• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian

II.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang di peroleh di lapangan dari para key informan. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian. Adapun langkah langkah

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal pokok,memfokuskanpada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Dengan menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.Temuan dapat berupa deskripsi ataugambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang- remang atau gelapsehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, atau teori.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Era Reformasi yang ditandai dengan jatuhnya pemerintahan Orde Baru menuntut pembaharuan dalam berbagai bidang dengan menerapkan azas azas transfaransi, akuntabilitas, dan desentralisasi.Dalam bidang pemerintahan, pelaksanaan Otonomi Daerah sebagai konsekuensi dari kebijakan desentralisasi telah dilaksanakan sejak tanggal 1 januari 2001.Kebijakan Otonomi daerah ini di tuangkan dalam UU No. 22 Tahun 1991, selanjutnya di sempurnakan dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. Otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah : “Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem negara kesatuan republik indonesia”. UU Nomor 23 Tahun 2014 juga mendefinisikan daerah otonom sebagai berikut: “Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kebijakan otonomi daerah memberikan kewenangan otonomi kepada daerah kabupaten dan kota didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Kewenangan daerah mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik

luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama. Pelaksanaan otonomi daerah memiliki tujuan antara lain: untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, peningkatan partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik dan pelaksanaan pembangunan, peningkatan efektifitas pelaksanaan koordinasi, pemanfaatan sumber daya yang ada di daerah, dan peningkatan efektifitas pemberian pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah maka pemerintah daerah dapat dengan cepat merespon tuntutan masyarakat di daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki daerah masing masing.

Pelaksanaan sistem desentralisasi yang mengedepankan prinsip otonomi daerah menuntut semua pihak untuk melakukan perubahan ( reform). Salah satu kewenangan yang di berikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah adalah kewenangan untuk menetapkan peraturan daerahnya sendiri, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang undangan ditingkat atasnya.Hal itu dimaksudkan agar daerah dapat lebih optimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan situasi di daerah setempat.

Dalam penyelengaraan pemerintahan, pemerintah daerah menjalankan fungsi fungsi yaitu, pengaturan, pemberdayaan, dan pelayanan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah faktor manusia yang dalam hal ini adalah sebagai aparatur pemerintaah, harus memiliki kemampuan yang dapat menunjang terlaksananya otonomi daerah sesuai dengan apa yang diinginkan karena bagaimanapun juga berhasil atau tidaknya pelaksanaan otonomi daerah akan

sangat tergantung kepada aparatur pemerintah daerah sebagai perencana dan pelaksana.Dalam pelaksanaan otonomi daerah aparat pemerintah daerah juga dituntut untuk memiliki kapabilitas dan kredibilitas dalam melaksanakan tugas serta pengembangan struktur jabatan, penjenjangan karier yang jelas, dan juga pembagian tugas berdasarkan disiplin ilmu yang dimiliki.

Sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat, peran aparatur pemerintah haruslah berfokus kepada pelayanan publik.Pemerintah harus melakukan peningkatan sumber daya aparatur, kualitas, profesionalisme pada seluruh jajaran pemerinahan.Seiring dengan perkembangan dinamika masyarakat yang cukup tinggi Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas semakin mendesak.Masyarakat menghendaki pelayanan yang cepat, akurat, dan biaya murah.mengutamakan hasil yang optimal terutama pelayanan yang sifatnya administratif. Pelayanan yang prima tersebut akan mendorong masyarakat ikut berparisipasi dalam proses pembangunan. Dengan demikian akan mengarah pada peningkatan produktifitas dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Namun pada pelaksanaan sering terjadi hambatan-hambatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.Hal ini disebabkan oleh hal-hal sifatnya teknis dan non teknis yang dapat mempengaruhi kinerja aparatur, misalnya penyediaan fasilitas pelayanan yang terbatas, dan kurangnya kemampuan dalam mengemban tugasnya.Hal ini merupakan tantangan bagi aparat, yang merupakan ujung tombak penyelenggaraan pemerintahan didaerah yang berhadapan langsug dengan masyarakat.

Berdasarkan keputusan Menteri pendayagunaan aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik seperti prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kepastian biaya pelayanan, dan kepastian jadwal pelayanan maka pemerintah dituntut untuk meningkatkan pelayanan masyarakat serta peningkatan kemampuan sumberdaya aparatur.

Menurut Ridwan (2009:163) ada beberapa hambatan yang biasanya dikeluhkan oleh masyarakat yang ingin mengurus perizinan yaitu:

a. Biaya perizinan

1. Biaya pengurusan izin sangat memberatkan bagi pelaku usaha kecil. Besarnya biaya perizinan seringkali tidak transparan

2. Penyebab bearnya biaya disebabkan karena pemohon tidak mengetahui besar biaya resmi utuk pengurusan izin, dan akrena adanya pungutan liar.

b. Waktu

1. Waktu yang diperlukan mengurus izin relatif lama karena prosesnya yang berbelit-belit

2. Tidak adanya kejelasan kapan izin diselesaikan.

3. Proses perizinan tergantung pada pola birokrasi setempat c. Persyaratan

1. Persyaratan yang ditetapkan seringkali sulit untuk diperoleh

2. Persyaratan yang diminta secara berulang-ulang untuk berbagai jenis izin.

Dalam mendirikan suatu bangunan setiap anggota masyarakat harus memiliki izin mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan dan persyaratan yang ditetapkan oleh badan yang terkait yang bertugas memberi izin mendirikan bangunan. Menurut Peratuturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1993 disebutkan sebelum melakukan pembangunan harus mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan, izin tersebut diperlukan untuk memberikan kepastian hukum atas kelayakan, kenyamanan, kesamaan, keamanan sesuai dengan fungsinya. Izin mendirikan bangunan yang disingkat dengan IMB tidaklah hanya untuk bangunan yang baru saja namun juga dibutuhkan ketika akan melakukan pembongkaran, merenovasi, mengubah atau memperbaiki struktur bangunan. Adanya kegiatan perizinan yang di laksanakan oleh pemerintah pada intinya adalah untuk menciptakan kondisi bahwa kegiatan pembangunan sesuai dengan yang diperuntukan, disamping itu agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pembangunan. Dalam rangka melaksanakan rencana tata ruang dan tata bangunan tersebut maka perlu adanya sertifikat izin mendirikan bangunan yang akan memberi kepastian hukum kepada masyarakat.

Izin mendirikan bangunan sebagai suatu kebijakan pemerintah dalam mengendalikan pelaksanaan penataan bangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemanfaatan bangunan. Pengendalian ini diperlukan mengingat laju pertumbuhan bangunan yang berimplikasi pada meningkatnya permintaan akan lahan (ruang) untuk perumahan atau tempat usaha dari berbagai pihak yang ada dalam masyarakat. Tujuan ditetapkannya kebijakan ini adalah

“penertiban bangunan” yaitu pengendalian pemanfaatan lahan dan pengaturan kepadatan bangunan serta mencegah penumpukan bangunan di satu tempat dan bangunan di daerah yang di larang seperti (jalur hijau, sempanjangan sungai, sempanjangan jalan dan lain-lain) yang telah diatur dan ditetapkannya dalam Peraturan Daerah Kota Medan No. 2 Tahun 2015 tentangRencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Medan Tahuin 2015-2035. Dalam perda tersebut diatur mengenai zona lindung dan zona budidaya, zona perdagangan dan jasa ,peryaratan IMB, ketentuan pemanfaatan ruang, perizinan, pembinaan dan pengawasan.

Dalam kaitannya dengan pelayanan pemberian Izin Mendirikan bangunan (IMB), diharapkan praktek pelayanan perizinan tersebut dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan terutama dalam hal penyederhanaan prosedur.Kepemiikan bangunan sering menjadi sengketa publik yang berkepanjangan. Masalah tersebut muncul karena ketiadaan sertifikat izin mendirikan bangunan (IMB) karena sebagian masyarakat merasa prosedur perizinan cukup berbelit-belit serta ketiadaan biaya untuk mengurus izin tersebut.bagi masyarakat yang tidak manpu Keresahan itu sebenarnya berujung pada kurangnya sosialisasi tentang IMB, karena IMB adalah merupakan alat pengendali pemanfaatan ruang serta berfungsi sebagai jaminan kepastian Hukum atas bangunan tersebut.

Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap suatu bangunan harus didasarkan oleh bukti yang kuat dan sah menurut hukum. Tanpa bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum tersebut

menjadi tidak sah, Sehingga dengan adanya sertifikat IMB akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat

Adanya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang di miliki masyarakat, maka diharapkan penataan wilayah kota Medan dapat berjalan sesuai dengan yang di peruntukan, selain itu pula masyarakat kota Medan dapat memiliki bangunan yang statusnya tercatat di pemerintah kota Medan dan memiliki kekuatan hukum sehingga akan menghindari pemiliknya dari sebutan bangunan liar yang rawan pembongkaran paksa oleh pemerintah karena dinilai melanggar aturan. contoh permasalahan dalampelayanan perizinan mendirikan bangunan di Kota Medan. Berikut kutipan beritanya:

TRIBUN-MEDAN | Manajemen Bumi Asri Mengaku Dipersulit Urus IMB - Kepala Bagian Hukum PT Bumi Pembangunan I Karya Cipta (perusahaan pemilik Perumahan Bumi Asri di Medan Helvetia), Erfin Jamal Lubis, menampik segala bentuk keberatan warga atas keberadaan waterpark di halaman kompleks perumahan tersebut.Meski mengakui bahwa usaha waterpark miliknya tidak memiliki izin, Erfin mengaku pihaknya telah mencoba mengurus izin, mulai dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Namun, katanya, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan enggan mengeluarkan."Soal tanpa IMB itu, bukan kami pelaku usaha yang bandel tidak mau ngurus IMB.Kami sudah mencoba mengurus IMB. Kami memenuhi persyataran.Tapi Dinas TRTB tetap tidak mau mengabulkan permohonan kami.Bahkan sudah sampai ke pengadilan, ke Bapak Sekda Pemprov Sumut supaya disampaikan ke Wali Kota Medan, supaya memproses permohonan IMB kami. Tetapi instansi TRTB ini tetap juga tidak mau," ujar Erfin, Sebelumnya diberitakan, keberadaan wahana rekreasi taman bermain air (water park) di Kompleks Perumahan Bumi Asri, Jalan Asrama, Pondok Kelapa, Medan Helvetia, ditentang oleh warga perumahan setempat. Bisnis pariwisata tersebut disebut-sebut warga tidak memiliki izin.

http://medan.tribunnews.com/2015/10/15/manajemen-bumi-asri-mengaku- dipersulit-urus-imb. Kamis, 15 Oktober 2015 13:36

Pada kutipan di atas terlihat bahwa terdapat permasalahan di dalam pelayanan perizinan mendirikan bangunan. Lamanya waktu dan biaya yang tinggi serta persyaratan yang sulit di lengkapin menjadi kendala bagi masyarakat kota medan dalam mengurus izin mendirikan bangunan , hal tersebut membuat banyaknya masyarakat yang malas dan tidak mau tau akan IMB sehingga banyakanya rumah ataupun tempat usaha yang tidak memiliki surat izin mendirikan bangunan. Pada dasarnya harapan masyarakat terhadap proses perizinan tidak berbeda dengan harapan pemerintah, yakni sederhana, murah, adanya kepastian waktu, pelayanan yang berkualitas dan sah secara hukum. Dari sisi masyarakat, murah berarti biaya yang wajar dan dapat di jangkau.Kepastian waktu merupakan elemen penting lainnya yang diharapkan masyarakat dari pemerintah. Kepastian tersebut menyangkut masalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses pengurusan serta kapan izin dapat dikeluarkan. Lamanya pengurusan izin seharusnya diketahui oleh para pemohon sehingga bermanfaat bagi proses perencanaan dan perjadwalan mereka, dan pemeritah sebagai penyedia pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat ini.

Implementasi Kebijakan IMB di Kota Medan masih memiliki beragam persoalan atau tanda tanya. Pemerintah kota Medan, dalam hal ini Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, memiliki peran melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang tata kota dan tata bangunan, antara lain menyusun, mengembangkan dan mengendalikan rencana tata ruang kota, pengurusan perizinan, pengendalian, pengawasan dan pembinaan terhadap pembangunan fisik kota yang sehatdan terarah sesuai dengan rencana tata ruang kota dan pola

kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN DALAM PERSPEKTIF PELAYANAN PUBLIK. ”

Dokumen terkait