PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS
PT SINAR SOSRO DELI SERDANG 2013
SKRIPSI
Oleh
:
FAHRURROZI ARFAD 091000115
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM
DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG 2013
Nama : Fahrurrozi Arfad
Nomor Induk Mahasiswa : 091000115
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tanggal Lulus : 27 Juli 2013
Disahkan Oleh Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
ABSTRAK
Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, khusus untuk di lingkungan kerja kebanyakan dipengaruhi oleh faktor panas. Pengukuran tekanan darah di lingkungan kerja bermanfaat untuk mencegah pekerja mengalami gangguan kesehatan akibat panas seperti dehidrasi, hipertensi dan gangguan lainnya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest Posttest yang bertujuan untuk melihat adanya perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013. Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang laki-laki yang merupakan seluruh pekerja (total sampling) di bagian bottling process yang bekerja dari jam 08.00-16.00 WIB di PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran langsung tekanan darah pekerja dan dianalisis menggunakan uji statistik Paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,246 (p > 0,05). Begitu pula dengan tekanan darah diastolik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,606 (p > 0,05).
Diharapkan PT Sinar Sosro lebih meningkatkan lagi upaya pengendalian panas di lingkungan kerja. Pengendalian bisa dilakukan dengan upaya teknis seperti penambahan ventilasi dan local Exhauster, penyediaan tempat istirahat, pola konsumsi air dan tindakan administratif (rotasi kerja).
ABSTRACT
Blood pressure can be affected by several factors, especially in the work site that is most affected by the heat factor. Measurement of blood pressure in the work site has benefit to prevent the workers in getting some health problems, such as dehydration, hypertension and other disorders.
This research is a kind of pre-experimental research with One Group Pretest Posttest approach. It aims to reveal the differences of employees’ blood pressure before and after exposure to heat in The Bottling Process area at PT Sinar Sosro Deli Serdang in 2013. The sample in this research were 20 men who are all employees (total sampling) of the bottling process area which work from 08:00 a.m. to 4:00 p.m. at PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data were collected by measuring the employees’ blood pressure and will be analyzed by using paired t-test statistics.
The results showed that there was no significant differences between the employees’ systolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.246 (p> 0,05). It also found in diastolic blood pressure. There was no significant differences between employees’ diastolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.606 (p> 0,05).
PT Sinar Sosro is expected to enhance their efforts in controlling the workplace’s heat. The prevention can be done by adding ventilations and local exhauster, provosioning rest area, water consumption system or administrative treat (job rotation).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fahrurrozi Arfad
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Barulak/ 19 September 1991 Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 2 (Dua)
Alamat Rumah :Pulau Air Nagari Tanjung Barulak Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar-Sumatera Barat
Email : Bujang.ondong@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
Tahun 1997 – 2003 : SDN 03 Batipuh
Tahun 2003 – 2006 : MTs TI Tanjung Barulak Tahun 2006 – 2009 : SMA Negeri 1 Batipuh
Tahun 2009 – 2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan
Riwayat Organisasi
1. Koordinator Olahraga OSIS MTs TI Tanjung Barulak 2. Anggota bidang Kerohanian IMIB USU
3. Anggota bidang Penelitian dan Pengembangan HMI Komisariat FKM USU 4. Anggota bidang Peembinaan Anggota HMI Komisariat FKM USU
5. Anggota HMP Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU 6. Anggota PHBI FKM USU
7. Ketua Remaja Musholla Taqwa Pulau Air
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERBEDAAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG 2013”, Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memeroleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II atas keluangan waktu, bimbingan, dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes Penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Isyatun Mardiah, SKM, MKes selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Siti khadijah Nasution, SKM, Mkes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.
7. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.
8. Saudara senasib seperantauan di FKM USU : Winda Zulfi, Rifandi Raflis, Faisal Hutama putra, Vonny Syarah, Nurmaines Adhyka, S.K.M. yang telah banyak berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.
9. Teman – teman, abang – abang, kakak – kakak, adik – adik di HMI Komisariat FKM USU yang telah berbagi pembelajaran dan proses yang luar biasa kepada penulis.
10.Teman – teman, uda – uda, uni – uni, dan adik – adik di IMIB USU yang telah banyak memberikan pembelajaran dan proses yang bermanfaat.
11.Teman – teman di Departemen KKK : Mayan, Flo, Alin, Dunter, Reza, Kak Uya, Kak Desi, Wita, kak Desi atas dukungan, motivasi, dan pembelajaran selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada kedua
orang tua yang saya sayangi, ayah A.Dt Rangkayo Hitam, S Ag dan ibu Yuli Afrida atas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran, motivasi yang diberikan
dengan segenap cinta yang tulus hingga detik ini. Selanjutnya kepada abangda Rusydi Gunawan Arfad yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis, juga adinda Riyan Fitri Arfad dan Muhammad Roghib Arfad yang selalu sabar menunggu dan mengingatkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Pacar Sri Novianti yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Amin.
Medan, 24 Juli 2013 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... iv
KATA PENGANTAR ... v 2.1.1. Definisi Tekanan Darah ... 7
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 7
2.1.3. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah ... 11
2.2. Panas 2.2.1. Definisi Panas ... 12
2.2.2. Cara Tubuh Kehilangan Panas... 14
2.2.3. Mekanisme Panas Tubuh ... 16
2.2.4. Nilai Ambang Batas ... 18
2.2.5. Efek Panas Pada Manusia ... 19
2.2.6. Pertukaran Panas dan Responnya Terhadap Tubuh... 18
2.2.7. Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas ... 22
2.3. Kerangka Konsep ... 25
2.4. Hipotesis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 26
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.3. Populasi Dan Sampel ... 26
3.4. Alur Penelitian ... 27
3.5. Definisi Operasional ... 27
3.6. Cara Pengukuran...28
3.7. Instrumen Penelitian ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 31
4.1.1. Sejarah Perusahaan... 31
4.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... 32
4.1.3. Lokasi Perusahaan ... 32
4.1.4. Daerah Pemasaran ... 32
4.1.5. Struktur Organisasi ... 33
4.1.6. Proses Produksi di Bagian Bottling Process ... 33
4.2. Karakteristik Subjek Penelitian ... 35
4.2.1. Umur ... 35
4.2.2. Masa Kerja ... 36
4.3. Hasil Pengukuran Panas ... 37
4.4. Hasil Pengukuran Tekanan Darah ... 37
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karaktristik Subjek Penelitian ... 42
5.1.1. Umur ... 42
Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Sinar Sosro
Lampiran 2 Bagan Proses Produksi Teh Botol Di PT Sinar Sosro Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari PT Sinar Sosro Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Lampiran 6 Hasil Pengukuran Tekanan Darah
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan Pengaruh Suhu
Lingkungan terhadap Manusia ... 18 Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas WBGT (°C) untuk stress terhadap suhu
lingkungan ... 18 Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia ... 19 Tabel 4.1. Klasifikasi Beban Kerja Menurut Almatsier ... 32 Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada
tenaga kerja Bagian Bottling Process ... 34 Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja pada
tenaga kerja Bagian Bottling Process ... 34 Tabel 4.4. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik ... 35 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik ... 36 Tabel 4.6. Pengujian Normalitas Data Tekanan Darah ... 37 Tabel 4.7. Hasil Uji Statistik Tekanan Darah Menggunakan Paired
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, khusus untuk di lingkungan kerja kebanyakan dipengaruhi oleh faktor panas. Pengukuran tekanan darah di lingkungan kerja bermanfaat untuk mencegah pekerja mengalami gangguan kesehatan akibat panas seperti dehidrasi, hipertensi dan gangguan lainnya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest Posttest yang bertujuan untuk melihat adanya perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013. Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang laki-laki yang merupakan seluruh pekerja (total sampling) di bagian bottling process yang bekerja dari jam 08.00-16.00 WIB di PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran langsung tekanan darah pekerja dan dianalisis menggunakan uji statistik Paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,246 (p > 0,05). Begitu pula dengan tekanan darah diastolik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,606 (p > 0,05).
Diharapkan PT Sinar Sosro lebih meningkatkan lagi upaya pengendalian panas di lingkungan kerja. Pengendalian bisa dilakukan dengan upaya teknis seperti penambahan ventilasi dan local Exhauster, penyediaan tempat istirahat, pola konsumsi air dan tindakan administratif (rotasi kerja).
ABSTRACT
Blood pressure can be affected by several factors, especially in the work site that is most affected by the heat factor. Measurement of blood pressure in the work site has benefit to prevent the workers in getting some health problems, such as dehydration, hypertension and other disorders.
This research is a kind of pre-experimental research with One Group Pretest Posttest approach. It aims to reveal the differences of employees’ blood pressure before and after exposure to heat in The Bottling Process area at PT Sinar Sosro Deli Serdang in 2013. The sample in this research were 20 men who are all employees (total sampling) of the bottling process area which work from 08:00 a.m. to 4:00 p.m. at PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data were collected by measuring the employees’ blood pressure and will be analyzed by using paired t-test statistics.
The results showed that there was no significant differences between the employees’ systolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.246 (p> 0,05). It also found in diastolic blood pressure. There was no significant differences between employees’ diastolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.606 (p> 0,05).
PT Sinar Sosro is expected to enhance their efforts in controlling the workplace’s heat. The prevention can be done by adding ventilations and local exhauster, provosioning rest area, water consumption system or administrative treat (job rotation).
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Ini berarti seluruh warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan.
Kesehatan masyarakat sangat berguna dalam keberhasilan pembangunan nasional Indonesia, semua aspek yang mendukung keberhasilannya harus diperhatikan sehingga proses pembangunan nasional tetap berkesinambungan. Kesehatan buruh dan tenaga kerja merupakan aspek penting dalam pembangunan nasional,sehingga upaya perlindungan kesehatan buruh dan tenaga kerja menjadi hal yang sangat mendasar untuk keberhasilan pembangunan nasional (Soeripto, 2008).
tekanan panas, penerangan, kebisingan, debu di ruang kerja dan getaran di tempat kerja (Suma’mur, 2009).
Temperatur lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja bila berada pada kondisi yang ekstrim. Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan dingin yang berada di luar batas kemampuan manusia untuk beradaptasi. Persoalan tentang bagaimana menentukan bahwa kondisi temperatur lingkungan adalah ekstrim menjadi penting, mengingat kemampuan manusia untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian secara umum kita dapat menentukan batas kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan temperatur lingkungan pada kondisi yang ekstrim dengan menentukan rentang toleransi terhadap temperatur lingkungan (Soeripto, 2008).
Apabila suhu lingkungan tinggi (lebih tinggi daripada suhu tubuh normal), maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh karena tubuh menerima panas dari lingkungan. Sedangkan hal yang sebaliknya terjadi, yaitu bila suhu lingkungan rendah (lebih rendah daripada suhu tubuh normal), maka panas tubuh akan keluar melalui evaporasi dan ekspirasi sehingga tubuh dapat mengalami kehilangan panas (Kurniawan, 2010).
Menurut Suma’mur (2009) panas merupakan salah satu faktor yang
Berdasarkan Keputusan Badan Standardisasi Nasional (BSN) melalui SNI 16-7063-2004 yang merujuk kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja dinyatakan bahwa standar faktor panas di tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Tarwaka, 2004).
Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan yang panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi tekanan darah akan lebih banyak lagi atau meningkat (Santoso, 2004).
Penelitian Yulisnawati (2007) mengenai perbedaan tekanan darah pekerja akibat terpapar panas pada industri pisang sale Suka Senang Kabupaten Ciamis dengan sampel sebanyak 21 orang menyatakan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja bagian penggorengan disebabkan dilatasi pembuluh darah perifer.
Penelitian Manurung (2008) bahwa risiko terjadinya gangguan kesehatan pekerja diperoleh dari nilai RR (Relative Risk) yang mana pekerja yang terpapar panas berisiko mengalami penurunan tekanan darah sistolik 1,55 kali lipat, penurunan tekanan darah diastolik 1,57 kali lipat dan kenaikan suhu tubuh 9,25 kali lipat dibandingkan pekerja yang tidak terpapar panas suhu ekstrim. Untuk parameter denyut nadi tidak adanya hubungan positif dengan paparan panas. Kontribusi paparan panas menimbulkan gangguan terhadap kesehatan pekerja (AR) adalah untuk penurunan tekanan darah sistolik 35%, penurunan tekanan diastolic 36% dan kenaikan suhu tubuh adalah 89,2%.
kebakaran dan cara penggunaaan dan perawatan mesin. Semua hasil identifikasi dan pengendalian bahaya didokumentasikan dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman
dalam melakukan setiap kegiatan (Komunikasi personal, 31 Januari 2013).
Pada tahap produksi terdapat tiga tahapan proses, yaitu proses penanganan air (water treatment), proses pembuatan teh cair manis dan proses pembotolan. Proses pembotolan (bottling process) yaitu serangkaian kegiatan yang meliputi pencucian botol, pencucian krat, pengecekan botol dengan optiscan, pengisian teh cair manis melalui mesin filler, menutup botol dengan mesin crowner, pemindahan botol ke dalam krat dan menyusun krat yang telah terisi botol ke dalam palletizer (Observasi, 31 Januari 2013).
process area yaitu 30ºC, Apabila ini berlangsung secara terus menerus maka akan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan seperti hipertensi dan gangguan kesehatan lainnya serta akan menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perbedaan tekanan darah akibat terpapar panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah bagaimana perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013. 1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan untuk pekerja bagian bottling process agar lebih sadar terhadap kesehatannya akibat paparan faktor panas di tempat kerjanya.
2. Sebagai masukan bagi perusahaan agar dapat melakukan upaya penanggulangan terhadap paparan yang disebabkan oleh faktor panas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Darah
2.1.1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati
setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan
selama siklus jantung ke arteri, kapiler dan vena yang kemudian akan mengalir ke
jantung. Tekanan darah dalam sistem arteri bervariasi dengan siklus jantung, dimana
nilai tertinggi dicapai pada puncak sistolik dan nilai terendah dicapai pada saat akhir
diastolik. Perbedaan tekanan antara nilai sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi
(Vita, 2006).
Tekanan darah adalah kekuatan yang digunakan oleh darah yang bersirkulasi
pada dinding-dinding dari pembuluh-pembuluh darah, dan merupakan satu dari
tanda-tanda vital yang utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung,
kecepatan pernapasan, dan temperatur. Tekanan darah dihasilkan oleh jantung yang
memompa darah kedalam arteri-arteri dan diatur oleh respon oleh arteri-arteri pada
aliran darah (Soeripto, 2008).
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Vita (2006) tekanan darah normal itu sangat bervariasi tergantung
pada:
a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah
b. Emosi
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu atau reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Luapan emosi seperti perasaan takut, cemas cenderung membuat tekanan darah
meningkat. Hal tersebut terjadi karena jantung memompa darah lebih cepat sehingga
tekanan darah mengalami peningkatan. Biasanya tekanan darah akan menjadi naik
dalam satu waktu saja.
c. Stres
Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini dapat
terjadi karena adanya hormon stres, yaitu epinefrin (adrenalin) yang dilepaskan dari
kelenjar adrenal. Hormon ini bersama hormon lainnya beredar dalam tubuh untuk meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kecepatan pernapasan dan mengubah proses tubuh lainnya.
d. Umur
Menurut Guyton dan Hall dalam Hendra (2009) bahwa tekanan darah akan
cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan
meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat
sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Semakin tua umur seseorang
tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya
e. Jenis Kelamin
Menurut Pearce dalam vita (2006) bahwa tekanan darah pada perempuan
sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi
setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat status gizi (obesitas).
Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk
dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori normal,
untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari
27,5 termasuk dalam kategori obesitas (Pearce, 1999).
f. Minum alkohol
Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan
menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Parsudi, 1992). Beberapa studi
menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta
diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila
mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI,
2006).
g. Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi
tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh
akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih
tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap.
Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun
rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di
ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan
meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20
kaliper menit (Mangku, 1997).
Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi tekanan darah seseorang, antara lain:
a. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan
sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan atas jenis
dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat
mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba
dan tidak terduga (Suma’mur, 2009).
Kebisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan
mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan
darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah
cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan
menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah
stress (Soeripto, 2008).
b. Panas
Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan
meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler
bertambah (Suma’mur, 2009).
2.1.3. Pengaruh Panas terhadap Tekanan Darah
Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat
strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas
beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004).
Indikator heat strain adalah peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu
tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat badan (Wignjosoebroto, 2000).
Menurut Grandjean dalam Yulisnawati (2007) bahwa saat suhu panas tejadi,
maka tubuh akan memompa darah lebih banyak. Pembuluh darah akan mengembang
dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui lapisan di luar kemudian kulit mulai diisi
dengan darah. Darah yang panas disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan
kelebihan panas dilepaskan ke udara melalui konveksi, radiasi, penguapan, dan
konduksi, tergantung dari suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara.
Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada irama
jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya, sehingga akan
menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah. Efek sistematis yang timbul adalah
meningkatnya suhu inti tubuh karena paparan panas secara terus menerus sehingga
organ-organ yang berfungsi dalam mendorong kerja tubuh juga akan bereaksi
terhadap efek panas ini, seperti meningkatnya suhu kulit yang merupakan bagian
terluar tubuh, kemudian akan diiringi dengan pengeluaran keringat akibat
sehingga akan berpengaruh terhadap beberapa organ yang proses kerjanya
membutuhkan darah sebagai alat transportasi.
Menurut Gabriel dalam Kurniawan (2010) bahwa pengaruh panas terhadap
biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia. Adanya
peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya
dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi
(peredaran) darah serta peningkatan tekanan kapiler. Jumlah O2 dan CO2 di dalam
darah akan meningkat sedangkan pH darah akan mengalami penurunan.
Respon-respon fisiologis akan nampak jelas terhadap pekerja dengan iklim
kerja panas tersebut, seperti peningkatan tekanan darah dan denyut nadi seperti hasil
penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah
yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas, yang jelas
sekali akan memperburuk kondisi pekerja (Santoso, 2004).
2.2. Panas
2.2.1. Definisi Panas
Dalam proses industri sering menggunakan alat yang bersuhu tinggi, yang
diperoleh dari suatu sumber panas seperti dapur peleburan baja, dapur peleburan
gelas, dapur pembakaran keramik, dan lain-lain. Tidak hanya itu, sumber-sumber
panas juga dapat timbul sebagai akibat dari rangkaian proses produksi di dalam suatu
industri, seperti pengecoran logam, moulding, generator, kompresor, ketel uap, juga
pada bagian finishing industri tekstil serta lainnya (Suma’mur, 2009).
Umumnya di dalam industri sering kita jumpai adanya perbedaan suhu yang
terjadinya perbedaan panas yang besar pula. Energi panas yang berasal dari sumber
(dapur,pengecoran logam,motor atau dari sumber yang lain) akan dipancarkan secara
langsung atau melalui permukaan dapur dan masuk ke lingkungan tempat kerja yang
bersuhu dingin dan menyebabkan suhu udara tempat kerja naik, dengan demikian
iklim atau cuaca di dalam tempat kerja berubah dan menimbulkan tekanan panas
yang akan diterima oleh tenaga kerja yang bekerja sebagai beban panas tambahan.
Panas mempunyai pengaruh yang buruk terhadap tubuh. Dalam kaitan ini, ada satu
hal yang sangat penting untuk diketahui dari tenaga kerja yang bekerja dilingkungan
tempat kerja yang panas (Sukmana, 2003).
Menurut Suma’mur (2009) panas adalah kombinasi dari suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas (heat stress)
adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia. Tubuh manusia selalu
menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat makanan dengan
oksigen (metabolisme). Apabila proses pengeluaran panas tubuh selalu saling terjadi
pertukaran panas, proses pertukaan (pemindahan) panas ini tergantung dari suhu
lingkungan (iklim kerja).
Menurut Tarwaka (2004) Ada dua macam sumber panas yang sangat penting
untuk para tenaga kerja yang bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas:
1. Panas Metabolisme
Tubuh manusia akan selalu menghasilkan panas selama masih hidup. Proses
yang menghasilkan panas di dalam tubuh ini disebut proses metabolisme. Panas
metabolisme meningkat apabila beban kerja (aktivitas kerja) meningkat. Dalam
konstan (37°C). Kenyataan bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan yang sangat
terbatas dalam menimbun panas yang dihasilkan dari metabolisme. Oleh karena itu
kelebihan panas pada tubuh yang dibuang ke udara sekitarnya.
2. Panas dari luar tubuh
a. Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban kerja.
b. Faktor panas lingkungan tempat kerja termasuk suhu udara, kecepatan gerak
udara, kelembaban udara dan panas radiasi. Ini semua menentukan kecepatan
(kemampuan) tubuh dalam mengeluarkan panas ke udara lingkungan tempat
kerja.
2.2.2. Cara Tubuh Kehilangan Panas
Menurut Soeripto (2008) Panas terutama dapat dipancarkan dari tubuh ke
sekitarnya dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan penguapan keringat. Dalam
hal ini darah memainkan peranan penting, yaitu : darah membawa panas dari dalam
dalam tubuh ke kulit, dimana panas dapat dihamburkan ke sekitarnya. Kecepatan
panas yang dihamburkan ini tergantung kepada keadaan lingkungan. Panas dapat
dipindahkan dari tubuh ke tempat kerja dengan cara :
a. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari partikel yang satu ke partikel yang
lainnya yang saling berhubungan dalam keadaan tetap, misalnya perpindahan panas
dari kulit ke udara. Dalam kondisi sebagaimana disebutkan, agar perpindahan panas
b. Konveksi
Konveksi merupakan bentuk kegiatan pendinginan akibat paparan panas,
Seperti penggunaan kipas angin secara terus menerus akan menggerakkan udara
dingin yang lain ke arah kulit dan mendorong udara yang telah hangat oleh pengaruh
kulit, ini adalah cara umum untuk mendinginkan tubuh. Angin dingin atau angin
sepoi-sepoi juga mempunyai pengaruh mendinginkan tubuh, sama seperti
prinsip-prinsip konduksi/konveksi. Gerakan udara yang lebih cepat mempunyai pengaruh
mendinginkan yang lebih besar. Dengan demikian dapat dilihat bahwa keduanya baik
suhu udara ataupun kecepatan udara gerak udara merupakan faktor penentu seberapa
banyak pendinginan dapat dicapai dengan konduksi-konveksi. Suhu udara yang lebih
rendah, lebih besar jumlah panas konduksi yang dipindahkan (hilang). Lebih tinggi
kecepatan udara, lebih besar jumlah panas konveksi yang hilang.
c. Penguapan
Penguapan dapat diartikan sebagai proses pendinginan yang dilakukan dengan
menguapkan keringat yang ada dipermukaan kulit. Kecepatan penguapan untuk
mendinginkan tubuh ini umumnya menjadi lebih besar oleh karena dipercepat dengan
konveksi atau cepat gerak udara yang melintasi kulit. Apabila kelembaban udara
rendah, sejumlah besar penguapan dapat terjadi dan mempercepat pendinginan.
Namun apabila kelembaban udara atau kandungan uap air udara tinggi, maka
penguapan yang terjadi sangat sedikit, sehingga pendinginan berjalan berjalan lambat.
Oleh karena itu pada hari-hari panas dan udara lembab menghasilkan tekanan panas
seperti itu, suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara merupakan
faktor-faktor yang kritis.
d. Radiasi
Radiasi merupakan perpindahan panas dari benda yang panas ke suatu benda
yang lebih dingin yang ada di sekitarnya dalam suatu lingkungan tempat kerja
(perpindahan panas dengan cara radiasi umumnya tidak memerlukan media). Panas
dipindahkan melalui suatu ruang, sedang benda-benda tidak saling menyentuh antara
yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, panas dari suatu ketel uap atau dari
matahari akan dipindahkan ke benda-benda yang ada di sekitarnya. Dengan cara yang
sama, bila sekitarnya lebih dingin dari pada suhu tubuh, maka panas tubuh akan
dipindahkan ke lingkungan sekitarnya. Apabila suhu lingkungan sekitar tubuh lebih
tinggi dari suhu tubuh, maka tubuh akan menyerap panas dari lingkungan.
2.2.3. Mekanisme Panas Tubuh
Di dalam kehidupan, tubuh manusia selalu memproduksi panas. Proses dalam
menghasilkan panas ini disebut metabolisme. Proses ini pada dasarnya adalah proses
oksidasi dari bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, protein, yang diatur oleh
enzyme (Santoso, 2004).
Manusia termasuk golongan makhluk homoetermis yaitu makhluk yang
mampu mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu lingkungan sekitarnya
berubah-ubah. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu sistem
pengatur suhu. Suhu menetap ini adalah akibat kesetimbangan diantara panas yang
dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas tubuh
Proses metabolisme dalam tubuh merupakan proses kimiawi, dan proses ini
terus berlangsung supaya kehidupan manusia dapat dipertahankan. Hasil dari
metabolisme ini antara lain adalah energi dan panas. Panas yang dihasilkan inilah
yang merupakan sumber utama panas tubuh manusia. Dengan demikian panas akan
terus dibentuk walaupun dalam keadaan istirahat, selama proses metabolisme
berlangsung (Depkes RI, 2006).
Tubuh manusia selalu akan menghasilkan panas sebagai akibat dari proses
pembakaran zat-zat makanan dengan oksigen. Bila proses pengeluaran panas oleh
tubuh terganggu, maka suhu tubuh akan pertukaran panas dan proses pertukaran
panas ini tergantung dari suhu lingkungannnya (Soeripto, 2008)
Bila suhu tubuh diturunkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang
menyebabkan suhu kulit mendekati suhu tubuh. Suhu tubuh manusia yang dapat kita
raba atau rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh
panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya
terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak
pula yang hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia
yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi
panas lingkungan. Selama pertukaran ini seimbang dan serasi, tidak akan
menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja (Depkes RI,
2.2.4. Nilai Ambang Batas
Adapun nilai ambang batas iklim kerja sesuai dengan Permenakertrans No. 13
Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan
untuk lingkungan fisik di tempat kerja, yang salah satunya adalah NAB untuk iklim
kerja dengan menggunakan ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) adopsi dari ACGIH
(American Governmental of Industrial Hygienists). ACGIH merupakan sebuah
organisasi sosial profesional non pemerintah dari Amerika Serikat yang bergerak
dalam bidang kesehatan kerja dan lingkungan kerja.
Menurut ACGIH (American Governmental of Industrial Hygienists) dalam
Harrianto (2010) dinyatakan bahwa :
Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas WBGT (°C) untuk stress terhadap suhu lingkungan
2.2.5. Efek Panas pada Manusia
Bagi tubuh panas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan memberikan
efek negatif. Efek-efek panas bagi tubuh manusia akan berdampak pada tingkat
kemampuan fisik dan mental (I Nyoman, 2004).
Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia
No Tingkat
Temperatur (°C)
Efek Terhadap Tubuh
1 ± 49 °C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental
2 ± 30 °C Aktivasi mental dan daya tangkat mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan 3 ± 24 °C Kondisi optimum
4 ± 10 °C Kekakuan fisik yang ekstrim mulai muncul
2.2.6. Pertukaran Panas dan responnya terhadap tubuh
Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas.
Tubuh tersebut menggunakan panas ini untuk menjaga temperatur inti/utama agar
tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada sekeliling di
luar tubuh. Oleh karenanya, ada suatu pertukaran panas yang tetap dari panas antara
tubuh dan sekelilingnya. Hal itu adalah dimaksudkan untuk mengetahui pengendalian
panas secara fisiologi dan fisika (Soeripto, 2008).
Adapun respon tubuh terhadap tekanan panas:
a. Aklimatisasi
Menurut Harrianto (2010) aklimatisasi yaitu suatu penyesuaian fisiologis
terhadap lingkungan kerja yang panas. Proses aklimatisasi dimulai dengan
pengurangan jam kerja pada hari pertama, dan ditingkatkan secara bertahap pada
pekerja baru, dibutuhkan paling sedikit 5 hari kerja untuk aklimatisasi, dimulai
dengan bekerja 20% dari total jam kerja sehari, dan ditingkatkan 20% setiap hari
sampai akhir masa aklimatisasi. Namun kemampuan penyesuaian pekerja terhadap
lingkungan kerja yang panas akan hilang dengan cepat jika berhenti bekerja selama
beberapa hari dari tempat tersebut. Oleh sebab itu, pekerja yang baru bekerja kembali
setelah cuti panjang, harus melaksanakan periode aklimatisasi lagi. Dibutuhkan
paling sedikit 3 hari kerja untuk mengembalikan kemampuan penyesuaian pekerja.
Pada hari pertama pekerja tersebut bekerja 50% dari total jam kerja sehari, di hari
kedua 80% dan hari ketiga baru dapat bekerja secara penuh. Alkohol dan jenis
obat-obatan yang dikonsumsi dapat memengaruhi aklimatisasi karena mengurangi
kemampuan tubuh untuk bekerja di lingkungan panas. Obat-obatan tersebut adalah
antihipotensi, diuretik, antispasmodik, sedatif, tranquilizer, antidepresan dan
amfetamin.
Menurut Siswanto dalam Eva (2006) bahwa aklimatisasi merupakan proses
pembentukkan keringat akibat proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan
pengeluaran keringat yang banyak, penurunan denyut nadi, dan suhu tubuh.
Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang
terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan
penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan
keringat. Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk
beberapa waktu misalnya 2 jam. Mengingat pembentukan keringat tergantung pada
b. Umur
Menurut Sukmana (2003) bahwa daya tahan seseorang terhadap panas akan
menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat
mengeluarkan keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang
lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi
normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70% dari seluruh
penderita (Heat Stroke) adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Denyut nadi
maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai
dengan bertambahnya umur.
c. Ukuran Tubuh
Menurut Siswanto dalam Kurniawan (2010) bahwa adanya perbedaan ukuran
tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan
ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tingkatan tekanan panas yang relatif
lebih besar. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai kapasitas kerja maksimal yang
lebih kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berat badannya kurang
dari 50 Kg selain mempunyai maximal oxygen intake yang rendah tetapi juga toleran
terhadap panas daripada mereka yang mempunyai berat badan rata-rata.
d. Gizi
Menurut Siswanto dalam Kurniawan (2010) bahwa respon yang berlebihan
terhadap tekanan panas ditujukan kepada orang yang memiliki status gizi yang buruk,
hal ini dikarenakan sistem kardiovaskuler yang tidak stabil.
Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk
memelihara keseimbangan panas. Menurut Pulat dalam Tarwaka (2004) bahwa reaksi
fisiologis tubuh (heat strain) oleh karena peningkatan temperatur udara di luar
comfort zone adalah sebagai berikut :
1. Vasodilatasi
Saat suhu panas tejadi, maka tubuh akan memompa darah lebih banyak.
Pembuluh darah akan mengembang, dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui
lapisan di luar dan kemudian kulit mulai diisi dengan darah. Darah yang panas
disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan kelebihan panas dilepaskan ke
udara melalui konveksi, radiasi, penguapan dan konduksi, tergantung dari suhu udara,
kelembaban udara dan cepat gerak udara.
2. Denyut jantung meningkat
Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada
irama jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya.
3. Temperatut kulit meningkat
Paparan panas yang berlangsung secara terus menerus akan menyebabkan
dampak terhadap kulit, salah satunya adalah meningkatnya temperatur kulit.
4. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat, dan lain lain.
Panas yang hilang melalui sirkulasi darah umumnya merupakan suatu cara
pemeliharaan suhu tubuh bagian dalam agar tetap stabil. Namun demikian, apabila
hal ini tidak mencukupi,maka otak akan meneruskan rasa adanya kelebihan panas
menghasilkan keringat (keringat adalah suatu campuran air dan garam). Keringat di
atas kulit diuapkan dan permukaan kulit menjadi dingin.
Dengan banyaknya penguapan keringat, maka akan menyebabkan terjadinya
peningkatan aliran darah, kulit banyak mengatur pelepasan kelebihan panas. Namun
apabila suhu udara dan sekitarnya mendekati suhu normal dari kulit, maka tugas
mendinginkan tubuh menjadi lebih sulit. Darah yang membawa panas ke permukaan
tubuh tak dapat melepaskan panas baik melalui konveksi maupun konduksi
(Sukmana, 2003).
Menurut Suma’mur (2009) Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat
pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering
melakukan istirahat curian.
2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang
disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena
gangguan kesehatan. Pada kehilangan caran tubuh < 1,5% gejalanya tidak nampak,
kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.
3. Heat rash. Keadaan seperti biang keringat/keringat buntat, gatal kulit akibat
kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu beistirahat pada
tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak dan penghilang keringat.
4. Heat cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat
keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang
kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit
5. Heat syncope atau fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak
tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau
perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
6. Heat exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak
cairan dan atau kehilangan garam. Gejala mulut kering, sangat haus, lemah, dan
sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum
beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.
7. Heat stroke, terjadi bila sistem pengaturan tubuh gagal dan temperatur tubuh
meningkat sampai tingkat kritis. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi berbagai
faktor, dan keterjadiannya sulit diprediksi. Heat stroke adalah keadaan darurat
medis. Tanda dan gejala utama dari heat stroke adalah bingung, perilaku irasional,
hilang kesadaran, sawan, kurang berkeringat (biasanya), kulit panas, keringat dan
temperatur tubuh sangat tinggi. Meningkatnya temperatur metabolik akibat
kombinasi beban kerja dan beban panas lingkungan, yang keduanya turut memberi
2.3. Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep
Pre-Test Post-Test
2.4. Hipotesis
Ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar
panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013.
Paparan Panas
Tekanan Darah Sebelum Bekerja
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest Posttest. Penelitian ini merupakan penelitian yang tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama yang memungkinkan menguji perubahan perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen/program (Notoatmodjo, 2007).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di PT Sinar Sosro Deli Serdang pada bulan Februari-Juli 2013. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada tanggal 9 Juli 2013. Hal ini didasari oleh karena perusahaan hanya memberi izin 1 hari kerja yang dapat digunakan untuk penelitian agar tidak mengganggu jalannya proses produksi.
3.3. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang yang berjumlah 20 orang.
2. Sampel Penelitian
3.4. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
3.5. Definisi Operasional 1. Panas
Panas adalah suhu udara yang berasal dari proses pembakaran di area bottling process, yang diukur dengan mengunakan:
Alat ukur : Heat Stress Apparatus Satuan :ºCelcius
Skala pengukuran : Interval
Populasi
Setelah bekerja Sampel
Terpapar Panas
Sebelum Bekerja
2. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar di seluruh tubuh.Tekanan darah terdiri dari tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole, yang diukur dengan menggunakan:
Alat ukur : Tensi meter
Satuan : mmHg
Skala Pengukuran : Rasio
Hasil pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah terpapar panas.
3.6. Cara Pengukuran
Pengukuran dilakukan dalam 1 hari kerja, tujuannya supaya tidak terlalu menganggu proses produksi di Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang. Hasil pengukuran tekanan panas diambil dari data hasil pengukuran iklim kerja di Bagian Bottling Process yang dilakukan oleh teknisi Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja kota Medan. Sedangkan pengukuran tekanan darah pekerja dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.
3.7. Instrumen Penelitian
1. Tensi meter
a. Tensi meter yang digunakan pada penelitian ini adalah Tensimeter One Med Biasa dan pekerja yang akan diukur tekanan darahnya harus berbaring terlebih dahulu
b. Selanjutnya manset tensimeter diikatkan pada lengan atas, sekitar 2 jari diatas lipatan siku
c. Kemudian stetoskop diletakkan pada arteri brakhialis yang berada pada lipatan siku
d. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan didalam tensimeter dinaikkan dengan cara memompa sampai denyut nadi tidak terdengar lagi
e. Kemudian tekanan didalam tensimeter pelan-pelan diturunkan. Pada saat denyut nadi mulai terdengar lagi, baca tekanan yang terdapat pada batas atau permukaan air raksa yang terdapat pada tensi meter. Maka tekanan inilah yang disebut tekanan sistolik
f. Pada proses pengukuran, tekanan didalam tensimeter tetap diturunkan. Suara denyut nadi akan terdengar lebih jelas sampai suatu saat suara denyutan terdengar melemah dan akhirnya menghilang. Saat denyut terdengar melemah, kembali kita lihat tekanan dalam tensimeter, dan tekanan inilah yang kemudian disebut diastolik
3.8. Teknik Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Paired T-Test yang menggunakan program komputer SPSS vers. 17 dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan 2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan
Cikal bakal PT Sosro bermula dari usaha keluarga Sosrodjojo yang menjual teh wangi pada tahun 1940 di Kabupaten Slawi, Propinsi Jawa Tengah. Setelah 25 tahun menjual teh wangi, keluarga Sosorodjojo mulai mengembangkan bisnis di Cakung. Kemudian pada tahun 1974, didirikan PT Sinar Sosro yang bergerak di bidang minuman teh dalam botol. PT Sinar Sosro cabang Deli Serdang merupakan salah satu cabang perusahaan yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara, Bapak Kaharuddin Nasution, pada tanggal 28 Juli 1984.
PT Sinar Sosro pernah beberapa kali berganti nama. Pada awal berdiri bernama PT Toba Sosro Kencono, kemudian berganti nama menjadi PT Reksobudi Adijaya pada tahun 1995. Pada tahun 2000 berubah lagi menjadi PT Sinar Sosro yang memiliki visi untuk menjadi perusahaan beverage yang memimpin di pasar lokal dan internasional.
adalah pengolahan ampas teh menjadi pupuk. Adapun cabang-cabang PT Sinar Sosro lainnya adalah:
1. PT Sinar Sosro Cakung (kantor Pusat), Cakung – Jakarta Timur. 2. PT Sinar Sosro Pabrik Tambun, Bekasi – Jawa Barat.
3. PT Sinar Sosro Pabrik Cibitung, Jawa Barat.
4. PT Sinar Sosro Pabrik Unggaran, Semarang – Jawa Tengah. 5. PT Sinar Sosro Pabrik Gresik, Surabaya – Jawa Timur. 6. PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang, Banten.
7. PT Sinar Sosro Pabrik Gianyar, Gianyar – Bali.
8. PT Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang, Tanjung Morawa – Sumatera Utara. 9. PT Sinar Sosro Palembang.
4.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Sinar Sosro Cabang Deli Serdang adalah Teh Botol Sosro (TBS), Fruit Tea Botol (FTB), Prim-a, dan Fruit Tea genggam. 4.1.3. Lokasi Perusahaan
PT Sinar Sosro terletak di Jl. Tanjung Morawa – Medan Km. 14,5 Sumatera Utara. PT Sinar Sosro Deli Serdang merupakan cabang dari kantor pusat PT Sinar Sosro yang berada di Cakung, Jakarta Timur.
4.1.4. Daerah Pemasaran
4.1.5. Struktur Organisasi
PT Sinar Sosro dalam mencapai tujuannya menggunakan stuktur organisasi berbentuk garis dan staf dimana wewenang dan kebijakan menurut garis lurus dari pimpinan tertinggi bertingkat terus sampai ke karyawan. Pimpinan tiap bidang kerja berhak memerintahkan kepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerja dan tiap-tiap satuan pelaksana bawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja. Struktur Organisasi PT Sinar Sosro dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.1.6. Proses Produksi di Bagian Bottling Process
dengan penyinaran ultra violet. Setelah ditutup, botol dipindahkan ke dalam crate dan dipindahkan ke kamar karantina. Setelah selesai karantina, produk siap dipasarkan. Bagan proses produksi teh botol di PT Sinar Sosro dapat dilihat pada Lampiran 2.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro diketahui bahwa beban kerja dapat dikategorikan sebagai beban kerja sedang, dimana pekerja melakukan aktivitas fisik sebesar 40% untuk duduk/ berdiri dan 60% untuk melakukan aktivitas tertentu. Menurut WHO dalam Almatsier (2004) dinyatakan bahwa :
Tabel 4.1. Klasifikasi Beban Kerja Menurut Almatsier (2004) Kelompok aktivitas Jenis kegiatan
Ringan 75% waktu digunakan utk duduk/berdiri. 25% waktu utk berdiri atau bergerak Sedang 40% waktu digunakan utk duduk/berdiri.
60% waktu utk aktivitas pekerjaan ttt Berat 25% waktu digunakan utk duduk/berdiri.
75% waktu utk aktivitas pekerjaan ttt
Beberapa pekerjaan tertentu selain duduk dan berdiri di bagian Bottling Process antara lain memasukkan botol yang terlalu kotor ke dalam krat dan mengangkatnya ke tempat penampungan botol yang akan dicuci kembali serta mengangkat botol yang pecah ke tempat yang telah disediakan, selain itu mengangkat dan memasukkan botol yang masih kotor setelah melewati mesin optiscan ke dalam krat untuk dicuci kembali, melakukan pemeriksaan mesin bottle washer, pemberian pelumas, pengaturan suhu steam, pemeriksaan dan melumasi mesin filler, pemeriksaan dan melumasi mesin crowner, pemeriksaan dan melumasi mesin crater, melakukan pemeriksaan pipa steam dan pipa NaOH dan pemeriksaan aliran teh cair panas yang akan dimasukkan ke mesin filler. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pekerjaan di Bagian Bottling Process dikategorikan dalam beban kerja sedang sesuai dengan tabel di atas.
4.2. Karakteristik Subjek Penelitian 4.2.1. Umur
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 20 pekerja Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada tenaga kerja Bagian Bottling Process.
Umur (Tahun)
Bagian Bottling Process
20-26 2 10
Frekuensi umur pekerja pada Bagian Bottling Process paling banyak pada umur 34-40 tahun dengan frekuensi 9 orang pekerja (45%).
4.2.2. Masa Kerja
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 20 pekerja Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja pada tenaga kerja Bagian Bottling Process.
Masa Kerja interval selama 8-13 tahun dengan frekuensi 8 orang pekerja (40%).
Berdasarkan data hasil pengukuran panas di PT Sinar Sosro khusus Bagian Bottling Process yang dilakukan oleh teknisi dari Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kota Medan diperoleh ISBB 28,87ºC.
4.4. Hasil Pengukuran Tekanan Darah
Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
No Tekanan Darah (mmHg)
Sistolik Diastolik
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 130 140 80 90
dan sesudah terpapar panas 123,5 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terpapar panas 81 mmHg dan sesudah terpapar panas 84 mmHg.
Berdasarkan data diatas dapat diketahui frekuensi pekerja yang mengalami peningkatan, penurunan maupun tekanan darah sistolik yang tetap, dan frekuensi pekerja yang mengalami peningkatan, penurunan maupun tekanan diastolik yang tetap.
Tabel 4.5. Tabel Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Tekanan Darah
Meningkat Menurun Tetap
Frekuen si
% Frekuensi % Frekuensi %
Sistolik 6 30 7 35 7 35
Diastolik 6 30 2 10 12 60
Dari tabel distribusi frekuensi tekanan darah diatas, untuk tekanan darah sistolik terdapat 6 pekerja yang mengalami peningkatan, 7 pekerja mengalami penurunan dan 7 pekerja tidak mengalami perubahan tekanan darah sistolik setelah paparan panas. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik terdapat 6 pekerja mengalami peningkatan, 2 pekerja mengalami penurunan dan 12 pekerja tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik setelah paparan panas.
Pengujian normalitas dari data hasil pengukuran tekanan darah pekerja Bagian Bottling Process di PT Sinar Sosro dapat dilihat pada tabel berikut :
Sistole
Berdasarkan tabel hasil pengujian normalitas di atas, dapat disimpulkan bahwa baik data mengenai tekanan darah sistolik maupun tekanan darak diastolik terdistribusi normal karena p (Asymp. Sig.) dari masing-masing pengukuran > 0.05.
Setelah pengujian normalitas, kemudian di lakukan uji statistik menggunakan paired t-test untuk melihat apakah terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah paparan panas. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7. Hasil Uji Statistik Tekanan Darah Menggunakan Paired Sample T-Test
P untuk membaca t tabel yang sudah ada dalam tabel nilai kritis distribusi student ‘t’
untuk kemudian dibandingkan dengan t hitung hasil dari uji statistik paired t-test dalam tabel di atas. Jika t tabel lebih besar dari t hitung makan Ho diterima, dan tidak terdapat perbedaan. Dengan kata lain t dan df sama-sama berfungsi untuk menentukan apakah Ho diterima atau tidak.
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi :
5.1.1. Umur
Seluruh populasi atau subjek penelitian yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini berusia antara 20-54 tahun. Untuk memudahkan dalam tabulasi data, maka peneliti memasukkan variabel umur kedalam tabel interval umur.. Penentuan interval umur dilakukan dengan terlebih dahulu mencari selisih antara umur tertinggi dengan umur terendah, dan didapat selisihnya 34 tahun, karena umur tertinggi berada pada usia 54 tahun dan umur terendah pada usia 20 tahun, kemudian untuk mengetahui jumlah kelas dicari dengan mengunakan aturan Sturges berikut ini:
1 + 3,322 log 20 = Jumlah kelas Umur 1 + 3,322 log 20 = 5, 356 = 5
Menurut Vita (2006) tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa umur subjek penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan tekanan darah.
Menurut Suma’mur (2009) tekanan darah cenderung akan meningkat seiring dengan
pertambahan usia, ini disebabkan karena menurunnya kemampuan respon organ-organ terhadap rangsangan dari luar. Seseorang yang berumur 17 tahun akan berbeda respon tubuhnya terhadap rangsangan luar dengan seseorang yang berumur 55 tahun. Ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti menurunnya kemampuan kulit dalam mengendalikan kondisi tubuh, terjadinya pengembangan pembuluh darah akibat meningkatnya permintaan darah oleh otak serta meningkatnya irama jantung karena meningkatnya aliran darah.
sebesar 10 mmHg, sedangkan sampel yang berumur 20 tahun mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebesar 10 mmHg.
5.1.2. Masa Kerja
Seluruh populasi atau subjek penelitian yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian memiliki masa kerja antara 2-30 tahun. Untuk memudahkan dalam tabulasi data, maka peneliti memasukkan variabel massa kerja kedalam tabel interval masa kerja. Penentuan interval masa kerja dilakukan dengan terlebih dahulu mencari selisih antara masa kerja terlama dengan masa kerja terpendek, dan didapat selisihnya 29 tahun, karena masa kerja terlama 30 tahun dan masa kerja terpendek 1 tahun, kemudian untuk mengetahui jumlah kelas dicari dengan mengunakan aturan Sturges: 1 + 3,322 log 20 = Jumlah kelas masa kerja
1 + 3,322 log 20 = 5, 356 = 5
Untuk mengetahui interval kelas, dilakukan dengan cara membagi selisih antara umur tertinggi dan umur terendah dengan jumlah kelas umur, maka diketahui interval kelas umur yaitu 2-7 tahun, 8-13 tahun, 14-19 tahun, 20-25 tahun dan 26-30 tahun.
setelah bekerja 80 mmHg. Dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki masa kerja 30 tahun mengalami peningkatan tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg, sedangkan sampel yang memiliki masa kerja 1 tahun tidak mengalami perubahan sistolik dan diastolik setelah bekerja.
Menurut Suma’mur (2009) seseorang yang bekerja dalam waktu yang lama di
lingkungan kerja yang memilki faktor fisik diatas nilai ambang batas akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan organ tubuh dalam menjalankan fungsinya, perubahan tersebut bisa meliputi penurunan fungsi otak karena kurangnya pasokan oksigen, melebarnya pembuluh darah, menurunnya respon kulit terhadap rangsangan, meningkatnya aliran darah serta meningkatnya irama jantung. Paparan yang berlangsung bertahun-tahun, akan menyebabkan organ tubuh seperti kulit, otak dan pembuluh darah mengalami penurunan kemampuan dalam menjalankan fungsinya, otak akan cenderung menurun kemampuannya dalam berpikir, kulit tidak sensitif lagi dengan ransangan yang datang dari luar tubuh, dan pembuluh darah akan cenderung mengembang sehingga memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak, efek ini akan semakin buruk apabila pekerja memiliki pola hidup yang tidak baik, seperti kebiasaan merokok, kurang istirahat, konsumsi makanan yang kurang bergizi dan jarang olahraga.
proses aklimatisasi terhadap intensitas paparan panas yang sebelumnya tidak pernah dialaminya (Santoso, 2004).
5.2. Panas
Berdasarkan data hasil pengukuran panas di PT Sinar Sosro khusus Bagian Bottling Process yang dilakukan oleh teknisi dari Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kota Medan diperoleh ISBB 28,87ºC.
Menurut Suma’mur (2009), sumber panas radiasi adalah berasal dari permukaan
matahari yang panas dan memancarkan sinar dari permukaan itu sendiri. Suhu udara (tekanan panas) selalu dipengaruhi oleh cuaca lingkungan. Suhu panas radiasi akan beinteraksi dengan tubuh melalui kulit, kulit yang bertugas merespon rangsangan luar yang masuk ke tubuh akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan panas, salah satu caranya mengalirkan lebih banyak darah karena terjadinya pengembangan pembuluh darah.