• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terpapar Panas Pada Pekerja Baagian Bottling Process Pt Sinar Sosro Deli Serdang 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terpapar Panas Pada Pekerja Baagian Bottling Process Pt Sinar Sosro Deli Serdang 2013"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS

PT SINAR SOSRO DELI SERDANG 2013

SKRIPSI

Oleh

:

FAHRURROZI ARFAD 091000115

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM

DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG 2013

Nama : Fahrurrozi Arfad

Nomor Induk Mahasiswa : 091000115

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tanggal Lulus : 27 Juli 2013

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

ABSTRAK

Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, khusus untuk di lingkungan kerja kebanyakan dipengaruhi oleh faktor panas. Pengukuran tekanan darah di lingkungan kerja bermanfaat untuk mencegah pekerja mengalami gangguan kesehatan akibat panas seperti dehidrasi, hipertensi dan gangguan lainnya.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest Posttest yang bertujuan untuk melihat adanya perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013. Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang laki-laki yang merupakan seluruh pekerja (total sampling) di bagian bottling process yang bekerja dari jam 08.00-16.00 WIB di PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran langsung tekanan darah pekerja dan dianalisis menggunakan uji statistik Paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,246 (p > 0,05). Begitu pula dengan tekanan darah diastolik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,606 (p > 0,05).

Diharapkan PT Sinar Sosro lebih meningkatkan lagi upaya pengendalian panas di lingkungan kerja. Pengendalian bisa dilakukan dengan upaya teknis seperti penambahan ventilasi dan local Exhauster, penyediaan tempat istirahat, pola konsumsi air dan tindakan administratif (rotasi kerja).

(4)

ABSTRACT

Blood pressure can be affected by several factors, especially in the work site that is most affected by the heat factor. Measurement of blood pressure in the work site has benefit to prevent the workers in getting some health problems, such as dehydration, hypertension and other disorders.

This research is a kind of pre-experimental research with One Group Pretest Posttest approach. It aims to reveal the differences of employees’ blood pressure before and after exposure to heat in The Bottling Process area at PT Sinar Sosro Deli Serdang in 2013. The sample in this research were 20 men who are all employees (total sampling) of the bottling process area which work from 08:00 a.m. to 4:00 p.m. at PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data were collected by measuring the employees’ blood pressure and will be analyzed by using paired t-test statistics.

The results showed that there was no significant differences between the employees’ systolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.246 (p> 0,05). It also found in diastolic blood pressure. There was no significant differences between employees’ diastolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.606 (p> 0,05).

PT Sinar Sosro is expected to enhance their efforts in controlling the workplace’s heat. The prevention can be done by adding ventilations and local exhauster, provosioning rest area, water consumption system or administrative treat (job rotation).

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fahrurrozi Arfad

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Barulak/ 19 September 1991 Jenis Kelamin : Laki – laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 2 (Dua)

Alamat Rumah :Pulau Air Nagari Tanjung Barulak Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar-Sumatera Barat

Email : Bujang.ondong@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

Tahun 1997 – 2003 : SDN 03 Batipuh

Tahun 2003 – 2006 : MTs TI Tanjung Barulak Tahun 2006 – 2009 : SMA Negeri 1 Batipuh

Tahun 2009 – 2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan

Riwayat Organisasi

1. Koordinator Olahraga OSIS MTs TI Tanjung Barulak 2. Anggota bidang Kerohanian IMIB USU

3. Anggota bidang Penelitian dan Pengembangan HMI Komisariat FKM USU 4. Anggota bidang Peembinaan Anggota HMI Komisariat FKM USU

5. Anggota HMP Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU 6. Anggota PHBI FKM USU

7. Ketua Remaja Musholla Taqwa Pulau Air

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERBEDAAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG 2013”, Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memeroleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II atas keluangan waktu, bimbingan, dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

(7)

4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes Penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Isyatun Mardiah, SKM, MKes selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Siti khadijah Nasution, SKM, Mkes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.

8. Saudara senasib seperantauan di FKM USU : Winda Zulfi, Rifandi Raflis, Faisal Hutama putra, Vonny Syarah, Nurmaines Adhyka, S.K.M. yang telah banyak berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.

9. Teman – teman, abang – abang, kakak – kakak, adik – adik di HMI Komisariat FKM USU yang telah berbagi pembelajaran dan proses yang luar biasa kepada penulis.

10.Teman – teman, uda – uda, uni – uni, dan adik – adik di IMIB USU yang telah banyak memberikan pembelajaran dan proses yang bermanfaat.

11.Teman – teman di Departemen KKK : Mayan, Flo, Alin, Dunter, Reza, Kak Uya, Kak Desi, Wita, kak Desi atas dukungan, motivasi, dan pembelajaran selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

(8)

Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada kedua

orang tua yang saya sayangi, ayah A.Dt Rangkayo Hitam, S Ag dan ibu Yuli Afrida atas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran, motivasi yang diberikan

dengan segenap cinta yang tulus hingga detik ini. Selanjutnya kepada abangda Rusydi Gunawan Arfad yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis, juga adinda Riyan Fitri Arfad dan Muhammad Roghib Arfad yang selalu sabar menunggu dan mengingatkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Pacar Sri Novianti yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Amin.

Medan, 24 Juli 2013 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v 2.1.1. Definisi Tekanan Darah ... 7

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 7

2.1.3. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah ... 11

2.2. Panas 2.2.1. Definisi Panas ... 12

2.2.2. Cara Tubuh Kehilangan Panas... 14

2.2.3. Mekanisme Panas Tubuh ... 16

2.2.4. Nilai Ambang Batas ... 18

2.2.5. Efek Panas Pada Manusia ... 19

2.2.6. Pertukaran Panas dan Responnya Terhadap Tubuh... 18

2.2.7. Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas ... 22

2.3. Kerangka Konsep ... 25

2.4. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3. Populasi Dan Sampel ... 26

3.4. Alur Penelitian ... 27

3.5. Definisi Operasional ... 27

3.6. Cara Pengukuran...28

3.7. Instrumen Penelitian ... 28

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 31

4.1.1. Sejarah Perusahaan... 31

4.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... 32

4.1.3. Lokasi Perusahaan ... 32

4.1.4. Daerah Pemasaran ... 32

4.1.5. Struktur Organisasi ... 33

4.1.6. Proses Produksi di Bagian Bottling Process ... 33

4.2. Karakteristik Subjek Penelitian ... 35

4.2.1. Umur ... 35

4.2.2. Masa Kerja ... 36

4.3. Hasil Pengukuran Panas ... 37

4.4. Hasil Pengukuran Tekanan Darah ... 37

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karaktristik Subjek Penelitian ... 42

5.1.1. Umur ... 42

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Sinar Sosro

Lampiran 2 Bagan Proses Produksi Teh Botol Di PT Sinar Sosro Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari PT Sinar Sosro Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Lampiran 6 Hasil Pengukuran Tekanan Darah

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan Pengaruh Suhu

Lingkungan terhadap Manusia ... 18 Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas WBGT (°C) untuk stress terhadap suhu

lingkungan ... 18 Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia ... 19 Tabel 4.1. Klasifikasi Beban Kerja Menurut Almatsier ... 32 Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada

tenaga kerja Bagian Bottling Process ... 34 Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja pada

tenaga kerja Bagian Bottling Process ... 34 Tabel 4.4. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah

diastolik ... 35 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik ... 36 Tabel 4.6. Pengujian Normalitas Data Tekanan Darah ... 37 Tabel 4.7. Hasil Uji Statistik Tekanan Darah Menggunakan Paired

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

ABSTRAK

Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, khusus untuk di lingkungan kerja kebanyakan dipengaruhi oleh faktor panas. Pengukuran tekanan darah di lingkungan kerja bermanfaat untuk mencegah pekerja mengalami gangguan kesehatan akibat panas seperti dehidrasi, hipertensi dan gangguan lainnya.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest Posttest yang bertujuan untuk melihat adanya perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013. Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang laki-laki yang merupakan seluruh pekerja (total sampling) di bagian bottling process yang bekerja dari jam 08.00-16.00 WIB di PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran langsung tekanan darah pekerja dan dianalisis menggunakan uji statistik Paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,246 (p > 0,05). Begitu pula dengan tekanan darah diastolik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,606 (p > 0,05).

Diharapkan PT Sinar Sosro lebih meningkatkan lagi upaya pengendalian panas di lingkungan kerja. Pengendalian bisa dilakukan dengan upaya teknis seperti penambahan ventilasi dan local Exhauster, penyediaan tempat istirahat, pola konsumsi air dan tindakan administratif (rotasi kerja).

(14)

ABSTRACT

Blood pressure can be affected by several factors, especially in the work site that is most affected by the heat factor. Measurement of blood pressure in the work site has benefit to prevent the workers in getting some health problems, such as dehydration, hypertension and other disorders.

This research is a kind of pre-experimental research with One Group Pretest Posttest approach. It aims to reveal the differences of employees’ blood pressure before and after exposure to heat in The Bottling Process area at PT Sinar Sosro Deli Serdang in 2013. The sample in this research were 20 men who are all employees (total sampling) of the bottling process area which work from 08:00 a.m. to 4:00 p.m. at PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data were collected by measuring the employees’ blood pressure and will be analyzed by using paired t-test statistics.

The results showed that there was no significant differences between the employees’ systolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.246 (p> 0,05). It also found in diastolic blood pressure. There was no significant differences between employees’ diastolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.606 (p> 0,05).

PT Sinar Sosro is expected to enhance their efforts in controlling the workplace’s heat. The prevention can be done by adding ventilations and local exhauster, provosioning rest area, water consumption system or administrative treat (job rotation).

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Ini berarti seluruh warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan.

Kesehatan masyarakat sangat berguna dalam keberhasilan pembangunan nasional Indonesia, semua aspek yang mendukung keberhasilannya harus diperhatikan sehingga proses pembangunan nasional tetap berkesinambungan. Kesehatan buruh dan tenaga kerja merupakan aspek penting dalam pembangunan nasional,sehingga upaya perlindungan kesehatan buruh dan tenaga kerja menjadi hal yang sangat mendasar untuk keberhasilan pembangunan nasional (Soeripto, 2008).

(16)

tekanan panas, penerangan, kebisingan, debu di ruang kerja dan getaran di tempat kerja (Suma’mur, 2009).

Temperatur lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja bila berada pada kondisi yang ekstrim. Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan dingin yang berada di luar batas kemampuan manusia untuk beradaptasi. Persoalan tentang bagaimana menentukan bahwa kondisi temperatur lingkungan adalah ekstrim menjadi penting, mengingat kemampuan manusia untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian secara umum kita dapat menentukan batas kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan temperatur lingkungan pada kondisi yang ekstrim dengan menentukan rentang toleransi terhadap temperatur lingkungan (Soeripto, 2008).

Apabila suhu lingkungan tinggi (lebih tinggi daripada suhu tubuh normal), maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh karena tubuh menerima panas dari lingkungan. Sedangkan hal yang sebaliknya terjadi, yaitu bila suhu lingkungan rendah (lebih rendah daripada suhu tubuh normal), maka panas tubuh akan keluar melalui evaporasi dan ekspirasi sehingga tubuh dapat mengalami kehilangan panas (Kurniawan, 2010).

Menurut Suma’mur (2009) panas merupakan salah satu faktor yang

(17)

Berdasarkan Keputusan Badan Standardisasi Nasional (BSN) melalui SNI 16-7063-2004 yang merujuk kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja dinyatakan bahwa standar faktor panas di tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Tarwaka, 2004).

Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan yang panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi tekanan darah akan lebih banyak lagi atau meningkat (Santoso, 2004).

(18)

Penelitian Yulisnawati (2007) mengenai perbedaan tekanan darah pekerja akibat terpapar panas pada industri pisang sale Suka Senang Kabupaten Ciamis dengan sampel sebanyak 21 orang menyatakan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja bagian penggorengan disebabkan dilatasi pembuluh darah perifer.

Penelitian Manurung (2008) bahwa risiko terjadinya gangguan kesehatan pekerja diperoleh dari nilai RR (Relative Risk) yang mana pekerja yang terpapar panas berisiko mengalami penurunan tekanan darah sistolik 1,55 kali lipat, penurunan tekanan darah diastolik 1,57 kali lipat dan kenaikan suhu tubuh 9,25 kali lipat dibandingkan pekerja yang tidak terpapar panas suhu ekstrim. Untuk parameter denyut nadi tidak adanya hubungan positif dengan paparan panas. Kontribusi paparan panas menimbulkan gangguan terhadap kesehatan pekerja (AR) adalah untuk penurunan tekanan darah sistolik 35%, penurunan tekanan diastolic 36% dan kenaikan suhu tubuh adalah 89,2%.

(19)

kebakaran dan cara penggunaaan dan perawatan mesin. Semua hasil identifikasi dan pengendalian bahaya didokumentasikan dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman

dalam melakukan setiap kegiatan (Komunikasi personal, 31 Januari 2013).

Pada tahap produksi terdapat tiga tahapan proses, yaitu proses penanganan air (water treatment), proses pembuatan teh cair manis dan proses pembotolan. Proses pembotolan (bottling process) yaitu serangkaian kegiatan yang meliputi pencucian botol, pencucian krat, pengecekan botol dengan optiscan, pengisian teh cair manis melalui mesin filler, menutup botol dengan mesin crowner, pemindahan botol ke dalam krat dan menyusun krat yang telah terisi botol ke dalam palletizer (Observasi, 31 Januari 2013).

(20)

process area yaitu 30ºC, Apabila ini berlangsung secara terus menerus maka akan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan seperti hipertensi dan gangguan kesehatan lainnya serta akan menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perbedaan tekanan darah akibat terpapar panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah bagaimana perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pekerja bagian bottling process agar lebih sadar terhadap kesehatannya akibat paparan faktor panas di tempat kerjanya.

2. Sebagai masukan bagi perusahaan agar dapat melakukan upaya penanggulangan terhadap paparan yang disebabkan oleh faktor panas.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Darah

2.1.1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati

setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

selama siklus jantung ke arteri, kapiler dan vena yang kemudian akan mengalir ke

jantung. Tekanan darah dalam sistem arteri bervariasi dengan siklus jantung, dimana

nilai tertinggi dicapai pada puncak sistolik dan nilai terendah dicapai pada saat akhir

diastolik. Perbedaan tekanan antara nilai sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi

(Vita, 2006).

Tekanan darah adalah kekuatan yang digunakan oleh darah yang bersirkulasi

pada dinding-dinding dari pembuluh-pembuluh darah, dan merupakan satu dari

tanda-tanda vital yang utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung,

kecepatan pernapasan, dan temperatur. Tekanan darah dihasilkan oleh jantung yang

memompa darah kedalam arteri-arteri dan diatur oleh respon oleh arteri-arteri pada

aliran darah (Soeripto, 2008).

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Vita (2006) tekanan darah normal itu sangat bervariasi tergantung

pada:

a. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah

(22)

b. Emosi

Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu atau reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.

Luapan emosi seperti perasaan takut, cemas cenderung membuat tekanan darah

meningkat. Hal tersebut terjadi karena jantung memompa darah lebih cepat sehingga

tekanan darah mengalami peningkatan. Biasanya tekanan darah akan menjadi naik

dalam satu waktu saja.

c. Stres

Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini dapat

terjadi karena adanya hormon stres, yaitu epinefrin (adrenalin) yang dilepaskan dari

kelenjar adrenal. Hormon ini bersama hormon lainnya beredar dalam tubuh untuk meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kecepatan pernapasan dan mengubah proses tubuh lainnya.

d. Umur

Menurut Guyton dan Hall dalam Hendra (2009) bahwa tekanan darah akan

cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan

meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat

sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Semakin tua umur seseorang

tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya

(23)

e. Jenis Kelamin

Menurut Pearce dalam vita (2006) bahwa tekanan darah pada perempuan

sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi

setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat status gizi (obesitas).

Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan terjadinya

peningkatan tekanan darah. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk

dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori normal,

untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari

27,5 termasuk dalam kategori obesitas (Pearce, 1999).

f. Minum alkohol

Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan

menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Parsudi, 1992). Beberapa studi

menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta

diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila

mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI,

2006).

g. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi

tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh

akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih

tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap.

Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada

(24)

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun

rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di

ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan

meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20

kaliper menit (Mangku, 1997).

Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi tekanan darah seseorang, antara lain:

a. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan

sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan atas jenis

dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat

mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba

dan tidak terduga (Suma’mur, 2009).

Kebisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan

mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan

darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah

cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan

menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah

stress (Soeripto, 2008).

b. Panas

Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan

(25)

meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler

bertambah (Suma’mur, 2009).

2.1.3. Pengaruh Panas terhadap Tekanan Darah

Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat

strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas

beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004).

Indikator heat strain adalah peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu

tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat badan (Wignjosoebroto, 2000).

Menurut Grandjean dalam Yulisnawati (2007) bahwa saat suhu panas tejadi,

maka tubuh akan memompa darah lebih banyak. Pembuluh darah akan mengembang

dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui lapisan di luar kemudian kulit mulai diisi

dengan darah. Darah yang panas disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan

kelebihan panas dilepaskan ke udara melalui konveksi, radiasi, penguapan, dan

konduksi, tergantung dari suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara.

Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada irama

jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya, sehingga akan

menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah. Efek sistematis yang timbul adalah

meningkatnya suhu inti tubuh karena paparan panas secara terus menerus sehingga

organ-organ yang berfungsi dalam mendorong kerja tubuh juga akan bereaksi

terhadap efek panas ini, seperti meningkatnya suhu kulit yang merupakan bagian

terluar tubuh, kemudian akan diiringi dengan pengeluaran keringat akibat

(26)

sehingga akan berpengaruh terhadap beberapa organ yang proses kerjanya

membutuhkan darah sebagai alat transportasi.

Menurut Gabriel dalam Kurniawan (2010) bahwa pengaruh panas terhadap

biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia. Adanya

peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya

dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi

(peredaran) darah serta peningkatan tekanan kapiler. Jumlah O2 dan CO2 di dalam

darah akan meningkat sedangkan pH darah akan mengalami penurunan.

Respon-respon fisiologis akan nampak jelas terhadap pekerja dengan iklim

kerja panas tersebut, seperti peningkatan tekanan darah dan denyut nadi seperti hasil

penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah

yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas, yang jelas

sekali akan memperburuk kondisi pekerja (Santoso, 2004).

2.2. Panas

2.2.1. Definisi Panas

Dalam proses industri sering menggunakan alat yang bersuhu tinggi, yang

diperoleh dari suatu sumber panas seperti dapur peleburan baja, dapur peleburan

gelas, dapur pembakaran keramik, dan lain-lain. Tidak hanya itu, sumber-sumber

panas juga dapat timbul sebagai akibat dari rangkaian proses produksi di dalam suatu

industri, seperti pengecoran logam, moulding, generator, kompresor, ketel uap, juga

pada bagian finishing industri tekstil serta lainnya (Suma’mur, 2009).

Umumnya di dalam industri sering kita jumpai adanya perbedaan suhu yang

(27)

terjadinya perbedaan panas yang besar pula. Energi panas yang berasal dari sumber

(dapur,pengecoran logam,motor atau dari sumber yang lain) akan dipancarkan secara

langsung atau melalui permukaan dapur dan masuk ke lingkungan tempat kerja yang

bersuhu dingin dan menyebabkan suhu udara tempat kerja naik, dengan demikian

iklim atau cuaca di dalam tempat kerja berubah dan menimbulkan tekanan panas

yang akan diterima oleh tenaga kerja yang bekerja sebagai beban panas tambahan.

Panas mempunyai pengaruh yang buruk terhadap tubuh. Dalam kaitan ini, ada satu

hal yang sangat penting untuk diketahui dari tenaga kerja yang bekerja dilingkungan

tempat kerja yang panas (Sukmana, 2003).

Menurut Suma’mur (2009) panas adalah kombinasi dari suhu udara,

kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas (heat stress)

adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia. Tubuh manusia selalu

menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat makanan dengan

oksigen (metabolisme). Apabila proses pengeluaran panas tubuh selalu saling terjadi

pertukaran panas, proses pertukaan (pemindahan) panas ini tergantung dari suhu

lingkungan (iklim kerja).

Menurut Tarwaka (2004) Ada dua macam sumber panas yang sangat penting

untuk para tenaga kerja yang bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas:

1. Panas Metabolisme

Tubuh manusia akan selalu menghasilkan panas selama masih hidup. Proses

yang menghasilkan panas di dalam tubuh ini disebut proses metabolisme. Panas

metabolisme meningkat apabila beban kerja (aktivitas kerja) meningkat. Dalam

(28)

konstan (37°C). Kenyataan bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan yang sangat

terbatas dalam menimbun panas yang dihasilkan dari metabolisme. Oleh karena itu

kelebihan panas pada tubuh yang dibuang ke udara sekitarnya.

2. Panas dari luar tubuh

a. Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban kerja.

b. Faktor panas lingkungan tempat kerja termasuk suhu udara, kecepatan gerak

udara, kelembaban udara dan panas radiasi. Ini semua menentukan kecepatan

(kemampuan) tubuh dalam mengeluarkan panas ke udara lingkungan tempat

kerja.

2.2.2. Cara Tubuh Kehilangan Panas

Menurut Soeripto (2008) Panas terutama dapat dipancarkan dari tubuh ke

sekitarnya dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan penguapan keringat. Dalam

hal ini darah memainkan peranan penting, yaitu : darah membawa panas dari dalam

dalam tubuh ke kulit, dimana panas dapat dihamburkan ke sekitarnya. Kecepatan

panas yang dihamburkan ini tergantung kepada keadaan lingkungan. Panas dapat

dipindahkan dari tubuh ke tempat kerja dengan cara :

a. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas dari partikel yang satu ke partikel yang

lainnya yang saling berhubungan dalam keadaan tetap, misalnya perpindahan panas

dari kulit ke udara. Dalam kondisi sebagaimana disebutkan, agar perpindahan panas

(29)

b. Konveksi

Konveksi merupakan bentuk kegiatan pendinginan akibat paparan panas,

Seperti penggunaan kipas angin secara terus menerus akan menggerakkan udara

dingin yang lain ke arah kulit dan mendorong udara yang telah hangat oleh pengaruh

kulit, ini adalah cara umum untuk mendinginkan tubuh. Angin dingin atau angin

sepoi-sepoi juga mempunyai pengaruh mendinginkan tubuh, sama seperti

prinsip-prinsip konduksi/konveksi. Gerakan udara yang lebih cepat mempunyai pengaruh

mendinginkan yang lebih besar. Dengan demikian dapat dilihat bahwa keduanya baik

suhu udara ataupun kecepatan udara gerak udara merupakan faktor penentu seberapa

banyak pendinginan dapat dicapai dengan konduksi-konveksi. Suhu udara yang lebih

rendah, lebih besar jumlah panas konduksi yang dipindahkan (hilang). Lebih tinggi

kecepatan udara, lebih besar jumlah panas konveksi yang hilang.

c. Penguapan

Penguapan dapat diartikan sebagai proses pendinginan yang dilakukan dengan

menguapkan keringat yang ada dipermukaan kulit. Kecepatan penguapan untuk

mendinginkan tubuh ini umumnya menjadi lebih besar oleh karena dipercepat dengan

konveksi atau cepat gerak udara yang melintasi kulit. Apabila kelembaban udara

rendah, sejumlah besar penguapan dapat terjadi dan mempercepat pendinginan.

Namun apabila kelembaban udara atau kandungan uap air udara tinggi, maka

penguapan yang terjadi sangat sedikit, sehingga pendinginan berjalan berjalan lambat.

Oleh karena itu pada hari-hari panas dan udara lembab menghasilkan tekanan panas

(30)

seperti itu, suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara merupakan

faktor-faktor yang kritis.

d. Radiasi

Radiasi merupakan perpindahan panas dari benda yang panas ke suatu benda

yang lebih dingin yang ada di sekitarnya dalam suatu lingkungan tempat kerja

(perpindahan panas dengan cara radiasi umumnya tidak memerlukan media). Panas

dipindahkan melalui suatu ruang, sedang benda-benda tidak saling menyentuh antara

yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, panas dari suatu ketel uap atau dari

matahari akan dipindahkan ke benda-benda yang ada di sekitarnya. Dengan cara yang

sama, bila sekitarnya lebih dingin dari pada suhu tubuh, maka panas tubuh akan

dipindahkan ke lingkungan sekitarnya. Apabila suhu lingkungan sekitar tubuh lebih

tinggi dari suhu tubuh, maka tubuh akan menyerap panas dari lingkungan.

2.2.3. Mekanisme Panas Tubuh

Di dalam kehidupan, tubuh manusia selalu memproduksi panas. Proses dalam

menghasilkan panas ini disebut metabolisme. Proses ini pada dasarnya adalah proses

oksidasi dari bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, protein, yang diatur oleh

enzyme (Santoso, 2004).

Manusia termasuk golongan makhluk homoetermis yaitu makhluk yang

mampu mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu lingkungan sekitarnya

berubah-ubah. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu sistem

pengatur suhu. Suhu menetap ini adalah akibat kesetimbangan diantara panas yang

dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas tubuh

(31)

Proses metabolisme dalam tubuh merupakan proses kimiawi, dan proses ini

terus berlangsung supaya kehidupan manusia dapat dipertahankan. Hasil dari

metabolisme ini antara lain adalah energi dan panas. Panas yang dihasilkan inilah

yang merupakan sumber utama panas tubuh manusia. Dengan demikian panas akan

terus dibentuk walaupun dalam keadaan istirahat, selama proses metabolisme

berlangsung (Depkes RI, 2006).

Tubuh manusia selalu akan menghasilkan panas sebagai akibat dari proses

pembakaran zat-zat makanan dengan oksigen. Bila proses pengeluaran panas oleh

tubuh terganggu, maka suhu tubuh akan pertukaran panas dan proses pertukaran

panas ini tergantung dari suhu lingkungannnya (Soeripto, 2008)

Bila suhu tubuh diturunkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang

menyebabkan suhu kulit mendekati suhu tubuh. Suhu tubuh manusia yang dapat kita

raba atau rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh

panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya

terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak

pula yang hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia

yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi

panas lingkungan. Selama pertukaran ini seimbang dan serasi, tidak akan

menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja (Depkes RI,

(32)

2.2.4. Nilai Ambang Batas

Adapun nilai ambang batas iklim kerja sesuai dengan Permenakertrans No. 13

Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia di Tempat

Kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan

untuk lingkungan fisik di tempat kerja, yang salah satunya adalah NAB untuk iklim

kerja dengan menggunakan ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) adopsi dari ACGIH

(American Governmental of Industrial Hygienists). ACGIH merupakan sebuah

organisasi sosial profesional non pemerintah dari Amerika Serikat yang bergerak

dalam bidang kesehatan kerja dan lingkungan kerja.

Menurut ACGIH (American Governmental of Industrial Hygienists) dalam

Harrianto (2010) dinyatakan bahwa :

Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas WBGT (°C) untuk stress terhadap suhu lingkungan

(33)

2.2.5. Efek Panas pada Manusia

Bagi tubuh panas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan memberikan

efek negatif. Efek-efek panas bagi tubuh manusia akan berdampak pada tingkat

kemampuan fisik dan mental (I Nyoman, 2004).

Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia

No Tingkat

Temperatur (°C)

Efek Terhadap Tubuh

1 ± 49 °C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental

2 ± 30 °C Aktivasi mental dan daya tangkat mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan 3 ± 24 °C Kondisi optimum

4 ± 10 °C Kekakuan fisik yang ekstrim mulai muncul

2.2.6. Pertukaran Panas dan responnya terhadap tubuh

Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas.

Tubuh tersebut menggunakan panas ini untuk menjaga temperatur inti/utama agar

tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada sekeliling di

luar tubuh. Oleh karenanya, ada suatu pertukaran panas yang tetap dari panas antara

tubuh dan sekelilingnya. Hal itu adalah dimaksudkan untuk mengetahui pengendalian

panas secara fisiologi dan fisika (Soeripto, 2008).

Adapun respon tubuh terhadap tekanan panas:

a. Aklimatisasi

Menurut Harrianto (2010) aklimatisasi yaitu suatu penyesuaian fisiologis

terhadap lingkungan kerja yang panas. Proses aklimatisasi dimulai dengan

pengurangan jam kerja pada hari pertama, dan ditingkatkan secara bertahap pada

(34)

pekerja baru, dibutuhkan paling sedikit 5 hari kerja untuk aklimatisasi, dimulai

dengan bekerja 20% dari total jam kerja sehari, dan ditingkatkan 20% setiap hari

sampai akhir masa aklimatisasi. Namun kemampuan penyesuaian pekerja terhadap

lingkungan kerja yang panas akan hilang dengan cepat jika berhenti bekerja selama

beberapa hari dari tempat tersebut. Oleh sebab itu, pekerja yang baru bekerja kembali

setelah cuti panjang, harus melaksanakan periode aklimatisasi lagi. Dibutuhkan

paling sedikit 3 hari kerja untuk mengembalikan kemampuan penyesuaian pekerja.

Pada hari pertama pekerja tersebut bekerja 50% dari total jam kerja sehari, di hari

kedua 80% dan hari ketiga baru dapat bekerja secara penuh. Alkohol dan jenis

obat-obatan yang dikonsumsi dapat memengaruhi aklimatisasi karena mengurangi

kemampuan tubuh untuk bekerja di lingkungan panas. Obat-obatan tersebut adalah

antihipotensi, diuretik, antispasmodik, sedatif, tranquilizer, antidepresan dan

amfetamin.

Menurut Siswanto dalam Eva (2006) bahwa aklimatisasi merupakan proses

pembentukkan keringat akibat proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan

pengeluaran keringat yang banyak, penurunan denyut nadi, dan suhu tubuh.

Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang

terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan

penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan

keringat. Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk

beberapa waktu misalnya 2 jam. Mengingat pembentukan keringat tergantung pada

(35)

b. Umur

Menurut Sukmana (2003) bahwa daya tahan seseorang terhadap panas akan

menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat

mengeluarkan keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang

lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi

normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70% dari seluruh

penderita (Heat Stroke) adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Denyut nadi

maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai

dengan bertambahnya umur.

c. Ukuran Tubuh

Menurut Siswanto dalam Kurniawan (2010) bahwa adanya perbedaan ukuran

tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan

ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tingkatan tekanan panas yang relatif

lebih besar. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai kapasitas kerja maksimal yang

lebih kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berat badannya kurang

dari 50 Kg selain mempunyai maximal oxygen intake yang rendah tetapi juga toleran

terhadap panas daripada mereka yang mempunyai berat badan rata-rata.

d. Gizi

Menurut Siswanto dalam Kurniawan (2010) bahwa respon yang berlebihan

terhadap tekanan panas ditujukan kepada orang yang memiliki status gizi yang buruk,

hal ini dikarenakan sistem kardiovaskuler yang tidak stabil.

(36)

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk

memelihara keseimbangan panas. Menurut Pulat dalam Tarwaka (2004) bahwa reaksi

fisiologis tubuh (heat strain) oleh karena peningkatan temperatur udara di luar

comfort zone adalah sebagai berikut :

1. Vasodilatasi

Saat suhu panas tejadi, maka tubuh akan memompa darah lebih banyak.

Pembuluh darah akan mengembang, dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui

lapisan di luar dan kemudian kulit mulai diisi dengan darah. Darah yang panas

disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan kelebihan panas dilepaskan ke

udara melalui konveksi, radiasi, penguapan dan konduksi, tergantung dari suhu udara,

kelembaban udara dan cepat gerak udara.

2. Denyut jantung meningkat

Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada

irama jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya.

3. Temperatut kulit meningkat

Paparan panas yang berlangsung secara terus menerus akan menyebabkan

dampak terhadap kulit, salah satunya adalah meningkatnya temperatur kulit.

4. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat, dan lain lain.

Panas yang hilang melalui sirkulasi darah umumnya merupakan suatu cara

pemeliharaan suhu tubuh bagian dalam agar tetap stabil. Namun demikian, apabila

hal ini tidak mencukupi,maka otak akan meneruskan rasa adanya kelebihan panas

(37)

menghasilkan keringat (keringat adalah suatu campuran air dan garam). Keringat di

atas kulit diuapkan dan permukaan kulit menjadi dingin.

Dengan banyaknya penguapan keringat, maka akan menyebabkan terjadinya

peningkatan aliran darah, kulit banyak mengatur pelepasan kelebihan panas. Namun

apabila suhu udara dan sekitarnya mendekati suhu normal dari kulit, maka tugas

mendinginkan tubuh menjadi lebih sulit. Darah yang membawa panas ke permukaan

tubuh tak dapat melepaskan panas baik melalui konveksi maupun konduksi

(Sukmana, 2003).

Menurut Suma’mur (2009) Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat

pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering

melakukan istirahat curian.

2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang

disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena

gangguan kesehatan. Pada kehilangan caran tubuh < 1,5% gejalanya tidak nampak,

kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.

3. Heat rash. Keadaan seperti biang keringat/keringat buntat, gatal kulit akibat

kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu beistirahat pada

tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak dan penghilang keringat.

4. Heat cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat

keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang

kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit

(38)

5. Heat syncope atau fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak

tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau

perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.

6. Heat exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak

cairan dan atau kehilangan garam. Gejala mulut kering, sangat haus, lemah, dan

sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum

beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.

7. Heat stroke, terjadi bila sistem pengaturan tubuh gagal dan temperatur tubuh

meningkat sampai tingkat kritis. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi berbagai

faktor, dan keterjadiannya sulit diprediksi. Heat stroke adalah keadaan darurat

medis. Tanda dan gejala utama dari heat stroke adalah bingung, perilaku irasional,

hilang kesadaran, sawan, kurang berkeringat (biasanya), kulit panas, keringat dan

temperatur tubuh sangat tinggi. Meningkatnya temperatur metabolik akibat

kombinasi beban kerja dan beban panas lingkungan, yang keduanya turut memberi

(39)

2.3. Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep

Pre-Test Post-Test

2.4. Hipotesis

Ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar

panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013.

Paparan Panas

Tekanan Darah Sebelum Bekerja

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest Posttest. Penelitian ini merupakan penelitian yang tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama yang memungkinkan menguji perubahan perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen/program (Notoatmodjo, 2007).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di PT Sinar Sosro Deli Serdang pada bulan Februari-Juli 2013. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada tanggal 9 Juli 2013. Hal ini didasari oleh karena perusahaan hanya memberi izin 1 hari kerja yang dapat digunakan untuk penelitian agar tidak mengganggu jalannya proses produksi.

3.3. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang yang berjumlah 20 orang.

2. Sampel Penelitian

(41)

3.4. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

3.5. Definisi Operasional 1. Panas

Panas adalah suhu udara yang berasal dari proses pembakaran di area bottling process, yang diukur dengan mengunakan:

Alat ukur : Heat Stress Apparatus Satuan :ºCelcius

Skala pengukuran : Interval

Populasi

Setelah bekerja Sampel

Terpapar Panas

Sebelum Bekerja

(42)

2. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar di seluruh tubuh.Tekanan darah terdiri dari tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole, yang diukur dengan menggunakan:

Alat ukur : Tensi meter

Satuan : mmHg

Skala Pengukuran : Rasio

Hasil pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah terpapar panas.

3.6. Cara Pengukuran

Pengukuran dilakukan dalam 1 hari kerja, tujuannya supaya tidak terlalu menganggu proses produksi di Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang. Hasil pengukuran tekanan panas diambil dari data hasil pengukuran iklim kerja di Bagian Bottling Process yang dilakukan oleh teknisi Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja kota Medan. Sedangkan pengukuran tekanan darah pekerja dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.

3.7. Instrumen Penelitian

(43)

1. Tensi meter

a. Tensi meter yang digunakan pada penelitian ini adalah Tensimeter One Med Biasa dan pekerja yang akan diukur tekanan darahnya harus berbaring terlebih dahulu

b. Selanjutnya manset tensimeter diikatkan pada lengan atas, sekitar 2 jari diatas lipatan siku

c. Kemudian stetoskop diletakkan pada arteri brakhialis yang berada pada lipatan siku

d. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan didalam tensimeter dinaikkan dengan cara memompa sampai denyut nadi tidak terdengar lagi

e. Kemudian tekanan didalam tensimeter pelan-pelan diturunkan. Pada saat denyut nadi mulai terdengar lagi, baca tekanan yang terdapat pada batas atau permukaan air raksa yang terdapat pada tensi meter. Maka tekanan inilah yang disebut tekanan sistolik

f. Pada proses pengukuran, tekanan didalam tensimeter tetap diturunkan. Suara denyut nadi akan terdengar lebih jelas sampai suatu saat suara denyutan terdengar melemah dan akhirnya menghilang. Saat denyut terdengar melemah, kembali kita lihat tekanan dalam tensimeter, dan tekanan inilah yang kemudian disebut diastolik

(44)

3.8. Teknik Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Paired T-Test yang menggunakan program komputer SPSS vers. 17 dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan 2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan

Cikal bakal PT Sosro bermula dari usaha keluarga Sosrodjojo yang menjual teh wangi pada tahun 1940 di Kabupaten Slawi, Propinsi Jawa Tengah. Setelah 25 tahun menjual teh wangi, keluarga Sosorodjojo mulai mengembangkan bisnis di Cakung. Kemudian pada tahun 1974, didirikan PT Sinar Sosro yang bergerak di bidang minuman teh dalam botol. PT Sinar Sosro cabang Deli Serdang merupakan salah satu cabang perusahaan yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara, Bapak Kaharuddin Nasution, pada tanggal 28 Juli 1984.

PT Sinar Sosro pernah beberapa kali berganti nama. Pada awal berdiri bernama PT Toba Sosro Kencono, kemudian berganti nama menjadi PT Reksobudi Adijaya pada tahun 1995. Pada tahun 2000 berubah lagi menjadi PT Sinar Sosro yang memiliki visi untuk menjadi perusahaan beverage yang memimpin di pasar lokal dan internasional.

(46)

adalah pengolahan ampas teh menjadi pupuk. Adapun cabang-cabang PT Sinar Sosro lainnya adalah:

1. PT Sinar Sosro Cakung (kantor Pusat), Cakung – Jakarta Timur. 2. PT Sinar Sosro Pabrik Tambun, Bekasi – Jawa Barat.

3. PT Sinar Sosro Pabrik Cibitung, Jawa Barat.

4. PT Sinar Sosro Pabrik Unggaran, Semarang – Jawa Tengah. 5. PT Sinar Sosro Pabrik Gresik, Surabaya – Jawa Timur. 6. PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang, Banten.

7. PT Sinar Sosro Pabrik Gianyar, Gianyar – Bali.

8. PT Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang, Tanjung Morawa – Sumatera Utara. 9. PT Sinar Sosro Palembang.

4.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Sinar Sosro Cabang Deli Serdang adalah Teh Botol Sosro (TBS), Fruit Tea Botol (FTB), Prim-a, dan Fruit Tea genggam. 4.1.3. Lokasi Perusahaan

PT Sinar Sosro terletak di Jl. Tanjung Morawa – Medan Km. 14,5 Sumatera Utara. PT Sinar Sosro Deli Serdang merupakan cabang dari kantor pusat PT Sinar Sosro yang berada di Cakung, Jakarta Timur.

4.1.4. Daerah Pemasaran

(47)

4.1.5. Struktur Organisasi

PT Sinar Sosro dalam mencapai tujuannya menggunakan stuktur organisasi berbentuk garis dan staf dimana wewenang dan kebijakan menurut garis lurus dari pimpinan tertinggi bertingkat terus sampai ke karyawan. Pimpinan tiap bidang kerja berhak memerintahkan kepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerja dan tiap-tiap satuan pelaksana bawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja. Struktur Organisasi PT Sinar Sosro dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.1.6. Proses Produksi di Bagian Bottling Process

(48)

dengan penyinaran ultra violet. Setelah ditutup, botol dipindahkan ke dalam crate dan dipindahkan ke kamar karantina. Setelah selesai karantina, produk siap dipasarkan. Bagan proses produksi teh botol di PT Sinar Sosro dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro diketahui bahwa beban kerja dapat dikategorikan sebagai beban kerja sedang, dimana pekerja melakukan aktivitas fisik sebesar 40% untuk duduk/ berdiri dan 60% untuk melakukan aktivitas tertentu. Menurut WHO dalam Almatsier (2004) dinyatakan bahwa :

Tabel 4.1. Klasifikasi Beban Kerja Menurut Almatsier (2004) Kelompok aktivitas Jenis kegiatan

Ringan 75% waktu digunakan utk duduk/berdiri. 25% waktu utk berdiri atau bergerak Sedang 40% waktu digunakan utk duduk/berdiri.

60% waktu utk aktivitas pekerjaan ttt Berat 25% waktu digunakan utk duduk/berdiri.

75% waktu utk aktivitas pekerjaan ttt

(49)

Beberapa pekerjaan tertentu selain duduk dan berdiri di bagian Bottling Process antara lain memasukkan botol yang terlalu kotor ke dalam krat dan mengangkatnya ke tempat penampungan botol yang akan dicuci kembali serta mengangkat botol yang pecah ke tempat yang telah disediakan, selain itu mengangkat dan memasukkan botol yang masih kotor setelah melewati mesin optiscan ke dalam krat untuk dicuci kembali, melakukan pemeriksaan mesin bottle washer, pemberian pelumas, pengaturan suhu steam, pemeriksaan dan melumasi mesin filler, pemeriksaan dan melumasi mesin crowner, pemeriksaan dan melumasi mesin crater, melakukan pemeriksaan pipa steam dan pipa NaOH dan pemeriksaan aliran teh cair panas yang akan dimasukkan ke mesin filler. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pekerjaan di Bagian Bottling Process dikategorikan dalam beban kerja sedang sesuai dengan tabel di atas.

4.2. Karakteristik Subjek Penelitian 4.2.1. Umur

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 20 pekerja Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada tenaga kerja Bagian Bottling Process.

Umur (Tahun)

Bagian Bottling Process

(50)

20-26 2 10

Frekuensi umur pekerja pada Bagian Bottling Process paling banyak pada umur 34-40 tahun dengan frekuensi 9 orang pekerja (45%).

4.2.2. Masa Kerja

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 20 pekerja Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja pada tenaga kerja Bagian Bottling Process.

Masa Kerja interval selama 8-13 tahun dengan frekuensi 8 orang pekerja (40%).

(51)

Berdasarkan data hasil pengukuran panas di PT Sinar Sosro khusus Bagian Bottling Process yang dilakukan oleh teknisi dari Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kota Medan diperoleh ISBB 28,87ºC.

4.4. Hasil Pengukuran Tekanan Darah

Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

No Tekanan Darah (mmHg)

Sistolik Diastolik

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 130 140 80 90

(52)

dan sesudah terpapar panas 123,5 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terpapar panas 81 mmHg dan sesudah terpapar panas 84 mmHg.

Berdasarkan data diatas dapat diketahui frekuensi pekerja yang mengalami peningkatan, penurunan maupun tekanan darah sistolik yang tetap, dan frekuensi pekerja yang mengalami peningkatan, penurunan maupun tekanan diastolik yang tetap.

Tabel 4.5. Tabel Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

Tekanan Darah

Meningkat Menurun Tetap

Frekuen si

% Frekuensi % Frekuensi %

Sistolik 6 30 7 35 7 35

Diastolik 6 30 2 10 12 60

Dari tabel distribusi frekuensi tekanan darah diatas, untuk tekanan darah sistolik terdapat 6 pekerja yang mengalami peningkatan, 7 pekerja mengalami penurunan dan 7 pekerja tidak mengalami perubahan tekanan darah sistolik setelah paparan panas. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik terdapat 6 pekerja mengalami peningkatan, 2 pekerja mengalami penurunan dan 12 pekerja tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik setelah paparan panas.

Pengujian normalitas dari data hasil pengukuran tekanan darah pekerja Bagian Bottling Process di PT Sinar Sosro dapat dilihat pada tabel berikut :

(53)

Sistole

Berdasarkan tabel hasil pengujian normalitas di atas, dapat disimpulkan bahwa baik data mengenai tekanan darah sistolik maupun tekanan darak diastolik terdistribusi normal karena p (Asymp. Sig.) dari masing-masing pengukuran > 0.05.

Setelah pengujian normalitas, kemudian di lakukan uji statistik menggunakan paired t-test untuk melihat apakah terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah paparan panas. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7. Hasil Uji Statistik Tekanan Darah Menggunakan Paired Sample T-Test

(54)

P untuk membaca t tabel yang sudah ada dalam tabel nilai kritis distribusi student ‘t’

untuk kemudian dibandingkan dengan t hitung hasil dari uji statistik paired t-test dalam tabel di atas. Jika t tabel lebih besar dari t hitung makan Ho diterima, dan tidak terdapat perbedaan. Dengan kata lain t dan df sama-sama berfungsi untuk menentukan apakah Ho diterima atau tidak.

(55)
(56)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi :

5.1.1. Umur

Seluruh populasi atau subjek penelitian yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini berusia antara 20-54 tahun. Untuk memudahkan dalam tabulasi data, maka peneliti memasukkan variabel umur kedalam tabel interval umur.. Penentuan interval umur dilakukan dengan terlebih dahulu mencari selisih antara umur tertinggi dengan umur terendah, dan didapat selisihnya 34 tahun, karena umur tertinggi berada pada usia 54 tahun dan umur terendah pada usia 20 tahun, kemudian untuk mengetahui jumlah kelas dicari dengan mengunakan aturan Sturges berikut ini:

1 + 3,322 log 20 = Jumlah kelas Umur 1 + 3,322 log 20 = 5, 356 = 5

(57)

Menurut Vita (2006) tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa umur subjek penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan tekanan darah.

Menurut Suma’mur (2009) tekanan darah cenderung akan meningkat seiring dengan

pertambahan usia, ini disebabkan karena menurunnya kemampuan respon organ-organ terhadap rangsangan dari luar. Seseorang yang berumur 17 tahun akan berbeda respon tubuhnya terhadap rangsangan luar dengan seseorang yang berumur 55 tahun. Ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti menurunnya kemampuan kulit dalam mengendalikan kondisi tubuh, terjadinya pengembangan pembuluh darah akibat meningkatnya permintaan darah oleh otak serta meningkatnya irama jantung karena meningkatnya aliran darah.

(58)

sebesar 10 mmHg, sedangkan sampel yang berumur 20 tahun mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebesar 10 mmHg.

5.1.2. Masa Kerja

Seluruh populasi atau subjek penelitian yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian memiliki masa kerja antara 2-30 tahun. Untuk memudahkan dalam tabulasi data, maka peneliti memasukkan variabel massa kerja kedalam tabel interval masa kerja. Penentuan interval masa kerja dilakukan dengan terlebih dahulu mencari selisih antara masa kerja terlama dengan masa kerja terpendek, dan didapat selisihnya 29 tahun, karena masa kerja terlama 30 tahun dan masa kerja terpendek 1 tahun, kemudian untuk mengetahui jumlah kelas dicari dengan mengunakan aturan Sturges: 1 + 3,322 log 20 = Jumlah kelas masa kerja

1 + 3,322 log 20 = 5, 356 = 5

Untuk mengetahui interval kelas, dilakukan dengan cara membagi selisih antara umur tertinggi dan umur terendah dengan jumlah kelas umur, maka diketahui interval kelas umur yaitu 2-7 tahun, 8-13 tahun, 14-19 tahun, 20-25 tahun dan 26-30 tahun.

(59)

setelah bekerja 80 mmHg. Dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki masa kerja 30 tahun mengalami peningkatan tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg, sedangkan sampel yang memiliki masa kerja 1 tahun tidak mengalami perubahan sistolik dan diastolik setelah bekerja.

Menurut Suma’mur (2009) seseorang yang bekerja dalam waktu yang lama di

lingkungan kerja yang memilki faktor fisik diatas nilai ambang batas akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan organ tubuh dalam menjalankan fungsinya, perubahan tersebut bisa meliputi penurunan fungsi otak karena kurangnya pasokan oksigen, melebarnya pembuluh darah, menurunnya respon kulit terhadap rangsangan, meningkatnya aliran darah serta meningkatnya irama jantung. Paparan yang berlangsung bertahun-tahun, akan menyebabkan organ tubuh seperti kulit, otak dan pembuluh darah mengalami penurunan kemampuan dalam menjalankan fungsinya, otak akan cenderung menurun kemampuannya dalam berpikir, kulit tidak sensitif lagi dengan ransangan yang datang dari luar tubuh, dan pembuluh darah akan cenderung mengembang sehingga memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak, efek ini akan semakin buruk apabila pekerja memiliki pola hidup yang tidak baik, seperti kebiasaan merokok, kurang istirahat, konsumsi makanan yang kurang bergizi dan jarang olahraga.

(60)

proses aklimatisasi terhadap intensitas paparan panas yang sebelumnya tidak pernah dialaminya (Santoso, 2004).

5.2. Panas

Berdasarkan data hasil pengukuran panas di PT Sinar Sosro khusus Bagian Bottling Process yang dilakukan oleh teknisi dari Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kota Medan diperoleh ISBB 28,87ºC.

Menurut Suma’mur (2009), sumber panas radiasi adalah berasal dari permukaan

matahari yang panas dan memancarkan sinar dari permukaan itu sendiri. Suhu udara (tekanan panas) selalu dipengaruhi oleh cuaca lingkungan. Suhu panas radiasi akan beinteraksi dengan tubuh melalui kulit, kulit yang bertugas merespon rangsangan luar yang masuk ke tubuh akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan panas, salah satu caranya mengalirkan lebih banyak darah karena terjadinya pengembangan pembuluh darah.

Gambar

Tabel 2.1. Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan
Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan yaitu kejadian hujan yang paling sering terjadi adalah kejadian hujan durasi 3 jam yaitu sebanyak 150 kejadian atau 45,45%

Lebih banyak ibu yang tidak anemia yang melahirkan bayi BBLR karena cakupan kulon progo terhadap pemberian tablet fe pada tahun 2015 sudah mencapai 90% yang

Wilayah yang mereka tinggali sangat unik.Dataran coklat lembek yang tertutup oleh jaring laba-laba sungai.Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini telah menjadi Kabupaten sendiri

Hasil penelitiannya adalah ada pengaruh penggunaan media diorama terhadap hasil belajar IPA tentang ekosistem pada siswa kelas V SD Grogol Bantul dengan hasil perhitungan mean

Menurut penulis, dengan Taiwan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi industrinya akan sangat menguntungkan Indonesia yang mana akan mengangkat perindustrian

Tujuan program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) pada tahap pertama ini adalah melakukan perancangan dan pembuatan peralatan dan sistem proses pemungutan

Pada pengamatan pertama yaitu mengamati bentuk kristal belerang yang terbentuk dari reaksi antara serbuk belerang dan CS 2 yang diletakan diatas kaca arloji dan

Hasil dari penelitian ini secara bivariat maupun multivariat memperlihatkan bahwa usia, riwayat ASI, paparan rokok dan kepadatan rumah tidak merupakan faktor risiko dari