• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.3. Tekanan Darah

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pekerja Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro, diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terpapar panas adalah 127 mmHg dan sesudah terpapar panas 123,5 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terpapar panas 81 mmHg dan sesudah terpapar panas 84 mmHg.

Menurut Grandjean (1988) jika suhu lingkungan meningkat, maka efek fisiologis yang terjadi adalah:

a. Peningkatan kelelahan b. Peningkatan denyut jantung c. Peningkatan tekanan darah

d. Mengurangi aktivitas organ pencernaan

e. Sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari 32ºC ke 36-37ºC)

f. Peningkatan aliran darah melalui kulit

g. Meningkatkan produksi keringat, yang menjadi berlebihan jika suhu kulit mencapai 34ºC atau lebih.

Berdasarkan teori tersebut maka hasil pengukuran tekanan darah sudah sesuai teori Grandjean, sedangkan yang tidak mengalami perubahan karena kondisi tubuhnya dalam kondisi yang baik. sampel yang tidak ada perubahan tekanan darah sistolik 7

orang. Sedangkan tekanan darah diastolik yang tidak ada perubahan 12 orang. Tetapi ada dari hasil pengukuran 7 orang yang mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan 2 orang yang mengalami penurunan tekanan darah diastolik serta 6 orang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan 6 orang mengalami peningkatan tekanan darah diatolik.

Dari hasil uji statistik tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0,246 atau (p > 0,05), maka Ho diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah tenaga kerja sistolik sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas.

Hasil uji statistik tekanan darah diastolik pada paparan tekanan panas diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0,606 atau (p > 0,05), maka Ho diterima. Hasil ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah paparan tekanan.

Hasil penelitian ini mempunyai hasil yang tidak sama dengan penelitian Dharma (2007) dan Yulisnawati (2007) dimana ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah darah sebelum dan sesudah bekerja di lingkungan kerja panas.

Tidak terdapatnya perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik saat sebelum dan sesudah bekerja tidak sejalan dengan teori tentang efek panas terhadap tubuh, Menurut Santoso (2004) tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain, heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut.

Menurut Wignjosoebroto (2000) pekerja yang bekerja di lingkungan kerja panas akan mengalami indikator heat strain, yaitu peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat badan.

Menurut Grandjean dalam Yulisnawati (2007) bahwa saat suhu panas tejadi, maka tubuh akan memompa darah lebih banyak. Pembuluh darah akan mengembang dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui lapisan di luar kemudian kulit mulai diisi dengan darah. Darah yang panas disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan kelebihan panas dilepaskan ke udara melalui konveksi, radiasi, penguapan, dan konduksi, tergantung dari suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara. Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada irama jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya, sehingga akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah.

Peneliti berpendapat bahwa tidak terdapatnya perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik dan diastolik saat sebelum dan sesudah bekerja di Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang disebabkan oleh:

1. Proses aklimatisasi

Fakta ini sejalan dengan teori Siswanto (1987) yang menyatakan bahwa proses aklimatisasi adalah cara tubuh dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan panas, proses aklimatisasi ditandai dengan penurunan denyut nadi dan suhu tubuh akibat pembentukan keringat, proses aklimatisasi biasanya terjadinya setelah 2 minggu bekerja, ini bisa dilihat dari masa sampel yang memiliki masa kerja 8-13 tahun sebanyak 40% dan semua sampel memiliki masa kerja lebih dari 1 tahun.

Paparan panas yang diterima pekerja setiap hari dalam waktu yang bertahun-tahun menyebabkan tubuh berupaya menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sehingga tubuh pekerja bisa mengontrol efek peningkatan tekanan darah yang ditimbulkan oleh paparan panas yang terdapat di Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang.

2. Menurunnya isi sekuncup

Tekanan darah sistolik menurun karena menurunnya isi sekuncup. Isi sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompakan keluar dari masing-masing ventrikel setiap jantung berdenyut. Menurut Pearce (1999) isi sekuncup tergantung dari tiga variabel yaitu beban awal, kontraktilitas, dan beban akhir.

Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel. Hal ini sesuai dengan Hukum Starling dalam Vita (2006) peregangan serabut miokardium selama diastolik melalui peningkatan volume akhir diastolik akan melemahkan kontraksi pada saat sistolik. Hal ini apabila dikaitkan dengan paparan panas maka bisa dinyatakan bahwa paparan panas menyebabkan terjadinya peregangan miokardium sehingga menyebabkan melemahnya kontraksi pada saat sistolik dan menguatnya kontraksi ketika diastolik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa terjadinya penurunan rata-rata tekanan sistolik dan meningkatnya rata-rata tekanan diastolik

Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel untuk dapat memompakan darah saat sistolik. Beban akhir menggambarkan besarnya tahanan yang menghambat pengosongan ventrikel. Beban akhir juga dapat diartikan sebagai suatu beban pada ventrikel kiri untuk membuka katup semilunar aorta,dan mendorong darah selama

kontraksi/sistolik. Menurut Sukmana (2003) kerja beban akhir dapat dipengaruhi oleh paparan panas, kebisingan dan getaran. Ini disebabkan karena faktor fisik di lingkungan kerja menyebabkan terjadinya penambahan beban ventrikel saat berkontraksi sehingga menyebabkan terjadniya penurunan tekanan darah sistolik. Kontraktilitas merupakan kemampuan otot-otot jantung untuk menguncup dan mengembang. Peningkatan kontraktilitas merupakan hasil dari interaksi protein otot aktin-miosin yang diaktifkan oleh kalsium. Peningkatan kontraktilitas otot jantung memperbesar curah sekuncup dengan cara menambah kemampuan ventrikel untuk mengosongkan isinya selama sistolik. Menurut Sukmana (2003) kemampuan kontraktilitas akan berkurang apabila dipengaruhi oleh faktor fisik lingkungan kerja. Efeknya adalah menyebabkan tekanan sistolik menurun akibat melemahnya kontraksi otot jantung.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana terjadinya penurunan tekanan darah sistolik dan meningkatnya tekanan darah diastolik pada pekerja, namun setelah dilakukan uji statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah terpapar panas di Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang.

Dokumen terkait