• Tidak ada hasil yang ditemukan

Technologies, Inc

Dalam dokumen Retire Young Retire Rich - Robert Kiyosaki (Halaman 41-54)

Sepanjang masa kerja saya, saya bekerja di Divisi Tunjangan Cacat dan Kematian pada Sistem Pensiun Negara Bagian Pennsylvania. Saya masih ingat dengan sangat jelas, pada usia muda sembilan belas atau dua puluh, memproses tunjangan kematian untuk ahli waris para pensiunan. Ketika saya duduk di sana setiap hari memeriksa akta kematian, saya sangat terkejut betapa banyaknya orang-orang yang meninggal hanya beberapa bulan setelah mereka pensiun karena sakit,dan juga karena bunuh diri. Ketika saya bertanya kepada beberapa orang yang bekerja bersama saya, menurut mereka mengapa orang meninggal begitu cepat setelah pensiun

atau mengapa seseorang melakukan bunuh diri setelah bekerja seumur hidup dan akhirnya berada dalam keadaan berkecukupan, saya diberi tahu bahwa bagi sebagian orang, bekerja adalah seluruh hidupnya. Mereka tidak punya apa-apa lagi dalam hidup mereka. Alasan kedua yang diberikan adalah bahwa banyak orang yang bekerja seumur hidup, bergantung pada uang pensiun saat mereka pensiun, dan mengetahui bahwa uang pensiun hampir tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka setiap bulan. Mereka berada pada suatu titik dalam hidup mereka di mana mereka memiliki seluruh waktu di dunia untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan, tetapi tidak mempunyai uang untuk melakukannya.

Dalam kepolosan saya, menurut saya itu tidak akan terjadi terhadap saya. Lalu saya mulai menempatkan diri pada jalur yang persis sama dengan yang telah dilalui banyak orang ini. Sembilan belas tahun kemudian, setelah memperoleh banyak promosi dan meniti jenjang karier, saya akhirnya menyadari bahwa ini tidak boleh terjadi dalam keluarga saya dan saya. Suami saya dan saya sama-sama sepakat bahwa kami harus melakukan perubahan drastis dalam hidup kami. Kami pindah ke Arizona di mana kami menyediakan waktu beberapa bulan untuk berkonsentrasi dan diwawancarai untuk beberapa pekerjaan. Salah satu dari wawancara itu kebetulan adalah untuk posisi di CASHLOW Technologies. Saya diberi buku

Rich Dad Poor Dad

. Saya pulang dan membaca dengan bersemangat buku itu dalam satu hari. Sementara saya sendiri merasa sangat beruntung memperoleh pekerjaan di CASHFLOW Technologies, dan yang lebih penting, saya mengerti apa yang harus saya lakukan sehingga hidup saya tidak berakhir seperti salah satu dari orang-orang kurang beruntung yang saya ingat dari beberapa tahun yang lalu.

Bab III

Cara Saya Pensiun Dini

Pada musim semi 1999, saya dijadwalkan untuk memberikan ceramah kepada satu kelompok yang terdiri dari sekitar 250 bankir di Los Angeles. Karena saya merupakan pembicara pertama pagi itu, saya terbang malam sebelumnya dari Pheonix, tempat tinggal saya. Setelah makan pagi, saya duduk di kamar hotel dan menggaruk-garuk kepala memikirkan apa yang bisa saya katakan kepada kelompok bankir ini. Ceramah standar saya tentang laporan keuangan, melek finansial, dan perbedaan antara aset dan liabilitas kelihatannya tidak akan cukup untuk kelompok ini. Karena mereka itu lebih dari bankir biasa, mereka adalah

bankir hipotek, saya berasumsi mereka akan tahu dasar-dasar keuangan yang

paling sering saya bicarakan, atau paling tidak saya harap mereka tahu.

Ceramah saya dijadwalkan jam 9.30 pagi, sekarang jam 8.00 pagi, dan saya sedang kehilangan sudut pandang atau ide baru yang cocok untuk kelompok itu. Sambil duduk menghadap meja di kamar hotel, saya melihat sepintas Koran pagi gratis yang diberikan hotel. Di halaman depan ada foto pasangan bahagia sedang duduk di kereta golf mereka. Berita utama yang tercetak tebal di atas gambar itu berbunyi, ”Kami Memutuskan untuk Pensiun Dini.”

Artikel itu berlanjut untuk menjelaskan bahwa rencana pensiun 401 (k) pasangan ini telah berjalan bagus sekali selama sepuluh tahun yang lalu dengan harga saham yang meningkat pesat ini sehingga mereka memutuskan untuk pensiun enam tahun lebih cepat dari yang direncanakan. Sang suami berumur lima puluh sembilan dan sang istri lima puluh enam. Artikel itu mengutip kata-kata mereka, “Reksa dana kami memberikan penghasilan sangat bagus sehingga kami menyadari bahwa suatu hari kami akan menjadi jutawan. Bukannya bekerja enam tahun lagi, kami mempersingkatnya, menjual rumah kami, membeli rumah yang

rumah kami dalam sertifikat deposito berbunga tinggi, mengurangi pengeluaran kami, dan sekarang kami bermain golf setiap hari.”

Saya telah menemukan topik ceramah saya. Selesai membaca artikel itu, saya mandi, berpakaian, dan menuju ke para bankir hipotek yang sudah menunggu. Tepat pukul 9.30, saya diperkenalkan dan dipersilakan naik ke atas panggung. Sambil mengangkat Koran tinggi-tinggi, saya membuka ceramah saya dengan menunjuk ke gambar pasangan yang baru pensiun itu dan mengulangi berita utamanya, “Kami memutuskan untuk pensiun dini”. Saya kemudian menyebutkan umur pasangan itu, lima puluh sembilan dan lima puluh enam,serta membaca beberapa komentar dari artikel itu. Sambil meletakkan koran, saya berkata, “Istri saya, Kim dan saya juga pensiun dini. Kami pensiun pada 1994. Waktu itu saya berumur empat puluh tujuh dan dia tiga puluh tujuh.” Saya memandang ke sekeliling ruangan dan membiarkan perbedaan umur dan tahun itu dimengerti sepenuhnya. Setelah hening sekitar sepuluh detik, saya melanjutkan dengan bertanya, “Saya ingin menanyakan hal ini kepada anda … bagaimana saya bisa pensiun dua belas tahun lebih cepat darinya … dan istri saya sembilan belas tahun lebih cepat? Apa yang membuat perbedaan?”

Kesunyian yang terjadi membuat telinga serasa tuli. Saya memulai dengan sesuatu yang jelek. Saya tahu hari masih pagi dan saya tahu bahwa saya sedang meminta hadirin untuk berpikir bukan hanya mendengarkan. Saya tahu bahwa saya mungkin terdengar arogan dan sombong, membandingkan pensiun dini saya dengan pensiun di Koran itu. Namun saya ingin memberi kesan kepada kelompok ini dan sudah terlambat untuk kembali lagi. Saya merasa seperti seorang pelawak tungal yang baru saja menyampaikan lawakan terbaiknya, dan penonton tidak tertawa. Saya melanjutkan dengan bertanya, “Berapa banyak di antara anda merencanakan untuk pensiun dini?”

Kembali tidak ada respons. Tidak ada yang mengacungkan tangan. Ketidaknyamanan di dalam ruangan merebak. Saya hampir mati di atas panggung. Saya tahu saya harus melakukan sesuatu dengan cepat. Ketika memandang

kelompok itu, saya dapat melihat bahwa sebagian besar kelompok itu lebih muda dari saya. Beberapa prang yang seumur saya tidak terkesan dengan pembicaraan saya tentanga pensiun muda. Dengan cepat saya katakan, “Berapa banyak di antara anda yang berumur di bawah empat puluh lima?”

Tiba-tiba ada kehidupan. Ada respons. Perlahan-lahan tangan-tangan mulai teracung di seluruh ruangan. Saya perkirakan sekitar 60 persen dari kelompok itu mengacungkan tangan, menunjukkan bahwa mereka lebih muda dari empat puluh lima. Kelompok itu merupakan kumpulan anak muda … relatif terhadap saya paling tidak. Untuk mengubah taktik, saya kemudian bermain-main dengan kelompok ini dengan menanyakan, “Berapa banyak di antara anda yang ingin pensiun umur empat puluhan dan bebas secara finansial sepanjang sisa hidup anda?”

Sekarang tangan-tangan teracung ke atas dengan antusiasme yang lebih besar. Saya mulai berkomunikasi sedikit lebih baik dan hadirin tampak menjadi hidup. Para peserta yang seumur saya dan lebih tua mulai gelisah sambil memperhatikan rekan-rekan mereka yang lebih muda, banyak di antara mereka mengacungkan tangan, menandakan mereka tidak ingin menjadi tua di industri itu. Memahami kegelisahan orang-orang seumur saya dan lebih tua, saya sadar bahwa saya perlu mengatakan sesuatu dengan cepat agar tidak mengasingkan kelompok ini.

Dengan tersenyum, saya berhenti sejenak ketika tangan-tangan diturunkan. Sambil memandang kepada orang-orang yang berada dalam kelompok seumur saya dan lebih tua saya berkata, “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para bankir hipotek di dunia ini karena anda memungkinkan saya untuk pensiun dini. Bukan pialang real estat saya atau pialang saham saya. Bukan perencana keuangan saya, dan bukan akuntan saya. Tetapi anda, para bankir hipotek dunia, yang memungkinkan saya untuk pensiun sekitar dua puluh tahun lebih capat dibanding ayah saya.”

Ketika memandang hadirin, saya dapat mengatakan bahwa sebagian kegelisahan hilang, dan saya sekarang dapat melanjutkan ceramah saya. Ucapan terima kasih saya kepada industri mereka kelihatannya menolong. Saya perkirakan bahwa saya sekarang mendapat sekitar 80 persen perhatian hadirin. Untuk melanjutkan, saya mengulangi pertanyaan yang saya ajukan sebelumnya, yakni, “Jadi bagaimana saya bisa pensiun lebih cepat dari pasangan di koran itu dan bagaimana anda para bankir hipotek menolong saya pensiun dini?”

Hening lagi. Saya mulai sadar bahwa mereka tidak tahu cara mereka menolong saya. Meskipun ruangan sunyi senyap, paling tidak mereka tampak lebih sadar dibanding beberapa menit sebelumnya. Setelah memutuskan untuk berhenti mengajukan pertanyaan yang mereka ragu-ragu menjawabnya, saya melanjutkan. Saya berbalik menghadap papan kertas (flip chart) di panggung dan menulis dengan huruf-huruf tebal dan besar,

Sambil berbalik ke hadirin, saya menunjuk kata utang dan berkata, “Saya pensiun dini karena saya menggunakan utang untuk membiayai pensiun saya. Dan pasangan di Koran ini, orang-orang yang memiliki 401(k), menggunakan ekuitas

(kekayaan bersih) untuk mendanai pensiun mereka. Itu sebabnya mereka butuh

waktu lebih lama untuk pensiun.”

Berhenti sejenak, saya ingin membiarkan apa yang telah saya katakan dimengerti sepenuhnya. Akhirnya satu tangan teracung ke atas dan bertanya,

UTANG

Vs.

“Anda katakan bahwa pria di koran itu menggunakan uangnya untuk pensiun dan anda menggunakan uang kami untuk pensiun.”

“Betul,” saya berkata. “Saya menggunakan uang anda untuk lebih banyak berutang dan dia berusaha untuk bebas utang.”

“Jadi itu sebabnya dia memerlukan waktu lebih lama,” seorang lain berkata. “Dua belas tahun lebih lama dibanding anda. Dia memerlukan waktu lebih lama karena dia menggunakan uangnya, ekuitasnya sendiri untuk pensiun.”

Delapan Belas Tahun Kehidupan

Saya tersenyum, menganggukkan kepala serta berkata, “Dan bagi saya, pensiun pada umur empat puluh tujuh memberi saya delapan belas tahun tambahan hidup bila dibandingkan dengan orang yang pensiun pada umur enam puluh lima. Berapa nilai delapan belas tahun bagi anda … delapan belas tahun masa muda anda? Bagi istri saya, dua puluh delapan tahun tambahan waktu untuk menikmati masa mudanya. Berapa banyak diantara anda yang ingin pensiun dini sehingga anda dapat menikmati masa muda anda, vitalitas anda, dan kebebasan anda … kebebasan untuk melakukan apa saja yang anda inginkan dengan semua uang yang anda butuhkan?”

Tangan-tangan teracung ke atas di seluruh ruangan. Sekarang disertai dengan lebih banyak senyum dari orang-orang yang mengacungkan tangan. Orang-orang tampak mulai bersemangat. Namun, seperti diperkirakan, ada orang-orang yang duduk dengan tangan terlipat di dada dan kaki menyilang di atas lutut. Pembicaraan saya tampaknya tidak diterima terlalu baik oleh orang-orang itu. Orang-orang yang sinis dan skeptis ingin menjadi orang-orang yang sinis dan skeptis. Saya tampaknya tidak menjangkau mereka. Paling tidak saya sudah selamat dari permulaan yang sangat buruk dan sebagian orang dalam kelompok sudah berpindah ke sisi saya.

Seorang pria muda di barisan depan mengacungkan tangan dan berkata, “Bersediakah anda menjelaskan sedikit lebih banyak tentang bagaiman anda pensiun dini menggunkan utang dan bagaimana dia menggunakan ekuitas?”

“Tentu,” saya berkata, merasa senang mendapat kesempatan untuk menjelaskan lebih jauh. Sambil mengangkat koran dan menunjuk ke foto itu saya berkata, “Orang ini pensiun enam tahun sebelum jadwal, jika umur enam puluh lima merupakan standar untuk pensiun, karena bursa saham berjalan dengan baik. Jadi dia berpenghasilan bagus karena dia menginvestasikan uangnya sendiri ke bursa. Betapa jauh lebih bagus penghasilannya jika dia meminjam uang bank anda dan menginvestasikan uang anda ke dalam bursa yang sama?”

Kegelisahan segera terlihat di antara hadirin. Kata-kata saya telah mengganggu banyak orang yang hadir. Pria muda itu, sekarang dengan wajah bingung, kemudian berkata, “Tetapi kami tidak akan meminjamkan uang kepadanya untuk diinvestasikan di bursa saham.”

“Kenapa?” saya bertanya.

“Karena itu sangat berisiko,” dia berkata.

Sambil mengangguk saya berkata, “Dan karena sangat berisiko pensinan ini harus menggunakan uangnya sendiri … ekuitasnya. Rencana pensiunnya, 401(k)-nya, memberikan penghasilan bagus dan demikian juga pemilihan sahamnya. Dia berpenghasilan bagus karena bursa berjalan dengan baik. Bursa saham berjalan dengan baik karena jutaan orang, seperti dia, melakukan hal yang sama pada saat yang sama … sehingga dia pensiun dini. Tetapi dia memerlukan waktu lebih lama karena dia pada dasarnya menggunakan uangnya sendiri, ekuitasnya, untuk membeli ekuitas pada investasi lain. Yang menarik, dia berinvestasi pada investasi yang industri anda tidak meminjamkan uang untuk berspekulasi di bursa saham, bukan?”

Sebagian besar orang di ruangan itu menggelengkan kepala (tanda tidak bersedia meminjamkan uang untuk berspekulasi di bursa saham).

“Jadi apakah anda mengatakan bahwa dia beruntung?” seorang lain lagi bertanya. “Dia berada di tempat yang tepat pada umur yang tepat dan pada siklus bursa yang tepat,” saya berkata. “Jika dan ketika kecenderungan bergerak ke arah sebaliknya, dia mungkin berharap untuk tidak pensiun begitu dini.”

“Dan anda menggunakan uang kami untuk berinvestasi pada apa?” Tanya peserta lain lagi.

“Real estat,” saya berkata. “Anda meminjamkan uang untuk apa lagi?” Bukankah anda para bankir hipotek? Anda kan bukan bankir investasi?”

Pria muda itu menganggukkan kepala dan berkata dengan tenang, “Kami adalah bankir hipotek dan kami meminjamkan uang untuk real estat, bukan saham, obligasi, dan reksa dana.”

“Tetapi bukankah harga saham naik lebih banyak daripada real estat dalam sepuluh tahun terakhir?” Tanya seorang perempuan muda yang duduk beberapa baris dari baris depan. ”401(k) saya tumbuh lebih baik dibanding sebagian besar investasi real estat yang pernah saya lihat.”

“Mungkin tiu benar,” saya menjawab. “Tetapi 401(k) anda meningkat nilainya karena momentum bursa dan apresiasi modal. Apakah anda mempunyai kebijakan untuk berinvestasi pada momentum bursa atau kemungkinan apresiasi modal?”

“Bukan sebagai kebijakan,” kata perempuan muda itu.

“Demikian juga dengan saya,” saya berkata. “Saya tidak berinvestasi untuk memperoleh apresiasi modal saja. Nilai properti saya tidak harus meningkat nilainya supaya saya memperoleh uang … walaupun sebagian telah meningkat drastis nilainya pada periode waktu yang sama dan tidak ada yang turun nilainya seperti banyak saham dan reksa dana.”

“Jika kalau anda tidak berinvestasi untuk memperoleh apresiasi modal, untuk apa anda berinvestasi?” Tanya perempuan muda itu.

“Saya berinvestasi untuk memperoleh arus kas (aliran uang),” saya berkata dengan tenang. “Berapa banyak arus kas per bulan yang dimasukkan ke kantong anda oleh 401(k) untuk dibelanjakan setiap bulan?”

“Tidak ada,” kata perempuan muda itu. “Tujuan rencana pensiun saya adalah untuk memperoleh semua apresiasi modal bebas pajak sehingga seluruh uang saya tetap berada pada rekening pensiun saya. Ia tidak didesain untuk memberi saya arus kas bulanan.”

“Dan apakah anda mempunyai real estat sebagai investasi yang memberi anda arus kas bulanan dan keringanan pajak?” saya bertanya.

“Tidak,” kata perempuan muda itu. “Yang saya miliki hanyalah rencana investasi yang berinvestasi di reksa dana.”

“Dan anda seorang bankir hipotek?” saya bertanya dengan senyum menggoda. “Izinkan saya berbicara terus terang,” kata perempuan muda itu. “Anda meminjam uang kami untuk membeli real estat. Setiap bulan real estat itu memberi anda arus kas. Anda dan istri anda bisa pensiun dini karena anda mempunyai arus kas sedang kami berharap pensiun di kemudian hari … berharap bursa tidak jatuh ketika tiba giliran kami untuk pensiun. Dengan kata lain kami menolong anda pensiun dini tetapi kami tidak menolong diri kami sendiri?”

“Itu mungkin satu cara untuk melihatnya,” saya menjawab. “Dan itu sebabnya saya berada di sini untuk mengucapkan terima kasih kepada anda dan industri anda karena telah memberikan sumbangan pada dana pensiun saya. Anda telah menyumbang jutaan dollar sehingga saya bisa pensiun dini. Saya ingin anda memikirkan untuk melakukan hal yang sama bagi diri anda sendiri.”

Waktu saya segera habis dan saya menerima tepuk tangan hormat saat saya meninggalkan panggung. Ruangan sekarang bangun dan tampak ada kegembiraan tentang apa yang telah saya katakan, terutama dari orang-orang muda. Ketika berjalan melewati orang-orang yang sedang bersalaman, saya mendapat kesempatan mendengar beberapa komentar tentang ceramah saya. Walaupun

mereka adalah para bankir hipotek, saya masih bisa mendengar komentar-komentar yang selalu saya dengar dari orang banyak mana pun. Komentar-komentar seperti :

1. “Apa yang dikatakannya sangat berisiko.” 2. “Saya tidak akan meminjaminya uang.” 3. “Dia tidak tahu apa yang dibicarakannya.”

4. “Anda tidak dapat melakukannnya sekarang. Pasarnya berbeda.”

5. “Dia beruntung. Tunggu saja sampai bursa jatuh dan dia datang mengemis kepada kita sambil berlutut.”

6. “Saya tidak memperbaiki toilet. Karena itu saya tidak punya real estat.” 7. “Pasar real estat dibangun berlebihan. Segera akan jatuh.”

8. “Tahukah anda berapa banyak orang seperti dia yang hancur di real estat?” 9. “Kalau utangnya sangat tinggi, saya tidak akan meminjaminya uang.” 10. “Kalau dia pensiun, mengapa dia berbicara kepada kita?”

Pelajaran Ayah Miskin

Ayah miskin saya sering menasihati, “Bersekolahlah, dapatkanlah nilai-nilai yang bagus, carilah pekerjaan yang aman terjamin, bekerja keraslah, dan menabunglah.” Dia juga mengutip ucapan-ucapan terkenal lainnya seperti, “Jangan pernah menjadi peminjam atau pun pemberi pinjaman.” Dan “Satu sen yang ditabung adalah satu sen yang diperoleh.” Atau “Kalau kamu tidak sanggup membeli sesuatu jangan membelinya. Selalu bayarlah tunai.”

Kehidupan ayah miskin saya akan sangat baik kalau dia menuruti nasihatnya sendiri, tetapi seperti banyak orang, dia mengatakan apa yang menurutnya merupakan kata-kata yang benar tetapi tidak melakukan hal-hal yang benar. Dia meminjam uang untu membeli rumah dan mobilnya. Dia tidak pernah berinvestasi karena dia selalu mengatakan, “Berinvestasi itu berisiko.” Sebaliknya dia berusaha menabung … tetapi setiap kali ada kebutuhan mendadak, dia akan

mengambil uangnya dari tabungan. Dia meminjam uang untuk membeli barang-barang yang membuatnya miskin dan dia menolak meminjam uang untuk hal-hal yang bisa membuatnya kaya. Perbedaan yang tidak disadari inilah yang mengakibatkan perbedaan besar dalam hidupnya. Cara berpikir dan mengelola uang yang dilakukannya seumur hidup inilah yang membuatnya tidak sanggup pensiun pada umur enam puluh lima. Juga menjelaskan mengapa dia harus bekerja terus hingga dia tidak bisa bekerja lagi karena sakit kanker. Dia bekerja keras seumur hidup dan selama enam bulan terakhir hidupnya, dia berjuang melawan penyakit kankernya. Dia seorang pria yang baik dan rajin, yang menghabiskan hidupnya untuk bekerja keras, berusaha menghindari utang, serta berusaha menabung. Dan itulah pelajaran tentang hidup dan uang yang berusaha disampaikannya kepada saya.

Pelajaran Ayah Kaya

Ayah kaya saya, pria yang merupakan sahabat ayah saya, memberi nasihat yang berbeda dan cara berpikir yang berbeda mengenai uang. Dia berkata dan menanyakan hal-hal seperti:

1. “Berapa lama waktu yang kamu perlukan untuk menabung $ 1 juta?” Dia kemudian bertanya, “Berapa lama waktu yang kamu perlukan untuk meminjam $ 1 juta?”

2. “Siapa yang akan lebih kaya dalam jangka panjang? Orang yang bekerja seumur hidup dan berusaha menabung satu juta dollar? Atau orang yang tahu cara meminjam satu juta dollar dengan bunga 10 persen dan juga tahu cara menginvestasikannya dan menerima pengembalian 25 persen per tahun dari satu juta dollar yang dipinjamnya itu?”

3. “Kepada siapa seorang bankir lebih suka meminjamkan uangnya? Orang yang bekerja keras untuk memperoleh uang, atau orang yang tahu cara meminjam uang dan membuat uang itu bekerja keras dengan aman dan cerdas baginya?”

4. “Kamu harus menjadi siapa dan apa yang harus kamu ketahui supaya bisa menelepon bankirmu dan berkata, ‘Saya ingin meminjam satu juta dollar.” Lalu bankir itu akan berkata, ‘Saya akan menyiapkan dokumennya untuk anda tandatangani dalam dua puluh menit.’”

5. “Mengapa pemerintah memajaki tabunganmu tetapi memberi keringanan

pajak karena berutang?”

6. “Siapa yang harus lebih pandai dan memperoleh pendidikan finansial yang lebih baik? Orang dengan tabungan satu juta dollar atau orang dengan utang satu juta dollar?”

7. “Siapa yang harus lebih pandai dengan uang? Orang yang bekerja keras untuk memperoleh uang atau orang yang mempunyai uang yang bekerja keras

Dalam dokumen Retire Young Retire Rich - Robert Kiyosaki (Halaman 41-54)

Dokumen terkait