• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5 Tataniaga Kemenyan

Pada umumnya petani menjual kemenyan kepada pengumpul desa. Hanya pada situasi tertentu saja petani menjual kemenyan langsung ke pasar kemenyan yang berlokasi di Dolok Sanggul, yaitu pada saat kemenyan petani berjumlah cukup besar. Pengumpul desa selanjutnya menjual kemenyan kepada pengumpul kecamatan/kabupaten. Pihak pengolah kemenyan biasanya menerima kemenyan dari pengumpul kecamatan/kabupaten. Saluran tataniaga kemenyan yang ada di Desa Sampean Kecamatan Dolok Sanggul sebanyak dua saluran, yaitu saluran utama (main line) dan saluran lain (secondary line).

Hasil wawancara langsung dari 15 petani kemenyan menyatakan bahwa petani menjual kemenyan kepada pengumpul desa karena jumlah kemenyan yang dijual, hasilnya belum mampu menutupi biaya transportasi ke pasar. Agar petani dapat menjual kemenyan langsung ke pasar maka minimal jumlah kemenyan yang harus petani miliki sebanyak 5 kg untuk kemenyan super dan 10 kg untuk

34

kemenyan tahir. Jumlah kemenyan minimal yang dimiliki petani agar mampu menutupi biaya transportasi ke pasar kemenyan yang terletak di Dolok Sanggul. Selain jumlah kemenyan yang harus besar, kemeyan yang dijual oleh petani juga harus lebih kering atau sedikit kadar airnya agar kemenyan laku terjual di pasar. Menurut Sasmuko (1995) kadar air kemenyan berkisar 1.56-2.35% dan kualitas kemenyan terbaik memiliki kadar air sebesar 1.56%. Jika petani menjual kemenyan kepada pengumpul desa maka rata-rata harga kemenyan untuk kemenyan super Rp90 ribu/kg dan kemenyan tahir Rp50 ribu/kg, sedangkan jika petani langsung menjual kemenyan ke pasar maka rata-rata harga kemenyan menjadi Rp97 ribu/kg untuk kemenyan super dan Rp56 ribu/kg untuk kemenyan tahir.

Selama ini petani menjual kemenyan secara mandiri, artinya belum ada organisasi seperti koperasi desa yang menangani kemenyan. Jika dibentuk sebuah koperasi untuk menampung kemenyan petani yang sedikit jumlahnya, maka pada saat jumlah kemenyan sudah terkumpul banyak, koperasi tersebut yang akan menjual kemenyan langsung ke pasar. Keuntungan adanya koperasi selain mampu menampung kemenyan petani yang sedikit, kemenyan yang dijual juga bisa lebih kering sehingga harga jual kemenyan meningkat. Jika koperasi sudah berkembang baik maka kegiatan penyortiran seperti yang dilakukan oleh pengolah kemenyan dapat dikerjakan di tingkat desa melalui koperasi tersebut. Dana yang diperlukan untuk mendirikan koperasi desa cukup besar, dalam hal ini peran serta dari pemerintah daerah khususnya Dinas Kehutanan sangat dibutuhkan dalam pemberian modal pendirian koperasi tersebut.

Selain diperlukannya koperasi desa untuk mengurus kemenyan, pemerintah juga perlu memperhatikan dampak dari putusnya rantai tataniaga yang sebelumnya sudah ada. Pemerintah harus dapat mengatur peran selanjutnya dari pedagang pengumpul pada masing-masing tingkatan. Jika tiap desa di Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki koperasi desa yang mengurus kemenyan maka akan timbul pengangguran baru, yaitu pedagang pengumpul kemenyan yang akhirnya tidak memiliki pekerjaan. Di samping itu, pemerintah juga harus dapat menjamin bahwa kemenyan yang dijual oleh koperasi desa diterima oleh pasar baik pasar lokal maupun pasar internasional.

Hasil wawancara langsung dari 2 pengumpul kemenyan di tingkat desa menyatakan bahwa pengumpul desa membeli kemenyan dari setiap petani dalam jumlah yang sedikit. Jumlah pengumpul di Desa Sampean ada 4 pengumpul, rata- rata harga kemenyan yang dijual oleh pengumpul desa seharga Rp95 ribu/kg untuk kemenyan super dan Rp54 ribu/kg untuk kemenyan tahir. Kemenyan dikumpulkan oleh pengumpul desa sampai jumlah kemenyan sesuai dengan yang diminta oleh pengumpul kecamatan/kabupaten. Pada umumnya, pengumpul desa menjual kemenyan di rumah masing-masing tanpa harus pergi ke pasar kemenyan karena pengumpul kecamatan/kabupaten akan datang ke desa jika jumlah kemenyan yang dimiliki pengumpul desa sudah mencukupi sesuai permintaan. Jumlah kemenyan minimal yang dapat dijual pengumpul desa sebanyak 5 kg untuk kemenyan super dan 8 kg untuk kemenyan tahir.

Hasil wawancara langsung dari seorang pengumpul kecamatan/kabupaten Bapak Charli Mahulae yang di temui di Desa Sampean menyatakan bahwa rata- rata harga kemenyan yang dijual kepada pengolah sebesar Rp115 ribu/kg untuk kemenyan super dan Rp70 ribu/kg untuk kemenyan tahir. Menurut pengumpul kecamatan/kabupaten yang tinggal di Dolok Sanggul, pengumpul kecamatan/ kabupaten akan lebih untung jika membeli kemenyan langsung dari petani yang dijual di pasar karena biaya tataniaga khususnya pada biaya transportasi yang dikeluarkan pengumpul kecamatan/kabupaten lebih kecil dibandingkan harus membeli kemenyan dari rumah pengumpul desa. Bagi pengumpul kecamatan/ kabupaten yang membeli kemenyan dari pihak pengumpul desa, umumnya kemenyan yang dijual lebih kering atau kadar airnya tidak setinggi kemenyan dari petani, sehingga biaya penyusutan produk dapat lebih rendah.

Pihak pengolah umumnya hanya menerima kemenyan dari pengumpul kecamatan/kabupaten. Pengolah kemenyan yang berhasil diwawancara ada 2 pengolah. Menurut pengolah kemenyan yang bernama Bapak Pakpahan menyatakan bahwa kemenyan dibawa oleh pengumpul kecamatan/kabupaten ke rumah pihak pengolah kemenyan. Hasil wawancara langsung dari dua pengolah kemenyan yang tinggal di Kecamatan Dolok Sanggul menyatakan bahwa kemenyan yang dibawa oleh pengumpul kecamatan/kabupaten lebih kering dan

36

lebih bersih dibandingkan dengan kemenyan yang langsung dari petani ataupun pengumpul desa.

Analisis marjin tataniaga kemenyan dilakukan untuk mengetahui selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir (eksportir) dengan harga yang diterima oleh petani. Selain itu, untuk mengetahui selisih antara harga beli dengan harga jual pada masing-masing pedagang pengumpul pada setiap saluran tataniaga. Semakin pendek saluran tataniaga maka marjin tataniaga akan semakin kecil. Pada kedua saluran tataniaga yang ada, marjin tataniaga tertinggi didapat pada saluran utama baik untuk kemenyan super maupun kemenyan tahir. Marjin tataniaga pada saluran utama sebesar Rp50 ribu/kg untuk kemenyan super dan Rp40 ribu/kg untuk kemenyan tahir, sedangkan pada saluran lain sebesar Rp43 ribu/kg untuk kemenyan super dan Rp34 ribu/kg untuk kemenyan tahir. Dengan demikian saluran yang paling efisien adalah saluran lain karena memiliki marjin terkecil, lebih jelasnya data mengenai marjin tataniaga dilihat pada Lampiran 4, 5 dan 6.

Gambar 5 Saluran utama (main line) ratai tataniaga kemenyan desa sampean.

Gambar 6 Saluran lain (secondary line) ratai tataniaga kemenyan.

Biaya tataniaga terbesar dikeluarkan oleh pengolah sebesar Rp10 ribu/kg. Biaya tersebut besar dikarenakan pada tingkat pengolah kemenyan dilakukan

90000 50000 Petani Biaya produksi = 24758,42 140000 90000 70000 115000 54000 95000 Pengumpul desa Biaya tataniaga = 2000 Pengumpul kecamatan/ kabupaten Biaya tataniaga = 5000 Pengolah Biaya tataniaga = 10000 Eksportir 140000 90000 70000 115000 56000 97000 Pentani Biaya produksi = 24758,42 Biaya tataniaga = 5000 Pengumpul kecamatan/ kabupaten Biaya tataniaga = 2500 Pengolah Biaya tataniaga = 10000 Eksportir

penyortiran berdasarkan ukuran kemenyan. Selain upah bagi pekerja penyortir, biaya transportasi juga memberikan bobot yang cukup besar terhadap biaya tataniaga karena jarak transportasi yang cukup panjang yaitu mengirim kemenyan dari Sumatera Utara ke Jakarta. Biaya tataniaga di pengumpul desa hanya berupa biaya penyusutan produk dan biaya komunikasi (pulsa telepon).

38

Dokumen terkait