaliamanatan, dapat diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO.

2) dalam hal korum kehadiran sebagaimana dimaksud dalam angka (1) di atas tidak tercapai, maka wajib diadakan RUPO yang kedua.

3) RUPO kedua dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah Obligasi yang hadir dalam RUPO.

4) dalam hal korum kehadiran sebagaimana dimaksud dalam angka (3) di atas tidak tercapai, maka wajib diadakan RUPO yang ketiga.

5) RUPO ketiga dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh Pemegang Obligasi atau diwakili paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah Obligasi yang masih belum dilunasi dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat berdasarkan keputusan suara terbanyak.

viii. Biaya-biaya penyelenggaraan RUPO menjadi beban Perseroan dan wajib dibayarkan kepada Wali Amanat paling lambat 7 (tujuh) Hari Kerja setelah permintaan biaya tersebut diterima Perseroan dari Wali Amanat, yang ditetapkan dalam Perjanjian Perwaliamanatan.

ix. Penyelenggaraan RUPO wajib dibuatkan berita acara secara notariil.

x. Keputusan RUPO mengikat bagi semua Pemegang Obligasi, Perseroan dan Wali Amanat, karenanya Perseroan, Wali Amanat, dan Pemegang Obligasi wajib memenuhi keputusan-keputusan yang diambil dalam RUPO. Keputusan RUPO mengenai perubahan Perjanjian Perwaliamanatan dan/atau perjanjian-perjanjian lain sehubungan dengan Obligasi, baru berlaku efektif sejak tanggal ditandatanganinya perubahan Perjanjian Perwaliamanatan dan/atau perjanjian-perjanjian lainnya sehubungan dengan Obligasi.

xi. Wali Amanat wajib mengumumkan hasil RUPO dalam 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengumuman hasil RUPO tersebut wajib ditanggung oleh Perseroan.

xii. Apabila RUPO yang diselenggarakan memutuskan untuk mengadakan perubahan atas Perjanjian Perwaliamanatan dan/atau perjanjian lainnya antara lain sehubungan dengan perubahan nilai Pokok Obligasi, perubahan tingkat Bunga Obligasi, perubahan tata cara pembayaran Bunga Obligasi, dan perubahan jangka waktu Obligasi dan Perseroan menolak untuk menandatangani perubahan Perjanjian Perwaliamanatan dan/atau perjanjian lainnya sehubungan dengan hal tersebut maka dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) Hari Kalender sejak keputusan RUPO atau tanggal lain yang diputuskan RUPO (jika RUPO memutuskan suatu tanggal tertentu untuk penandatangan perubahan Perjanjian Perwaliamanatan dan/atau perjanjian lainnya tersebut) maka Wali Amanat berhak langsung untuk melakukan penagihan Jumlah Terhutang kepada Perseroan tanpa terlebih dahulu menyelenggarakan RUPO.

xiii. Peraturan-peraturan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan serta tata cara dalam RUPO dapat dibuat dan bila perlu kemudian disempurnakan atau diubah oleh Perseroan dan Wali Amanat dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia serta peraturan Bursa Efek.

xiv. Apabila ketentuan-ketentuan mengenai RUPO ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, maka peraturan perundang-undangan di pasar modal tersebut yang berlaku.

16.2.11 Jaminan

i. Guna menjamin pembayaran dari seluruh jumlah yang oleh sebab apapun juga terhutang dan wajib bayar oleh Perseroan kepada Pemegang Obligasi berdasarkan ketentuan Perjanjian Perwalimanatan, dengan ini Perseroan memberikan jaminan kepada dan untuk kepentingan pemegang Obligasi melalui Wali Amanat berupa aset tetap dan benda bergerak sekurang-kurangnya 150% (seratus lima puluh persen) dari Jumlah Pokok Obligasi yang terutang berupa:

a. Sebelas bidang tanah yang terletak di Desa Gunung Sugih, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Banten yang terdiri dari:

1. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 110/Gunung Sugih seluas 9.490 m2 (Sembilan ribu empat ratus Sembilan puluh meter persegi);

2. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 115/Gunung Sugih seluas 20.612 m2 (dua puluh ribu enam ratus dua belas meter persegi);

3. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 133/Gunung Sugih seluas 1.168 m2 (seribu seratus enam puluh delapan meter persegi);

4. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 249/Gunung Sugih seluas 5.200 m2 (lima ribu dua ratus meter persegi);

5. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 226/Gunung Sugih seluas 600 m2 (enam ratus meter persegi)

6. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 251/Gunung Sugih seluas 1.269 m2 (seribu dua ratus enam puluh sembilan meter persegi)

7. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 250/Gunung Sugih seluas 2.352 m2 (dua ribu tiga ratus lima puluh dua meter persegi)

8. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 277/Gunung Sugih seluas 1.929 m2 (seribu Sembilan ratus dua puluh sembilan meter persegi)

9. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 276/Gunung Sugih seluas 3.758 m2 (tiga ribu tujuh ratus lima puluh delapan meter persegi)

10. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 406/Gunung Sugih seluas 30.949 m2 (tiga puluh ribu sembilan ratus empat puluh sembilan meter persegi)

11. Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 450/Gunung Sugih seluas 23.137 m2 (dua puluh tiga ribu seratus tiga puluh tujuh meter persegi)

Kesemuanya atas nama PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., berkedudukan di Jakarta Barat; dan

b. Seluruh mesin yang dimiliki oleh PT Petrokimia Butadiene Indonesia yang terletak di Jalan Raya Anyer Kilometer 123 (seratus dua puluh tiga), Cilegon, Ciwandan, Banten , yang rinciannya akan dituangkan dalam Akta Jaminan Fidusia.

Jaminan tersebut telah dinilai oleh Kantor Jasa Penilai Publik Suwendho Rinaldy & Rekan sesuai dengan laporannya dengan surat tertanggal 23 September 2016 Nomor 160923.002/SRR/SR-A/CAP/OR dengan nilai keseluruhan objek sebesar Rp 1.845.664.100.000,00 (satu triliun delapan ratus empat puluh lima miliar enam ratus enam puluh empat juta seratus ribu Rupiah).

ii. Perseroan berkewajiban untuk menyerahkan kepada Notaris melalui Wali Amanat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan jaminan selambatnya- lambatnya 7 (tujuh) Hari Kerja terhitung sejak Tanggal Emisi, termasuk antara lain sertifikat atau bukti kepemilikan dari jaminan dan dokumen-dokumen lainnya yang dibutuhkan untuk pengikatan jaminan tersebut.

iii. Agar jaminan menjadi bersifat preferen bagi Pemegang Obligasi maka Perseroan dan/atau PBI dengan ini berjanji dan mengikatkan diri kepada Pemegang Obligasi melalui Wali Amanat atas tanah berikut urut-urutan yang ada diatasnya dan mesin-mesin yang dimiliki oleh PBI:

a. Aset tetap tersebut akan diikat dengan Hak Tanggungan peringkat pertama sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 (seribu Sembilan ratus Sembilan puluh enam) tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan Tanah (selanjutnya disebut Hak Tanggungan);

b. Benda bergerak tersebut akan diikat dengan jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 (seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan) tentang Jaminan Fidusia atas benda bergerak (selanjutnya disebut Jaminan Fidusia);

c. Dalam rangka pembebanan Hak Tanggungan peringkat pertama, maka Perseroan (selaku pemberi kuasa) dan Wali Amanat (selaku penerima kuasa) telah menandatangani Akta Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan No. 21 tanggal 8 Desember 2016, yang dibuat di hadapan Dedy Syamri, S.H., Notaris di Jakarta Selatan (SKMHT) dan akan menandatangani Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) atas jaminan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) Hari Kalendar sejak tanggal ditandatangani SKMHT.

d. Dalam rangka pembebanan Jaminan Fidusia, maka PBI, Entitas Anak, dan Wali Amanat telah menandatangani Akta Perjanjian Pembebanan Jaminan Fidusia atas Mesin-Mesin dan Barang-Barang Bergerak No. 22 tanggal 8 Desember 2016, yang dibuat di hadapan Dedy Syamri, S.H., Notaris di Jakarta Selatan.

e. Perseroan dan/atau Entitas Anak melalui Wali Amanat dengan bantuan notaris yang ditunjuk Perseroan dan/atau Entitas Anak dan/atau Wali Amanat melakukan pendaftaran pada Kantor Pertahanan sejak ditandatangani APHT atas jaminan aset tetap dan Kantor Pendaftaran Fidusia sejak ditandatanganinya Akta Jaminan Fidusia, sesuai dengan peraturan yang berlaku. iv. Dalam hal jaminan menjadi melebihi 150% (seratus lima puluh persen) dari sisa Jumlah Terutang, tanpa adanya suatu alasan dari Wali Amanat yang wajar dan diterima, Wali Amanat wajib memberikan ijin kepada Perseroan untuk mengganti Jaminan yang telah diberikannya dengan aset miliknya selama nilai aset tersebut asalkan nilai aset pengganti Jaminan tidak kurang dari 150% (seratus lima puluh persen) dari Jumlah Terutang Perseroan yang tersisa.

v. Perseroan berkewajiban untuk menyampaikan laporan Jaminan setiap triwulan, yang dimulai selambat-lambatnya pada bulan ke-4 (empat) sejak Tanggal Emisi. Penyampaian laporan tersebut di atas yang ditandatangani oleh pihak yang berwenang mewakili Perseroan.

vi. Perseroan dengan ini memberikan kuasa penuh yang tidak dapat ditarik kembali kepada Wali Amanat dengan hak subtitusi untuk mewakili Perseroan dan bertindak untuk dan atas nama Perseroan dalam melakukan segala tindakan hukum yang Perseroan sendiri sebagai pihak yang berhak atas jaminan tersebut dapat melakukannya dan yang dianggap perlu oleh Wali Amanat untuk dilakukan guna kepentingan Pemegang Obligasi, tidak ada tindakan yang dikecualikan, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemberian instruksi kepada pihak yang berkepentingan dan berwenang mengenai Jaminan, mengambil dan menerima, memindahkan dan memasukan Jaminan, menerima dan memberikan serta menandatangani semua surat, akta dan dokumen lain yang berkenaan dengan Jaminan tersebut dan dengan tetap memperhatikan ketentuan poin 16.2.12, apabila Perseroan dinyatakan lalai berdasarkan Perjanjian Perwalimanatan dengan mana seluruh kewajiban Perseroan berdasarkan Obligasi menjadi jatuh tempo, maka Perseroan wajib sekarang dan untuk nanti pada waktunya memberikan kuasa kepada Wali Amanat untuk kepentingan Pemegang Obligasi mengeksekusi Jaminan dengan cara menjual, mengalihkan, lelang atau cara lain mengoperkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan ketentuan apabila akan dilakukan dengan penjualan secara dibawah tangan, maka penjualan tersebut harus didahului dengan kesepakatan antara Wali Amanat dan Perseroan, apabila kesepakatan tidak tercapai dalam jangka waktu 20 (dua puluh) Hari Kerja terhitung sejak tanggal keputusan RUPO yang memutuskan dilakukannya eksekusi atas Jaminan tersebut.

v. Kuasa yang tersebut dalam ketentuan v poin 16.2.11 merupakan bagian yang terpenting dan syarat mutlak yang tidak terpisahkan dengan Perjanjian, yang tanpa kuasa-kuasa tersebut Perjanjian Perwalimanatan tidak akan di buat dan karenanya kuasa- kuasa tersebut tidak dapat berkakhir karena sebab apapun, termasuk karena sebab-sebab yang diatur dalam pasal 1813, 1814, 1815, dan 1816 kitab undang-undang Hukum Perdata Republik Indonesia.

vi. Hasil penjualan jaminan baik sebagian maupun seluruhnya sebagaimana diatur dalam poin 16.2.11, setelah dikurangi dengan biaya eksekusi, pajak dan biaya-biaya lain yang dikonsultasikan terlebih dahulu oleh Wali Amanat dalam rangka eksekusi dengan disertai bukti-bukti pembayaran asli yang cukup atau keterangan tertulis tentang pengeluaran tersebut, akan segera diberikan kepada pemegang Obligasi secara proporsional sesuai dengan jumlah Obligasi yang dimilikinya sebagaimana dinyatakan dalam Konfirmasi Tertulis masing-masing Pemegang Obligasi. Dalam hal terdapat sisa hasil eksekusi atas Jaminan setelah seluruh Jumlah Terutang dilunasi, maka paling lambat pada Hari Kerja berikutnya setelah dilakukan perhitungan mengenai hasil eksekusi Jaminan, Wali Amanat wajib mengembalikannya kepada Perseroan.

vii. Untuk mengadministrasikan dan melaksanakan segala hal yang berkaitan dengan jaminan sebagaimana dimaksud dalam poin 16.2.11, maka Wali Amanat berkewajiban:

a. Mempergunakan hasil eksekusi Jaminan yang diperoleh Wali Amanat dari Perseroan untuk melunasi kewajiban Perseroan kepada Pemegang Obligasi melalui KSEI;

b. Meminta laporan status Jaminan kepada Perseroan setiap saat jika dipandang perlu;

c. Wali Amanat berhak menunjuk Notaris untuk membantu Wali Amanat dalam melakukan pendaftaran Jaminan kepada instansi yang berwenang Wali Amanat akan tetap bertanggung jawab terhadap segala pelaksanaan pendaftaran yang dilakukan oleh Notaris yang ditunjuknya;

d. Wali Amanat berkewajiban mendaftarkan akta Pemberian Hak Tanggungan pada Kantor Pertahanan setempat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) Hari Kalender setelah penandatanganan akta Pemberian Hak Tanggungan dihadapan Pejabat Pembuat Akta yang berwenang yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Perwaliamanatan. e. Setelah Wali Amanat memutuskan telah terjadi suatu kejadian kelalaian, menjalankan

tindakan-tindakan yang sah menurut hukum untuk melakukan penagihan, sekaligus melaksanakan semua hak dan atas nama Pemegang Obligasi atas Jaminan berdasarkan Perjanjian Perwaliamanatan dan dokumen-dokumen perjanjian sehubungan dengan Jaminan. f. Jika terjadi kekurangan atas nilai Jaminan yang wajib dipenuhi Perseroan sebagaimana

Dalam dokumen Prospectus CAP Bonds I 2016 (Halaman 185-188)